Anda di halaman 1dari 14

Definisi

Tifoid dan paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus. Paratifoid biasanya
lebih ringan dan menunjukan gambaran klinis yang sama, atau menyebabkan enteritis
akut. Sinonim dengan tifoid adalah typoid and paratyphoid fever, enteric fever, typhus
and paratypus abdominalis.(Soeparman, 1999, Edisi II, Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta,
FKUI)
Tifoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan
oleh salmonella thypii, penyakit ini dapat ditularkan melalui makan, mulut atau minuman
yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii. (Hidayat Alimul Azis.A, 2006, Edisi I,
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Salemba Medika)
Demam tifoid, enteric fever ialah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Ngastiyah,
2005, Edisi II, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC)

Etiologi

Salmonella typhii, Salmonella paratyphii A, Salmonella paratyphii B, S.Paratyphii C

Tanda dan Gejala
Masa tunas demam tifoid berlansung 10 sampai 14 hari. Gejala-gejala yang timbul
amat bervariasi, perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagian duni a, t et api j uga
di daer ah yang sama dar i wakt u ke wakt u. Sel ai n i t u, gambaran
penyaki t bervari asi dari penyaki t ri ngan yang ti dak terdi agnosa,sampai
gambaran penyaki t yang khas dengan kompl i kasi dan kemati an. Hal i ni
menyebabkan bahwa seorang ahl i yang sudah sangat
berpengal aman pundapat mengalami kesulitan untuk membuat diagnosa klinis tifoid
1. Demam, pada kasus yang khas demam berl ansung 3 minggu,
bersi fat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama,
suhu tubuh berangsur-angsur nai k ti ap hari , bi asanya menurun pada
pagi hari dan meni ngkat pada sore dan mal am hari . Dal am mi nggu
kedua pasi en terus berada dal am keadaan demam, pada mi nggu
keti ga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2.Gangguan pada sal uran pencernaan, pada mul ut terdapat panas
berbau t i dak sedap, bi bi r ker i ng dan pecah
pecah ( r agaden) . Li dah t er t ut up selaput putih kotor (coated tongue),
ujung dan tepinya kemerahan, jarang di sertai tremor. Pada abdomen
dapat di temukan keadaan perut kembung(meteori smus). Hati dan
l i mpa membesar di sertai nyeri pada
perabaan.Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau
normal.gangguan kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurun walaupun
tidak dalam yaitu apatis sampai samnolen, jarang terjadi spoor,koma,
atau gelisah gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung
dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan
karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu
pertama













Pemerikasaan Diagnostic Dan Penunjang
a. Pemeriksaan leukosit
Walaupun menurut buku-buku disebutkan bahwa tifoid terdapat leucopenia dan
limpositosis relative, tetapi kenyataan leukopeni tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus tifoid, jumlah leukosit pada sedian darah tepi berada dalam batas-
batas normal, malahan kadangkadang terdapat leukositosis, walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak
berguna untuk diagnosis tifoid.

b. Biakan darah
Biakan darah positif memastikan tifoid, tetapi biakan Negara negative tidak
menyingkirkan tifoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah tergantung pada
beberapa factor, antara lain :
1. Tehnik pemeriksaan laboratorium.Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda
dengan yang lain, malahan hasil satu laboratorium bisa berbeda dari waktu
kewaktu. Hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang
digunakan. Karena jumlah kumam yang berada dalam darah hanya sedikit, yaitu
kurang dari 10 kuman/ml darah, maka untuk jeperluan pembiakan, pada penderita
dewasa diambil 5-10 ml darah dan pada anak-anak 2-5 ml. bila darah yang
dibiakan terlalu sedikit hasil biakan bisa negative, terutama pada orang yang
sudah mendapat pengobatan yang spesifik. Selain itu darah tersebut harus
lansung ditanam pada media biakan sewaktu berada di sisi penderita dan lansung
dikirim ke laboratorium. Waktu pengambilan darah paling baik adalah saat demam
tinggi pada waktu bakterimia berlansung.

