Anda di halaman 1dari 16

I.

TERAPI CAIRAN
Pengantar
Dengan makan dan minum tubuh kita mendapat air, elektrolit, karbohidrat, lemak, vitamin dan zat-
zat lainnya. Dalam waktu 24 jam jumlah air dan elektrolit yang masuk dan keluar melalui kemih,
tinja, keringat dan uap pernapasan pada orang dewasa kira-kira sama seperti pada tabel di bawah
ini.
Masukan (ml per 24 jam) Keluaran (ml per 24 jam)
Minum 800 1700 Urine 600 1600
Makan 500 -1000 Faeces 50 200
Oksidasi 200 300 IWL 850 1200
Jumlah 1500 3000 Jumlah 1500 3000
Terapi cairan dibutuhkan jika tubuh tidak dapat memasukkan air, elektrolit, dan zat-zat makanan
secara oral misalnya pada keadaan pasien harus puasa lama (misal karena pembedahan saluran
cerna), perdarahan banyak, syok hipovolemik, anoreksia berat, mual muntah terus-menerus, dll.
Dengan terapi cairan, kebutuhan air dan elektrolit dapat terpenuhi. Selain itu, dalam keadaan
tertentu terapi cairan dapat digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan
secara rutin atau dapat juga digunakan untuk menjaga keseimbangan asam-basa.
Komposisi Cairan Tubuh
Kandungan air pada saat bayi lahir adalah sekitar 75% BB dan pada saat berusia 1 bulan sekitar 65%
BB. Komposisi cairan pada tubuh dewasa pria adalah sekitar 60% BB, sedangkan pada dewasa wanita
50% BB. Sisanya adalah zat padat seperti protein, lemak, karbohidrat, dll.
Air dalam tubuh berada di beberapa ruangan, yaitu intraseluler sebesar 40% dan ekstraseluler
sebesar 20%. Cairan ekstraseluler merupakan cairan yang terdapat di ruang antarsel (interstitial)
sebesar 15% dan plasma sebesar 5%. Cairan antarsel khusus disebut cairan transeluler misalnya
cairan serebrospinal, cairan persendian, cairan peritoneum, dll.
Komposisi cairan intra dan ekstraseluler diuraikan pada tabel di bawah ini:
CIS CES
Plasma Interstitial
Natrium 15 142 144
Kalium 150 4 4
Calsium 2 5 2,5

Magnesium 27 3 1,5
Clorida 1 103 114
HCO
3
10 27 30
HPO
4
100 2 2
SO
4
20 1 1
Asam organik - 5 5
Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat-zat lain sulit melintasinya atau membutuhkan
proses khusus supaya dapat melintasinya; oleh sebab itu komposisi elektrolit di luar dan di dalam sel
berbeda. Cairan intraseluler banyak mengandung ion K, Mg dan fosfat; sedangkan cairan
ekstraseluler banyak mengandung ion Na dan Cl.
Plasma adalah darah dikurangi sel-sel darah seperti eritrosit, leukosit dan trombosit. Serum adalah
plasma darah dikurangi faktor-faktor pembekuan misalnya fibrinogen dan protrombin. Hematokrit
adalah persentase volume eritrosit di dalam darah.
Pergerakan air
Tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah perembesan (difusi) cairan
melalui membran semipermeabel ke dalam cairan lain yang konsentrasinya lebih tinggi. Membran
semipermeabel adalah membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat
terlarut misalnya protein.
Tekanan osmotik plasma adalah 285 5 mOsm/L. Larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama
disebut larutan isotonik (misalnya NaCl 0,96%, dekstran 5%, Ringer-Laktat), larutan yang mempunyai
tekanan osmotik lebih rendah disebut larutan hipotonik (misalnya akuades) dan larutan yang
mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi disebut larutan hipertonik.
