Anda di halaman 1dari 1

Berbeda

dengan
sebelumnya
Dalam materi sosial isasi
pER-24
I
py
20 I 2 yang d isebarkan
Ditien Pajak dikatakan
ada dua arah kebijaian pengaruran
Faktur Pajak. Pertomo, penomoran
Faktur
pajak
tiJak lagi
dilakukan
sendiri oleh
pKB
tetapi dikendalikan
oleh Ditje-n
Pajak melalui pemberian
nomor seri Faktur
pajak,
di mana
bentuk dan tatacaranyaditentukan
oleh Ditjen
pajak.
Keduo,
mengembalikan
pengaturan
Faktur
pajak
sesuai dengan UU
KUP dan UU PPN sehingga mempunyai
basis legal yang kuat
dan lebih memberikan
kepastian hukum.
Untuk mencapai dua arah kebijakan tersebut
ada
beberapa hal yang diatur secara lebih tegas. Namun pada
tulisan ini hanya akan diulas empat poin saja.
pertomo,adanya
sistem pengamanan
berlapis saat
pKp
menerbitkan Faktur
Pajak. Seperti, keterangan yang wajib dicantumkan
dalam
Faktur Pajak sebagaimana
pasal
13 ayat (5) UU
ppN
diatur
lebih tegas. Sebagai contoh, nama dan tanda tangan yang
berhak menandatangani
Faktur
pajak
harus ,urrui d"ng"n
kartu identitas (lCfB SlM, atau passport)
yang sah dan masih
berlaku. Artinya, tidak sesuai kartu identita, tia"t menutup
kemungkinan
keabsahan Faktur
pajak
akan diragukan.
_
Selain itu, dengan berlakunya
pER-24lpy2}l2,
istilah
kuasa Wajib Pajak dalam menandatangani
Faktur
pajak
sudah dihapus. Dengan demikian,
pKp
yang berhalangan
tidak dapat menandatangani
Faktur
pajak
tidak bisa
menunjuk kuasa seperti konsultan pajak sebagaimana
aturan sebelumnya.
Kemudian,
keterangan
nama, alamat,
dan NPWP Wajib Pajak yang menyerahkan
serta menerima
BKP atau
JKP
harus diisi dengan alamat sebenarnya
dan
sesuai dengan Surat Keterangan
Terdaftar (SKT)
atau Surat
Pengukuhan (SP) PKP
Keterangan jenis
barang. atau
iasa
harus diisi dengan
lengkap dan mencerminkan
hal yang sesungguhnya.
pkp
harus menambahkan
keterangan jumlah
unit atau satuan
tertentu atas BKP yang diserahkan
bila hal tersebut dapat
diketahui. Demikian pula, bila diterima Uang Muka atau
Termin atau cicilan, kolom Nama BKp atau
Jkp
ditambah
dengan keterangan tersebut.
Di samping itu, yang tidak kalah hebohnya ialah
pasal
13 ayat (2) PER-24lPJl20t2yang
menyatakan
bahwa
pKp
wajib menyampaikan
pemberitahuan
secara tertulis nama
PKP atau pejabat/pegawai
yang berhak menandatangani
Faktur Pajak disertai dengan contoh tandatanganiya,
dengan melampirkan
fotokopi kartu identitas yang
sah dan telah dilegalisasi pejabat yang Uerrvenan!
kepada Kepala KPP Noh, pertanyaannya
siapa pejabai
yang berwenang
ketika yang dilampirkan
adalah fotocopy
passport?
Apakah pihak kedutaan yang melegalisasi?
Keduo, istilah Faktur
pajak
cacat sudah tidak ada karena
yang ada hanya Faktur
pajak
tidak lengkap namun sanksi atas
ketidaklengkapan
ataupun keterlambatan
pembuatannya
tidak berubah. Pasalnya,
UU KUp tidak mengenal istilah
Faktur Ptlak cacat sehingga peraturan
Dirjen
pajak
akan
selaras dengan UU KUp dan
ppN
yang menyebutnya
sebagai Faktur Pajak tidak lengkap.
Ketigo, penerbitan
Faktur
palak
pengganti
menggunakan
nomor seri yang sama dan hanya dilaporkan pada masa
Faktur Pajak diganti. Terol<hir, hak pengkreditan
pafak
Masukan hangus bila Faktur
pajak
diisi dengan keterangan
yang tidak sebenarnya
dan tidak mengikuti tata cara
pER_
241Py2012.
Untuk itu, PKp pembeli harus lebih awore saat
menerima Faktur Pajak atas perolehan
BKp dan/atau
JKp
Baiknya uji coba dulu
Penundaan
pemberlakuan
pER-241p)120t2
secara
nasional menyimpulkan
baik
pKp
maupun petugas pajak di
lapangan belum siap. Untuk itu, alangkah baiknya sebelum
diterapkan secara nasional perlu diuji coba terlebih dahulu
pada beberapa PKP yang tersebar di beberapa Kpp Hal
ini dilakukan guna mendapatkan
masukan, bahan'evaluasi
maupun kajian yang berharga terkait kesiapan
pKp
dan
fiskus dalam menerapkan
kebijakan baru tersebut.
Senior rax consurta", o, ,[]13[,I:l':fl"ifl:
Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis, sama sekali
tidak mencerminkan pendapat
institusi di mana penulis
berkerja.
E-mail:
xffi
Mei2013 e BERITA P,\l-\K

Anda mungkin juga menyukai