Anda di halaman 1dari 13

Visum et Repertum (VeR)

BAB I
PENDAHULUAN
Visum et repertum disingkat VeR adalah keterangan tertulis yang dibuat
oleh dokter dalam ilmu kedokteran forensik atas permintaan penyidik yang
berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau
mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya
dan di bawah sumpah, untuk kepentingan pro yustisia.
1
Visum et repertum kemudian digunakan bukti yang sah secara hukum
mengenai keadaan terakhir korban penganiayaan, pemerkosaan, maupun korban
yang berakibat kematian dan dinyatakan oleh dokter setelah memeriksa (korban).
Khusus untuk perempuan visum et repertum termasuk juga pernyataan oleh dokter
apakah seseorang masih perawan atau tidak.

!umusan yang jelas tentang pengertian Ve! telah dikemukakan pada


seminar forensik di "edan pada tahun 1#$1 yaitu laporan tertulis untuk
peradilan yang dibuat dokter berdasarkan sumpah atau janji yang diucapkan
pada waktu menerima jabatan dokter, yang memuat pemberitaan tentang
segala hal atau fakta yang dilihat dan ditemukan pada benda bukti berupa tubuh
manusia yang diperiksa dengan pengetahuan dan keterampilan yang sebaik%
baiknya dan pendapat mengenai apa yang ditemukan sepanjang pemeriksaan
tersebut.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI VeR
1,2,3,,!
Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas
permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap
seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh manusia,
berupa temuan dan interpretasinya, di bawah sumpah dan untuk kepentingan
peradilan.
"enurut &udiyanto et al, dasar hukum Ve! adalah sebagai berikut'
(asal 1)) K*+,( menyebutkan'
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan
bedah mayat.
-ang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik
pembantu sebagaimana bunyi pasal .(1) butir h dan pasal 11 Kitab *ndang%
*ndang +ukum ,cara (idana (K*+,(). (enyidik yang dimaksud adalah
penyidik sesuai dengan pasal /(1) butir a, yaitu penyidik yang pejabat (olisi
0egara !1. (enyidik tersebut adalah penyidik tunggal bagi pidana umum,
termasuk pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa manusia. 2leh karena
Ve! adalah keterangan ahli mengenai pidana yang berkaitan dengan kesehatan
jiwa manusia, maka penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang meminta
Ve!, karena mereka hanya mempunyai wewenang sesuai dengan undang%undang
yang menjadi dasar hukumnya masing%masing ((asal .() K*+,(.
3anksi hukum bila dokter menolak permintaan penyidik adalah sanksi
pidana '
2
(asal 1/ K*+('
!arangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang
dilakukan menurut undang"undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi
sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi
kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana# demikian pula
barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang"halangi atau
menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak
sembilan ribu rupiah.
2.2 PERANAN DAN FUN"SI VeR
1,2,3,
(eranan dan fungsi $isum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah
sebagaimana tertulis dalam pasal 1$4 K*+(. Visum et repertum turut berperan
dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa
manusia, dimana $isum et repertum menguraikan segala sesuatu tentang hasil
pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya
dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat
keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang
tertuang di dalam bagian kesimpulan. 5engan demikian visum et repertum secara
utuh telah menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan
membaca $isum et repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi
pada seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma%norma hukum
pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia.
,pabila $isum et repertum belum dapat menjernihkan duduk persoalan di
sidang pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau diajukannya
bahan baru, seperti yang tercantum dalam K*+,(, yang memungkinkan
dilakukannya pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul
keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu
hasil pemeriksaan. +al ini sesuai dengan pasal 1$6 K*+(.
&agi penyidik ((olisi7(olisi "iliter) visum et repertum berguna untuk
mengungkapkan perkara. &agi (enuntut *mum (8aksa) keterangan itu berguna
untuk menentukan pasal yang akan didakwakan, sedangkan bagi hakim sebagai
3
alat bukti formal untuk menjatuhkan pidana atau membebaskan seseorang dari
tuntutan hukum. *ntuk itu perlu dibuat suatu 3tandar (rosedur 2perasional
(rosedur (3(2) pada suatu !umah 3akit tentang tata laksana pengadaan visum et
repertum.
2.3 MANFAA# VeR
,!
"anfaat dari visum et repertum ini adalah untuk menjernihkan suatu
perkara pidana, bagi proses penyidikan dapat bermanfaat untuk pengungkapan
kasus kejahatan yang terhambat dan belum mungkin diselesaikan secara tuntas.
