Anda di halaman 1dari 3

RESUME

ALIRAN FREI E RECHTSLEHRE (HUKUM BEBAS)















Disusun Oleh :
Yogi Santara





UNIVERSITAS NASIONAL PASIM BANDUNG
JURUSAN MANAGEMENT
TAHUN 2013
Aliran Freie Rechtslehre (Hukum Bebas)

Freie Rechtslehre ditimbulkan untuk pertama kalinya di Jerman dalam
pertengahan abad 19 sekitar tahun 1840 oleh Herman kantorowicz, Eugen Ehrlich
dan Oscar Bulow. Aliran Freie Rechtslehre juga menjalar ke negeri-negeri lain
antara lain negeri Belanda yang dianut oleh HJ Hamaker, JP Fockema Andre dan
J H Heymans.
Aliran ini bertolak belakang dari aliran Legisme. Lahirnya Freie
Rechtslehre justru kerena melihat kekurangan-kekurangannya aliran Legisme
yang ternyata tidak dapat memenuhi kebutuhan dan tidak dapat mengatasi
persoalan-persoalan baru. Aliran Freie Rechtslehre merupakan aliran bebas yang
hukumnya tidak dibuat oleh badan Legislatif dan menyatakan bahwa hukum
terdapat di luar Undang-undang.
Berbeda dengan aliran legisme di mana hukum terikat sekali dengan
undang-undang, maka hakim dalam Freie Rechtslehre bebas menentukan atau
menciptakan hukum, dengan melaksanakan undang-undang atau tidak. Hal ini
dikarenakan pekerjaan hakim adalah menciptakan hukum. Aliran ini beranggapan
bahwa hakim benar-benar sebagai pencipta hukum (judge made law), karena
keputusan yang berdasarkan keyakinannya merupakan hukum. Oleh karena itu,
memahami yurisprudensi merupakan hal primer di dalam mempelajari hukum,
sedangkan undang-undang merupakan hal yang sekunder.
Di samping itu Freie Rechtslehre dapat diartikan bahwa:
1. Hakim benar-benar menciptakan hukum (jugle made law) kerena
keputusannya didasarkan kepada kenyakinan hakim.
2. Keputusan hakim lebih dinamis dan up to date kerena senantiasa mengikuti
keadaan perkembangan di dalam masyarakat.
3. Hukum hanya terbentuk oleh peradilan (rechts-spraak)
4. Bagi hakim Undang-undang, kebiasaan dan sebagainya hanya merupakan
sarana saja dalam membentuk / menciptakan atau menemukan hukum pada
kasus-kasus yang konkrit.
5. Pandangan Freie Rechtslehre bertitik berat pada kegunaan sosial (sosiale
doelmatigheid).

Hukum bebas ini timbul di dalam masyarakat dan diciptakan oleh
masyarakat sendiri, berupa kebiasaan dalam kehidupan masyarakat dalam hukum
konkrit (hukum alam) yang sudah menjadi tradisi yang diajarkan oleh agama
maupun adat istiadat. Selanjutnya aliran Freie Rechtslehre berkembang menjadi
dua aliran yaitu :
1. Aliran hukum bebas sosiologis, yang berpendapat bahwa hukum bebas itu
adalah kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat dan berkembang secara
sosiologis.
2. Aliran hukum bebas natuurrechtelijk yang berpendapat bahwa hukum bebas
adalah hukum alam.
Tujuan daripada freie rechtslehre menurut R. Soeroso adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan peradilan sebaik-baiknya dengan cara memberi kebebasan
kepada hakim tanpa terikat Undang-undang, tetapi menghayati tata kehidupan
sehari-hari.
2. Membuktikan bahwa dalam Undang-undang terdapat kekurangan-kekurangan
dan kekurangan itu perlu dilengkapi.
3. Mengharapkan agar hakim dalam memutuskan perkara didasarkan kepada
rectside (cita keadilan).

Anda mungkin juga menyukai