Anda di halaman 1dari 38

BAB II

BEBERAPA JENIS GRAF KHUSUS


Suatu graf disebut graf khusus karena graf tersebut memiliki ciri-ciri tertentu yang
mudah dikenali. Graf lengkap adalah salah satu graf khusus yang paling mudah dikenali dan
telah didefinisikan pada Bab I. Pada bab ini akan dibahas beberapa graf khusus seperti graf
lintasan, graf siklus, graf bintang, graf roda, dan graf pohon.
2.1 GRAF LINTASAN DAN GRAF SIKLUS
Dalam kehidupan sehari-hari orang senang bepergian cenderung berfikir bagaimana
meminimumkan biaya perjlanan. Demikian pula dengan biaya-biaya lain seperti biaya hidup,
biaya pendidikan dan lain-lain. Untuk masalah perjalanan atau jaringan, baik itu jaringan
transportasi, jaringan listrik, ataupun jaringan komputer dan imformasi dapat dicari solusinya
dengan memodelkan masalah tersebut ke dalam model graf, kemudian mencari lintasan
terpendek pada graf hasil pemodelan tersebut.
Beberapa cara mendefinisikan graf lintasan. Ada yang memulai dari pengertian
barisan, ada pula yang memulai dari pengertian jalan (walk). Di sini akan disajikan
pengertian lintasan dengan menggunakan istilah jalan. Karenaya, sebelum membahas lintasan
terlebih dahulu membahas jalan.

Definisi 2.1.1. Misalkan G adalah graf dengan himpunan titik V(G)= {v
1
, v
2
, ...,v
k
, ...,v
n
}, dan
himpunan sisi E(G)={e
i
: e
i
= v
i
v
j
untuk suatu i,j}.
1. Jalan W pada graf G dengan panjang k adalah barisan titik dan sisi :

dengan

, .
2. Jalan disebut tertutup jika

.
3. Jalan yang setiap sisinya berbeda disebut jalur (trail).
4. Jika

untuk setiap i,j e{0, 1, 2, ..., k}, maka W disebut lintasan.


5. Graf yang hanya terdiri atas satu lintasan disebut graf lintasan.
Definisi 2.1.2. Misalkan

adalah lintasan orde k pada graf


G. Siklus pada G dengan panjang k dinotasikan

adalah subgraf dengan himpunan titik


(

) (

) dan himpunan sisi (

) (

) *

+. Graf yang hanya terdiri atas


satu siklus disebut graf siklus.

Teorema 2.1.1 Jika graf G memuat jalan u v dengan panjang l, maka G memuat lintasan u
v dengan panjang paling besar l.

Bukti. Diantara semua lintasan u v dalam G, diandaikan P :


adalah suatu jalan dengan panjang terkecil k. Karenanya, k s l. Klaim bahwa P adalah
lintasan u v. Karena u v adalah jalan, maka terdapat i, j dengan 1sisjsk sehingga v
i
= v
j
.
Akibatnya, jalan

memiliki panjang kurang dari k. Hal ini tidak mungkin


karena P adalah lintasan. Jadi mestilah k adalah panjang terbesar.
Batas edit
Contoh 2.1.4
Misalkan (

) *

+ dan (

) *

+
Graf

adalah graf lintasan berorde 6, lihat Gambar 2.1.2. Graf bagian (a) adalah graf
lintasan berorde dan bagian (b) adalah graf siklus dengan panjang 6.
v
3
v
4
v
3
v
4

v
2
v
5
v
2
v
5

v
6
v
1
v
6



P
6
: C
6
:
Gambar 2.1.2 : Graf lintasan dan siklus
Contoh 2.1.5
Misalkan (

) *

+ dan (

) *

+ Bentuk graf

dapat dilihat pada Gambar 2.1.3. Salah satu


jalan pada graf

adalah


Gambar 2.1.3
Lintasan pada graf

adalah

, dan siklus pada graf

adalah

. Dalam hal ini

.
Graf dikatakan terhubung (connected) jika untuk setiap dua titik dan pada graf
tersebut terdapat suatu lintasan yang memuat dan . Misalkan _ . Subgraf disebut
subgraf terhubung maksimal jika bukan subgraf sejati pada sembarang subgraf terhubung
di G. Subgraf disebut komponen dari jika merupakan subgraf terhubung maksimal.
Selanjutnya, misalkan adalah graf terhubung dan _ () serta c () Himpunan
disebut himpunan titik pemisah , jika graf tak terhubung. Secara serupa,
himpunan disebut himpunanan sisi pemisah dalam jika juga graf tak terhubung.
Misalkan dan berturut-turut merupakan himpunan titik pemisah dan himpunan sisi
pemisah. Jika *+ dan *+, maka disebut titik potong (cut vertex) dan disebut
jembatan (bridge). Sebagai contoh, pada Gambar 2.1.2 titik

adalah titik potong dan sisi


(

) adalah jembatan. Pada Gambar 2.1.4. Graf G memiliki himpunan titik potong A={a,
b} atau D = {a,b,c} dan himpunan sisi pemisah B ={ad, ac, bc}.


a d

b c

G :
Gambar 2.1.4. Graf yang memiliki himpunan titik potong
Panjang siklus terbesar pada suatu graf dinotasikan dengan (), sedangkan panjang siklus
terkecil dinotasikan dengan (). Graf dengan orde disebut pansiklis (pancynclic) jika
memuat semua siklus

dengan , dan disebut pansiklis lemah (weakly


pancyclic) jika memuat siklus

untuk () (().







G
1
: G
2
:
Gambar 2.1.5 Graf pansiklis lemah

dan graf pansiklis

.
Graf

pada Gambar 2.1.5 adalah pansiklis lemah dengan () dan

adalah pansiklis
karena memuat semua siklus

untuk .