Visum et repertum juga berguna untuk membantu pihak tersangka atau
terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi ahli dan atau
seseorang yang memiliki keahlian khusus untuk memberikan keterangn yang
meringankan atau menguatkan bagi dirinya yaitu saksi ahli.
Visum et repertum ini juga dapat bermanfaat sebagai petunjuk, dimana
petunjuk itu adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaianya,
baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri,
menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.
2. S#RU$#UR VISUM E# REPER#UM
1,2,3,
*nsur penting dalam Ve! yang diusulkan oleh banyak ahli adalah sebagai berikut'
1. (ro 8ustitia
Kata tersebut harus dicantumkan di kiri atas, dengan demikian Ve! tidak
perlu bermeterai.
. (endahuluan
(endahuluan memuat' identitas pemohon visum et repertum, tanggal dan
pukul diterimanya permohonan Ve!, identitas dokter yang melakukan
pemeriksaan, identitas subjek yang diperiksa ' nama, jenis kelamin, umur,
bangsa, alamat, pekerjaan, kapan dilakukan pemeriksaan, dan tempat
dilakukan pemeriksaan.
). (emberitaan (+asil (emeriksaan)
"emuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang diamati,
terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa.
(emeriksaan dilakukan dengan sistematis dari atas ke bawah sehingga
tidak ada yang tertinggal. 5eskripsinya juga tertentu yaitu mulai dari letak
anatomisnya, koordinatnya (absis adalah jarak antara luka dengan garis
4
tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan titik anatomis
permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera, karakteristik serta
ukurannya. !incian tersebut terutama penting pada pemeriksaan korban
mati yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan kembali. (ada
pemeriksaan korban hidup, bagian pemberitaan terdiri dari'
a. 9(emeriksaan anamnesis atau wawancara: mengenai apa yang
dikeluhkan dan apa yang diriwayatkan yang menyangkut tentang
9penyakit: yang diderita korban sebagai hasil dari kekerasan7tindak
pidana7diduga kekerasan.
b. 9+asil pemeriksaan: yang memuat seluruh hasil pemeriksaan, baik
pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
penunjang lainnya. *raian hasil pemeriksaan korban hidup berbeda
dengan pada korban mati, yaitu hanya uraian tentang keadaan umum
dan perlukaan serta hal%hal lain yang berkaitan dengan tindak
pidananya (status lokalis).
c. 9;indakan dan perawatan berikut indikasinya:, atau pada keadaan
sebaliknya, 9alasan tidak dilakukannya suatu tindakan yang seharusnya
dilakukan:. *raian meliputi juga semua temuan pada saat
dilakukannya tindakan dan perawatan tersebut. +al tersebut perlu
diuraikan untuk menghindari kesalahpahaman tentang tepat7 tidaknya
penanganan dokter dan tepat7tidaknya kesimpulan yang diambil.
d. 9Keadaan akhir korban:, terutama tentang gejala sisa dan cacat badan
merupakan hal penting untuk pembuatan kesimpulan sehingga harus
diuraikan dengan jelas.
(ada bagian pemberitaan memuat / unsur yaitu anamnesis, tanda
vital, lokasi luka pada tubuh, karakteristik luka, ukuran luka, dan
tindakan pengobatan atau perawatan yang diberikan.
2.! %e&is'(e&is Visum et Repertum
1,2,3,,!,)
&erdasarkan waktu pemberiannya visum untuk orang hidup dapat dibedakan atas'
(1) Visum seketika (definitive). Visum yang langsung diberikan setelah korban
selesai diperiksa. Visum inilah yang paling banyak dibuat oleh dokter.
5
() Visum sementara. Visum yang diberikan pada korban yang masih dalam
perawatan. &iasanya visum sementara ini diperlukan penyidik untuk
menentukan jenis kekerasan, sehingga dapat menahan tersangka atau sebagai
petunjuk dalam menginterogasi tersangka. 5alam visum semsentara ini belum
ditulis kesimpulan.
()) Visum lanjutan. Visum ini diberikan setelah korban sembuh atau meninggal
dan merupakan lanjutan dari visum semsentara yang telah diberikan
sebelumnya. 5alam visum ini harus dicantumkan nomr dan tanggal dari
visum sementara yang telah diberikan. 5alam visum ini dokter telah membuat
kesimpulan. Visum lanjutan tidak perlu dibuat oleh dokter yang membuat
visum sementara, tetapi oleh dokter yang terakhir merawat penderita.
