klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut WHO PSS (WHO Prostate Symptom Score). Skor ini berdasarkan jawaban penderita atas delapan pertanyaan mengenai miksi. Terapi non bedah dianjurkan bila WHO PSS tetap dibawah 15. Untuk itu dianjurkan melakukan kontrol dengan menentukan WHO PSS. Terapi bedah dianjurkan bila WHO PSS 25 ke atas atau bila timbul obstruksi.
Derajat satu : belum memerlukan tindakan operatif, dapat diberikan pengobatan secara konservatif. Derajat dua : ada indikasi untuk melakukan intervensi operatif, dan cara terpilih ialah trans uretral resection (TUR). Kadang-kadang derajat dua penderita masih belum mau dilakukan operasi, dalam keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan pengobatan konservatif.
Derajat tiga: TUR masih dapat dikerjakan oleh ahli urologi yang cukup berpengalaman biasanya pada derajat tiga ini besar prostat sudah lebih dari 60 gram. Derajat empat : membebaskan penderita dari retensi urin total, dengan jalan memasang kateter atau memasang sistostomi setelah itu baru dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnostik, kemudian terapi definitif dapat dengan TURP atau operasi terbuka.
Terapi Konservatif Non Operatif
Observasi (Watchful waiting) dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasihat yang diberikan : -mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia -menghindari obat-obatan dekongestal (parasimpatolitik) -mengurangi minum kopi, dan tidak diperbolehkan minuman alkohol agar tidak sering miksi. \ -Setiap 3 bulan lakukan kontrol keluhan (sistem skor), sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur.
Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah untuk: Mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obat-obatan golongan blocker (penghambat alfa adrenergik) Menurunkan volume prostat dengan cara menurunkan kadar hormon testosteron/dehidrotestosteron (DHT)
Obat penghambat adrenergik
Dasar pengobatan ini adalah mengusahakan agar tonus otot polos di dalam prostat dan leher vesica berkurang dengan menghambat rangsangan alpha adrenergik. Obat-obatan yang sering digunakan prazosin, terazosin, doksazosin, dan alfuzosin. Obat penghambat alpha adrenergik yang lebih selektif terhadap otot polos prostat yaitu 1a (tamsulosin Dosis dimulai 1 mg/hari sedangkan dosis tamzulosin 0,2-0,4 mg/hari. Obat penghambat enzim 5 - reduktase
Obat yang dipakai adalah finasterid (proskar) dengan dosis 1x5 mg/hari menghambat pembentukan dehidrotestosteron sehingga prostat yang membesar dapat mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat daripada golongan alpha blocker.
Terapi Operatif Tindakan operasi ditujukan pada hiperplasi prostat yang sudah menimbulkan penyulit tertentu, antara lain: retensi urin, batu saluran kemih, hematuri, infeksi saluran kemih, kelainan pada saluran kemih bagian atas, atau keluhan LUTS yang tidak menunjukkan perbaikan setelah menjalani pengobatan medikamentosa. Tindakan operasi yang dilakukan adalah operasi terbuka atau operasi endourologi transuretra.
Prostatektomi terbuka a.1. Retropubic infravesica (Terence Millin) a.2. Suprapubic Transvesica/TVP (Freeyer) a.3. Transperineal Prostatektomi Endourologi b.1.Trans Urethral Resection of the Prostate (TURP) b.2.Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP) b.3.Trans Urethral Laser of the Prostate (Laser prostatectomy) Invasif Minimal Trans Urethral Microwave Thermotherapy (TUMT) Trans Urethral Ballon Dilatation (TUBD) Trans Urethral Needle Ablation (TUNA) Stent Urethra
Retensi urine Pasang kateter! Derajat Colok Dubur Sisa Volume Urine Terapi I Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba < 50 ml Pengobatan konservatif, dengan -1-adrenergik receptor blocker dan 5-reduktase inhibitor II Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai 50 100 ml TURP, atau dapat dicoba pengobatan konservatif III Batas atas prostat tidak dapat diraba > 100 ml TURP, atau pembedahan terbuka IV Retensi urine total Pembedahan terbuka TERAPI KONTROL WATCHFULL WAITING Kontrol setelah 6 bulan Ada perbaikan klinis? pemereiksaan skor IPSS, uroflowmetri, residu pasca urine MEDIKA MENTOSA 5 -reduktase dikontrol minggu ke 12, bln ke-6, dan setiap thun menilai perubahan miksi Adrenergik antagonis setelah 6 minggu dikontrol Ada perbaikan klinis? pemereiksaan skor IPSS, uroflowmetri, residu pasca urine ga ada perbaikan pembedahan PEMBEDAHAN/ TERAPI INTERVENSI Kontrol 6 minggu pasca pembedahan kemungkinan adanya penyulit Kontrol setelah 3 bln melihat hasil operasi