Kebutuhan Air dan Elekrolit
Kebutuhan cairan basal (rutin, rumatan) adalah 30-40 ml/kgBB/hari pada orang dewasa. Untuk
menentukan kebutuhan cairan pada anak-anak dapat digunakan pedoman sbb:
4 ml/kgBB/jam untuk berat badan 10 kg pertama
2 ml/kgBB/jam tambahkan untuk berat badan 10 kg kedua
1 ml/kgBB/jam tambahkan untuk sisa berat badan selanjutnya
Contoh
Pasien dengan berat badan 23 kg, maka kebutuhan cairan basalnya adalah:
(4 x 10) + (2 x 10) + (1 x 3) = 63 ml/jam
TERAPI CAIRAN
Definisi
Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur dalam batas-batas
fisiologis.
Indikasi, antara lain:
- Kehilangan cairan tubuh akut
- Kehilangan darah
- Anoreksia
- Kelainan saluran cerna
Tujuan
Tujuan pemberian terapi cairan dijabarkan pada bagan di bawah ini.
Teknik Pemberian
Prioritas utama dalam menggantikan volume cairan yang hilang adalah melalui rute enteral /
fisiologis misalnya minum atau melalui NGT. Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu singkat
dapat digunakan vena-vena di punggung tangan, sekitar daerah pergelangan tangan, lengan bawah
atau daerah cubiti. Pada anak kecil dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan mata
kaki dalam atau kepala. Pemberian terapi cairan pada bayi baru lahir dapat dilakukan melalui vena
umbilikalis.
Penggunaan jarum anti-karat atau kateter plastik anti trombogenik pada vena perifer biasanya perlu
diganti setiap 1-3 hari untuk menghindari infeksi dan macetnya tetesan. Pemberian cairan infus lebih
dari 3 hari sebaiknya menggunakan kateter besar dan panjang yang ditusukkan pada vena femoralis,
vena cubiti, vena subclavia, vena jugularis eksterna atau interna yang ujungnya sedekat mungkin
dengan atrium kanan atau di vena cava inferior atau superior.
Sifat-Sifat Plasma Substitute yang Ideal
Sifat-sifat plasma substitute yang ideal adalah:
pH, tekanan onkotik dan viskositas sebanding dengan plasma darah
Efek volume yang cukup untuk periode waktu tertentu tanpa resiko overloadpada sistem
cardiovaskuler atau terjadinya edema
Meningkatkan mikrosirkulasi dan memperbaiki diuresis
Tidak mengganggu homeostasis
Tidak mengganggu blood grouping dan cross matching
Akumulasi minimal pada sistem retikuloendotelial
Lama penyimpanan produk panjang

Ekonomis
Karakteristik Berbagai Plasma Substitute
Kriteria Whole blood Larutan
elektrolit
Albumin
20%
Dekstran
40+10
HES 6% Haemaccel
pH 7,3 7,4 5,5 6,5 6,47 7,2 4,5 5,7 5,0 7,0 7,0 7,6
BM rata-rata - - 66.000 40.000 200.000/
450.000
35.000
Tekanan
osmotik
Fisiologis Non-
osmotik
Iso-osmotik Hiper-
osmotik
Hiper-
osmotik
Iso-osmotik
Keseimbangan
cairan
intravaskuler-
interstitial
Terpelihara Resiko
edema
Perbaikan Dehidrasi Dehidrasi Perbaikan
Waktu paruh
efektif
Beberapa hari-
minggu
Beberapa
menit
Beberapa
hari
6-8 jam 12 jam 4-6 jam
Gangguan
pada blood
typing
Biasanya tidak Tidak Tidak Pseudoaglu
tinasi
Tidak Tidak
Gangguan
pada
homeostasis
Ada
kemungkinan
(aktivasi faktor)
Hanya
pengence-
ran
Hanya
pengence-
ran
Menurunkan
fungsi
trombosit
dan
koagulopati
Menurunkan
fungsi
trombosit
dan
koagulopati
Hanya
pengenceran
Fungsi ginjal ? Membaik Membaik Mungkin
terganggu
Tidak
ditemukan
data literatur
Membaik
Overload
cardiovaskuler
Mungkin Tidak Tidak
mungkin
Mungkin Mungkin Tidak
mungkin
Efek samping
yang mungkin
Anafilaksis/
inkompatibilitas
Edema
pulmonal
Reaksi
kutis,
demam,
