Sistem Struktur Jembatan Berdasarkan material yang digunakan untuk konstruksi, jembatan terdiri atas jembatan yang terbuat dari beton, baja, dan kayu, sedangkan berdasarkan fungsinya, jembatan terdiri atas jembatan untuk distribusi pipa gas/air, pejalan kaki, kendaraan bermotor, dan kereta api. Dalam perencanaan struktur, jembatan dibagi kedalam dua sistem struktur, yaitu sistem struktur atas (superstructure) dan sistem struktur bawah (substructure). Sistem struktur atas terdiri dari sistem pelat-girder jembatan dan joint yang menghubungkan antar pelat-girder tersebut, sedangkan sistem struktur bawah terdiri dari pier, bearing, abutment, dan pondasi. Gabungan kedua sistem struktur atas dan bawah diberikan pada Gambar.
Sistem struktur atas jembatan terbagi atas : 1. Sistem jembatan dengan pelat (slab bridge) 2. Sistem jembatan dengan balok (girder bridge) 3. Sistem jembatan dengan rangka (truss bridge) 4. Sistem jembatan lengkung (arch bridge) 5. Sistem jembatan gantung (suspension bridge) 6. Sistem jembatan dengan kabel cancang (cable-stayed bridge)
Konstruksi Bangunan Sipil Giyana Siti Maryatun 3 Sipil 2 Siang
Masing-masing sistem struktur jembatan juga memiliki kompatibilitas yang berbeda terhadap panjang bentang jembatan tersebut. Klasifikasi sistem struktur jembatan terhadap panjang jembatan ditunjukkan pada Gambar.
Pada umumnya, sistem struktur jembatan beton bertulang sudah mulai jarang digunakan karena jembatan yang hanya dengan beton bertulang hanya dapat digunakan pada jembatan bentang pendek dan tidak efektif untuk jembatan bentang panjang dari segi dimensi penampang dan biaya konstruksi. Selain itu, dari segi perencanaan dan desain, jembatan beton bertulang identik dengan perencanaan struktur beton bertulang. Beberapa contoh jembatan yang menggunakan sistem struktur jembatan di atas ditunjukkan pada Gambar. Konstruksi Bangunan Sipil Giyana Siti Maryatun 3 Sipil 2 Siang
Dalam perancangan struktur jembatan, proses perencanaan setiap elemen yang terdapat pada sistem struktur jembatan harus berdasarkan peraturan standar nasional yang berlaku di Indonesia yang disusun oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). Seperti halnya pada struktur gedung, perencanaan struktur jembatan juga mengacu kepada peraturan-peraturan yang berisi tentang pembebanan, desain struktur jembatan dengan material beton, struktur jembatan dengan menggunakan baja, dan struktur jembatan yang merupakan gabungan antara beton dan baja (composite). Peraturan perencanaan jembatan yang terdapat pada Standar Nasional Indonesia (SNI)
Konstruksi Bangunan Sipil Giyana Siti Maryatun 3 Sipil 2 Siang
Abutment adalah bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung pilar pilar jembatan, berfungsi sebagai pemikul seluruh beban hidup (Angin, kendaraan, dll) dan mati (beban gelagar, dll) pada jembatan.
End Dam = Akhir jembatan Top of Roadway = Jalan Bearing Seat = Pengunci Konstruksi Bangunan Sipil Giyana Siti Maryatun 3 Sipil 2 Siang
Battered pile di gunakan untuk memberikan tekanan terhadap kekuatan horizontal. Juga dikenal sebagai penjepit tiang, memacu tiang. Konstruksi Bangunan Sipil Giyana Siti Maryatun 3 Sipil 2 Siang
Abutmant juga digunakan sebagai Tumpuan sendi
Konstruksi Bangunan Sipil Giyana Siti Maryatun 3 Sipil 2 Siang
Pelaksanaan pembuatan pier head/ pile cap dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pembuatan bekisting, pembesian, dan pengecoran. Pengecoran dilakukan dalam dua tahap, yaitu bagian bawah pier dan bagian atas pier. Setelah bekisting selesai dikerjakan, dilakukan pekerjaan pembesian yang meliputi pemasangan/ pengelasan besi WF pengikat tiang pancang, pembesian tulangan pilar bagian bawah, pilar samping, dan pilar bagian atas. Setelah semua tulangan terpasang, tahap berikutnya adalah pekerjaan pengecoran. Loading dari dek diterapkan untuk abutment melalui bantalan. Maksimum beban bantalan vertikal diperoleh dari analisis dek. Beban ini, bersama-sama dengan jenis pengekangan yang dibutuhkan untuk mendukung geladak, akan menentukan jenis bantalan yang disediakan. Elastomer Bearing Pads / Bantalan adalah karet jembatan yang merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan jembatan, yang berfungsi sebagai alat peredam benturan antara jembatan dengan pondasi utama. Sifat elastomer utama ini tidak mutlak berperilaku sebagai sendi atau roll murni, tapi dalam aktual fisik di lapangan, jembatan yang menggunakan tipe tumpuan seperti ini berperilaku layaknya bertumpuan sendi-roll murni dalam pemodelan (komputer). Konstruksi Bangunan Sipil Giyana Siti Maryatun 3 Sipil 2 Siang
Memang ada banyak tambahan komponen selain tumpuan utama untuk mencapai keadaan tersebut dan perilakunya menyerupai mekanika sendi-roll.
Elastomer Bearing Pads / Bantalan Set lengkap tumpuan elastomeric untuk jembatan antara lain sbb : 1. Elastomeric bearing utama (menahan displacement vertikal; sedikit displacement horisontal dan kemampuan rotasi-sesuai desain) 2. Lateral stopper (menahan displacement horisontal berlebih & mengunci posisi lateral jembatan) 3. Seismic buffer (menahan displacement horisontal berlebih arah memanjang jembatan) 4. Anchor bolt (menahan uplift yang mungkin terjadi pada salah satu tumpuan pada saat gempa) Bahan elastomeric bearing sendiri terbuat dari karet yang biasanya sudah dicampur dengan neoprene (aditif yang memperbaiki sifat karet alam murni) dan didalamnya diselipkan berlapis2 pelat baja dengan ketebalan dan jarak tertentu untuk memperkuat sifat tegarnya. Biasanya tumpuan karet tersebut dipasang setelah pengecoran slab beton untuk lantai selesai (setelah beton kering), guna menghindari translasi dan rotasi awal yang timbul akibat deformasi struktur jembatan oleh beban mati tambahan. Konstruksi Bangunan Sipil Giyana Siti Maryatun 3 Sipil 2 Siang
Karena sifat karet yang lebih rentan terhadap panas dan fluktuasi cuaca, biasanya dalam kurun waktu tertentu tumpuan2 ini dicek oleh pemilik dan bila perlu di replace dengan unit yang baru. Untuk jembatan baja dengan bentang lebih dari 60 meter biasanya tipe ini sudah jarang digunakan karena keterbatasannya. Balok gelagar merupakan komponen struktur lentur yang tersusun dari beberapa elemen pelat. Balok gelagar pada dasarnya adalah balok dengan ukuran penampang melintang yang besar serta bentang yang panjang. Penampang melintang yang besar tersebut merupakan konsekuensi dari panjangnya bentang balok. Definisi lainnya yaitu Gelagar plat (girder plate), yaitu balok yang dibentuk dari elemen- elemen pelat untuk mencapai penataan bahan yang lebih effisien dibanding dengan yang biasa peroleh dari balok profil pabrikasi. Ada dua kegagalan yang dapat terjadi pada komponen struktur lentur profil I yang mengelami lentur. Kegagalan pertama profil akan mengalami lateral- torsional buckling (tekuk lateral) yang diakibatkan adanya displacemen dan rotasi di tengah bentang, namun hal ini tidak mengalami perubahan bentuk. Kegagalan kedua, profil akan mengalami local buckling (tekuk lokal) pada