2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit. Pada tifoid biakan darah
terhadap S. typhii terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkuran
pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah bisa positif
lagi.



3. Vaksinasi di masa lampau.
Vaksinasi terhadap tifoid di masa lampau menimbulkan antibody dalam darah
penderita. Antibody ini dapat menekan bakterimia, sehingga biakan darah
mungkin negativ.

4. Pengobatan dengan obat antimikroba.
Bila penderita sebelum pembiakan darah sudah mendapat obat antimikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkib
negative.

c. Reaksi Widal
Reaksi widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody
(agglutinin) yang spesifik terhadap salmonella terhadap dalam serum penderita tifoid,
juga pada orang yang pernah ketularan salmonella dan pada oraang yang pernah di
vaksinasi terhadap tifoid. Antigen yang digunakan pada reaksi widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud reaksi widal
adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum penderita yang disangka
menderita tifoid. Akibat infeksi oleh S. typhii, penderita membuat antibody (agglutinin),
yaitu :
1. Agglutinin O, yang dibuat karena ransangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).

2. Agglutinin H, karena ransangan antigen H (berasal dari flagella
kuman).

3. Agglutinin Vi, karena ransangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)

Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosis, makn tinggi titernya, mangkin besar kemungkinan penderita menderita
tifoid. Pada infeksi yang aktif, titer reaksi widal akan meningkat pada pemerikasaan
ulang yang dilakukan selang paling sedikit lima hari.

D. IDL Tubex test
Tubex test pemeriksaan yang sederhana dan cepat. Prinsip pemeriksaannya
adalah mendeteksi antibodi pada penderita. Serum yang dicampur 1 menit dengan
larutan A. Kemudian 2 tetes larutan B dicampur selama 12 menit. Tabung ditempelkan
pada magnet khusus. Kemudian pembacaan hasil didasarkan pada warna akibat ikatan
antigen dan antibodi. Yang akan menimbulkan warna dan disamakan dengan warna
pada magnet khusus (WHO, 2003).

e. Typhidot test
Uji serologi ini untuk mendeteksi adanya IgG dan IgM yang spesifik untuk S. typhi.
Uji ini lebih baik dari pada uji Widal dan merupakan uji Enzyme Immuno Assay (EIA)
ketegasan (75%), kepekaan (95%). Studi evaluasi juga menunjukkan Typhidot-M lebih
baik dari pada metoda kultur. Walaupun kultur merupakan pemeriksaan gold standar.
Perbandingan kepekaan Typhidot-M dan metode kultur adalah >93%. Typhidot-M
sangat bermanfaat untuk diagnosis cepat di daerah endemis demam tifoid (WHO,
2003).

f. IgM dipstick test
Pengujian IgM dipstick test demam tifoid dengan mendeteksi adanya antibodi
yang dibentuk karena infeksi S. typhi dalam serum penderita. Pemeriksaan IgM dipstick
dapat menggunakan serum dengan perbandingan 1:50 dan darah 1 : 25. Selanjutnya
diinkubasi 3 jam pada suhu kamar. Kemudian dibilas dengan air biarkan kering.. Hasil
dibaca jika ada warna berarti positif dan Hasil negatif jika tidak ada warna. Interpretasi
hasil 1+, 2+, 3+ atau 4+ jika positif lemah (WHO, 2003).



Panatalaksanaan Medis
Pasien yang dirawat dengan diagnosis observasi tifoid harus dianggap dan
diperlakukan lansung sebagai pasien tifoid dan diberikan pengobatan sebagai berikut:
1. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan eksreta.

2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang
lama, lemah, anoreksia, dan lain-lain.

3. Istirahat selama demam sampai dengan dua minggu setelah suhu normal
kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk; jika tidak panas lagi boleh
berdiri kemudian berjalan di ruangan.

4. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak meransang dan
tidak menimbulkan gas. Susu dua gelas sehari. Bila kesadaran pasien
menurun di berikan makan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan
nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak.