2.3 GRAF BINTANG DAN GRAF RODA


2.4 GRAF POHON
Teori graf merupakan salah satu cabang matematika yang memiliki banyak penerapan
untuk mencari solusi dari permasalahan diskrit yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Untuk
mencari solusi tersebut, di dalam graf terdapat banyak konsep. Salah satu konsep di antaranya
adalah konsep pohon (tree).
Salah satu istilah dalam konsep pohon adalah pohon perentang (spanning tree).
Misalkan ( ) adalah graf terhubung tak berarah yang bukan pohon, berarti pada graf
terdapat beberapa sikel, dapat diubah menjadi suatu pohon (

) dengan cara
menghapus sisi-sisi yang membentuk sikel sehingga graf terhubung tidak lagi memuat sikel,
graf menjadi sebuah pohon yang disebut pohon perentang.
Salah satu jenis graf khusus adalah graf berbobot (weighted graph). Graf berbobot
adalah graf yang setiap sisinya diberi sebuah harga atau bobot. Pada graf berbobot terhubung,
dikenal istilah pohon perentang minimum (minimum spanning tree). Jika adalah graf
berbobot, maka bobot pohon perentang dari didefinisikan sebagai jumlah bobot semua
sisi di Di antara semua pohon perentang dari pohon perentang yang berbobot minimum
disebut pohon perentang minimum.
Hingga saat ini, pemanfaatan pohon perentang minimum dapat diaplikasikan untuk
mencari solusi pada permasalahan di dunia nyata. Di antaranya, masalah jaringan komunikasi
(network), yakni untuk membangun suatu jaringan komunikasi dengan biaya pemakaian
sekecil mungkin.
Dalam membentuk sebuah pohon perentang minimum dari suatu graf terhubung
berbobot, dikenal dua algoritma yaitu algoritma Prim dan algoritma Kruskal.
Definisi 2.9 : Graf Pohon
Misalkan T adalah graf terhubung. Jika T tidak berarah dan tidak memiliki siklus, maka T disebut
graf pohon. Atau dengan kata lain graf pohon T adalah graf terhubung yang tidak mempunyai
siklus.


Gambar 5. Graf pohon dan bukan graf pohon

Contoh graf
1
G dan
2
G adalah graf pohon diberikan pada Gambar II.5 dimana setiap simpulnya
senantiasa punya jalan ke simpul lain. Sedangkan
3
G karena terdapat siklus dan graf
4
G bjuga
bukan graf pohon karena tidak ada jalan dari a ke d dan beberapa simpul lainnya.

Teorema 2.2
Jika T adalah graf pohon jika setiap simpulnya memiliki hanya satu jalan ke simpul yang lain.

Bukti
Misalkan T adalah graf pohon yang memiliki simpul simpul
n
v v v ,.., ,
2 1
. T adalah pohon maka
setiap simpulnya memiliki jalan kepada simpul yang lain dan karena tidak ada siklus maka tidak ada
perulangan jalan. Sehingga dapat disimpulkan setiap simpulnya memiliki hanya satu jalan ke simpul
yang lain.

Teorema 2.3
Jika G adalah graf yang memiliki p titik, maka pernyataan-pernyataan berikut adalah eqivalen.
- Jika G adalah pohon, maka G memiliki 1 p sisi dan tidak memiliki siklus.
- Jika G adalah graf terhubung dan memiliki 1 p sisi, maka setiap dua titik simpul dari G
dihubungkan oleh tepat satu lintasan.
- G tidak memiliki siklus, dan jika pada G ditambahkan satu sisi x yang mengaitkan dua titik
di G yang tidak bertetangga, maka x G+ memiliki satu siklus.


II.2 Pohon Berakar

Berikut ini pembahasan lebih lanjut mengenai graf pohon. Akan didefinisikan beberapa istilah
penting pada graf pohon berakar yang nantinya akan digunakan pohon traversal pada bab III.

Definisi 2.10 : Daun
Daun adalah semua simpul yang derajatnya satu atau simpul yang berada pada tingkat terendah dari
pohon. Seringkali, daun merupakan simpul terjauh dari akar

Dalam teori graf, daun adalah sebuah simpul dengan derajat 1 selain akar (kecuali jika pohonnya
hanya memiliki satu sudut; maka akarnya adalah daunnya juga). Setiap graf pohon memiliki
setidaknya satu daun.

Definisi 2.11 : Simpul Dalam (Internal Nodes)
Misalkan graf T adalah graf pohon, maka simpul dalam adalah semua simpul dari graf pohon yang
memiliki daun dan bukan merupakan daun.

Definisi 2.12 : Subpohon (Subtrees)
Misalkan graf T adalah graf pohon, ,maka subpohon (Subtrees) adalah suatu bagian dari graf
pohon T yang dapat dilihat sebagai sebuah pohon lain yang berdiri sendiri.

Pada gambar II.5 di bawah ini adalah sebuah graf pohon. Sesuai dengan definisi 2.10 2.12 maka
simpul simpul M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y dan Z adalah daun. Simpul internalnya adalah F, G,
H, I, J, K dan L dan graf tersebut dapat dipisah pisah menjadi empat buah subpohon yang berawal
dari B, C, D dan E.

Gambar II.5. Graf pohon

Definisi 2.13 : Graf Pohon Berakar
Suatu graf T yang merupakan pohon berarah bila arah sisinya diabaikan dan suatu pohon berarah
dinamakan pohon berakar (rooted tree) bila ada tepat satu simpul yang berderajat masuk 0, dan
semua simpul lain berderajat masuk 1. simpul berderajat masuk 0 dinamakan akar, simpul
berderajat keluar 0 dinamakan daun, sedangkan simpul yang berderajat masuk 1 tetapi derajat
keluarnya tidak 0 disebut simpul cabang.


Gambar II.6. Graf pohon berarah yang jika arahnya tidak diperhatikan maka simpul yang derajatnya
0 adalah akar

Pada gambar II. 6 di atas simpul a adalah akar, simpul-simpul b, c adalah simpul cabang sedangkan
simpul-simpul d, e, f dan g adalah daun.

Simpul d disebut anak (child) dari simpul b bila ada sisi dari b ke d, dalam hal ini simpul b disebut
orang tua (parent) dari simpul d. Bila simpul d memiliki anak lagi maka anak dari simpul d
merupakan keturunan (descendent) dari simpul a, b, d karena ada lintasan berarah dari simpul-
simpul tersebut ke simpul anak dari d. Sebaliknya, simpul-simpul a, b, dan d disebut leluhur
(ancestor) dari simpul anak dari d.


Gambar II.7. Graf pohon yang tidak berakar
karena ada suatu siklus dari
5 2 0
V V V kembali ke
0
V .

Teorema 2.4 : Teorema geometrik pohon
Bila ( )
0
,V T adalah pohon berakar (dimana T adalah relasi dan
0
V adalah akar) maka:
- Tidak ada siklus dalam T
-
0
V merupakan satu-satunya akar dari T .


Gambar II.8. Graf di atas bukanlah pohon berakar
karena mempunyai 2 akar pohon yaitu
0
V dan
1
V .

