Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Corpus alienum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar atau dalam tubuh
yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh. Benda asing dalam suatu organ dapat
terbagi atas benda asing eksogen (dari luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam
tubuh). Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen
padat terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-
tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku,
jarum, peniti, batu, dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang
bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
Benda asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta.


Benda asing pada telinga, hidung, dan tenggorok (THT) merupakan masalah kesehatan
keluarga, yang sering terjadi pada anak-anak. Pada anak-anak cenderung mengeksplorasi
tubuhnya, terutama daerah yang berlubang, termasuk telinga, hidung, dan mulut. Benda-
benda asing yang sering ditemukan pada anak-anak antaranya kacang hijau, manik,
mainan, karet penghapus dan terkadang baterai. Pada orang dewasa yang relatif sering
ditemukan adalah kapas cattonbud yang tertinggal saat membersihkan telinga, potongan
korek api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan serangga kecil seperti kecoa, semut,
atau nyamuk.


Diagnosis pada pasien sering terlambat karena penyebab biasanya tidak terlihat, dan
gejalanya tidak spesifik, dan sering terjadi kesalahan diagnosis pada awalnya. Sebagian
besar benda asing pada telinga dan hidung dapat dikeluarkan oleh dokter yang sudah
terlatih dengan komplikasi yang minimal. Pengeluaran benda asing lazim dilakukan
dengan forceps, irigasi dengan air, dan kateter hisap. Benda asing pada faring atau trakea
merupakan keadaan yang darurat dan memerlukan konsultasi bedah. Hasil pemeriksaan
radiografi biasanya normal. Endoskopi lunak ataupun kaku sering digunakan untuk
memperkuat diagnosis dan untuk mengeluarkan benda asing.


2

Pengeluaran benda asing harus dilakukan sedini mungkin untuk menghindari
komplikasi yang dapat ditimbulkan misalnya terjadi gangguan pendengaran, perdarahan
pada hidung, gangguan menelan dan lain-lain. Usaha mengeluarkan benda asing seringkali
malah mendorongnya lebih ke dalam sehingga harus dilakukan secara tepat dan hati-hati.
Bila kurang hati-hati atau bila pasien tidak kooperatif, berisiko trauma yang dapat merusak
struktur organ yang lain. Pada anak-anak harus dipegang sedemikian rupa sehingga tubuh
dan kepala tidak dapat bergerak bebas.


Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 tahun 2014, corpus alienum merupakan
salah satu masalah kesehatan dengan kategori 4A. Hal tersebut mewajibkan setiap dokter
umum mampu menguasai dan dapat menangani secara mandiri dan tuntas, baik diagnosis
maupun tatalaksananya. Oleh karena itu, perlu pembahasan lebih lanjut mengenai
masalah penegakan diagnosis cepat dan tepat yang berhubungan dengan corpus alienum
untuk mencegah komplikasi yang berlanjut.
B. Tujuan Penulisan

Mengetahui penegakan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat terhadap corpus alienum
yang terdapat didalam telinga, hidung dan tenggorok sesuai dengan standart yang harus
dikuasai oleh dokter umum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 tahun 2014














3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. CORPUS ALIENUM
1. Definisi
Corpus alienum adalah benda asing yang berasal dari luar atau dalam tubuh yang
dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh
1
.
2. Jenis-jenis Corpus Alienum
Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen, biasanya
masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh disebut
benda asing endogen. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas.
Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organic seperti kacang-kacangan (yang
berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat
anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, dan lain-lain. Benda asing eksogen cair
dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-
iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda asing endogen dapat berupa secret kental,
darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan, membran difteri, bronkolit. Cairan
amnion, mekonium dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses
persalinan.


