Anda di halaman 1dari 9

Universitas Gadjah Mada 1

Lampiran 5








Topik/Pokok Bahasan : Interaksi obat, antiseptika & desinfektan

Pengampu : Dra. Soepartinah, SU., Apt
Universitas Gadjah Mada 2

INTERAKSI OBAT
Dra. Soepartinah, MS. Apt

PENDAHULUAN
Dengan berkembangnya dunia pengobatan dan penemuan obat-obat barn,
memberikan peluang pada dokter praktek menggunakan lebih dari satu macam obat
(polimorfi). Oleh karena itu perlu diwaspadai adanya interaksi obat dengan obat, dan atau
obat dengan makanan.
Interaksi ada 3 (tiga) macam yaitu (1) interaksi farmasetik yang merupakan interaksi
fisika-kimia antara obat dengan obat, obat dengan zat pembantu yang terjadi di luar badan.
(2) interaksi farmakokinetik, merupakan interaksi yang berkaitan dengan absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi. (3) interaksi farmakodinamik yang merupakan interaksi yang
terjadi bila dua obat atau lebih bekerja pada tempat yang sama (sinergisme atau
antagonisme).

BATASAN INTERAKSI OBAT
Interaksi obat adalah suatu peristiwa dimana kerja obat dipengaruhi oleh obat lain yang
diberikan secara bersamaan atau hampir bersamaan. Interaksi tersebut dapat menimbulkan
potensiasi atau antagonisme satu obat oleh obat lainnya. Interaksi obat dapat menyebabkan
meningkatnya toksisitas obat, efek samping, atau berkurangnya efek klinik.

MACAM INTERAKSI OBAT
Menurut mekanisme kerjanya interaksi dibagi menjadi 3 :
1. Interaksi farmasetik
Diberikan bersamaan/dicampurkan Terjadi jika antara 2 obat yang terjadi inkompatibilitas
atau reaksi langsung (fisika-kimia), yang umumnya di luar tubuh, dan mengakibatkan
efek farmakologi obat tersebut berubah/hilang.
2. Interaksi farmakodinamik
Terjadi di tingkat reseptor dan mengakibatkan berubahnya efek salah satu obat, bisa
sinergis/potensiasi atau antagonis
3. Interaksi farmakokinetik
Terjadi perubahan dalam proses absorbsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi
sehingga dapat mengakibatkan perubahan efek obat. Interaksi ini dapat meningkatkan
atau mengurangi jumlah/konsentrasi obat yang satu karena obat yang lain.
Universitas Gadjah Mada 3

Menurut letak dan tempat interaksi :
1. In vitro ( interaksi farmasetik)
Terjadi sebelum obat diberikan kepada pasien. Ini bisa terjadi karena adanya obat-obat
yang tidak tercampurkan (incompatible) dalam suatu sediaan.
2. In vivo
Terjadi di dalam tubuh, dalam bentuk interaksi farmakokinetik, berkaitan absorpsi,
distribusi metabolisme dan ekskresi, sedang farmakodinamik berkaitan perebutan
menduduki reseptor, potensiasi dan perubahan elektrolit bahan.

Interaksi Farmasetik = Drug Incompatibility (= tidak dapat bercampurnya obat)
Interaksi farmasetik bisa terjadi
antara : - Obat dengan obat lain
- Obat dengan bahan pembawa obat lain
- Obat dengan bahan tambahan obat lain
- Obat dengan lingkungan obat lain
- Bahan pembawa obat yang satu dengan bahan pembawa obat lain
- Bahan pembawa obat yang satu dengan bahan tambahan obat lain
- Bahan pembawa obat yang satu dengan linkungan obat yang lain
- Interaksi farmasetik pada umumnya terjadi karena adanya perubahan/reaksi fisika-kimia.

Obat-obat yang mengalami interaksi farmasetik kemungkinan menimbulkan tanda-tanda
sebagai berikut :
a. Presipitasi/endapan, koagulasi /keruh
b. Perubahan warna
c. Perubahan stabi l itas
d. Terjadi timbul gas

a. Terjadi presipitasi/endapan/koagulasi/keruh :
1. Reaksi penggaraman
Contoh : Inj. Streptomycin sulfas + Inj. Calsium gluconat terjadi Ca SO
4

2. Pembebasan senyawa dari bentuk garamnya
Contoh : Inj. Phenitoin Na + Inj. Luminal Na dalam larutan terjadi kristal
Phenitoin/Luminal yang sukar larut.
3. Perbedaan bahan pembawa pelarut minyak.
Contoh : - Inj. Terramycin + Inj. Delladryl pelarut air terjadi keruh -
Inj. Valium dalam larutan Infusa i.v. terjadi keruh

Universitas Gadjah Mada 4

b. Terjadi perubahan warna
Contoh : - Salisilat natrium dalam obat minum ada sedikit traces (unsur Fe) menjadi
larutan ungu. Dalam hal ini menyebabkan pasien khawatir meminumnya.
Oleh karena itu di apotek ditambah Succus liq. agar perubahan warna tidak
kelihatan.
- Tab. Aminophyllin + Tab. Vit. C (warna menjadi kuning/coklat)
- Sol. Lugol 0,2% 25 ml + Tab. Vit. C (warna menjadi bening)

c. Terjadi perubahan stabilitas :
Contoh : - Camphora 100 mg + Mentol 100 mg terjadi basah (penurunan titik lebur)
- Ampicilin 0,2% dalam Infus Dextrose, NaCI, Na lactat lebih dari 4 jam
Ampicillin degradasi.
- Penicillin G 6mg/ml + Infus; Penicillin G 6mg/ml + Chlorpromazin 200 mg/1;
Penicillin G 6 mg/ml + Amphotericin 200 mg/1 akan terjadi berkabut dalam 3
jam.
- Inj. Heparin, Inj. Kanamycin, Inj. Penicillin + Inj. Hydrocortison akan terjadi
tidak aktif.

d. Terjadi timbul gas :
Contoh : - Proris effervescent
- Magnesium carbonat 600 mg + Asam sitrat dalam 100 ml air terjadi timbul gas
- Calsium D Redoxon + air terjadi gas yang menyebabkan rasa segar bila
diminum

Interaksi dapat menimbulkan perubahan sifat obat, bahkan obat dapat tidak berkhasiat (tidak
Universitas Gadjah Mada 5

DAFTAR PUSTAKA :

1. Arthur Osol et all, 1986. Remington's Pharmaceutical Sciences, 16
t
'. Ed. Mack Publishing
Co., Easton Pensylvania.
2. Nanizar Zaman J., 1998. Ars Prescribendi Resep yang Rasional, Airlangga Universitas
Press, Surabaya.
3. Rogers, H.J., Spector, RG., Trounce JR. A Textbook of Clinical Pharmacology. Hodder &
Stoughton, Toronto.
Universitas Gadjah Mada 6

ANTISEPTIKA DAN DESINFEKTAN
Dra. Soepartinah, SU. Apt

PENDAHULUAN
Antiseptika (berasal dari bahasa Yunani : sepsis = busuk) adalah zat-zat yang dapat
mematikan dan menghentikan pertumbuhan kuman-kuman setempat di jaringan jaringan
hidup, khususnya di atas kulit dan selaput lendir (mulut, tenggorokan dan sebagainya). Zat-
zat yang terutama digunakan pada benda-benda tak hidup, disebut desinfektansia, yakni
obat yang dapat mencegah infeksi dengan jalan memusnahkan hama-hama patogen pada
misalnya alat-alat kesehatan dan operasi, lantai dan air minum atau kolam renang (klor,
karbol, lisol, formalin dsb.)

Batasan Pengertian
Antiseptika : that yang mencegah atau menahan pertumbuhan organisme dengan cara
merusak atau menghambat pertumbuhannya.
Desinfektan : mencegah pertumbuhan dan perbanyakan bakteri patogen dan non patogen
pada alat.

Pembagian Antiseptik/Desinfektan berdasarkan rumus kimia :
Golongan Alkohol , contoh : Ethyl alkohol
Golongan Aldehid, contoh : Formaldehid
Golongan Asam, contoh : Asam asetat, Asam benzoat, Asam borat
Golongan Halogen, contoh : Yodium, Chlorine
Golongan Oksidator, contoh : Hidrogen peroksida, Kalium permanganat
Golongan Logam berat, contoh : Argentum nitrat
GoIongan Logam yang lain, contoh : Zink sulfat, Cupri sulfat
GoIongan Phenol dan derivatnya
Golongan Sabun
Lain-lain, contoh : Povidon iodin, Hexetidin, Rivanol, Gentian violet

Golongan Aldehid
Formalin : Formaldehyd
Dalam larutan Formalin berisi 34-38% dicampur dengan Metil alkohol sebagai stabilisasi
untuk
mencegah terjadinya polimererisasi menjadi Formaldehyde
Efek : efektif terhadap bakteri, fungi dan virus tetapi lemah terhadap spora

Universitas Gadjah Mada 7

Golongan Asam
1. Asam asetat
- 36 37% : sebagai caustic, adstringent, dan styptic pada kulit
- 2 3% : untuk menetralkan kebakaran yang disebabkan
basa - 0,5 1% : sebagai antiseptik pada kulit

2. Asam benzoat
- 0,5 5% : sebagai "suncreem" dengan cara mengabsorpsi sinar ultra violet
berpanjang gelombang
- 280 320 mikro yang menyebabkan "sunburn" (terbakar matahari)

3. Asam borat
- 1% : untuk topikal sebagai fungisid dan bakterisid
Perhatian : salep yang memakai Acid boricum untuk yang terluka dan mengalami
granulasi (sangat berbahaya)

4. Golongan Halogen
- Yodium, dalam air terjadi I
2
+ H
4
O ----------
2
HI + On
Efek : - counter iritan, desinfektan
- dalam air/alkohol bersifat fungicide dan bactericide
Tetapi kurang efektif terhadap spora
Preparat : Tinctur yodium 10%
- Chlorine
Preparat Calcium chlorine : Ca (OCI) Cl : Caporit (bleaching powder)
Air minum 1:300.000 membunuh amuba dan kistanya dalam waktu 30 menit
Mengurangi bau Chlorine dengan cara menambahkan sedikit Sodium tiosulfat

5. Golongan Oksidator
- Perhydrol (H
2
O
2
)
Pekat 30% berbahaya karena mengiritasi kulit, yang dipakai dalam resep adalah
Hidrogen peroksida (3%). Preparat : sebagai tetes telinga, untuk cuci mulut (15 ml
perhydrol 3% +
1
/
2
gelas air hangat), efek : germicide
- Kalium permanganat
Besifat oksidator kuat, akan terjadi ledakan bila kontak dengan bahan-bahan reduksi.
Dalam larutan tidak stabil dan mudah terurai menjadi endapan MnO
2
(merah bata).
Efek : antiseptik, adstrengent, mengurangi bau amis, untuk kompres pada eksem,
dermatitis (1:1000), kumur (1 : 4000)
Universitas Gadjah Mada 8

6. Golongan logam berat
Argentum nitras (Ag NO3) dipakai sebagai desinfektan, caustic, adstrenget. Larutan
Argentum nitrat 1% sebanyak 2 tetes dipakai sebagai profilaksi pada mata bayi yang
baru dilahirkan

7. Golongan Logam yang lain
Zink sulfat : larutan 0,25% dipakai inflamasi kronis dari konjunktivitis

8. Golongan Phenol
- Phenol, merusak kulit pada konsentrasi 1-2%, sedang 5% sangat iritasi terhadap
jaringan, efek sebagai desinfektan
- Hexachlorophen, paten Phisohex, Trombophop gel ada pada sabun-sabun (3%),
sebagai pencegah penyakit kulit pada bayi yang baru lahir (terhadap staphylococcus).
Tetapi kalai berulang-ulang, terutama pada bayi prematur menyebabkan efek toxis pada
susunan syaraf terutama degenerari pada otak.

9. Golongan Sabun
Dibuat dengan saponifikasi dari minyak tumbuh-tumbuhan dengan caustic soda, macam
sabun tergantung dari asam lemak/minyak yang dipakai, dibagi :
- Hard soap (sabun kuat) : terdiri dari Na oleat/Na palmitat/Na stearat putih atau
kekuningkuningan berbentuk powder atau batang lalrut dalam air/alkohol.
- Soft soap (sabun lunak = sabun hijau) : garam K atau Na dari minyak kelapa, warna
kuning keputih-putihan, coklat kekuning-kuningan atau hijau, massa : lunak dan
mudah larut
- Medical soap (sabun obat) : sabun yang berisi antiseptik dipakai sebagai detergent
dan bahan pengisi liniment.

10. Golongan lain
- Povidon iodine, contoh Betadin dengan bentuk sediaan solutio, gel, douche
sebagai ptyriasis, sebroohoeic
- Gentian violet 1-2% (untuk tutul bibir) sebagai antifungi, antibakteri
- Hexetidin, sebagai antibakteri, antifungi, antitrichomonas, untuk enderita vaginitis,
cervisitis. Paten : Bactidol (BSO solution 0,5%, 0,1% dan gel
- Cetrimide, antiseptika dan baktekrisid kuat, antifungi, tetapi tidak aktif terhadap spora.
Dipergunakan untuk membersihkan alat-alat kesehatan . Paten : Savlon
Universitas Gadjah Mada 9

DAFTAR PUSTAKA :

1. John, E.H. et all, 1975. Remington 's Pharmaceutical Sciences. 17
t
. Ed. Mack Pubishing
Company
2. Seymour S. Block, 1977. Desinfection, sterilization and preservation. Mack Publshing
Company

Anda mungkin juga menyukai