5. Obat pilihan adalah klorampenikol, kecuali jika pasien tidak cocok dapat
diberikan obat lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian klorampenikol dengan
dosis tinggi, yaitu 100mg/kgBB/hari (maksimal 2 gram perhari), diberikan 4 kali
sehari per oral atau intravena. Pemberian klorampenikol dengan dosis tinggi
tersebut mempersingkat waktu perawatan dan mencegah relaps. Efek
negatifnya adalah mungkin pembentukan zat anti kurang karena basil terlalu
cepat dimusnakan.

6. Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi
dehidrasi dan asidisis diberikan cairan secara intravena dan sebagainya



Penatalaksanaan Farmakologis
Obat-obat pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin atau
kotrimoksasol.
Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah
meropenem, azithromisin dan fluorokuinolon.6
Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4
kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat
indikasi kontra pemberian kloramfenikol
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemberian, intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari,
amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemberian, oral/intravena selama 21 hari,
kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2 kali
pemberian, oral, selama 14 hari.6
Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan diberikan
2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari. Pada
kasus yang diduga mengalami MDR (Multi Drug Resistance), maka pilihan antibiotika
adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.

Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam :
1. Komplikasi intestinal :
a.Perdarahan usus
b.Perforasi usus
c.Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstra-intestinal :
a.Komplikasi kardiovaskular :
Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis dan
tromboflebitis.


b.Komplikasi darah :
Anemia hemolitik, trombositopenia dan/atau Disseminated Intravascular
Coagulation
(DIC) dan sindrom uremia hemolitik.
c.Komplikasi paru :
Pneumonia, empiema dan pleuritis.
d.Komplikasi hepar dan kandung empedu :
Hepatitis dan kolesistisis.
e.Komplikasi ginjal :
Glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.
f.Komplikasi tulang :
Osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artitis.
g.Komplikasi neuropsikatrik :
Delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, SGB, psikosis dan sindrom
katatonia.
Pada anak-anak dengan demam paratifoid , komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi
sering terjadi pada keadaan toksemia berat dan kelemahan umum terutama bila
perawatan pasien kurang sempurna.
Pencegahan
Kebersihan makanan dan minuman sangat penting dalam pencegahan demam tifoid .
Merebus air minum dan makanan sampai mendidih juga sangat membantu. Sanitasi
lingkungan, termasuk pembuangan sampah dan imunisasi, berguna untuk mencegah
penyakit. Secara lebih detail, strategi pencegahan demam tifoid mencakup hal hal
berikut
1. Penyediaan sumber air minum yang baik
2. Penyediaan jamban yang sehat
3. Sosialisasi budaya cuci tangan
4. Sosialisasi budaya merebus air sampai mendidih sebelum diminum
5. Pengawasan kepada para penjual makanan dan minuman
6. Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menyusui
7. Imunisasi

Asuhan Keperawatan
a. Kurang nutrisi.
b. Hipertermia
c. Gangguan rasa nyaman
Rencana Tindakan Keperawatan
1. Kekurangan nutrisi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 7 x 24 jam nutrisi kembali
normal
Kriteria Hasil:
Nutrisi terpenuhi
BB meningkat
















2. Hipertermia
Tujuan: setelah di lakukakn tindakan keperawatan 1 x 24 jam kondisi suhu tubuh
dalam batas normal
Kriteria Hasil:
Suhu tubuh kembali normal































3. Angguan rasa nyaman
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam rasa
ketidak nyamanan pasien dapat di talangi.
Kriteria Hasil:
Pasien merasa lebih nyaman
Pasien tidak cemas





Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol.1.
EGC: Jakarta
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Media
Aesculapius: Jakarta
Staf Pengajar IKA FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak, Buku kuliah 1. Bagian IKA
FKUI: Jakarta
Suriadi & Rita Yuliani.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1. CV. Sagung
Seto: Jakarta














Patofisiologi

Anda mungkin juga menyukai