Anda di halaman 1dari 3

Nama : M.

Sofiyulloh
NIM : 125110700111027

PENGERTIAN JAWA DAN MASYARAKAT JAWA
Jawa merupakan sebuah wilayah yang kaya dengan keanerakaragaman budaya, bahasa,
mata pencaharian, kepercayaan, dan lain sebagainya. Kata jawa sering diartikan oleh para
penduduk jawa dengan arti mengerti. Hal ini bisa kita kita ketahui ketika orang jawa tersebut
mengatakan jane jowo pora te wakmu (sebenarnya kamu mengerti atau tidak?). namun pendapat
ini masih sekedar asumsi belum sampai merambah ke teori. Penulis belum menemukan
pengertian jawa secara konkret. Dalam perkembanganya kita sering mengenal istilah suku
bangsa jawa, dan penduduk jawa. Keduanya memiliki makna yang berbeda. Dilihat dari sudut
antropologi, pengertian suku bangsa Jawa berbeda dengan penduduk Jawa.
1. Penduduk Jawa
Penduduk Jawa ialah seluruh manusia yang secara administrasi tinggal di Pulau Jawa dan pulau-
pulau di sekitarnya yang secara teritorial masuk wilayah propinsi di Jawa.
2. Suku bangsa Jawa
Suku bangsa Jawa ialah sebagian dari penduduk Jawa yang pada umumnya tinggal di Jawa
Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, daerah cirebon, dan Jawa Timur, keduali Madura dan
Besuki Utara.
Daerah suku bangsa dan Kebudayaan Jawa sering disebut Daerah Kejawen yang pusat
utamanya adalah Yogyakarta dan daerah Surakarta. Pendukungnya ialah daerah Banyumas,
Kedu, Madiun, Kediri dan daerah pesisir serta daerah ujung timur Jawa Timur. Diantara sekian
banyak daerah orang Jawa tersebut terdapat berbagai variasi dan perbedaan-perbedaan yang
bersifat lokal dalam beberapa unsur kebudayaan, misalnya dialek bahasa, kesenian daerah, dan
tata cara adat.
Dalam hal ini masyarakat jawa secara global dapat diartiakan sebagai penduduk.
Masyarakat sendiri merupakan sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup
(atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada
dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab,
musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar
entitas-entitas. Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang
hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Nama : M. Sofiyulloh
NIM : 125110700111027
BUDAYA JAWA
Budaya merupakan suatu identitas dari suatu bangsa yang harus dilestarikan. Budaya
sendiri merupakan sebuah adat-istiadat suatu kelompok yang telah dwariskan secara turun-
temurun dan terus dilaksanakan oleh para pewarisnya. Sednagkan budaya Jawa sendiri
merupakan salah satu budaya tradisonal di Indonesia yang sudah cukup tua, dianut secara turun
temurun oleh penduduk di sepanjang wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Meskipun banyak
orang Jawa menganggap bahwa budaya Jawa itu hanya satu dan tidak terbagi-bagi, akan tetapi
dalam kenyataannya terdapat berbagai perbedaan sikap dan perilaku masyarakatnya di dalam
memahami budaya Jawa tersebut (Sedyawati, 2003). Perbedaan tersebut antara lain disebabkan
oleh kondisi geografis yang menjadikan budaya Jawa terbagi ke dalam beberapa wilayah
kebudayaan, dimana setiap wilayah kebudayaan memiliki karakteristik khas tersendiri dalam
mengimplementasikan falsafah-falsafah budaya Jawa ke dalam kehidupan keseharian (Sujamto,
1997 dalam Sedyawati, 2003).
Salah satu unsur sistem budaya yang tetap dipertahankan dan diajarkan dari generasi ke
generasi berikutnya oleh masyarakat Jawa adalah falsafah hidup. Falsafah hidup merupakan
anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling umum yang dimiliki oleh seseorang atau
sekelompok masyarakat. Falsafah hidup menjadi landasan dan memberi makna pada sikap hidup
suatu masyarakat yang biasanya tercermin dalam berbagai ungkapan yang dikenal dalam
masyarakat (Sedyawati, 2003).
Endraswara (2003) mengatakan bahwa watak dasar orang Jawa adalah sikap nrima.
Nrima adalah menerima segala sesuatu dengan kesadaran spiritual-psikologis, tanpa merasa
nggrundel (menggerutu karena kecewa di belakang).
Apapun yang diterima dianggap sebagai karunia Tuhan. Mereka cenderung menerima
dengan kesungguhan hati apapun hasilnya asalkan ada usaha yang lebih dulu dilakukan. Jika
usaha yang dilakukan gagal, orang Jawa cenderung menerimanya sebagai sebuah pelajaran.
Nrima bukan berarti tanpa upaya yang gigih, namun hanya sebagai sandaran psikologis. Hal ini
berarti orang Jawa mempunyai kewajiban moral untuk menghormati tata kehidupan yang ada di
dunia ini. Mereka harus menerima kehidupan sebagaimana adanya sambil berusaha sebaik-
baiknya dan menumbuhkan kedamaian jiwa serta ketenangan emosi.
Nama : M. Sofiyulloh
NIM : 125110700111027
Ketika orang Jawa dihadapkan dengan suatu konflik, mereka cenderung menghadapinya
dengan memilih untuk diam dan tidak rewel (melawan) karena prinsip dasar dari kebanyakan
orang Jawa adalah lebih baik hidup rukun daripada harus berulah dengan orang lain. Artinya
orang Jawa begitu menjunjung tinggi sifat keramahtamahan dan nilai kerukunan antar sesama
sehingga begitu menghindari konflik demi mencapai kedamaian dalam hidup (Suseno, 2001).
Lebih lanjut Bratawijaya (1997) mengatakan bahwa orang Jawa dikenal memiliki sikap yang
lamban, tidak mau tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan, sopan santun, lemah lembut, ramah
dan sabar.
Dalam perkembanganya budaya jawa yang sampai saat ini masih terus menjadi tradisi
terdapat pada enam bagian. Bagian tersebut meliputi sistem perkawinan dalam adat jawa,
kesenian, susun lapis sosial, pekerjaan, kepercayaan, dan bahasa.

Anda mungkin juga menyukai