&erdasarkan objek yang diperiksa, Visum et !epertum dibagi menjadi dua yaitu'
(1) 2bjek (sikis. Visum et !epertum berupa objek psikis ialah Visum et
!epertum psikiatrikum. Visum et !epertum ini perlu dibuat karena adanya
pasal 44 (1) K*+( yang berbunyi <&arangsiapa melakukan perbuatan yang
tidak dapat dipertanggung jawabkan padanya disebabkan karena jiwanya
cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit tidak dipidana=. 2leh
karena Visum et !epertum psikiatrikum menyangkut masalah dapat dipidana
atau tidaknya seseorang atas tindak pidana yang dilakukannya, maka lebih
baik pembuat Visum et !epertum psikiatrikum ini adalah dokter spesialis
psikiatri yang bekerja di rumah sakit jiwa atau rumah sakit umum.
() 2bjek fisik, yang dapat dibagi menjadi dua yaitu
,. Visum et !epertum orang hidup
a. Visum et !epertum perlukaan atau keracunan
;ujuan pemeriksaan kedokteran forensik pada korban hidup adalah untuk
mengetahui penyebab luka atau sakit dan derajat parahnya luka atau sakitnya
tersebut. ;erhadap setiap pasien, dokter harus membuat catatan medis atas
semua hasil pemeriksaan medisnya.
b. Visum et !epertum korban kejahatan susila
6
(ada umumnya, korban kejahatan susila yang dimintakan adalah kasus
dugaan adanya persetubuhan yang diancam hukuman oleh K*+(.
(ersetubuhan yang diancam pidana oleh K*+( meliputi per>inahan,
pemerkosaan, persetubuhan pada wanita yang tidak berdaya, dan
persetubuhan dengan wanita yang belum cukup umur.
*ntuk kepentingan peradilan, dokter berkewajiban untuk membuktikan
adanya persetubuhan, adanya kekerasan, serta usia korban. 3elain itu, dokter
juga diharapkan memeriksa adanya penyakit hubungan seksual, kehamilan,
dan kelainan psikiatri atau kejiwaan sebagai akibat dari tindak pidana
tersebut. 5okter tidak dibebani pembuktian adanya pemerkosaan karena
istilah pemerkosaan adalah istilah hukum yang harus dibuktikan di depan
sidang pengadilan.
&. Visum et !epertum orang mati (jena>ah)
Visum et !epertum jena>ah dibuat terhadap korban yang meninggal. ;ujuan
pembuatan Visum et !epertum ini adalah untuk menentukan sebab, cara, dan
mekanisme kematian. (ada surat permintaan Visum et !epertumnya harus jelas
tertulis jenis pemeriksaan yang diminta, apakah hanya pemeriksaan luar
jena>ah atau pemeriksaan bedah jena>ah (autopsi)
a. Visum et !epertum dengan pemeriksaan luar
(emeriksaan luar jena>ah adalah pemeriksaan berupa tindakan tanpa
merusak keutuhan jaringan jena>ah. (emeriksaan ini dilakukan dengan
teliti dan sistematik, serta kemudian dicatat secara rinci, mulai dari
bungkus atau tutup jena>ah, pakaian, benda%benda di sekitar jena>ah,
perhiasan, ciri%ciri umum identitas, tanda%tanda tanatologi, gigi geligi,
dan luka atau cedera atau kelainan yang ditemukan di seluruh bagian
luar.
b. Visum et !epertum dengan pemeriksaan luar dan dalam
7
&ila juga disertakan pemeriksaan autopsi, maka penyidik wajib
memberi tahu kepada keluarga korban dan menerangkan maksud dan
tujuan pemeriksaan. ,utopsi dilakukan jika keluarga korban tidak
keberatan, atau bila dalam dua hari tidak ada tanggapan apapun dari
keluarga korban ((asal 1)4 K*+,(). 8ena>ah yang diperiksa dapat juga
berupa jena>ah yang didapat dari penggalian kuburan ((asal 1)?
K*+,().(emeriksaan autopsi dilakukan menyeluruh dengan membuka
rongga tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul. 3elain itu juga
dilakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti pemeriksaan
histopatologi, toksikologi, serologi, dan lain sebagainya. 5ari
pemeriksaan dapat disimpulkan sebab kematian korban, jenis luka atau
kelainan, jenis kekerasan penyebabnya, dan perkiraan waktu kematian.