Perhatikan pada gambar II.7 dan gambar II.8 bukan graf pohon berakar karena tidak memenuhi
teorema 2.4. gambar II.7 bukan graf pohon berakar karena terdapat siklus dari
5 2 0
V V V kembali
ke
0
V dan gambar II.8 juga bukan pohon berakar karena mempunyai 2 akar pohon yaitu
0
V dan
1
V

Definisi 2.14 : Level
Misalkan graf pohon berakar T , memiliki akar
0
V , jika semua simpul yang tepat dibawahnya (anak
dari
0
V ) diberi simbol
1
V . Kemudian simpul anak dari simpul
1
V semua diberi symbol
2
V dan
seterusnya hingga
n
V maka level graf pohon berakar T adalah n

Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar II. 9 di bawah. Terdapat graf pohon berakar T , akar
pohonnya adalah a diberi ada di level 0. Kemudian b, f dan g yang merupakan anak dari akar a
semua berlevel 1, dan c anak dari b, h, i dan j yang merupakan anak dari g,semua merupakan anak
dari simpul berlevel 1 sehingga diberi level 2 dan kemudian simpul dibawah simpul yang berlevel 2
diberi level 4. Jadi graf T itu sendiri adalah graf graf pohon berakar berlevel 3.


Gambar II.9. Level graf pohon berakar T .




II.3 Beberapa Istilah Lain Sepadan Yang Sering Digunakan

Agar tidak bingung dengan istilah lain yang sama yang sering digunakan terutama dalam struktur
basis data, maka akan diberikan juga beberapa istilah yang digunakan lainnya. Antara lain
- Predecessor : simpul yang berada di atas simpul tertentu
- Successor : simpul yang dibawah simpul tertentu
- Ancestor : seluruh simpul yang terletak sebelum simpul tertentu dan terletak sesudah pada
jalur yang sama
- Descendant : seluruh simpul yang terletak sesudah simpul tertentu dan terletak sesudah
pada jalur yang sama
- Parent : predecessor satu level diatas suatu simpul
- Child : successor satu level dibawah suatu simpul
- Sibling : simpul-simpul yang memiliki parent yang sama dengan suatu simpul
- Subtree : bagian dari graf pohon yang berupa suatu simpul beserta descendantnya dan
memiliki semua karakteristik dari graf pohon tersebut
- Size : banyaknya simpul dalam suatu tree
- Height : banyaknya tingkatan/level dalam suatu tree
- Root : satu-satunya simpul khusus dalam tree yang tidak mempunyai predecessor
- Leaf : simpul-simpul dalam tree yang tidak memiliki successor
- Degree : banyaknya child yang dimiliki suatu simpul

Gambar II.10. Graf pohon berakar

Dari gambar II.10 dan berdasarkan definisi di atas maka :
- Ancestor : C, A
- Descendant : C, G
- Parent : B
- Child : B, C
- Sibling : F, G
- Size : 7
- Height : 3
- Root : A
- Leaf : D, E, F, G
- Degree : 2

BAB III

SISTEMATIKA PENGALAMATAN UNIVERSAL
DAN PEMBUATAN GRAF

Dalam struktur data, pohon memegang peranan yang cukup penting. Struktur ini biasanya
digunakan terutama untuk menyajikan data yang mengandung hubungan hirarki antara elemen-
elemennya. Kita lihat misalnya, data pada record, keluarga dari pohon, ataupun isi dari tabel.
Mereka mempunyai hubungan secara hirarki. Pohon atau tree adalah salah satu bentuk graf
terhubung yang tidak mengandung sirkuit. Karena merupakan graf terhubung, maka pada pohon
selalu terdapat jalan yang menghubungkan setiap dua simpul dalam pohon. Disini akan dibahas
mengenai bagaimana cara menggambarkan graf dari suatu ekspresi dan graf pohon berakar pada
sistem pengalamatan

III.1 Sistem Pengalamatan Universal

Jika kita akan mengunjungi suatu alamat misalnya di jalan I no 2 RT, RW, Kelurahan, Kecamatan,
Kota, Propinsi, Negara maka secara sistematis ini membutuhkan prosedur yang teratur. Demikian
juga jika kita ingin mengunjungi sebuah web, komputer pada suatu jaringan, data dan lain lain
maka ini juga membutuhkan prosedur yang teratur dan sistematis yang mirip dengan graf pohon.

Prosedur untuk mengunjungi semua simpul pada pohon berakar terurut tergantung pada penataan
daun daunnya. Pada graf pohon berakar terurut, daun dari simpul internal dalam
penggambarannya dibuat dari kiri ke kanan. Urutan penyusunan simpul - simpul dari sebuah pohon
berakar teratur adalah (Rosen, 2012):

Cara melabeli semua simpul secara rekursif :
1. Labeli akar dengan bilangan bulat 0. Kemudian label k untuk anak dari akarnya (daunnya)
dari kiri ke kanan dengan 1, 2, 3,...,k.
2. Untuk setiap simpul yang memiliki anak v pada level n diberikan label A (sesuai dengan
simpulnya, misalnya), labeli anaknya (daun) dengan k
v
, yang dibuat dari kiri ke kanan.
Sehingga didapatkan A.1, A.2, ..., A. k
v
.


Gambar III.1. Pelabelan akar, simpul dan daun

Simpul v pada level n (dengan 1 > n ), diberi label x
1
, x
2
, ..., x
n
, dimana terdapat suatu jalan yang unik
dari akar ke v yang melewati simpul ke x
1
di level 1, simpul ke x
2
di level 2 dan seterusnya.
Pelabelan ini disebut sistem pengalamatan universal pohon berakar terurut. Contoh pembuatannya
seperti pada gambar III.2 di bawah ini. Simpul akar yaitu 0 yang memiliki anak 1, 2, 3, 4 dan 5.
Simpul yang punya anak yaitu simpul 1, 3, dan 5. Pada masing masing simpul yang memiliki anak
diberi label orang tua (parent) diikuti 1, 2, ..., n. Dan dengan cara yang sama untuk simpul simpul di
bawahnya


Gambar III.2. Sistem pengalamatan universal

Kita secara total dapat menyusun simpul simpul tersebut dengan menggunakan urutan pelabelan
sistem pengalamatan universal. Simpul berlabel
n
x x x ,.., ,
2 1
kurang dari simpul berlabel
m
y y y ,.., ,
2 1
jika terdapat i, 1 > n dengan
1 1
y x = ,
2 2
y x = , ....,
1 1
=
i i
y x dan
i i
y x < , atau jika
m n < dan
i i
y x = untuk n i ,..., 2 , 1 = . Dari gambar III.2 di atas dengan pelabelan sistem
pengalamatan universal dalam pohon berakar terurut adalah
3 . 1 . 3 4 . 2 . 1 . 3 3 . 2 . 1 . 3 2 . 2 . 1 . 3 1 . 2 . 1 . 3 2 . 1 . 3 1 . 1 . 3 1 . 3 3 2 3 . 1 2 . 1 1 . 1 1 0 < < < < < < < < < < < < < <

3 . 5 2 . 5 1 . 1 . 5 1 . 4 4 2 . 3 < < < < < <

III.2 Prosedur Pembuatan Graf Pohon Pada Suatu Ekspresi

Kita dapat menyatakan hubungan yang kompleks seperti proposisi majemuk, kombinasi himpunan
dan aritmatika dengan menggunakan graf pohon terurut. Misalnya ekpresi matematika dengan
operator tambah (+), kurang ( ), perkalian (*), bagi ( / ) dan pangkat ( ). Pada tulisan ini
digunakan tanda kurung untuk menunjukkan orde operasi.