sayap tekan dan juga pada pelat badan, sehingga mengakibatkan berubahnya bentuk profil, hal ini diakibatkan oleh adanya rasio kelangsingan yang relatif sangat besar antara tinggi pelat badan terhadap tebalnya (h/t). Hal tersebut dapat diatasi dengan cara memasang pertambatan lateral diantara kedua tumpuannya. Beban yang diterima oleh girder biasanya sangat besar, sehingga jika kita menggunakan profil hasil pabrikasi (profil standar), akan menghasilkan berat sendiri yang cukup besar pula, sehingga tidak effisien. Salah satu jalan untuk mengurangi berat sendiri, yaitu dengan cara mempertinggi profil (membuat profil yang tidak standar). Namun dengan cara ini akan mengakibatkan profil menjadi langsing dan akan mengalami local buckling bagian badan profil, atau dengan kata lain bahwa profil akan berubah bentuknya. Konstruksi Bangunan Sipil Giyana Siti Maryatun 3 Sipil 2 Siang
Pelat Girder Pada Jembatan
Konstruksi Bangunan Sipil Giyana Siti Maryatun 3 Sipil 2 Siang
Aplikasi balok gelagar pada dunia konstruksi pada umumnya digunakan untuk konstruksi jembatan. Pada konstruksi jembatan, gelagar digunakan pada struktur atas. Fungsi gelagar pada jembatan adalah memikul beban dari struktur yang berada di atasnya, kemudian meneruskan beban tersebut ke abutment dan diteruskan lagi ke poer. Teknologi terbaru dalam balok gelagar adalah gelagar baja dengan system flens prategang yaitu dengan penambahan kabel baja / strand yang letakan pada flens bagian bawah gelagar guna meningkatkan kapasitas gelagar baja dengan adanya momen balik (negatif momen) untuk mengurangi momen positif. Penambahan kabel baja / strand pada gelagar baja komposit dapat mengurangi penggunaan baja struktur gelagar baja komposit sehingga dapat mereduksi berat sendiri baja dan mengurangi biaya konstruksi. Pada awalnya teknologi ini dimuai dengan adanya teknologi perkuatan gelagar baja komposit dengan sistem eksternal prestressing. Dengan demikian teknologi ini gelagar baja komposit yang telah terpasang/ lama dapat ditingkatkan kapasitasnya. Akan tetapi pada beberapa kondisi perkuatan dengan sistem eksternal prestresing terdapat kelemahan yaitu dengan adanya kebutuhan eksentrisitas yang lebih untuk meningkatkan momen balik (negatif) sehingga dengan adanya eksentrisitas tersebut dapat mengurangi tinggi bebas di bawah jembatan. Untuk itu dilakukan pengkajian agar tidak mengurangi tinggi bebas dan ditemukan metode perkuatan dengan sistem gelagar Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan kolom di bagian atasnya. Pile cap tersusun atas tulangan baja berdiameter 16mm, 19mm dan 25mm yang membentuk suatu bidang dengan ketebalan 50 mm dan lebar yang berbeda-beda tergantung dari jumlah tiang yang tertanam. Fungsi dari pile cap adalah untuk menerima beban dari kolom yang kemudian akan terus disebarkan ke tiang pancang dimana masing-masing pile menerima 1/N dari beban oleh kolom dan harus daya dukung yang diijinkan (Y ton) (N= jumlah kelompok pile). Jadi beban maksimum yang bisa diterima oleh pile cap dari suatu kolom adalah sebesar N x (Y ton). Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom,pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. Bentuk dari pile cap juga bervariasi dengan bentuk segitiga dan persegi panjang. Jumlah kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung kebutuhan atas beban yang akan diterimanya. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada yang mengikat 2 dan 4 buah pondasi yang diikat menjadi satu. Untuk langkah kerja pelaksanaan pile cap adalah sebagai berikut : Konstruksi Bangunan Sipil Giyana Siti Maryatun 3 Sipil 2 Siang
1. Setelah galian tanah mencapai elevasi yang ditentukan, maka tiang pile atau pancang dipotong dan dan dilebihkan besi stek untuk pengikatan struktural dan disisakan beton setinggi 7,5 cm untuk selimut beton. 2. Pembuatan lantai kerja setebal 5 cm. 3. Meletakkan pembesian pile cap yang telah dipabrikasi. 4. Memasang bekisting untuk memberi bentuk pile cap dan memisahkan beton dengan tanah. 5. Merangkai dengan pembesian tie biem dan slab agar menjadi satu kesatuan. 6. Pengecoran yang dilakukan bersamaan antara tie biem dengan pile cap.