2.) #*t* +*r* Perm,-,&*& .*& Pe&/*0ut*& Visum et Repertum
!,)
,da beberapa syarat yang harus diperhatikan saat pihak berwenang
meminta dokter untuk membuat Visum et !epertum. 3yarat Visum et
!epertum korban hidup yaitu'
(1) +arus tertulis, tidak boleh secara lisan
() 3urat permohonan visum harus diserahkan langsung kepada dokter dari
penyidik, tidak boleh dititip melalui korban atau keluarga korban. 8uga
tidak diperbolehkan melalui jasa pos.
()) &ukan kejadian yang sudah lewat
(4) ,da alasan mengapa korban dibawa kedokter
(?) ,da identitas korban
(/) ,da identitas peminta
(.) "encantumkan tanggal permintaannya
($) Korban diantar oleh polisi atau jaksa
8
8ika korban sudah meninggal dunia, sesuai dengan K*+( pasal 1))
maka permintaan dilakukan secara@ tertulis dan disebutkan secara jelas
apakah untuk pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat, serta
pada saat mayat dikirim kerumah sakit harus diberi label mayat yang memuat
identitas mayat,
2.1 Petu&(u2m Mem0u*t Dis2ripsi Lu2*
1,2,3
(endiskripsian luka harus seobjektif mungkin, meliputi '
1. 8umlah luka
. Aokasi luka, meliputi '
a. Aokasi berdasarkan regio anatomiknya.
b. Aokasi berdasarkan garis kordinat atau berdasarkan bagian%bagian
tertentu dari tubuh.
). &entuk luka, meliputi '
a. &entuk sebelum dirapatkan.
b. &entuk setelah dirapatkan.
4. *kuran luka, meliputi '
a. *kuran sebelum dirapatkan.
b. *kuran setelah dirapatkan.
?. 3ifat%sifat luka, yaitu '
a. Baris batas luka, meliputi '
&entuk (teratur atau tidak)
;epi (rata atau tidak)
3udut luka (ada atau tidak, jumlahnya berapa, runcing atau tidak)
b. 5aerah di dalam garis batas luka, meliputi '
;ebing luka (rata atau tidak serta terdiri dari jaringan apa saja)
,ntara kedua tebing ada jembatan jaringan atau tidak.
5asar luka (terdiri atas jaringan apa,warnanya, perabaannya, dan
apa di atasnya)
c. 5aerah di sekitar garis batas luka, meliputi '
"emar (ada atau tidak)
;atoase (ada atau tidak)
8elaga (ada atau tidak)
&ekuan darah (ada atau tidak)
Aain%lain ada atau tidak.
Karena diskripsi luka bersifat obyektif maka tidak boleh
dikemukakan hal%hal yang bersifat interpretatif.
9
BAB III
PENU#UP
3.1$esimpu3*&
"emuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
dari fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat Ve!, dikaitkan dengan
maksud dan tujuan dimintakannya Ve! tersebut. (ada bagian ini harus memuat
minimal unsur yaitu jenis luka dan kekerasan dan derajat kualifikasi luka. +asil
pemeriksaan anamnesis yang tidak didukung oleh hasil pemeriksaan lainnya,
sebaiknya tidak digunakan dalam menarik kesimpulan. (engambilan kesimpulan
hasil anamnesis hanya boleh dilakukan dengan penuh hati%hati. Kesimpulan Ve!
adalah pendapat dokter pembuatnya yang bebas, tidak terikat oleh pengaruh suatu
pihak tertentu. ;etapi di dalam kebebasannya tersebut juga terdapat pembatasan,
yaitu pembatasan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, standar profesi dan
ketentuan hukum yang berlaku. Kesimpulan Ve! harus dapat menjembatani
antara temuan ilmiah dengan manfaatnya dalam mendukung penegakan hukum.
Kesimpulan bukanlah hanya resume hasil pemeriksaan, melainkan lebih ke arah
interpretasi hasil temuan dalam kerangka ketentuan%ketentuan hukum yang
berlaku.
10
DAF#AR PUS#A$A
1. ,mir, (rof. 5r. ,mri. 66?. !angkaian 1lmu Kedokteran Corensik. Ddisi Kedua.
(ercetakan !amadhan' "edan.