Cara membuat graf dari suatu ekspresi yaitu
Tahap pembentukan graf dari suatu ekspresi ada beberapa tahap yaitu mengkonstruksi sub sub
pohon kemudian menggabungkannya dengan suatu akar, dimana akar tersebut digunakan sebagai
simpul.

Jadi dalam pembuatan graf dari suatu ekspresi kita harus pisahkan dahulu maka pohon, subpohon
dan akar akarnya. Setelah itu baru tentukan mana parent, anak maupun daunnya. Dari pemisahan
ini maka akan tergambar suatu graf pohon.

Contoh Soal
Misalkan bentuk graf pohon terurut pada ( ) ( ) ( ) ( ) 3 / 4 2 + | + x y x , buatlah pembuatan graf
pohonnya.

Jawab
Pembuatan graf pohon berakar terurut pada ( ) ( ) ( ) ( ) 3 / 4 2 + | + x y x dibuat dengan cara :
Pertama : Pisahkan subpohon ( ) ( ) 2 | + y x , dengan anaknya ( ) y x + dan 2 kemudian dihubungkan
dengan | dan subpohon ( ) 3 / 4 x dengan anaknya ( ) 4 x dan ( ) 3 / 4 x . Dari sini terlihat daun
daun dari graf tersebut adalah x, y, 2, x, -4 dan 3. Kemudian dibuat graf seperti gambar III.3


Gambar III.3. Membuat subpohon ( ) ( ) 2 | + y x dan ( ) ( ) 3 / 4 x

Kedua: Konstruksi kedua subpohon (karena hanya dua) yaitu ( ) ( ) 2 | + y x dan ( ) 3 / 4 x dijadikan
satu dihubungkan dengan +. Sehingga + merupakan akar dari ekspresi ( ) ( ) ( ) ( ) 3 / 4 2 + | + x y x
jika dinyatakan dengan graf. Dan hasilnya dapat dilihat pada gambar III.4.

Gambar III.4. Gabungkan dengan akar (+) menjadi graf pohon terurut ( ) ( ) ( ) ( ) 3 / 4 2 + | + x y x

Latihan
1. Buatlah bentuk graf dari urutan simpul berikut
3 . 4 2 . 4 3 . 1 . 4 2 . 1 . 4 1 . 1 . 4 1 . 4 4 3 3 . 2 2 . 2 1 . 2 2 2 . 1 1 . 1 1 0 < < < < < < < < < < < < < < <

3 . 1 . 5 2 . 1 . 5 1 . 1 . 5 1 . 5 5 4 3 . 3 2 . 3 1 . 3 3 2 . 2 1 . 2 2 1 0 < < < < < < < < < < < < < <
2. Buatlah bentuk graf dari persamaan
( ) ( ) ( ) ( ) 3 / 4 / * 2 * x y x +
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 3 / 4 3 / 4 2 * 2 + + | + | + x x y x y x



























BAB IV

ALGORITMA POHON TRAVERSAL DAN NOTASINYA

IV.1. Algoritma Traversal

Kunjungan pada suatu alamat, sebuah web, komputer pada suatu jaringan, data pada suatu tabel
dan lain lain maka ini juga membutuhkan prosedur yang teratur dan sistematis yang mirip dengan
graf pohon. Prosedur ini dinamakan algoritma traversal yaitu suatu prosedur yang secara sistematik
mencari bagaimana mengunjungi setiap simpul pada sebuah graf pohon berakar terurut. Akan
diterangkan 3 algoritma yang paling banyak digunakan yaitu
- Preorder Traversal,
- Inorder Traversal dan
- Postorder Traversal.

IV.1.1 Algoritma Preorder Traversal

Definisi 4.1 : Algoritma Preorder (Rosen, 2012)
Misalkan T adalah sebuah graf pohon berakar terurut dengan akar r . Jika pada graf T hanya
terdapat r , maka r dan merupakan preorder traversal dari T . Sebaliknya misalkan
n
T T T ,...., ,
2 1

adalah sub sub pohon di r dari kiri ke kanan di T . Preorder traversal dimulai dengan mengunjungi
r . Selanjutnya melewati
1
T preorder, kemudian
2
T preorder dan seterusnya, sehingga
n
T
melewati preorder.

Dari definisi yang dikemukan Rosen ini mungkin masih sangat sulit untuk mengerti bagaimana
langkah langkah praktisnya. Demikian juga prosedur sederhana preorder traversal adalah akar, kiri
kanan (Munir, 2005) atau
- Kunjungi akar
- Kunjungi subpohon disebelah kiri akar
- Kunjungi subpohon disebelah kanan subpohon sebelumnya.
Yang langkah langkahnya digambarkan sebagai berikut :


Gambar IV.1. Alur Sederhana Preorder Traversal (akar, kiri, kanan)

Penyederhanaan langkah yang demikian maupun langkah yang dikemukakan Rosen hanya jelas jika
hanya ada akar dan simpul simpulnya saja. Sedangkan jika terdapat akar, beberapa orang tua, anak
dan daun dalam jumlah banyak dalam suatu graf maka langkah tersebut masih kurang jelas. Contoh
berikut akan memperjelas bagaimana alur prosedur preorder dalam mengunjungi setiap simpulnya.

Contoh Soal 4.1
Misalkan terdapat graf T pada gambar di bawah ini, bagaimana cara mengunjungi tiap simpulnya
secara preorder?


Gambar IV.2. Graf pohon T

Jawab
Alur aplikasi pada graf pohon di atas secara preorder digambarkan di bawah ini :

Gambar IV.3. Alur Preorder Traversal

Algoritma per-langkahnya
Kunjungi akar a
Kunjungi subpohon
1
T di sebelah kiri dari akar a hingga orang tua, anak dan daun yaitu b,e,j
Karena subpohon
1
T sudah habis maka cari subpohon dibawahnya
1 . 1
T , disini harus
melewati level yang paling atas (dekat dengan akar) jadi kunjungi k.
Kunjungi
1 . 1
T daun daun k dari kiri ke kanan yaitu n, o dan p
Karena sudah habis maka kunjungi daun
1
T berikutnya yaitu f.
Kunjungi akar a kemudian kunjungi daun kedua (karena pada simpul c tidak ada simpul level
di bawahnya maka kunjungi c.
Kunjungi subpohon
2
T , kemudian menuju daun paling kiri yaitu d, g, l.
Ulangi cara mengunjungi seperti subpohon sebelumnya sehingga didapatkan m, h dan i.
Sehingga urutan simpul yang dilewatinya a,b,e,j,k,n,o,p,f,c,d,g,l,m,h dan i.