hipotensi
sementara
Anafilaksis
yang perlu
premedikasi
Anafilaksis
atau reaksi
anafilaksis
Reaksi kulit
lokal,
hipotensi
sementara
Transmisi Resiko infeksi Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
penyakit virus seperti
HIV, HBV, HCV
Waktu
penyimpanan
21 hari 3 tahun 3-5 tahun 5 tahun 3 tahun 5 tahun
Suhu
penyimpanan
4-6C Suhu
ruangan
2-25C <> Suhu
ruangan
Suhu
ruangan
Akumulasi
pada RES
Tidak Tidak Tidak Beberapa
minggu
Beberapa
bulan
Tidak
Kelebihan dan Kekurangan Berbagai Sediaan Plasma Substitute
1. 1. Whole blood
Kelebihan
Kapasitas angkut oksigen
Kapasitas hemostatik
Kekurangan
Penyediaan lama
Waktu penyimpanan pendek
Reaksi anafilaktik ringan sampai parah
Alloimunisasi
Reaksi hemolisis
Reaksi infeksi
Viskositas meningkat
Overload volume
Hiperkalium, hiperkalsium, asidosis
Harga mahal
1. Larutan elektrolit
Kelebihan
Lebih mudah tersedia dan murah
Komposisi serupa dengan plasma (Ringer Asetat / Ringer Laktat)
Bisa disimpan pada suhu kamar
Bebas dari reaksi anafilaktik
Komplikasi minimal
Kekurangan
Edema bisa mengurangi ekspansibilitas dinding dada
Oksigenasi jaringan terganggu karena bertambahnya jarak kapiler dan sel
Memerlukan volume 4 kali lebih banyak
1. 3. Larutan human albumin
Kelebihan
Ekspansi volume plasma tanpa ekspansi volume interstitial
Ekspansi volume lebih besar
Durasi lebih lama
Oksigenasi jaringan lebih baik
Gradien O
2
alveolar-arterial lebih sedikit
Insiden edema paru dan atau edema sistemik lebih rendah
Kekurangan
Reaksi anafilaksis
Koagulopati
Albumin bisa memperberat depresi miokard pada pasien syok
1. Larutan dekstran
Kelebihan
Efek volume panjang atau lama
Efek anti trombotik
Kekurangan
Ekspansi ekstravaskuler dan dehidrasi kompartemen interstitial
Gangguan hemostasis
Batasan dosis
Reaksi anafilaksis fatal
Gangguan fungsi renal
Akumulasi pada sistem retikuloendotelial
Gangguan pada blood grouping dan cross matching
1. HES
Kelebihan
Efek volume panjang atau lama
Efek anti trombotik
Kekurangan
Ekspansi ekstravaskuler dan dehidrasi kompartemen interstitial
Gangguan hemostasis
Batasan dosis
Reaksi anafilaksis fatal
Akumulasi pada sistem retikuloendotelial
1. Haemaccel
Kelebihan
Iso-osmotik
Mempertahankan keseimbangan cairan
Efek volume optimal
Perbaikan fungsi renal
Tidak mengganggu hemostasis
Tidak mengganggu blood grouping
Tidak terjadi akumulasi pada RES
Ekonomis
Kekurangan
Reaksi anafilaktoid
Kesuksesan Terapi Cairan
Terapi cairan yang berhasil digambarkan dengan peningkatan indeks kardiak, pengangkutan oksigen
dan konsumsi oksigen; serta penurunan resistensi vaskuler pulmonal dan resistensi vaskuler
sistemik.
1. II. TERAPI ELEKTROLIT
2. a. Hiponatremia
1. NATRIUM
Definisi : kadar Na
+
serum di bawah normal (<>
Hiponatremia dibedakan menjadi:
1) Hiponatremia artifactual palsu
Laboratorium melaporkan ralat yang disebabkan oleh:
Hiperglikemi
Koreksi nilai natrium (setiap peningkatan glukosa darah sebesar 100 mg/dl mengurangi natrium
sebesar 1,7 mEq/L)
Hiperlipidemi
Osmolalitas serum yang diukur akan normal atau lebih besar daripada osmolalitas yang dihitung
(Osm = [2 x Na] + [Glukosa/18] + [BUN/2,8])
2) Hiponatremia dilutional hipervolemia dengan ekspansi air tubuh total
Merupakan hiponatremia yang disebabkan oleh gangguan ekskresi air, tampak sebagai edema;
misalnya pada CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik.
