2Fe
2+
+ N2 + 4 H2O
Fe
2+
+ 3 phen H
+
Fe(phen)3
2+
+ 3H
+
Hasilnya diperoleh larutan besi (II) ortofenantrolin yang berwarna jingga kemerahan dengan pH
1,7. Saat diukur absorbansnya pada panjang gelombang 512 nm, diperoleh sebesar 0,175 A.
Selanjutnya dilakukan pembuatan larutan besi (II) ortofenantrolin dengan prosedur yang
sama tetapi divariasikan pH nya. Pada pH = 2, sebelum dilakukan pengenceran oleh aquades,
ditambahkan beberapa tetes NaOAc 2 M yang bersifat basa sehingga mampu menaikkan sedikit
pH nya menjadi 2 yang ditunjukkan dengan warna merah mulai timbul. Saat diukur
absorbansinya diperoleh sebesar 0,187 A. Lalu pada pH = 5 digunakan larutan yang sama
denngan percobaan pertama dan diukur absorbansnya didapatkan sebesar 0,194 A. Selanjutnya
pada pH = 9, dengan prosedur pembuatan yang sama dengan sebelumnya, sebelum dilakukan
pengenceran oleh aquades, ditambahkan larutan NH3 pekat setetes demi setetes hingga
larutannya bersifat basa yang diuji dengan kertas lakmus. Lalu diencerkan dan diukur
absorbansinya yang diperoleh sebesar 0,284 A. Variasi pH yang terakhir yaitu pada pH = 12
dengan cara pembuatan yang sama dengan sebelumnya, tetapi sebelum pengenceran oleh
aquades ditambahkan 7 tetes larutan NaOH 4 M sehingga sifat larutannya menjadi lebih basa.
Saat diukur absorbansinya diperoleh sebesar 0,442 A. Dari hasil percobaan tersebut, berikut
adalah kurva hasil plot variasi pH terhadap besar absorbansinya.
0.175
0.187
0.194
0.284
0.442
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0 2 4 6 8 10 12 14
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i
pH
Pengaruh pH terhadap Absorbansi
Dari kurva di atas, tampak bahwa pH yang semakin besar (semakin basa), maka absorbansi yang
didapatkan juga semakin besar. Dari kurva tersebut, pH optimum saat larutan besi (II) ortofenantrolin
melakukan serapan maksimum (0,442 A) pada saat pH = 12. Hal ini berarti pada pH tersebut, kestabilan
dan intensitas warnanya yang terbentuk tinggi. Selanjutnya jika kurva tersebut dibandingkan dengan
hasil kurva sebelumnya, dapat diketahui bahwa kenaikan besar absorbansi pada larutan besi (II)
ortofenantrolin teratur seiring dengan penambahan pH. Hal tersebut sangat berbeda pada perubahan
absorbansi pada larutan besi (III) tiosianat yang cenderung tak beraturan pada kenaikan pH tertentu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa besi dalam keadaan Fe
2+
akan lebih stabil dibandingkan
dengan Fe
3+
. Oleh karena sifat kestabilannya yang tinggi tersebut, Fe2+ dalam senyawa kompleks
dengan orto fenantrolin yang dapat menyerap sinar tampak secara maksimal digunakan dalam
penentuan kadar besi dalam suatu larutan sampel (Hendayana, S, dkk. 1994 : 22).
Daftar literature :
Hendayana, Sumar. (1994). Kimia Analitik Instrumen.Semarang:Semarang Press.