Corpus Alienumdi Esofagus
1. Anatomi Dan Fisiologi Esofagus
Esofagus merupakan bagian saluran cerna yang menghubungkan hipofaring dengan
lambung. Bagian proksimalnya disebut introitus esophagus yang terletak setinggi batas
bawah kartilago krikoid atau setinggi vertebre servical VI. Di dalam perjalanannya dari
daerah servikal, esophagus masuk ke dalam rongga toraks. Di dalam rongga toraks,
esophagus berada di mediastinum superior antara trakea dan kolumna vertebra terus ke
mediastinum posterior di belakang atrium kiri dan menembus diafragma setinggi
vertebre torakal X dengan jarak kurang dari 3 cm di depan vertebra. Akhirnya
esophagus ini sampai di rongga abdomen dan bersatu dengan lambung di daerah kardia.
Berdasarkan letaknya esophagus dibagi dalam bagian servikal, torakal dan
abdominal. Esofagus menyempit pada tiga tempat. Penyempitan pertama bersifat
sfingter setinggi tulang rawan krikoid pada batas antara esophagus dengan faring, yaitu
4

tempat peralihan otot serat lintang menjadi otot polos. Penyempitan terakhir terletak
pada hiatus esophagus diafragma yaitu tempat esophagus berakhir pada kardia
lambung. Otot polos pada bagian ini murni bersifat sfingter. Inervasi esophagus berasal
dari dua sumber yaitu saraf parasimpatis nervus vagus dan saraf simpatis dari serabut-
serabut ganglia simpatis servikalis inferior, nervus torakal dan nervus splangnikus.
23





Gambar Anatomi esofagus





5

B. Definisi Corpus Alineum di Esofagus
Benda asing esophagus adalah benda yang tajam ataupun tumpul atau makanan yang
tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertekan, baik secara sengaja maupun tidak
sengaja.
Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah utama anak
usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua umur pada tiap lokasi di
esophagus, baik di tempat penyempitan fisiologis maupun ptologis dan dapat pula
menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi.

C. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Secara klinis masalah yang timbul akibat benda asing esophagus dapat dibagi dalam
golongan anak dan dewasa. Penyebab pada anak antara lain, anomaly congenital
termasuk stenosis kongenital, web, fistel trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh
darah.
Faktor predisposisi antara lain :
a. Belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik
b. Koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada kelompok
usia 6 bulan sampai 1 tahun.
c. Retardasi mental
d. Gangguan pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik lain yang mendasarinya.
e. Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau pemakai
gigi palsu yang kehilangan sensasi rasa (taktil sensation) dari palatum, pada pasien
gangguan mental dan psikosis.
Faktor predisposisi lian ialah adanya penyakit-penyakit esophagus yang
menimbulkan gejala disfagia kronis, yaitu esofagitis refluks, striktur pasca esofagitis
korosif, akhalasia, karsinoma esophagus atau lambung, cara mengunyah yang salah
dengan gigi palsu yang kurang baik pemasangannya, mabuk (alkoholisme) dan
intoksikasi (keracunan).






6

D. Epidemiologi
Mati lemas karena sumbatan jalan nafas (suffocation) akibat tertelan atau teraspirasi
benda sing, merupakan penyebab ketiga kematian mendadak pada anak dibawah umur
1 tahun dan penyebab kematian keempat pada anak usia 1-6 tahun (National Safety
Council 1984). Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tergantung pada komplikasi yang
terjadi. Benda asing di esophagus sering ditemukan di daerah penyempitan fisiologis
esophagus. Benda sing yang bukan makanan kebanyakan tersangkut di servikal
esophagus, biasanya di otot krikofaring atau arkus aorta, kadang-kadang di daerah
penyilangan esophagus dengan bronkus utama kiri pada sfingter krdio esophagus. 70%
dari 2394 kasus benda asing esophagus ditemukan di daerah servikal, dibawah sfingter
kriko faring, 12 % didaerah hipofaring dan 7,7% didaerah esophagus torakal.
Dilaporkan 48% kasus benda sing yang tersangkut di daerah esofagogaster
menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi lokal. Pada orang dewasa benda asing yang
tersangkut dapat berupa makanan atau bahan yang tidak dapat dicerna seperti biji buah-
buahan, gigi palsu, tulang ikan, atau potongan daging yang melekat pada tulang.