3) Hiponatremia hipovolemik deplesi natrium melebihi deplesi air; misalnya pada gagal ginjal,
hipotiroid dan penyakit Addison.
4) Hiponatremia euvolemik deplesi natrium dan air dalam jumlah sebanding
Hal ini terjadi pada kehilangan air dan natrium melalui saluran cerna (pada muntah, sedot
nasogastrik, diare), kehilangan ke rongga ketiga (pada luka bakar, pembedahan), keringat
berlebihan, penyakit ginjal dan adrenal (pada DM tak terkendali, hipoaldosteron, penyakit
Addison, fase pemulihan dari penyakit ginjal).
Gambaran Klinis
Gambaran klinis hiponatremia tergantung keparahan dan cepatnya timbul pertama kali.
Gejala lebih mencolok pada hiponatremia yang cepat berkembang.
Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit
kepala dan keram otot.
Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi,
kejang, disorientasi dan koma.
Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit
Addison).
Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda
syok seperti hipotensi dan takikardi.
Tatalaksana hiponatremia
Atasi penyakit dasar
Hentikan setiap obat yang ikut menyebabkan hiponatremia
Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama secara perlahan-lahan, sedangkan
hiponatremia akut lebih agresif. Hindari koreksi berlebihan karena dapat
menyebabkan central pontine myelinolysis
Jangan naikkan Na serum lebih cepat dari 12 mEq/L dalam 24 jam pada pasien
asimptomatik. Jika pasien simptomatik, bisa tingkatkan sebesar 1 sampai 1,5 mEq/L/jam
sampai gejala mereda. Untuk menaikkan jumlah Na yang dibutuhkan untuk menaikkan Na
serum sampai 125 mEq/L digunakan rumus:
Jumlah Na (mEq) = [125 mEq/L Na serum aktual (mEq/L)] x TBW (dalam liter)
TBW (Total Body Water) = 0,6 x BB (dalam kg)
Larutan pengganti bisa berupa NaCl 3% atau 5% (masing-masing mengandung 0,51
mEq/ml dan 0,86 mEq/ml)
Pada pasien dengan ekspansi cairan ekstrasel, mungkin dperlukan diuretik
Hiponatremia bisa dikoreksi dengan NaCl hipertonik (3%) dengan kecepatan kira-kira 1
mL/kg per jam.
1. b. Hipernatremia
Definisi : Na
+
serum di atas normal (>145 mEq/L)
Causa
Terjadi jika kehilangan cairan hipotonik tidak diganti secara adekuat.
Jika kehilangan cairan tidak melalui ginjal (kehilangan melalui saluran cerna, keringat atau
hiperventilasi), osmolalitas urin akan lebih besar daripada serum, dan Na urin akan <>
Osmolalitas urin kurang dari atau sama dengan serum menyiratkan kehilangan melalui
ginjal (misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus
akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik).
Hipernatremia dapat terjadi dengan hiperalimentasi atau pemberian cairan hipertonik
lain.
Tanda dan Gejala
Iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap
hipernatremia. Manifestasi tambahan biasa terjadi sekunder terhadap kelainan dasar dan status
volume (takikardi dan hipotensi ortostatik dengan deplesi volume; edema bila ada kelebihan
cairan).
Tatalaksana hipernatremia
Hipernatremia dengan deplesi volume harus diatasi dengan pemberian normal saline
sampai hemodinamik stabil. Selanjutnya defisit air bisa dikoreksi dengan Dekstrosa 5%
atau NaCl hipotonik.
Hipernatremia dengan kelebihan volume diatasi dengan diuresis, atau jika perlu dengan
dialisis. Kemudian Dekstrosa 5% diberikan untuk mengganti defisit air.