Terapi Bedah Terapi Invasif Minimal Transurethral resection of the prostate (TUR-P) merupakan baku emas sertamenghilangkan adenomatosa prostat yang menimbulkan obstruksi Komplikasi jangka pendek dari TUR-P ini adalah: infeksi, hiponatremia (sindrom TUR), dan retensi karena bekuan darah Komplikasi jangka panjang adalah berupa striktur uretra, ejakulasi retrograd (75%), inkontinensia (<1%), dan disfungsi ereksi (4-40%) TUNA Terapi Bedah Microwave hyperthermia Memanaskan jaringan adenoma melalui alat yang dimasukkan melalui uretra atau rektum sampai suhu 42- 45 o C sehingga diharapkan terjadi koagulasi Trans urethral needle ablation (TUNA) Alat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila posisi sudah diatur, dapat mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma dan mengalirkan panas, sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang menancap di jaringan prostat Terapi Bedah High intensity focused ultrasound (HIFU) Melalui probe yang ditempatkan di rektum yang memancarkan energi ultrasound dengan intensitas tinggi dan terfokus Intraurethral stent Adalah alat yang secara endoskopik ditempatkan di fosa prostatika untuk mempertahankan lumen uretra tetap terbuka. Dilakukan pada pasien dengan harapan hidup terbatas dan tidak dapat dilakukan anestesi atau pembedahan Terapi Bedah Transurethral baloon dilatation Dilakukan dengan memasukkan kateter yang dapat mendilatasi fosa prostatika dan leher kandung kemih. Prosedur ini hanya efektif bila ukuran prostat kurang dari 40 g, sifatnya sementara, dan jarang dilakukan lagi Prognosis Pasien yang hanya mendapatkan pengawasan (watchfull waiting) dianjurkan control setelah 6 bulan, kemudian setiap tahun untuk mengetahui apakah terjadi perbaikan klinis. Penilaian dilakukan dengan pemeriksaan skor I-PSS, uroflometri, dan residu urine pascamiksi. Pasien yang mendapatkan terapi penghambat 5- alpha-reduktase harus dikontrol pada minggu ke- 12 dan bulan ke-6 untuk menilai respon terhadap terapi. Kemudian setiap tahun untuk menilai perubahan gejala miksi. Cont Pasien yang menjalani pengobatan alpha- adrenergik bloker harus dinilai respon terhadap pengobatan setelah 6 minggu dengan melakukan pemeriksaan I-PSS, uroflometri, dan residu urine pascamiksi. Jika terjadi perbaikan gejala tanpa menunjukkan penyulit yang berarti, pengobatan dapat diteruskan. Selanjutnya control dilakukan setelah 6 bulan dan kemudian setiap tahun. Pasien setelah menerima pengobatan secara medikamentosa dan tidak menunjukkan tanda- tanda perbaikan perlu dipikirkan tindakan pembedahan atau terapi intervensi yang lain.
Cont Setelah pembedahan, pasien harus menjalani control paling lambat 6 minggu pascaoperasi untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyulit. Kontrol selanjutnya setelah 3 bulan untuk mengetahui hasil akhir operasi. Pasien yang mendapat terapi invasive minimal harus menjalani kontrol secara teratur dalam jangka waktu lama, yaitu setelah 6 minggu, 3 bulan, 6 bulan, dan setiap tahun. Pada pasien yang mendapat terapi invasive minimal, selain dilakukan penilaian terhadap skor miksi, dilakukan pula pemeriksaan kultur urine
Komplikasi Komplikasi pada BPH sangat berkaitan erat dengan patofisiologi yang mendasari kondisi penyakit tersebut. Dengan meningkatnya tekanan intravesika, maka terjadi obstruksi yang akan menghambat aliran urine dari saluran yang lebih atas. Diawali dengan refluks vesiko-ureter akibat stasis urine yang terjadi, selanjutnya terjadi peningkatan tekanan di ureter dan ginjal yang mengakibatkan hidroureter dan hidronefrosis. Kondisi ini sangat memungkinkan terjadiny apionefrosis maupun pielonefritis. Lambat laun, kondisi BPH yang telah disertai berbagai penyulit dan komplikasi akan merembet hingga terjadinya gagal ginjal.