Pemecahan prosedur ini perlangkahnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini


Gambar IV.4. Algoritma Preorder Traversal

IV.1.2. Algoritma Ineorder Traversal

Definisi 4.2 : Algoritma Inorder (Rosen, 2012)
Misalkan T adalah sebuah graf pohon berakar terurut dengan akar r . Jika pada graf T hanya
terdapat r , maka r dan merupakan inorder traversal dari T . Sebaliknya misalkan
n
T T T ,...., ,
2 1

adalah subpohon di r dari kiri ke kanan di T . Inorder traversal dimulai dengan mengunjungi
1
T .
Selanjutnya kunjungi r inorder, kemudian
2
T inorder dan seterusnya, sehingga
n
T mengunjungi
inorder.

Dari definisi yang dikemukan Rosen ini mungkin masih sangat sulit untuk mengerti bagaimana
langkah langkah praktisnya. Demikian juga prosedur sederhana inorder traversal adalah kiri, akar,
kanan (Munir, 2005) atau
- Kunjungi subpohon paling kiri dari akar.
- Kunjungi akar
- Kunjungi subpohon kanannya.
Langkah langkahnya digambarkan sebagai berikut :


Gambar IV.5. Alur Sederhana Inorder Traversal (kiri, akar, kanan)

Penyederhanaan langkah yang demikian maupun langkah yang dikemukakan Rosen hanya jelas jika
hanya ada akar dan simpul simpulnya saja. Sedangkan jika terdapat akar, beberapa orang tua, anak
dan daun dalam jumlah banyak dalam suatu graf maka langkah tersebut masih kurang jelas. Perlu
ditekannkan bahwa prosedur inorder selalu mengutamakan daun kemudian orang tua dari daun
tersebut. Contoh berikut akan memperjelas bagaimana alur prosedur inorder dalam mengunjungi
setiap simpulnya.

Contoh Soal 4.2
Misalkan terdapat graf T pada gambar IV.2, bagaimana cara mengunjungi tiap simpulnya secara
inorder?

Jawab
Alur aplikasi pada graf pohon di atas secara inorder digambarkan di bawah ini :

Gambar IV.6. Alur Inorder Traversal

Algoritma per-langkahnya
Kunjungi daun dari subpohon
1
T paling kiri dari akar a yaitu j.
Naik pada level di atasnya atau orangtua dari j yaitu e
Kunjungi daun paling kiri dari subpohon level dibawahnya
1 . 1
T yaitu n.
Naik pada level di atasnya atau orangtua dari n yaitu k
Kunjungi daun daun k yang lain yaitu o dan p.
Karena sudah habis maka naik level diatasnya pada subpohon yang sama (
1
T ), jadi kunjungi
b.
Kunjungi daun b yaitu f.
Kunjungi akar a
Kunjungi daun a setelah subpohon
1
T yaitu c.
Kunjungi daun paling kiri dari subpohon berikutnya
2
T yaitu l.
Naik pada simpul level di atasnya yaitu g
Kunjungi daun g yaitu m.
Naik pada simpul level di atasnya yaitu d
Kunjungi daun d yaitu h dan i.
Sehingga urutan simpul yang dilewatinya j,e,n,k,o,p,b,f,a,c,l,g,m,d,h dan i.

Pemecahan prosedur ini perlangkahnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar IV.7. Algoritma Inorder Traversal

IV.1.3. Algoritma Postorder Traversal

Definisi 4.3 : Algoritma Postorder (Rosen, 2012)
Misalkan T adalah sebuah graf pohon berakar terurut dengan akar r . Jika pada graf T hanya
terdapat r , maka r dan merupakan postorder traversal dari T . Sebaliknya misalkan
n
T T T ,...., ,
2 1

adalah subpohon di r dari kiri ke kanan di T . Postorder traversal dimulai dengan melewati daun
paling kiri di
1
T , kemudian
2
T postorder dan seterusnya hingga
n
T dan berakhir melewati preorder
r .

Dari definisi yang dikemukan Rosen ini mungkin masih sangat sulit untuk mengerti bagaimana
langkah langkah praktisnya. Demikian juga prosedur sederhana postorder traversal adalah kiri,
akar, kanan (Munir, 2005) atau
- Lewati daun paling kiri dari subpohon paling kiri, selalu mencari daun hingga habis
mendekati subpohon kanannya
- Lewati daun daun subpohon selanjutnya disebelah kanannya
- Kunjungi akar

Langkah langkahnya digambarkan sebagai berikut :

Gambar IV.8. Alur Sederhana Postorder Traversal (kiri, kanan, akar)

Penyederhanaan langkah yang demikian maupun langkah yang dikemukakan Rosen hanya jelas jika
hanya ada akar dan simpul simpulnya saja. Sedangkan jika terdapat akar, beberapa orang tua, anak
dan daun dalam jumlah banyak dalam suatu graf maka langkah tersebut masih kurang jelas. Perlu
ditekannkan bahwa prosedur postorder selalu mengutamakan daun. Contoh berikut akan
memperjelas bagaimana alur prosedur inorder dalam mengunjungi setiap simpulnya.

Contoh Soal 4.3
Misalkan terdapat graf T pada gambar IV.2, bagaimana cara mengunjungi tiap simpulnya secara
postorder?

Jawab
Alur aplikasi pada graf pohon di atas secara postorder digambarkan di bawah ini :

Gambar IV.9. Alur Postorder Traversal

Gambar IV.10. Algoritma Postorder Traversal

Algoritma per-langkahnya
Kunjungi daun paling kiri dari subpohon
1
T dari akar a yaitu j.
Kunjungi daun subpohon
1 . 1
T sebelah kanan j yaitu n,o,p.
Naik pada simpul level di atasnya (akar dari subpohon
1 . 1
T ) yaitu kunjungi k.
Naik ke level subpohon di atas k yaitu e.
Kunjungi daun f.
Naik pada simpul level di atasnya (akar dari subpohon
1 . 1
T ) yaitu b.
Kunjungi daun a yaitu c.
Kunjungi daun paling kiri pada subpohon sebelah kanan (
2
T ) dari akar a yaitu l,m.
Naik ke level subpohon di atasnya yaitu g.
Naik ke daun dari subpohon d yaitu h dan i.
Naik ke level subpohon di atasnya yaitu d.
Naik ke akar yaitu a.
Sehingga urutan simpul yang dilewatinya j,n,o,p,k,e,f,b,c,l,m,g,h,i,d dan a.