Defisit air tubuh ditaksir sbb:
Defisit = air tubuh (TBW) yang dikehendaki (liter) air tubuh skrg
Air tubuh yg dikehendaki = (Na serum yg diukur) x (air tubuh skrg/Na serum normal)
Air tubuh sekarang = 0,6 x BB sekarang (kg)
Separuh dari defisit air yang dihitung harus diberikan dalam 24 jam pertama, dan sisa
defisit dikoreksi dalam 1 atau 2 hari untuk menghindari edema serebral.
1. KALIUM
Kalium total tubuh berjumlah kira-kira 50 mEq/kgBB, 98% terdapat di dalam sel. Penurunan kadar
serum sebanyak 1 mEq K
+
berbanding dengan 10% sampai 20% defisit kalium total tubuh.
1. a. Hipokalemia
Definisi : kadar K
+
serum di bawah normal (<>
Etiologi
Kehilangan K
+
melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik,
diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
Diuretik
Asupan K
+
yang tidak cukup dari diet
Ekskresi berlebihan melalui ginjal
Maldistribusi K
+

Hiperaldosteron
Gambaran klinis
Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik, penurunan
motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada
hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan
konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.
Hipokalemia juga menyebabkan peningkatan kepekaan sel jantung terhadap digitalis dan bisa
mengakibatkan toksisitas pada kadar terapi.
Tatalaksana hipokalemia
Defisit kalium sukar atau tidak mungkin dikoreksi jika ada hipomagnesia. Ini sering terjadi
pada penggunaan diuretik boros kalium. Magnesium harus diganti jika kadar serum
rendah.
Terapi oral. Suplementasi K
+
(20 mEq KCl) harus diberikan pada awal terapi diuretik. Cek
ulang kadar K
+
2 sampai 4 minggu setelah suplementasi dimulai.
Terapi intravena harus digunakan untuk hipokalemia berat dan pada pasien yang tidak
tahan dengan suplementasi oral. Dengan kecepatan pemberian sbb:
o Jika kadar K+ serum > 2,4 mEq/L dan tidak ada kelainan EKG, K+ bisa diberikan
dengan kecepatan 0 sampai 20 mEq/jam dengan pemberian maksimum 200 mEq
per hari.
o Pada anak 0,5-1 mEq/kgBB/dosis dalam 1 jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis
maksimum dewasa.
1. b. Hiperkalemia
Definisi: kadar K
+
serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi
Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat
kalium, penghambat ACE.
Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries),
pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna
atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam,
transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi
insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
Insufisiensi adrenal
Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan
torniket terlalu lama
Hipoaldosteron
Gambaran klinis
Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan perubahan-
perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat
gelombang T runcing (K
+
> 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo
gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K
+
= 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT
memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi
pada K
+
> 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis
ascenden.
Tatalaksana hiperkalemia
Pemantauan EKG kontinyu dianjurkan jika ada kelainan EKG atau jika kalium serum > 7
mEq/L
Kalsium glukonat dapat diberikan iv sebagai 10 ml larutan 10% selama 10 menit untuk
menstabilkan myocard dan sistem konduksi jantung
Natrium bikarbonat membuat darah menjadi alkali dan menyebabkan kalium berpindah
dari ekstra ke intraseluler. Bic nat diberikan sebanyak 40 sampai 150 mEq NaHCO
3
iv
selama 30 menit atau sebagai bolus iv pada kedaruratan
Insulin menyebabkan perpindahan kalium dari cairan ekstraseluler ke intraseluler. 5
sampai 10 unit regular insulin sebaiknya diberikan dengan 1 ampul glukosa 50% iv selama
5 menit
Dialisis mungkin dibutuhkan pada kasus hiperkalemia berat dan refrakter
Pembatasan kalium diindikasikan pada stadium lanjut gagal ginjal (GFR <>
1. III. TRANSFUSI
Respon tubuh terhadap perdarahan tergantung pada volume, kecepatan, dan lama perdarahan.
Keadaan pasien sebelum perdarahan akan berpengaruh pada respon yang diberikan.