. 1dries, 5r. ,bdul "un im. 1##.. (edoman 1lmu Kedokteran Corensik. Ddisi
(ertama. &inapura ,ksara' 8akarta.
). &udiyanto ,, Eidiatmaka E, sudiono 3, dkk. 1##.. 1lmu Kedokteran Corensik.
&agian Kedokteran Corensik *niversitas 1ndonesia' 8akarta.
4. ,fandi. 616. Visum et !epertum pada Korban +idup. &agian 1lmu Kedokteran
Corensik dan "edikolegal.
?. 5ahlan 3ofwan.66$. (etunjuk (raktikum F (embuatan Visum et !epertum.
*niversitas 5iponegoro ' 3emarang.
/. +oediyanto, 66.. !uku %jar &lmu 'edokteran (orensik dan )edikolegal.
3urabayaG &agian 1KC dan "edikolegal Cakultas Kedokteran *nair.
Hontoh Ve! perlukaan dapat kita lihat seperti dibawah ini'
11
(ekanbaru, 4 ,gustus 616
(!2 8*3;1;1,
VISUM E# REPER#UM
0o. 7;*"7VD!7V1117616
-ang bertandatangan di bawah ini, 5edi ,fandi, dokter spesialis forensic
pada !3*5 ,rifin ,chmad, atas permintaan dari kepolisian sektor;eluk
&elanga dengan suratnya nomor &7).7Ve!7V1117!eskrim tertanggal 4
,gustus 616 maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal dua
puluh empat ,gustus tahun dua ribu sepuluh pukul 3embilan lewat lima
menit Eaktu 1ndonesia &agian &arat.bertempat di !3*5 ,rifin ,chmad,
telah melakukan pemeriksaan korban dengan nomor registrasi 1)4?/
yang menurut surat tersebut adalah'
0ama ' III..
*mur ' )4 tahun
8enis Kelamin ' Aaki%laki
Earga negara ' 1ndonesia
(ekerjaan ' III
,gama ' II..
,lamat ' II
+,31A (D"D!1K3,,0'
1. Korban datang dalam keadaan sadar dengan keadaan umum sakit sedang.
Korban mengeluh sakit kepala dan sempat pingsan setelah
kejadian pemukulan pada kepala JJJJJJJJJJJJJJJJ
. (ada korban ditemukan JJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ
a. (ada belakang kepala kiri, dua sentimeter dan garis pertengahan
belakang, empat senti meter diatas batas dasar tulang, terdapat luka
terbuka, tepi tidak rata, dinding luka kotor, sudut luka tumpul,
berukuran tiga senti meter kali satu senti meter, disekitarnya dikelilingi
benjolan berukuran empat sentimeter kali empat senti meter
JJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ
b. (ada dagu, tepat pada garis pertengahan depan terdapat luka terbuka
tepi tidak rata, dasar jaringan bawah kulit,dinding kotor, sudut tumpul,
berukuran dua senti meter kali setengah sentimeter dasar otot.
JJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ
c. Aengan atas kiri terdapat gangguan fungsi, teraba patah pada
pertengahan serta nyeri pada penekanan. JJJJJJJJJJJ
12
d. Korban dirujuk ke dokter syaraf dan pada pemeriksaan didapatkan
adanya cedera kepala ringan. JJJJJJJJJJJJJJ
). (emeriksaan foto !ontgen kepala posisi depan dan samping tidak
menunjukkan adanya patah tulang. (emeriksaan foto rontgen lengan
atas kiri menunjukkan adanya patah tulang lengan atas pada pertengahan.
JJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ
4. ;erhadap korban dilakukan penjahitan dan perawatan luka, dan
pengobatan. JJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJK
?. Korban dipulangkan dengan anjuran kontrol seminggu lagi.JJJJJJ
KD31"(*A,0 '
(ada pemeriksaan korban laki%laki berusia tiga puluh empat tahun ini
ditemukan cedera kepala ringan, luka terbuka pada belakang kepala kiri
dan dagu serta patah tulang tertutup pada lengan atas kiri akibat kekerasan
tumpul. Hedera tersebut telah mengakibatkan penyakit 7 halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan7pencaharian untuk sementara waktu.
5emikianlah visum et repetum ini dibuat dengan sebenarnya dengan
menggunakan keilmuan yang sebaik%baiknya, mengingat sumpah sesuai
dengan Kitab *ndang%*ndang +ukum ,cara (idana.
5okter (emeriksa
13

Anda mungkin juga menyukai