IV.2 Notasi Prefix, Infix danPostfix

Kita dapat menyatakan hubungan yang kompleks seperti proposisi majemuk, kombinasi himpunan
dan aritmatika dengan menggunakan graf pohon berakar terurut. Misalnya ekpresi matematika
dengan operator tambah (+), kurang ( ), perkalian (*), bagi ( / ) dan pangkat ( ). Tanda kurung
untuk menunjukkan orde operasi. Bagaimana menuliskan urut urutan ekspresi pada graf pohon
berakar terurut inilah yang akan dibahas pada bab ini yaitu notasi prefix, infix dan postfix.

Agar lebih mudah prosedur membuat notasi ini dimulai dengan membuat graf pohon terurut pada
ekspresi yang akan dibuatkan notasi. Kemudian urut urutkan sesuai dengan prosedur yang
diinginkan. Dari urutan itulah maka notasi dapat dibuat.

IV.2.1 Notasi Prefix

Definisi 4.4 : Notasi Prefix
Notasi Prefix adalah notasi mengunjungi tiap simpul pada graf pohon berurut secara preorder.

Dari notasi ini mensyaratkan pengetahuan tentang preorder traversal, agar lebih jelasnya lihat contoh
di bawah ini

Contoh Soal 4.4
Bagaimana notasi prefix ekspresi berikut ( ) ( ) ( ) ( ) 3 / 4 2 + | + x y x ?

Jawab
Pada notasi prefix maka mengikuti alur preorder seperti prosedur yang sudah dijelaskan sebelumnya
yaitu akar, kiri, kanan. Dari gambar 12 maka alur ekspresi prefixnya:
1. Kunjungi akarnya +
2. Kunjungi subpohon sebelah kiri hingga ke daun yang lurus dengan akar + | + x y
3. Kunjungi daun daun berikutnya + | + x y 2
4. Kunjungi subpohon sebelah kanannya dengan cara yang sama sehingga didapatkan + | + x
y 2 / x 4 3

Contoh Soal 4.5
Bagaimana perhitungan secara preorder + * 2 3 5 / | 2 3 4?

Solusi :
Alur perhitungan + * 2 3 5 / | 2 3 4 adalah prefix digambarkan dari atas ke bawah berikut :


Gambar IV.11. Cara operasi notasi traversal

- Kerjakan subpohon sebelah kanan akar ( / ) yaitu | 2 3 atau 8 2
3
=
- Kerjakan subpohon tersebut dengan akar ( / ) yaitu / 8 4 atau 2 4 / 8 =
- Kerjakan subpohon sebelah kiri akar ( / ) yaitu * 2 3 atau 6 3 * 2 =
6 5 atau 1 5 6 =
- Kerjakan subpohon kiri dengan kanan yaitu + 1 2 atau 3 2 1 = +

IV.2.2 Notasi Infix

Definisi 4.5 : Notasi Infix

Notasi infix adalah notasi mengunjungi tiap simpul pada graf pohon berurut secara inorder

Dari notasi ini mensyaratkan pengetahuan tentang inorder traversal, agar lebih jelasnya lihat contoh di
bawah ini

Contoh Soal 4.6
Bagaimana notasi infix ekspresi ( ) ( ) ( ) ( ) 3 / 4 2 + | + x y x ?

Jawab
Pada notasi infix maka mengikuti alur inorder seperti prosedur yang sudah dijelaskan sebelumnya
yaitu kiri, akar, kanan. Maka didapatkan alur pengerjaan infixnya:
1. Kunjungi variabel daun subpohon paling kiri x
2. Naik ke simpul level diatasnya (orangtua) sehingga x +
3. Kunjungi daun simpul tersebut tersebut sehingga didapat x + y
4. Dengan cara yang sama kunjungi simpul selanjutnya sehingga didapat x + y | 2
5. Kunjungi akar sehingga didapat x + y | 2 +
6. Kunjungi daun subpohon sebelah kanannya sehingga didapat x + y | 2 + x
7. Ulangi cara mengunjungi subpohon pertama x + y | 2 + x 4 / 3

IV.3 Notasi Postfix

Definisi 4.6
Notasi Postfix adalah notasi mengunjungi tiap simpul pada graf pohon berurut secara postorder

Ekpresi penulisan postfix dinamakan juga reverse polish notation. Agar lebih jelasnya lihat contoh
di bawah ini

Contoh Soal 4.7
Bagaimana bentuk postfix ekspresi berikut ( ) ( ) ( ) ( ) 3 / 4 2 + | + x y x

Jawab
Pada notasi postfix maka mengikuti alur postorder seperti prosedur yang sudah dijelaskan
sebelumnya yaitu kiri, kanan, akar. Dari gambar 12 maka didapatkan alur pengerjaan postfixnya:
1. Kunjungi variabel daun daun subpohon paling kiri x y
2. Kunjungi orangtua (parent) dari daun tersebut sehingga didapat x y +
3. Kunjungi daun dan kemudian orangtuanya (parent) sehingga didapat x y + 2|
4. Kunjungi daun daun subpohon sebelah kanannya sehingga didapat x y + 2| x 4
5. Kunjungi orangtua (parent) dari daun tersebut sehingga didapat x y + 2| x 4 3 /
6. Kunjungi Akar sehingga didapat x y + 2| x 4 3 / +

Contoh Soal 4.8
Bagaimana bentuk postfix ekspresi logika berikut ( ) ( ) ( ) q p q p v .

Jawab
Buat graf pohon dari ( ) ( ) ( ) q p q p v . seperti gambar di bawah ini


Gambar IV.12. graf pohon untuk ( ) ( ) ( ) q p q p v .

Sehingga notasi postfixnya untuk ( ) ( ) ( ) q p q p v . adalah
1. Kunjungi variabel daun daun subpohon paling kiri p q
2. Kunjungi operator penghubung variabel tersebut sehingga didapat p q .
3. Kunjungi operator penghubung level di atasnya sehingga didapat p q .
4. Kunjungi daun daun subpohon sebelah kanannya sehingga didapat pq. p q
5. Kunjungi operator penghubung level di atasnya sehingga didapat pq . p q v
6. Kunjungi Akar sehingga didapat pq . p q v


Latihan 1
Bagaimana urutan kunjungan pada simpul simpul graf berikut


Latihan 2
1. Buatlah notasi pada ekspresi berikut
( ) ( ) ( ) ( ) 3 / 4 / * 2 * x y x +
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 3 / 4 3 / 4 2 * 2 + + | + | + x x y x y x
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 3 * 4 * 2 / / 3 / 4 / * 2 * | + x y x x y x
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) y x x y x y y x / 4 2 / 4 2 / * * | + |
2. Buatlah notasi pada ekspresi berikut
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) q p q p q p q p v . v . .
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) q p q p q p q p v . v . .











































Definisi Jarak
Jarak antara dua titik u,v pada suatu graf G ditulis d(u,v) dengan d(u,v)= 0 jika u=v; dan
d(u,v)= k, jika u=v dimana k adalah panjang lintasan terpendek yang menghubungkan titik u
dan titik v. Jika tidak ada lintasan yang menghubungkan titik u, v, maka d(u,v)= .



Contoh. Perhatikan graf berikut.









Untuk menghitung jarak dari titik u ke titik v, terlebih dahulu ditentukan lintasan
terpendek dari titik u ke titik v tersebut.
Lintasan dari titik u ke titik v adalah:
P1: u, 1, 3, 2, 4, 14, 6, 7, v ;
P2: u, 1, 2, 4, 6, 7, v;
P3: u, 1, 5, 2, 4, 6, 9, 13, 10, 12, 11, 8, 7, v ;
P4: u, 1, 5, 4, 6, 9, 10,11, v ; dan seterusnya.
Lintasan terpendek adalah P2 dengan panjang 6. Jadi jarak dari titik u ke titik v adalah 6 atau
d(u,v)= 6.


Subgraf dari graf lengkap yang mempunyai karakteristik tertentu biasanya lebih mudah
dikenali dan pada umumnya telah mempunyai nama. Pembahasan tentang subgraf-subgraf
tersebut disajikan pada subbab ini yakni meliputi konsep graf lengkap, jalan, lintasan, siklus,
graf pohon, graf bintang, graf roda, dan graf bipartit dan multipartit.

1. Graf Lintasan
Defenisi 6
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

v

u

12

13

14

Graf lintasan dengan n 1 titik adalah graf yang titik-titiknya dapat diurutkan dalam
suatu barisan u
1
,u
2
,...,u
n
sedemikian sehingga E (P)={u
i
,u
i+1
: i = 1,...,n-1}. Graf
lintasan dengan n titik di notasikan dengan P
n
.
Contoh graf lintasan diberikan pada gambar 2.5.





2. Graf Siklus
Definisi 7
Jika P
n
:= v
1
,v
2
,...,v
n
adalah suatu graf lintasan berorde n dan n 3, maka graf C
n
:=
P
n
+ {v
1
,v
2
} disebut siklus berorde n. Panjang P
n
adalah n-1, yaitu banyaknya sisi pada
P
n
dan panjang siklus C
n
adalah n. Graf siklus untuk n titik dinotasikan dengan C
n
.
Contoh graf siklus diberikan pada gambar 2.6.




Panjang suatu lintasan adalah banyaknya sisi yang ada pada lintasan tersebut. Pada suatu graf
yang memuat siklus tentulah ada yang mempunyai panjang terbesar dan ada yang terkecil.
Panjang siklus terkecil disebut girt dan dinyatakan dengan g(G) dan panjang siklus terbesar
disebut Keliling (circumference) pada graf G dinyatakan dengan c(G).
G:
Gambar 2.6a
...
v
1

v
2

v
3

v
4

v
5

v
n

Gambar 2.5
v
3

Gambar 2.6
...
v
1

v
2

v
4

v
5

v
n


Graf pada gambar 2.6a mempunyai g(G)=3 dan c(G)=8
Pada suatu graf terhubung setiap dua titik simpulnya dihubungkan oleh paling sedikit dua
lintasan. Karena itu lintsan-lintasan tersebut ada yang pendek dan ada yang panjang. Panjang
lintasan terpendek yang menghubungkan dua titik menunjukkan jarak kedua titik tersebut dan
dinyatakan oleh d(u,v). Lebih jelasnya diberikan definisi berikut.

3. Graf Pohon
Konsep tentang pohon muncul secara eksplisit dalam karya Gustav Kirchof (1824-1887),
yang menggunakan gagasan teori graf dalam menentukan arus listrik untuk rangkaian
(sirkuit) listrik. Kemudian, Arthur Caylay (1821-1895), James J. Sylvester (1806-1897),
George Polya (1887-1985) , dan beberapa orang lainnya menggunakan pohon untuk
mencacah banyaknya molekul kimia. Pohon adalah salah satu jenis graf yang menarik untuk
dikaji karena mempunyai struktur yang berbeda-beda.
Gambar pada Contoh 1, berturut-turut adalah Lintasan dan Siklus dengan 5 titik. Sedangkan
Contoh 2 adalah graf pohon dengan 6 titik P
6
.





Contoh1. Graf lintasan P
4
dan siklus C
4
.

Contoh 2. Pohon P
8
.
P
4

C
4



Misalkan T
n
adalah pohon dengan n titik. Titik-titik mberderajat satu pada T
n
disebut daun
dan titik-titik yang berderajat lebih dari satu disebut ruas. Pohon berakar adalah pohon yang
mempunyai satu titik tertentu sebagai akar. Pohon berakar dengan n titik dan akar yang diberi
label s dinotasikan dengan T
n
(s). Pohon berakar T
n
(s) disebut pohon berakar bercabang-k (k-
ary tree) jika T
n
(s) berderajat maksimum k+1.

Teorema 1.
Misalkan G adalah suatu graf dengan p titik. Tunjukkan bahwa ketiga pernyataan berikut
adalah ekivalen.
a) G adalah pohon ;
b) G terhubung dan mempunyai p -1 sisi (ukuran);
c) G berukuran p-1 dan tidak memeuat siklus.

Bukti.
Terdapat tiga tahap dalam pembuktian.

Tahap 1. Diketahui a) akan dibuktikan b).
Misalkan G adalah pohon dengan p titik. Menurut definisi G adalah terhubung. Misalkan P1
adalah lintasan terpanjang dengan r titik, r < p. Maka banyaknya sisi pada P1 adalah r-1 dan
mempunyai dua titik ujung (daun), sebut t1 dan t2. Karena P1 adalah lintasan terpanjang,
maka titik lain dari G tidak akan terkait dengan t1 atau t2. Berarti titik-titik lain dari G terkait
pada ruas dalam P1. Dalam hal ini penambahan satu titik pada ruas P1 akan menambah 1 sisi.
Karena banyaknya titik yang bertambah adalah p-r, maka banyaknya sisi yang bertambah
pada P1 juga adalah p-r. Akibatnya, banyaknya sisi pada G sebanyak r-1+p-r = p-1.

Tahap 2. Diketahui b) akan dibuktikan c).
Misalkan G terhubung dan mempunyai p -1 sisi. Akan dibuktikan dengan cara kontradiksi.
Misalkan G mempunyai siklus, perdefinisi G mempunyai p sisi. Kontradiksi dengan yang
diketahui bahwa G berukuran p-1. Jadi mestilah tidak mempunyai siklus.

Tahap 3. Diketahui c) akan dibuktikan a).
Misalkan G berukuran p-1 dan tidak memeuat siklus. Tinggal menunjukkan bahwa G adalah
graf terhubung. Andaikan G tak terhubung, berarti G terdiri dari beberapa komponen dimana
setiap komponen tidak memiliki siklus (merupakan pohon). Misalkan terdiri dari k
komponen, sebut T1, T2, ...., Tk dengan titik masing-masing p1, p2, p3, ..., pk dan sisi
berturut-turut p1-1, p2-1, p3-1, ..., pk-1. Jadi banyaknya sisi pada G adalah p1-1+p2-
1+...+pk-1=p1+p2+...+pk-k atau sama dengan p-k. Hal ini kontradiksi dengan yang diketahui
bahwa G berukuran p-1. Jadi mestilah G terhubung. Dengan demikian G adalah graf
terhubung tanpa siklus. Jadi G adalah graf pohon.

Soal 1. Gambar semua pohon dengan 5 titik.
Jawab. Berikut ini adalah beberapa bentuk pohon yang terdiri dari 5 titik.


Soal 2. Gambar semua pohon dengan 7 titik dan berderajat maksimum lebih dari 4.
Jawab. Pohon yang terdiri dari 7 titik mempunyai derajat paling besar 6. Jadi graf pohon
dengan 7 titik dan berderajat maksimum lebih dari 4 adalah graf pohon yang terdiri dari 7
titik dengan derajat tertinggi 5 dan 6.










i. Graf Bintang dan Graf Roda
Salah satu jenis graf yang termasuk graf pohon yang paling sederhana selain lintasan adalah
bintang. Bintang S
n
dapat didefinisikan sebagai pohon yang mempunyai satu titik berderajat
n-1 dan yang lainnya berderajat satu. Sedangkan roda adalah graf yang diperoleh dari siklus
Ck dengan menambahkan satu titik, sebut x dan menambahkan k sisi dari titik x ke semua
titik di Ck. Roda dengan k titik dinotasikan dengan W
k-1
. Graf pada Contoh 3 berikut adalah
graf bintang dan roda.

Contoh 3.




Graf G bipartit jika V(G) dapat dipartisi kedalam dua subhimpunan tak kosong V
1
dan V
2
,
sedemikian sehingga untuk setiap sisi e=uveE(G), berlaku ue V
1
dan veV
2
atau ve V
1
dan
u eV
2
. Graf G dikatakan graf bipartit lengkap, jika E(G)={uv: ueV
1
, veV
2
dan dinotasikan
K
n,m
. Berikut ini adalah graf lengkap dengan 5 titik dan graf bipartit lengkap K
3,5
.




Teorema 3
Graf nontrivial G adalah bipartit jika hanya jika G tidak memuat siklus dengan panjang ganjil
Bukti.
Misalkan G tidak memuat siklus dengan panjang ganjil. Asumsikan G terhubung.
Misalkan u adalah sebarang titik di G, dan U adalah himpunan yang memuat titik-titik
dengan panjang genap dari u. Misalkan pula W adalah himpunan yang memuat titik dengan
panjang ganjil dari u. Dengan demikian {U, W} adalah koleksi partisi dari V(G). Anggaplah
bahwa u di U, berarti d(u,u)=0.

U 1 2 5
4 6
K
5
K
3,5
S
6

W
5

3 7
U: u 2 4 6

W : 1 3 5 7
Kita klaim bahwa setiap sisi dari G mengaitkan suatu titik di U dan suatu titik di W.
Andaikan itu tidak benar. Berarti terdapat satu sisi di G yang mengaitkan dua titik di U atau
dua titik di W, sebut itu ux eE(G) dengan w,x e W. Karena d(u,w) dan d(u,x) duanya ganjil,
maka dapat ditulis d(u,w)=2s+1 dan d(u,x)= 2r+1 untuk suatu bilangan asli s, r. Labeli titik-
titik dari u ke w dan dari u ke x sebagai berikut.
U=v
0
, v
1
, ..., v
2s+1
=w dan u=x
0
, x
1
, ....., x
2r+1
=x. Dua lintasan tersebut tambah sisi wx
memebentuk siklus C, dengan
C : u, v1, ......, v
2s+1
=w, x= x
2r+1
, ......, x
1
, x
0
=u.
Siklus C mempunyai panjang 2s+1 + 2r+1 tambah satu sisi wx. Dengan kata lain panjang C
adalah (2s+1)+(2r+1)+1= 2(s+r+1)+1. Nilai 2(s+r+1)+1 adalah ganjil. Jadi G memiliki siklus
dengan panjang ganjil. Hal ini kontradiksi dengan G tidak memuat siklus ganjil. Jadi, tidak
benar bahwa terdapat sisi di G yang mengaitkan dua titik pada partisi yang sama. Dengan
kata lain, setiap sisi dari G mengaitkan suatu titik di partisi yang satu dan suatu titik di partisi
yang satunya. Menurut definisi G adalah bipartit.
Misalkan G nontrivial dan bipartit. Akan ditunjukkan G tidak memuat siklus ganjil.
Partisi himpunan V(G) ke dalam dua subhimpunan sebut U dan W sedemikian sehingga
setiap sisi di G mengaitkan suatu titik di U dan suatu titik di W. Misalkan e1=u1w1,
e2=u2w2, e3=u3w3, dan e4=u4w4. Jika titik tersebut berbeda semua maka G tidak memuat
siklus. Jika masih ada sisi lain misal e di G maka e=uiwj, 1,j=1,2,3,4, dan i=j, sebut i=2 dan
j=3. Dalam hal ini, terdapat lintasan P3: w2, u2, w3, u3 dengan panjang 3. Jika lintasan ini
terletak pada suatu siklus C, maka C=E(P3)+{u3,w2} dengan panjang 4. Situasi lain akan
selalu serupa. Karenanya dapat disimpulkan bahwa G tidak memuat siklus ganjil.

U: u 1 u2 u3 u4


W : w1 w2 w3 w4

Anda mungkin juga menyukai