Pada orang dewasa sehat, perdarahan 10% jumlah volume darah tidak menyebabkan perubahan
tanda-tanda fisiknya. Frekuensi nadi, tekanan darah, sirkulasi perifer dan tekanan vena sentral
tidak berubah. Reseptor dalam jantung akan mendeteksi penurunan volume ini dan menyebabkan
pusat vasomotor menstimulasi sistem saraf simpatik yang selanjutnya menyebabkan
vasokonstriksi.
Penurunan tekanan darah pada ujung arteri kapiler menyebabkan perpindahan cairan ke dalam
ruang interstitial berkurang. Penurunan perfusi ginjal menyebabkan retensi air dan ion Na
+
. Hal ini
menyebabkan volume darah kembali normal dalam 12 jam. Kadar protein plasma cepat menjadi
normal dalam waktu 2 minggu, kemudan akan terjadi hemopoesis ekstra yang menghasilkan
eritrosit. Proses kompensasi ini sangat efektif sampai perdarahan sebanyak 30%.
Pada perdarahan yang terjadi di bawah 50% atau hematokrit masih di atas 20%, darah yang hilang
masih dapat diganti dengan cairan koloid atau kombinasi koloid dengan kristaloid yang
komposisinya sama dengan darah yaitu Ringer Laktat. Namun bila kehilangan darah > 50%,
biasanya diperlukan transfusi.
Untuk mengganti darah yang hilang dapat digunakan rumus dasar transfusi darah, yaitu:
V = (Hb target Hb inisial) x 80% x BB
Kadar Hb donor
1. 1. Transfusi sel darah merah
Indikasi transfusi sel darah merah
Kehilangan darah yang akut
Jika darah hilang karena trauma atau pembedahan, maka baik penggantian sel darah merah
maupun volume darah dibutuhkan. Jika lebih dari separuh volume darah hlang, maka darah
lengkap harus diberikan; jika kurang dari separuh, maka konsentrat sel darah merah atau plasma
expander yang diberikan.
Transfusi darah prabedah
Anema defisiensi besi
Penderita defisiensi besi tidak dapat ditransfusikan, kecuali memang dibutuhkan untuk
pembedahan segera atau yang gagal berespon terhadap pengobatan pada dosis terapeutik penuh
besi per oral.
Anemia yang berkaitan dengan kelainan menahun
Gagal ginjal
Anemia berat yang berkaitan dengan gagal ginjal seharusnya diobati dengan transfusi sel darah
merah maupun dengan eritropoetin manusia rekombinan.
Gagal sumsum tulang
Penderita gagal sumsum tulang karena leukimia, pengobatan sitotoksik, atau infiltrasi keganasan
akan membutuhkan bukan saja sel darah merah, namun juga komponen darah yang lain.
Penderita yang tergantung trasnfusi
Penderita sindrom talasemia berat, anemia aplastik, dan anemia sideroblastik membutuhkan
transfusi secara teratur setiap empat sampai enam minggu, sehingga mereka mampu menjalani
kehidupan yang normal.
Penderita sel bulan sabit
Beberapa penderita penyakit ini membutuhkan trasnfusi secara teratur, terutama setelah stoke,
karena sindrom dada berulang yang mengancam jiwa, dan selama kehamilan.
Penyakit hemolitik neonatus
Penyakit hemolitik neonatus juga dapat menjadi indikasi untuk transfusi pengganti, jika neonatus
mengalami hiperbilirubinemia berat atau anemia.
Berbagai komponen sel darah merah
Komponen Kemasan vol
sel darah
Volume yang
diberikan
Indikasi utama
Darah lengkap 0,35 0,45 510 ml Kehilangan darah masif akut
Darah segar 0,35 0,45 510 ml Tidak dapat dibuktikan
Konsentrat sel darah
merah
0,55 0,75 Sekitar 200 ml Kehilangan darah menahun
atau anemia
Darah yang disaring bervariasi bervariasi Reaksi transfusi non-
hemolitik dan pencegahan
imunisasi HLA sebelum
pencangkokan
Sel darah merah yang
dicuci
bervariasi bervariasi Reaksi transfusi non-
hemolitik terhadap protein
plasma
Sel darah merah beku,
dicairkan & dicuci
bervariasi bervariasi, tetapi
biasanya <200ml
Penderita dengan antibodi
langka
Kriteria transfusi dengan RBC konsentrat
Hb <>
Hb 810 g%, normovolemia disertai tanda gangguan miokardial, serebral, respirasi
Perdarahan hebat > 10 ml/kg pada 1 jam pertama atau 5 ml/kg pada 3 jam pertama
Masalah yang berkaitan dengan transfusi sel darah merah
1. Masalah mendesak
Beban sirkulasi teradi jika darah ditransfusikan terlalu cepat sehingga redistribusi cairan
pengganti cepat terjadi, atau jika terjadi gangguan fungsi jantung. Tekanan vena sentral
meningkat, dan pada kasus berat terjadi gagal ventrikel kiri
Kebocoran kalium ke luar sel darah merah selama penyimpanan. Hiperkalemia ini
dieksaserbasikan karena penyimpanan darah terlalu lama pada suhu kamar
Transfusi masif dapat menyebabkan hipotermia, toksisitas sitrat, beban asam, dan
penyusutan trombosit serta faktor koagulasi
Reaksi hemolitik dapat menyebabkan demam, takikardi, kesulitan tidur, nyeri selangkang,
rigor, muntah, diare, nyeri kepala, hipotensi, syok, dan akhirnya gagal ginjal akut serta
perdarahan akibat DIC
Raksi non-hemolitik dapat menyebabkan urtikaria, demam dan reaksi anafilaktik berat,
walaupun jarang terjadi
1. Masalah jangka menengah
Flebitis lokal dapat terjadi jika kanula plastik ditinggalkan pada tempat yang sama terlalu
lama. Kadang-kadang terjadi infeksi oleh stafilokokus atau corinebacterium
Hipertensi dan/atau sindrom kejang kadang-kadang ditemukan pada penderita sel sabit
dan b thalasemia mayor yang menerima transfusi teratur
Infeksi dapat ditularkan melalui transfusi
1. Masalah jangka panjang
Beban besi. Setiap unit darah mengandung 250 mg besi yang tak dapat diekskresikan tubuh.
Transfusi teratur yang sering dapat menyebabkan tertimbunnya besi dalam tubuh sehingga terjadi
pigmentasi, hambatan pertumbuhan pada orang muda, sirosis hepatik, diabetes, hipoparatiroid,
gagal jantung, aritmia, dan akhirnya kematian. Pengobatan dengan khelasi besi harus
dipertimbangkan pada penderita ini sebelum terjadi kerusakan organ yang serius.
1. Transfusi Trombosit dan Granulosit
Transfusi trombosit dan granulosit diperlukan bagi penderita trombositopenia yang mengancam
jiwa dan netropenia yang disebabkan karena kegagalan sumsum tulang. Keadaan ini mungkin
akibat langsung dari penyakit penderita, misalnya leukimia akut, anemia aplastika, atau
transplantasi sumsum tulang.
Indikasi transfusi trombosit
Gagal sumsum tulang yangdisebabkan oleh penyakit atau pengobatan mielotoksik
Kelainan fungsi trombosit
Trombositopenia akibat pengenceran
Pintas kardiopulmoner
Purpura trombositopenia autoimun
Efek merugikan pada transfusi trombosit
Efek merugikan pada transfusi trombosit adalah timbulnya kerefrakteran trombosit, aloimunisasi,
penularan penyakit dan kadang-kadang graft versus host disease.
Indikasi transfusi granulosit
Neutropenia persisten dan infeksi berat Jika dihitung neutrofil terus-menerus kurang
dari 0,2 x 10
9
/L dan terdapat bukti jelas infeksi bakteri atau jamur yang tidak dapat
dikendalikan dengan pengobatan menggunakan antibotik yang tepat dalam 48-72 jam.
Fungsi neutrofil abnormal dan infeksi persisten
Sepsis neonatus
Efek merugikan transfusi granulosit
Efek merugikan pada transfusi granulosit adalah timbulnya aloimunisasi, penularan infeksi,
infiltrasi paru dan graft versus host disease.

Anda mungkin juga menyukai