KABUPATEN WONOGIRI
NOMOR 3 TAHUN 2009
SERI C NOMOR 1
BUPATI WONOGIRI,
Menimbang
Mengingat
c. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf
b, maka perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Irigasi;
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi
Jawa Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
2
3.
4.
5.
6.
7.
8.
MEMUTUSKAN :
5
Menetapkan
PERATURAN DAERAH
PENGELOLAAN IRIGASI.
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Wonogiri.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Wonogiri.
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut
SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Wonogiri.
5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan
asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia.
28. Hak guna pakai air untuk irigasi adalah hak untuk
memperoleh dan memakai air dari sumber air untuk
kepentingan pertanian.
29. Hak guna usaha air untuk irigasi adalah hak untuk
memperoleh dan mengusahakan air dari sumber air untuk
kepentingan pengusahaan pertanian.
30. Pengembangan jaringan irigasi adalah pembangunan jaringan
irigasi baru dan/atau peningkatan jaringan irigasi yang sudah
ada.
31. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif
adalah penyelenggaraan irigasi berbasis peran serta
masyarakat petani, mulai dari pemikiran awal, pengambilan
keputusan, sampai dengan pelaksanaan kegiatan pada tahap
perencanaan,
pembangunan,
peningkatan,
operasi,
pemeliharaan, dan rehabilitasi.
32. Irigasi partisipatif adalah irigasi yang dalam pengelolaan
jaringan irigasi melibatkan semua pihak yang berkepentingan
dan peran serta masyarakat petani.
33. Pembangunan jaringan irigasi adalah seluruh kegiatan
penyediaan jaringan irigasi di wilayah tertentu yang belum
ada jaringan irigasinya.
34. Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan
fungsi dan kondisi jaringan irigasi yang sudah ada atau
kegiatan menambah luas areal pelayanan pada jaringan irigasi
yang sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan
kondisi lingkungan daerah irigasi.
10
51. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di
bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air
permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di
darat.
52. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada
permukaan tanah.
53. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
batuan di bawah permukaan tanah.
54. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau
buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah.
13
15
Pasal 2
Irigasi diselenggarakan berdasarkan asas demokratis,
partisipatif, terpadu, transparan, berwawasan lingkungan,
akuntabel dan berkeadilan.
Pasal 3
Irigasi dimaksud untuk menjaga dan meningkatkan
produktifitas lahan untuk mencapai hasil pertanian yang
optimal tanpa mengabaikan kepentingan yang lain.
Pasal 4
Irigasi bertujuan untuk mewujudkan pemanfaatan air secara
terpadu dan berwawasan lingkungan serta sebesar-besarnya
untuk kemakmuran masyarakat, khususnya petani.
BAB III
PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN
IRIGASI
Pasal 5
16
SISTEM
(1) Pengembangan
dan
pengelolaan
sistem
irigasi
dilaksanakan dengan mengutamakan kepentingan dan
keikutsertaan masyarakat petani dalam keseluruhan proses
pengambilan keputusan serta pelaksanaan pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi.
(2) Keikutsertaan masyarakat petani sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui P3A sesuai dengan
kemampuannya dan ditingkatkan secara bertahap.
(3) Dalam rangka pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi partisipatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,
dilakukan melalui pemberdayaan P3A dan SKPD terkait di
bidang irigasi secara berkesinambungan dan berkelanjutan
yang meliputi aspek kelembagaan, teknis, dan pembiayaan.
(4) Pedoman pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut
oleh Bupati.
Pasal 8
(1) Untuk mewujudkan pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi partisipatif yang efisien dan efektif serta dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada petani,
dilaksanakan dengan pendayagunaan yang didasarkan pada
keterkaitan antara air hujan, air permukaan, dan air tanah
secara terpadu dengan mengutamakan pendayagunaan air
permukaan.
(2) Pengembangan
dan
pengelolaan
sistem
irigasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
18
19
Bagian Kedua
Perkumpulan Petani Pemakai Air
Pasal 11
(1) Petani pemakai air wajib membentuk P3A secara
demokratis pada setiap daerah layanan/petak tersier atau
desa.
Pasal 13
Susunan organisasi, tata kerja, dan keanggotaan Komisi Irigasi
diatur lebih lanjut oleh Bupati.
BAB V
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 14
Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam
penyelenggaraan urusan di bidang pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi meliputi :
a. menetapkan kebijakan Daerah dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi berdasarkan kebijakan
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi nasional dan
provinsi dengan mempertimbangkan kepentingan Daerah
dan sekitarnya;
b. melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi;
22
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Pasal 16
Pemerintah Daerah dan/atau P3A/GP3A/IP3A dapat saling
bekerja sama dalam pengembangan dan pengelolaan jaringan
irigasi primer dan sekunder atas dasar kesepakatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 17
Sebagian
wewenang
Pemerintah
Daerah
dalam
penyelenggaraan
urusan
bidang
pengembangan
dan
pengelolaan sistem irigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 dapat diselenggarakan oleh P3A/GP3A/IP3A sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 18
(1) Pelaksanaan kewenangan pengelolaan dapat diserahkan
sebagian atau seluruhnya kepada petani pengguna air yang
telah membentuk P3A.
(2) Pengelolaan irigasi yang diusahakan oleh badan usaha,
badan sosial, atau perseorangan diserahkan kepada yang
bersangkutan dengan berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VI
24
(2)
(3)
(4)
Bagian Kedua
Partisipasi Dalam Kegiatan Pembangunan
Jaringan Irigasi
Pasal 21
(1)
(2)
(3)
(4)
Partisipasi
P3A/GP3A/IP3A
dalam
pelaksanaan
konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan :
a. pembangunan jaringan irigasi primer dan sekunder
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya;
b. kerjasama dengan penyedia jasa konstruksi untuk
melaksanakan sebagian pekerjaan;
c. proses penyerahan pekerjaan selesai;
d. pengawasan oleh masyarakat.
Bagian Ketiga
Partisipasi Dalam Kegiatan Peningkatan Jaringan Irigasi
Pasal 22
27
Partisipasi
P3A/GP3A/IP3A
dalam
pelaksanaan
konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diwujudkan dalam bentuk :
a. peningkatan jaringan irigasi primer dan sekunder
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya;
b. kerjasama dengan penyedia jasa konstruksi untuk
melaksanakan sebagian pekerjaan;
c. proses penyerahan pekerjaan selesai;
d. pengawasan oleh masyarakat.
Bagian Keempat
Partisipasi Dalam Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi
Pasal 23
(1)
28
(2)
(3)
(4)
Bagian Kelima
Partisipasi Dalam Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Pasal 24
(1)
(2)
Bagian Keenam
Partisipasi Dalam Kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi
Pasal 25
(1)
(2)
33
Bagian Kesembilan
Monitoring dan Evaluasi P3A/GP3A/IP3A
Dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Primer,
Sekunder
dan Tersier
Pasal 28
(1)
Indikator
monitoring
dan
evaluasi
partisipasi
P3A/GP3A/IP3A dalam operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi primer, sekunder dan tersier terdiri dari
perencanaan, pengambilan keputusan, pembiayaan
pelaksanaan kegiatan, Sumber Daya Manusia pelaksana
kegiatan, teknis pelaksanaan dan kinerja Kelompok
Pendamping Lapangan.
(2)
(1)
(2)
Pemerintah
Daerah
melakukan
pemberdayaan
P3A/GP3A/IP3A melalui penetapan strategi dan program
pemberdayaan.
Pemberdayaan yang dilakukan Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk :
34
BAB VIII
PENGELOLAAN AIR IRIGASI
Bagian Kesatu
Hak Guna Air Untuk Irigasi
Pasal 31
(1)
Hak guna air untuk irigasi berupa hak guna pakai air dan
hak guna usaha air untuk irigasi.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
36
Pasal 32
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
38
Bagian Ketiga
Hak Guna Usaha Air Irigasi
Pasal 34
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
39
Pasal 35
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian izin untuk
memperoleh hak guna air untuk irigasi diatur lebih lanjut oleh
Bupati.
Bagian Keempat
Penyediaan Air Irigasi
Pasal 36
(1)
(2)
(3)
b.
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
41
Bagian kelima
Pengaturan Air Irigasi
Pasal 40
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
BAB IX
PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI
Bagian Kesatu
Pembangunan Jaringan Irigasi
Pasal 45
(1)
(2)
(1)
Pemerintah
Daerah
bertanggung
jawab
dalam
pembangunan jaringan irigasi primer dan sekunder.
(2)
(3)
(4)
Bagian Kedua
Peningkatan Jaringan Irigasi
Pasal 47
(1)
Pemerintah Daerah
bertanggung jawab
peningkatan jaringan irigasi primer dan sekunder.
dalam
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
BAB X
PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI
Bagian Kesatu
Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Pasal 50
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
46
Pasal 51
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
Pemerintah Daerah
Komisi Irigasi.
Pasal 55
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(2)
Inventarisasi
jaringan
irigasi
bertujuan
untuk
mendapatkan data jumlah, dimensi, jenis, kondisi, dan
fungsi seluruh aset irigasi serta data ketersediaan air, nilai
aset, dan areal pelayanan pada setiap daerah irigasi dalam
rangka keberlanjutan sistem irigasi.
(3)
49
BAB XII
PEMBIAYAAN
Bagian Kesatu
Pembiayaan Pengembangan Jaringan Irigasi
Pasal 59
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
50
irigasi
tersier
Bagian Kedua
Pembiayaan Pengelolaan Jaringan Irigasi
Pasal 60
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
51
(4)
(2)
52
Bagian Keempat
Mekanisme Pembiayaan Pengembangan dan
Pengelolaan Jaringan Irigasi
Pasal 64
Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme pembiayaan
pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi diatur lebih
lanjut oleh Bupati.
BAB XIII
KEBERLANJUTAN SISTEM IRIGASI
Pasal 65
(1) Pemerintah Daerah berkewajiban :
a. Menjaga keandalan air irigasi yang diwujudkan
melalui kegiatan membangun waduk, waduk
lapangan, bendungan, bendung, pompa, dan jaringan
drainase yang memadai, mengendalikan mutu air,
serta memanfaatkan kembali air drainase;
b. Menjaga keandalan prasarana irigasi yang diwujudkan
melalui kegiatan peningkatan, dan pengelolaan
jaringan irigasi yang meliputi operasi, pemeliharaan,
dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi;
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat petani dari
usaha tani yang diwujudkan melalui kegiatan
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang
mendorong keterpaduan dengan kegiatan diversifikasi
dan modernisasi usaha tani;
d. Mengendalikan terjadinya alih fungsi lahan beririgasi
untuk keperluan non pertanian;
53
(2)
(3)
54
BAB XV
DAERAH IRIGASI DESA
Pasal 67
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
Pasal 69
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
56
57
Pasal 72
Pemakai Air Irigasi berkewajiban :
a. Menjaga, memelihara dan mengamankan tata pengairan dan
tata pengaturan air;
b. Menjaga, memelihara dan mengamankan irigasi agar tetap
berfungsi sebagaimana mestinya;
c. Menjaga, memelihara dan mengamankan kelestarian
lingkungan hidup.
BAB XIX
LARANGAN-LARANGAN
Pasal 73
Setiap orang atau Badan dilarang :
a. Membuang limbah industri, bahan beracun berbahaya
maupun limbah pencemar lainnya kedalam jaringan irigasi;
b. Menyadap air dengan cara apapun dari saluran irigasi selain
pada tempat yang sudah ditentukan;
c. Mengadakan perubahan dan atau pembongkaran bangunanbangunan irigasi yang berfungsi untuk mengalirkan,
membuang, menahan atau mengumpulkan air;
d. Mendirikan, mengubah ataupun membongkar bangunanbangunan yang terdapat didalam, ditepi, ditanggul maupun
melintasi saluran irigasi;
e. Mengambil bahan-bahan galian berupa pasir, kerikil, batu
atau bahan-bahan lain yang sejenis dari jaringan irigasi
dengan alat-alat mekanis dan atau dalam jumlah besar;
f. Menggembalakan, menambatkan, menempatkan ternak atau
hewan sejenisnya, baik didalam maupun diluar bangunan
58
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
Pasal 74
(1) Apabila terjadi perselisihan dalam pengelolaan irigasi
diselesaikan dengan cara musyawarah mufakat dengan
mengutamakan upaya perdamaian, pembinaan dan
pemulihan kerusakan dan atau ganti kerugian.
(2) P3A/GP3A/IP3A dapat menerapkan sanksi sendiri sesuai
dengan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga.
(3) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak dapat dicapai
kesepakatan, maka diselesaikan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang- undangan yang berlaku.
BAB XXI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 75
(1) Setiap orang atau Badan yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 dan Pasal 73
diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga)
bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dengan atau tidak merampas
barang-barang tertentu untuk daerah kecuali ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan.
(2) Apabila pelanggaran tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh suatu Badan maka ancaman
pidananya dikenakan terhadap pengurus.
(3) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada pelanggar dikenakan sanksi pembongkaran dan
mengembalikan fungsi atas beban biaya yang bersangkutan.
60
BAB XXII
PENYIDIKAN
Pasal 76
(1) PPNS di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang
khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan
tindak pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak
pidana di bidang irigasi agar keterangan dan laporan
tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan
mengenai orang, pribadi atau badan tentang kebenaran
perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang irigasi;
c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang,
pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana
di bidang irigasi;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dokumendokumen lain yang berkenaan dengan tindak pidana di
bidang irigasi;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang
bukti, pembukuan, pencatatan dan dokumen lainnya
serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti
tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang
irigasi;
g. menyuruh
berhenti,
melarang
seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
61
(2)
(3)
(4)
(5)
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka izin yang
berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
yang telah diterbitkan sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah
ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan masa berlakunya
berakhir.
BAB XXV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 79
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan
Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 15 Tahun 2002 tentang
63
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI
NOMOR 3 TAHUN 2009
TENTANG
PENGELOLAAN IRIGASI
I. UMUM
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
mengamanatkan
penyelenggaraan
pemerintahan
daerah
pembantuan.
diberikan
Dalam
keleluasaan
menyelenggarakan
pelaksanaan
kepada
otonomi
daerah
desentralisasi
daerah
untuk
dengan
prinsip
dan
pengelolaan
sistem
irigasi
sebesar-besarnya
kepada
masyarakat
petani,
sehubungan
berlakunya
Undang-Undang
Peran
serta
masyarakat
dalam
meningkatkan
rasa
memiliki,
rasa
dimaksud
dengan
terpadu
adalah
68
dimaksud
dengan
anggota-anggota
keterwakilan
Komisi
Irigasi
yang
menjadi
wewenang
dan
Provinsi dan
Pemerintah Pusat.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Kerja sama yang dapat disepakati, antara lain, dalam
hal penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi bidang irigasi, serta pembangunan,
peningkatan, dan rehabilitasi sistem irigasi.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
72
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Partisipasi
masyarakat
petani
secara
misalnya
dalam
penyusunan
subjek
nonbadan
usaha
yang
masyarakat
bertahap
dapat
dilakukan
sesuai
dengan
kelembagaan
dapat
organisasi,
kemampuan
manajerial,
pembiayaan
diindikasikan
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Ayat (1)
Pemberdayaan
memperkuat
kemandirian
pembangunan,
P3A
dan
P3A
bertujuan
untuk
meningkatkan
dalam
peningkatan,
kegiatan
operasi,
Ayat (4)
Hak
guna
usaha
air
untuk
irigasi
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan izin prinsip
alokasi air adalah penetapan yang
bersifat sementara yang diberikan kepada
pengembang
sebagai
jaminan
untuk
diperoleh
masyarakat
petani
Maksud
pencantuman
daftar
petak
adalah
untuk
lebih
dilakukan,
antara
lain,
Cukup jelas.
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan dalam batas
tertentu adalah misalnya kekeringan,
kebakaran.
Yang dimaksud dengan kebutuhan
lainnya adalah:
a.kebutuhan pokok minimal sehari-hari;
b.kebutuhan
kekurangan
untuk
air
penanggulangan
baku
untuk
air
air
untuk
pemadaman
kebakaran;
d.kebutuhan
untuk
penanggulangan
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Tidak tercukupinya debit air irigasi
dapat disebabkan oleh kekurangan air
pada sumbernya sehingga rencana
tahunan penyediaan air irigasi tidak
dapat terpenuhi.
Pasal 43
81
Cukup jelas.
Pasal 44
Yang dimaksud dengan menggunakan air untuk
irigasi yang diambil langsung dari sumber air
permukaan, misalnya mengambil air dari sungai,
waduk, danau yang digunakan langsung untuk
mengairi lahan.
Pasal 45
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pembangunan
jaringan irigasi adalah pembangunan
baru pada lahan yang belum ada
jaringan
irigasinya
pembangunan
yang
jaringan
mencakup
irigasi
air
Pengubahan
dan/atau
pembongkaran
pembangunan
jembatan
yang
pelaksanaan
pembangunan
dan/atau
dimaksud
dengan
pengguna
dimaksud
dengan
melakukan
pengaduan
kepada
yang
dibuat
antara
air
yang
irigasi,
bagian-bagian
mendapat
prioritas
kepada
P3A
kemudian
kembali
dilakukan
pemberian
air
berdasarkan
diberitahukan
terlebih
dahulu
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Jenis bangunan yang diijinkan adalah
bangunan-bangunan
yang
menurut
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan angka kebutuhan
nyata adalah besaran biaya yang dihitung
berdasarkan kebutuhan aktual pembiayaan
operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi tiap
bangunan dan tiap ruas saluran untuk
mempertahankan
kondisi
dan
fungsi
dengan
penelusuran
jaringan irigasi.
Ayat (2)
Yang
dimaksud
langsung
kondisi
dan
fungsi
dengan
kontribusi
jaringan irigasi.
Yang
dimaksud
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang
dimaksud
kemandirian
dengan
mencakup
prinsip
kemandirian
dimaksud
dengan
pengguna
pengguna
jaringan
irigasi,
dan
wakil
Ayat (1)
Yang dimaksud mengkoordinasikan dan
memadukan perencanaan adalah untuk
mencegah terjadinya tumpang tindih atau
kesenjangan
dalam
pembiayaan
antar
daerah irigasi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Ayat (1)
huruf a
Yang dimaksud dengan keandalan air
irigasi adalah kondisi/keadaan air irigasi
yang dapat tersedia dalam jumlah, waktu,
tempat, dan mutu sesuai dengan kebutuhan
tanaman untuk mendukung produktivitas
usaha tani secara maksimal.
Yang dimaksud dengan waduk adalah
tempat/wadah penampungan air di sungai
90
dimaksud
dengan
keandalan
pelayanan
optimal.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
91
irigasi
secara
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Jenis bangunan yang diizinkan adalah
bangunan-bangunan
yang
menurut
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Ayat (1)
Pengawasan meliputi pengawasan terhadap
sistem irigasi milik pemerintah dan sistem
irigasi yang dibangun oleh masyarakat.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
93
Huruf d
Yang
dimaksud
dengan
penertiban
Pemerintah
Provinsi,
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN
WONOGIRI NOMOR 90.
95
DAERAH
KABUPATEN