E. Patogenesis
Ketika benda asing masuk ke oesofagus, dapat membentuk suatu peradangan pada
esophagus dan menimbulkan suatu efek trauma pada esophagus. Kemudian
menimbulkan suatu edema yang menimbulkan rasa nyeri. Efek lebih lenjut adalah
terjadi penumpukan makanan, rasa penuh di leher dan kemudian dapat mengganggu
sistem pernafasan sebagai akibat trauma yang juga mempengaruhi trakea, dimana
trakea memiliki jarak yang dekat dengan esophagus.

F. Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dengan gejala dan tanda,
pemeriksaa radiologik dan endoskopik. Tindakan endoskopik dilakukan untuk
diagnostik dan terapi.
Diagnosis tertelan benda asing, harusnya dipertimbangkan pada setiap anak dengan
rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gangging), batuk, muntah. Gejala
ini diikuti dengan disfagia, berat badan menurun, demam, gangguan pernafasan. Harus
diketahui dengan baik ukuran, bentuk dan jenis benda asing, dan apakah mempunyai
bagian yang tajam.

7

G.
Manifestasi Klinis

Gejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk, jenis benda asing, lokasi
tersangkutnya komplikasi yang timbul dan lama tertelan. Mula-mula timbul nyeri
didaerah leher, kemudian timbul rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri di
punggung. Terdapat rasa tercekik, gejala permulaan benda asing esophagus adalah rasa
nyeri di daerah leher bila benda asing tersangkut di servikal.
Bila benda asing tersangkut di esophagus distal, timbul rasa tidak enak di substernal
atau nyeri di punggung. Gejala disfagia bervariasi tergantung, pada ukuran benda asing,
disfagia lebih berat bila telah terjadi edema mukosa yang memperberat sumbatan
sehingga timbul rasa sumbatan esophagus yang persisten, gejala yang lain adalah
odinofagia, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah, kadang-kadang mudah berdarah.
Nyeri di punggung menunjukkan adanya tanda perforasi atau mediastinitis. Gangguan
napas dengan gejala dispneu, stridor dan sianosis terjadi akibat penekanan trakea atau
benda asing.

H.
Pemeriksaan Fisik

Terdapat kekakuan local pada leher bila benda asing terjepit akibat edema yang
timbul progresif . Bila benda asing ireguler menyebabkan perforasi akut, didapatkan
tanda-tanda pneumo-mediastinum, emfisema leher dan pada auskultasi terdengar suara
getaran di daerah pre cordial dan inter scapula.
Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat dideteksi.
Perforasi langsung ke rongga pleura dan pneumothoraks jarang terjadi tetapi dapat
timbul sebagai komplikas tindakan endoskopi.
Pada anak-anak terdapat gejala nyeri atau batuk, disebabkan oleh aspirasi ludah atau
minuman. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronkhi, wheezing, demam, abses leher
atau tanda empisema subkutan. Tanda lanjut, berat badan menurun dan gangguan
pertumbuhan. Benda asing yang terdapat di daerah servikal esophagus dan bagian distal
krikofaring, dapat menimbulkan obstruksi saluran napas dengan stridor karena
menekan dinding trakea bagian (posterior trachea esophageal party wall).





8

I. Komplikasi
Laserasi mukosa perdarahan, perforasi local dengan abses leher atau mediastinitis.
Perforasi dapat menyebabkan selulitis local, dan fistel esofagus. Benda asing bulat atau
tumpul dapat menimbulkan perforasi sebagai akibat sekunder dari inflamasi kronik dan
erosi. Jaringan granulasi disekitar benda asing timbul bila benda asing berada di
seofagus dalam waktu yang lama.
Gejala dan tanda perforasi esophagus servikal dan torakal oleh karena benda asing
atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi di daerah leher atau
dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggigil, gelisah, nadi dan
pernapasan cepat, nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal dan epigastrium. Bila
terjadi perforasi ke pleura dapat menimbulkan pneumothoraks atau pyotoraks.

J. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esofagus servikal dan torakal
anteroposterior dan lateral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan
benda asing.
b. Esofagogram pakai barium enema dilakukan untuk benda asing radiolusen akan
memperlihatkan filling defect persistent. Pemeriksaan ini sebaiknya tidak dilakukan
untuk benda asing radioopak, karena densitas pada bahan asing sama dengan zat
kontras, sehingga akan menyulitka penilaian ada tidaknya benda asing.
c. Xeroradiografi dapat menunjukkan gambaran penyangatan (enhancement) pada
daerah pinggir benda asing.
d. CT Scan dapat menunjukkan gambaran inflamasi dan jaringan lunak
e. MRI dapat memperlihatkan semua gambaran semua keadaan patologik esophagus.

K. Penatalaksanaan
Dilakukan esofagoskopi dengan memakai cunam yang sesuai agar benda asing
tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai
kelainan-kelainan esofagus yang telah ada sebelumnya. Untuk benda asing tajam yang
tidak bisa dilakukan dengan esofagoskopi harus segera dilakukan pembedahan sesuai
lokasi benda asing tersebut, yaitu servikotomi, torakotomi atau esofagotomi.
Bila dicurigai perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogaster agar pasien tidak
menelan dan diberikan antibiotic dan analgetik berspektrum luar selama 7-10 hari agar
tidak terjadi sepsis. Benda asing tajam yang telah masuk ke dalam lambung dapat
9

menyebabkan perforasi di pylorus. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi sebaik-
baiknya untuk mendapatkan tanda perforasi dini. Bila letak benda asing menetap
selama 2x24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan
(laparatomi).

Gambar Koin dalam esophagus pada foto Rontgen AP

Gambar Koin dalam esophagus pada foto Rontgen lateral

Gambar Koin dalam esophagus pada pemeriksaan endoskopi

10

BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP

Benda asing adalah masalah yang lazim pada bidang THT, khususnya pada bidang
THT anak, seringkali diikuti berbagai komplikasi, beberapa mengalami keparahan. Pada
tahun awal kehidupan anak mengalami penjelajahan dan interaksi dengan lingkungan. Ketika
anak mulai dapat merangkak dan berjalan, anak mulai berinteraksi dengan banyak benda
yang biasanya anak suka memasukan benda-benda tersebut ke dalam lubang mulut, telinga,
hidung, dan sampai tenggorokan.

Pada pasien dewasa masalah benda asing biasanya terjadi akibat kesengajaan atau
tidak sengaja yang biasanya dapat diakibatkan oleh serangga, ataupun benda asing lainnya.
Karena benda asing bisa menjadi suatu keadaan yang darurat maka perlu segera dilakukan
tindakan untuk mengangkat benda asing tersebut. Namun terkadang terjadi kesulitan dalam
pengangkatan benda asing dalam THT. Pengangkatan benda asing bergantung pada faktor-
faktor dari benda asing sendiri, dokter yang kompeten dengan alat-alat yang memadai, dan
kerjasama dari pasien.

















11

DAFTAR PUSTAKA

1. Medical dictionary. Corpus Alienum. http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/Corpus+alienum.
2. Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Napas. In: Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher edisi 6. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2008. Hal. 259-65.
3. Boies. Penyakit Telinga Luar. Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, ed 6,
Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 1994: 78 -
80. 28.
4. Maqbool M. Shambaugh GE. Surgery of the Ear, 4h ed, Tokyo ; WB Saunders
Company, 1990:5-7,210-1.
5. Wright A. Anatomy and Ultrastructure of the Human Ear, Basic Science, Dalam :
Scott- Brown's Otolaryngology, 6"' ed, Vol I, Oxford ; Butterworth- Heinemann Ltd,
International Editions : 1/1/1 - /11.
6. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat. University of
Virginia School of Medicine, Charlottesville, Virginia. Am Fam Physician. 2007, Oct
15; 76(8): 1185-89
7. Cunha JP. Objects or insects in Ear.
http://www.medicinenet.com/objects_or_insects_in_ear/article.htm.
8. Soepardi, E. A., dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala-Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
9. Ballenger J. 2002. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok dan Kepala Leher. Edisi 13.
Jilid II. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
10. Junizaf, M. H. 2008. Benda Asing di Saluran Napas. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
11. Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai