Anda di halaman 1dari 16

POLITEKNIK KEMENKES PALEMBANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU


Tahun Ajaran 2011/2012


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, tak lupa kami panjatkan kepeda Allah.swt yang mana karena
nikmatnya jualah kami masih diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan Tugas
kelompok Maternitas yang membahas tentang Askep Demensia.
Sehingga dengan Askep ini, kita dapat lebih memahami materi Masalah Askep
Demension yang dapat menambah ilmu pengetahuan kita.
Askep ini kami susun sesuai dengan materi yang kami pelajari bersumber dari
sumber yang jelas dan lengkap serta bimbingan dari dosen mata kulia.
Mungkin didalam penyampaian askep ini, terdapat kata-kata yang salah atau
kurang berkenan dan sekiranya kami mohon maaf, karena TAK ADA GADING
YANG TAK RETAK kami harap teman-teman dapat memberikan saran, masukan
ataupun pendapat untuk kami semua agar kami dapat mejadi lebih baik untuk
kedepannya.
Kami harap makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
bagi kita semua, sehingga dapat bermanfaat bagi Kita semua. Amien . . . . . . . . !!!!

Lubuklinggau, Mei 2012










Daftar Isi
Halaman Judul .
Kata Pengantar
Daftar Isi .
BAB I PENDAHULUAN .
A. Latar Belakang
BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan Teori ..
1. Pengertian .
2. Epidemiologi
3. Etiologi .
4. Klasifikasi
5. Tanda dan Gejala .
6. Patofisiologi .
7. Diagnosis .
8. Penatalaksanaan
9. Pencegahan dan Perawatan ..
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian ..
2. Diagnosa Keperawatan .
3. Perencanaan ..
4. Evaluasi .
Daftar Pustaka



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan dengan jumlah orang yang mencapai usia tua telah menjadi masalah
besar bagi pelayanan psikiatri. Lebih banyak orang hidup sampai tua, dimana
mereka berisiko untuk demensia serta lebih sedikit orang muda ada untuk
merawatnya. Proses penuaan secara normal membawa perubahan mental maupun
fisik. Penurunan intelektual mulai terlihat pada dewasa muda, dan semakin jelas
pada usia tua. Kesulitan mengingat berbentuk lambatnya dan buruknya daya ingat,
lupa senilis yang ringan biasanya lupa nama atau hal lain yang relative tidak penting.
Penuaan juga melibatkan perubahan sosial dan psikologi.
Penuaan fisik dan pensiun dari pekerjaan menimbulkan penarikan diri bertahap dari
masyarakat sejalan dengan itu terjadi penyempitan minat dan pandangan
ketakmampuan menerima pemikiran baru, kecenderungan memikirkan hal yang
lampau dan mempunyai pandangan konservatif.peruabahan ini semakin cepat pada
orang tua yang menderita penyakit mental. Penyakit mental pada orang tua sangat
bervariasi, maka terjadilah masalah besar, seperti masalah social dan ekonomi
maupun medis yang muncul akibat demensia senilis dan demensia multi
infark.penyakit ini sering terjadi bahkan meningkat karena populasi orang tua
bertambah dan tidak tersedianya tindakan pencegahan atau pengobatan. Banyak
orang tua yang menderita demensia juga menderita penyakit fisik penyerta lain.
Lanjut usia atau lansia identik dengan demensia atau pikun dan perlu diketahui
bahwa pikun bukanlah hal yang normal pada proses penuaan. Lansia dapat hidup
normal tanpa mengalami berbagai gangguan memori dan perubahan tingkah laku
seperti yang dialami oleh lansia dengan demensia. Sebagian besar orang mengira
orang bahwa demensia adalah penyakit yang hanya diderita oleh para lansia,
kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapa saja dari semua tingkat usia dan
jenis kelamin (Harvey, R.J.et al.2003).
Hal ini akan menitikberatkan pada demensia yang diderita oleh lansia dan
perawatan yang dapat dilakukan keluarga sebagai support system yang penting
untuk penderita demensia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan
fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas
social dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). (Mickey
Stanley, 2006)
Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual
dapat diakibatkan oleh pnyakit di otak. Sindrom ini ditandai olah gangguan kognitif,
emosional, dan psikomotor. (Lumbantobing, 2006)
Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama pada
sel yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks
serebral dan hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali kehilangan
kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika
degenerasi ini mulai berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat
dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-sel atau menggantikannya.(Kushariyadi,
2010)
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang
secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan
kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
(http://medicastore.com/penyakit/699/Demensia.html)

2. Epidemiologi
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun
adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). Peningkatan angka kejadian
kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu
populasi. Kira-kira 5 % usia lanjut 65 70 tahun menderita demensia dan meningkat
dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada
negara industri kasus demensia 0.5 1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada
usia lanjut 10 15% atau sekitar 3 4 juta orang. Demensia terbagi menjadi dua
yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer
merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa sekitar
50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35%
disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 60 %
dan 30 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.
3. Etiologi
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan
timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat
disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. &
Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa
penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular
(pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh
persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Tiap penyakit yang melibatkan otak dapat menyebabkan demensia, misalnya :
gangguan peredaran darah di otak, radang, neoplasma, gangguan metabolic,
penyakit degenerative. Semua hal ini harus ditelusuri. Gejala atau kelainan yang
menyertai demensia kita teliti. Sering diagnose etiologi dapat ditegakkan melalui
atau dengan bantuan kelainan yang menyertai, seperti : hemiparese, gangguan
sensibilitas, afasia, apraksia, rigiditas, tremor. (Lumbantobing, 2006)
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit
Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga
membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya
(Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori,
kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.
4. Klasifikasi
1. Demensia Tipe Alzheimer
Dari semua pasien dengan demensia, 50 60 % memiliki demensia tipe ini. Orang
yang pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah Alois Alzheimer sekitar tahun
1910. Demensia ini ditandai dengan gejala :
Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia,
gangguan fungsi eksekutif,
Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
Kehilangan inisiatif.
Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti penyebabnya,
walaupun pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi post mortem telah ditemukan
lose selective neuron kolinergik yang strukturnya dan bentuk fungsinya juga terjadi
perubahan.
2. Demensia Vaskuler
Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan Alzheimer tetapi
terdapat gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal seperti :
Peningkatan reflek tendon dalam,
Respontar eksensor,
Palsi pseudobulbar,
Kelainan gaya berjalan,
Kelemahan anggota gerak.
Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering pada lansia,
sehingga perlu dibedakan dengan demensi Alzheimer.
Pencegahan pada demensia ini dapat dilakukan dengan menurunkan faktor resiko
misalnya ; hipertensi, DM, merokok, aritmia. Demensia dapat ditegakkan juga
dengan MRI dan aliran darah sentral.
Pedoman diagnostik penyakit demensia vaskuler :
Terdapat gejala demensia
Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata
Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal

5. Tanda dan Gejala
Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata
atau cerita yang sama berkali-kali
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah
drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain,
rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak
mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah
6. Patofisiologi
Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua per tiga kasus demensia.
Penyebab spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun tampaknya
genetika berperan dalam hal itu. Teori-teori lain yang pernah popular, tetapi saat ini
kurang mendukung, antara lain adalah efek toksik dari aluminium, virus yang
berkembang perlahan sehingga menimbulkan respon atau imun, atau defisiensi
biokimia. Dr. Alois Alzheimer pertama kali mendeskripsikan dua jenis struktur
abnormal yang ditemukan pada otak mayat yang menderita penyakit Alzheimer:plak
amiloid dan kekusutan neurofibril trdapat juga penurunan neurotransmitter tertentu,
terutama asetilkolin. Area otak yang terkena penyakit Alzheimer terutama adalah
korteks serebri dan hipokampus, keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi
kognitif dan memori.
Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid berasal dari protei yang
lebih besar, protein precursor amiloid (amyloid precursor protein[APP]). Keluarga-
keluarga dngan awitan dini penyakit Alzheimer yang tampak sebagaisesuatu yang
diturunkan telah menjalani penelitian, dan beberapa diantaranya mengalami mutasi
pada gen APP-nya. Mutasi genAPP lainnya yang berkaitan dengan awitan lambat
AD dan penyakit serebrovaskular juga telah diidentifikasi. Terdapat peningkatan
risiko awitan lambat penyakit Alzheimer dengan menurunnya alel apo E4 pada
kromosom 19. Simpul neurofibriler adalah sekumpulan serat-serat sel saraf yang
saling berpilin,yang disebut pasangan filamen heliks. Peran spesifik dari simpul
tersebut pada penyakit ini sedang diteliti. Asetilkolin dan neurotransmiter merupakan
zat kimia yang diperlukan untuk mengirim pesan melewati system saraf. Deficit
neurotransmiter menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang kompleks di
antara sel-sel pada system saraf. Tau dalah protein dalam cairan srebrospinal yang
jumlahnya sudah meningkat sekalipun pada penyakit Alzheimer tahap awal.
Temuan-temuan yang ada menunjukan bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula di
tingkat selular, dengan atau menjadi penanda molecular di sel-sel tersebut.
Demensia multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang paling banyak terjadi.
Pasien-pasien yang menderita penyakit serebrovaskular yang seperti namanya,
berkembang menjadi infark multiple di otak. Namun, tidak semua orang yang
menderita infark serebral multiple mengalami demensia. Dalam perbandingannya
dengan penderita penyakit Alzheimer, orang-orang dengan demensia multi infark
mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari sekedar deteriorasi linear pada
kognisi dan fungsi, dan dapat menunjukan beberapa perbaikan di antara peristiwa-
peristiwa serebrovaskular.
Sebagian besar pasien dengan penyakit Parkinson yang menderita perjalanan
penyakiy yang lama dan parah akan mengalami demensia. Pada satu studi, pasien-
pasien diamati selama 15 sampai 18 tahun setelah memasuki program pengobatan
levodopa, dan 80% di antaranya menderita demensia sedang atau [parah sebelum
akhirnya meninggal dunia. (Mickey Stanley, 2006)
7. Diagnosis
Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:
Pembedaan antara delirium dan demensia
Bagian otak yang terkena
Penyebab yang potensial reversibel
Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut
Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah
Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC
Pencitraan otak amat penting CT atau MRI
8. Penatalaksanaan
Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak yang
disfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan
dilakukan tepat pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik, dan
tes laboratorium, termasuk pencitraan otak yang tepat, harus dilakukan segera
setelah diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu penyebab demensia
yang dapat diobati, terapi diarahkan untuk mengobati gangguan dasar.
Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk memberikan
perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan
pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala perilaku yang
mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang mendukung,
dan pengobatan farmakologis simptomatik diindikasikan dalam pengobatan
sebagian besar jenis demensia. Pengobatan simptomatik termasuk pemeliharaan
diet gizi, latihan yang tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap masalah
visual dan audiotoris, dan pengobatan masalah medis yang menyertai, seperti
infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal. Perhatian
khusus karena diberikan pada pengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi
frustasi, kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka merawat pasien selama
periode waktu yang lama.
Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada penyakit
kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik. Faktor-faktor
tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, penyakit jantung, diabetes dan
ketergantungan alkohol. Pasien dengan merokok harus diminta untuk berhenti,
karena penghentian merokok disertai dengan perbaikan perfusi serebral dan fungsi
kognitif.
v Obat untuk demensia
1. Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian.
Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada
beberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan tidak menunjukkan
keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia
alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi kolinergik; demensia ini
juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi
kolinergik dan noradrenergic ternyata bersifat kompleks; pemberian obat kombinasi
ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang mengganggu sistem
kardiovaskular.
2. Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan
hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti untuk
mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian prekursor, cholinedan
lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan, namun demikian
tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengancholine ada sedikit perbaikan
terutama dalam fungsi verbal dan visual. Denganlecith in hasilnya cenderung
negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga kadar dalam serum
mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal naik sampai 58 persen.
3. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh perhatian.
Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan
informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik, pemberian
ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan umum.
4. Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering digunakan
dalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya
berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate memperbaiki perfusi
serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan meningkatkan konsumsi
oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung,
serta memperbaiki kognisi. Disisi lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk
memperbaiki perasaan hati dan perilaku.
5. Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium
channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat
untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat
untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun pada lansia dan demensia jenis
Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa
dampak hipotensif; dengan demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif
untuk lansia terutama yang mengidap hipertensi esensial.
9. Pencegahan dan Perawatan
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan
fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol
dan zat adiktif yang berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan
setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi
4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tanda dan Gejala yang ditemukan pada saat melakukan pengkajian pada pasien
dengan demensia adalah sebagai berikut :
1. Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
2. Pelupa
3. Sering mengulang kata-kata
4. Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
5. Cepat marah dan sulit di atur.
6. Kehilangan daya ingat
7. Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
8. Kurang konsentrasi
9. Kurang kebersihan diri
10. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
11. Tremor
12. Kurang koordinasi gerakan.
2. Diagnosa keperawatan
1) Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi
neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi,
tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.
2) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi,
transmisi atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi,
gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.
3) Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak
cemas, mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental, tingkah laku
curiga, dan tingkah laku agresif.
4) Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori ditandai
dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu
menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
5) Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi atas
kehilangan kemandiriannya ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan
perawatan diri.
6) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan pemecahan masalah tidak
adekuat ditandai dengan cepat marah, curiga, mudah tersinggung.
7) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai
dengan disorientasi tempat, orang dan waktu.
8) Risiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mudah lupa, kemunduran hobi, perubahan sensori.
9) Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan,
kelemahan, otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.















3. Perencanaan
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan kriteria
hasil
Intervensi Rasional
1 Perubahan proses
pikir berhubungan
dengan perubahan
fisiologis
(degenerasi neuron
ireversibel) ditandai
dengan hilang
ingatan atau
memori, hilang
konsentrsi, tidak
mampu
menginterpretasikan
stimulasi dan
menilai realitas
dengan akurat.
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
diharapkan klien
mampu mengenali
perubahan dalam
berpikir dengan KH:-
Mampu
memperlihatkan
kemampuan
kognitifuntuk menjalani
konsekuensi kejadian
yang menegangkan
terhadap emosi dan
pikiran tentang diri
- Mampu
mengembangkan
strategi untuk
mengatasi anggapan
diri yang negative
-
1. Kembangkan
lingkungan yang
mendukung dan
hubungan klien-perawat
yang terapeutik.
2. Kaji derajat gangguan
kognitif, seperti
perubahan orientasi,
rentang perhatian,
kemampuan berpikir.
Bicarakan dengan
keluarga mengenai
perubahan perilaku.
3. Pertahankan
lingkungan yang
menyenangkan dan
tenang.

2 Perubahan persepsi
sensori
berhubungan
dengan perubahan
persepsi, transmisi
atau integrasi
sensori (penyakit
neurologis, tidak
mampu
berkomunikasi,
gangguan tidur,
nyeri) ditandai
dengan cemas,
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
diharapkan perubahan
persepsi sensori klien
dapat berkurang atau
terkontrol dengan KH:-
Mengalami
penurunan halusinasi
-
Mengembangkan
strategi psikososial
untuk mengurangi
stress atau mengatur
1. kembangkan
lingkungan yang
suportif dan
hubungan
perawat klien
terapeutik
2. Bantu klien untuk
memahami
halusinasi
3. beri informasi
tentang sifat
halusinasi
,hubungannya
1. Keterlibatan otak memperlihatkan masalah
yang bersifat asimetris menyebabkan klien
kehilangan kemampuan pada salah satu sisi
tubuh (gangguan unilateral). Klien tidak
dapat mengenali rasa lapar
1. Untuk menurunkan kebutuahan akan
halusinasi
2. Meningkatkan masukan
sensori,membatasi /menurunkan kesalahan
interpretasi stimulasi
apatis, gelisah,
halusinasi.
prilaku.
-
Mendemonstrasikan
respon yang sesuai
stimulasi
dengan
stresor/pengalam
an emosional
yang
traumatic,pengob
atan dan cara
mengatasi
3 Sindrom stress
relokasi
berhubungan
dengan perubahan
dalam aktivitas
kehidupan sehari-
hari ditandai dengan
kebingungan,
keprihatinan,
gelisah, tampak
cemas, mudah
tersinggung, tingkah
laku defensive,
kekacauan mental,
tingkah laku curiga,
dan tingkah laku
agresif.
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
diharapkan klien dapat
beradaptasi dengan
perubahan aktivitas
sehari- hari dan
lingkungan dengan KH
:-
Mengidentifikasi
perubahan
- Mampu
beradaptasi pada
perubahan lingkungan
dan aktivitas kehidupan
sehari- hari
-

4 Perubahan pola
tidur berhubungan
dengan perubahan
lingkungan ditandai
dengan keluhan
verbal tentang
kesulitan tidur,
terus-menerus
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan tidak terjadi
gangguan pola tidur
pada klien dengan KH
:- Memahami
factor penyebab
gangguan pola tidur
1. Jangan
menganjurkan
klien tidur siang
apabila berakibat
efek negative
terhadap tidur
pada malam hari
2. Evaluasi efek obat

terjaga, tidak
mampu menentukan
kebutuhan/ waktu
tidur.
- Mampu
menentukan penyebab
tidur inadekuat
- Mampu
memahami rencana
khusus untuk
menangani/mengoreksi
penyebab tidur tidak
adekuat
klien (steroid
,diuretik) yang
mengganggu
tidur.
3. Tentukan
kebiasaan dan
rutinitas waktu
tidur malam
dengan kebiasaan
klien (memberi
susu hangat)
4. Evaluasi
1) Mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani konsekuensi.
2) Perubahan persepsi sensori tidak terjadi atau terkontrol.
3) Mampu beradaptasi pada perubahan lingkungan dan aktivitas.
4) Perubahan pola tidur tidak terjadi atau terkontrol.
5) Perawatan diri dapat terpenuhi.
6) Klien menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
7) Teknik/metode klien komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi
8) Nutrisi klien seimbang
9) Risiko cedera tidak terjadi.






DAFTAR PUSTAKA
Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI
Nugroho,Wahjudi.1999. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran. Jakarta:
EGC
Stanley,Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai