Anda di halaman 1dari 1

Salsha baru saja keluar dari kamarnya bertepatan ketika Ibunya memanggil.

Salsha menemukan Ibunya didapur yang sedang memperhatikan isi kulkas kemudian mencatat
sesuatu dalam notes. Ada apa, Bu? sahut Salsha tidak semangat.

Kau cepat ke supermarket. Hah, perempuan apa kau ini, masa tidak ada sama sekali makanan disini?
Seru Ibunya.

Salsha meringis pelan ketika merasakan telinganya berdengung sakit akibat seruan jengkel Ibunya.
Yaa, buat apa juga. Aku, kan, jarang dirumah.

Ibu Salsha menatap Salsha gusar sambil memberikan notes kecilnya, Ini bahan makanan yang perlu
kau beli. Cepat pergi. Kau mau makan siang, tidak?

Salsha menguap, Sekarang?

Tidak. Tunggu aku menikah untuk kedua kalinya. Terdengar bunyi barang pecah diruang tamu,
kemudian disusul teriakan dan umpatan menggelegar, SIALAN. APA-APAAN ITU.

Buru-buru Salsha mengambil kunci mobil, merebut notes kecil dari tangan Ibunya, dan langsung
keluar rumah. Yang benar saja. Dia tidak mau ikut dalam pertumpahan darah orang tuanya itu. Salsha
akui, dia sudah bosan mendengar dan menonton pertengkaran tidak berguna kedua orang tuanya.
Terkadang hal sekecilpun sering mereka debatkan.

Sebenarnya Salsha malas keluar rumah semenjak kejadian beberapa waktu yang lalu. Ya, dia akan
keluar rumah jika dirasanya penting. Misalnya untuk bekerja, meeting yang kebetulan diadakan di luar
kantor, dan kursus piano. Jika jadwal bertemu dengan teman-temannya datang, itu saja dilakukan
dirumahnya dan rumahnya semakin ramai dengan bertemunya antara Ibu Salsha dan teman-temannya.

Salsha memutuskan berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan yang terdekat dengan rumahnya.
Sambil mendorong troli besar Salsha mulai berbelanja makanan yang sekiranya dapat bertahan lebih
dari satu bulan lamanya. Itu saja masih tersisa banyak. Ketika melewati kaca besar, sekilas Salsha
melirik dirinya sendiri. Seketika dia baru ingat kalau belum berganti baju. Dia masih mengenakan
celana jeans pendek selutut, tank top dan blazer hitam. Sungguh tidak enak dipandang dan... ini sama
sekali bukan Salsha yang suka memperhatikan penampilannya.

Salsha berhenti di rak buah melon. Ditiliknya satu persatu buah melon yang menurutnya bagus.
Sebenarnya melon tidak ada didalam daftar belanjaan, tapi dia ingat Ayahnya yang suka memakan
buah ini.

Anda mungkin juga menyukai