Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH

KONTROL BAU (ODOR)










Oleh

ARI PRIMAWAN (03081003057)



FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012
BAU (ODORS)

1. Pengertian bau
Bau sebenarnya adalah senyawa kimia yang dalam kondisi normal
berwujud gas, baik yang berasal dari uap cairan maupun hasil sublimasi padatan.
Bau dapat berupa senyawa tunggal maupun berupa gabungan. Bau yang berupa
senyawa tunggal seperti hidrogen sulfida (H2S) dan amonia (NH3). Sedangkan
bau berupa senyawa gabungan berbagai senyawa, seperti bau parfum
(gabungan bermacam-macam senyawa) atau aroma kopi yang merupakan
gabungan kompleks yang terdiri lebih dari 670 senyawa.
Bau : sensasi yang dihasilkan dari penerimaan suatu rangsangan oleh system
sensori (indera) penciuman.
Tipe-tipe respon manusia yang dievaluasi tergantung pada :
a) intensitas bau,
b) detectability (kemampuan mendeteksi),
c) karakter/ciri,
d) hedonic tone (menyenangkan /tidak).

2. Intensity (intensitas)
Intensitas bau : kekuatan sensasi bau yang diamati dan dihubungkan
dengan konsentrasi sumber bau (odorant).
Hukum Steven atau Hukum Kekuatan


I = k (C)
n

Log I = log k + n log (C)
dimana
I = intensitas bau
C = konsentrasi
k = konstanta
n = eksponen dengan 0.2 n 0.8 tergantung odorantnya
Bau Yang Berhubungan Dengan Air Limbah
1. Sumber bau
Bau yang dihasilkan dari suatu limbah dapat terjadi karena peristiwa
oksidasi reduksi dari senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya, serta dapat
juga terjadi karena aktivitas mikrobia, baik dalam kondisi aerob maupun anaerob.
Bau terjadi akibat lepasnya gas-gas dari dalam air ke udara.

2. Karakteristik Bau
Untuk mengukur seberapa besar konsentrasi bau sangat sulit, karena
sukarnya mendeteksi bau dengan alat, sehingga bau hanya dapat dirasakan oleh
suatu alat penciuman manusia. Hal ini akan mempunyai nilai yang berbeda untuk
masing-masing orang. Kesulitan lain yang dapat diterangkan bahwa adanya bau
yang berbeda pada susunan senyawa yang sama, sebaliknya adanya bau yang
sama pada senyawa yang berbeda.

3. Proses Terjadinya Bau
Penyebab adanya bau busuk dari air limbah sebagian besar diakibatkan
oleh adanya material volatile, gas terlarut, hasil samping dari pembusukan bahan
organik dari mikroorganisme (Sugiharto,1987).

Tabel 1. Senyawa-senyawa yang menimbulkan bau pada air limbah yang tidak
diolah
Senyawa Formula kimia Kualitas bau
Amina CH
3
NH
2
(CH
3
)H Anyir
Ammonia NH
3
Berbau amonia
Diamin NH
2
(CH
2
)
4
NH
2
, NH
2
(CH
2
)
5
NH
2

Daging busuk
Hidrogen Sulfida H
2
S Telur busuk
Merkaptan (metil,
etil)
CH
3
SH, CH
3
(CH
2
)SH Kubis busuk
Merkaptan (butil,
crotil)
(CH
3
)
3
CSH,
CH
3
(CH
2
)SH
Binatang berbau
Organik Sulfida (CH
3
)
2
S, C
6
H
5
)
2
S Kubis busuk
Skatol C
9
H
9
N Bahan Fecal
Sumber : Tchobanoglous, 1991
Contoh-contoh pengolahan bau
a. Pengolahan bau pada pabrik pengolahan kelapa sawit
Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang oleh perusahaan
yang memproduksi bahan organic seperti tapioca, maka setiap hari akan
dihasilkan air limbah yang berupa bahan-bahan organic dalam jumlah yang sangat
besar. Ampas yang berasal dari pabrik ini perlu dilakukan pengendapan terlebih
dahulu sebelum dibuang ke saluran air limbah, akan tetapi memerlukan waktu
yang sangat lama. Selama waktu tersebut maka air limbah mengalami proses
pembusukan dari zat organic yang ada didalamnya. Sebagai akibat selanjutnya
adalah timbulnya bau hasil pengurangan dari zat organic yang sangat menusuk
hidung. Disamping bau yang ditimbulkan, maka dengan menumpuknya ampas
akan memerlukan tempat yang banyak dan mengganggu keindahan tempat
sekitarnya. Pembuangan yang sama akan dihasilkan oleh perusahaan yang
menghasilkan minyak dan lemak, selain menimbulkan bau juga menyebabkan
tempat di sekitarnya menjadi licin. Selain bau dan tumpukan ampas yang
menggangu, maka warna air limbah yang kotor akan menimbulkan gangguan
pemandangan yang tidag kalah besarnya.Keadaan yang demikian akan lebih parah
lagi, apabila pengotoran ini dapat mencapai daerah pantai dimana daerah tersebut
merupkan derah tempat rekreasi bagi masyarakat sekitarnya.
Pada bangunan pengolah air limbah sumber utama dari bau berasal dari :
1. Tangki pembusuk air limbah yang berisikan hydrogen sulfida air dan bau-bau
lain yang melewati bangunan pengolahan.
2. Tempat pengumpulan buangna limbah industri.
3. Bangunan penangkap pasir yang tidak dibersihkan.
4. Buih atau benda mengapung yang terdapat pada tangki pengendap pertama.
5. Proses pengolahan bahan organic.
6. Tangki pengentalan (thickener) untuk mengambil Lumpur.
7. Pembakaran limbah gas yang menggunakan suhu kurang dari semestinya.
8. Proses pencampuran bahan kimia.
9. Pembakaran Lumpur.
10. Penimbunan Lumpur dan pengolahan Lumpur melalui proses pengeringan.
Adapun cara untuk mengatasi bau dapat ditempuh dengan beberapa macam cara
antara lain :
1. Secara Fisik
Dengan melakukan pembakaran, dimana gas dapar dikurangi melalui
pembakaran pada suhu yang bervariasi antara 650-7500c. Untuk mengurangi
kebutuhan suhu yang tinggi dapat dikurangi melalui katalisator. Penyerapan dan
karbon aktif adalah juga bisa diterapkan dengan melewatkan udara ke dalam
hamparan atau lapisan. Gas yang berkontak dengannya akan diserap sehingga bau
akan dapat dikurangi, begitu juga halnya dengan penyerapan melalui pasir dan
tanah. Pemasukan oksigen ke dalam limbah cair adalah salah satu cara yang bisa
diterapkan untuk menjaga proses terjadinya pengolahan anaerobdapat dihindari
sehingga gas yang ditimbulkan karena proses tersebut dapat dihindari.Penggunaan
menara (tower) juga dapat dipergunakan untuk mengurangi pencemaran yang
disebabkan oleh adanya bau melalui proses pengenceran di udra terbuka karena
udara dari cerobong tidak mencapai langsung kedaerah pemukiman, dengan
demikian bau yang ada dapat dicegah.
2. Secara Kimiawi
Untuk menghilangkan gas yang berbau dapat juga dilakukan dengan cara
melewatkan gas pada cairan basa seperti kalsium dan sodium hidroksida untuk
menghilangkan bau. Apabila kadar karbondioksidanya tinggi maka biaya
pengolahannya juga menjadi sangat tinggi, sehingga biaya ini merupakan salah
satu penghambat yang besar. Dengan melakukan oksidasi pada pengolahan air
limbah merupakan cara yang baik agar bau klorin dan ozon dapat dihindari.
Adapun bahan yang dipergunakan sebagai bahanm oksidator adalah hydrogen
peroksida. Pengendapan dengan bahan kimia membuat terjadinya endapan dari
sulfida dengan gram metal khususnya besi.
3. Secara Biologis
Air limbah dilewatkan melalui penyaringan yang menetes (trickling filter)
atau dimasukkan ke dalam tangki Lumpur aktif untuk menghilangkan komponen
yang berbau. Penggunaan menara khusus dapat dipergunakan untuk menangkap
bau, adapun jenis menara itu diisi dengan media plastik yang bervariasi sebagai
tempat tumbuhnya bakteri.
b. Teknologi Asap Cair Deorub dalam Industri Karet Alam
Masalah utama yang terjadi dalam pengolahan karet (bokar) jenis SIR 20
adalah mutu bokar yang rendah dan bau busuk yang menyengat sejak dari kebun.
Mutu bokar yang rendah ini disebabkan petani menggunakan bahan pembeku
lateks (getah karet) yang tidak dianjurkan dan merendam bokar di dalam
kolam/sungai selama 7-14 hari. Hal ini akan memacu berkembangnya bakteri
perusak antioksidan alami di dalam bokar, sehingga nilai plastisitas awal (Po) dan
plastisitas setelah dipanaskan selama 30 menit pada suhu 140 C (PRI) menjadi
rendah.
Bau busuk menyengat terjadi juga disebabkan oleh pertumbuhan bakteri
pembusuk yang melakukan biodegradasi protein di dalam bokar menjadi amonia
dan sulfida. Kedua hal tersebut terjadi karena bahan pembeku lateks yang
digunakan saat ini tidak dapat mencegah pertumbuhan bakteri. Kemudian bau
busuk tersebut dibawa terus sampai ke pabrik karet remah dan di pabrik yang
menjadi sumber bau busuk tersebut adalah berasal dari tempat penyimpanan
bokar, kamar gantung angin (pre-drying room), dan mesin pengering (dryer).
Masalah bau busuk yang mencemari udara di sekitar pabrik karet remah ini
sampai saat ini sangat sulit diatasi walaupun semua pabrik sudah menggunakan
scrubber (cerobong asap), padahal di sekeliling pabrik sudah menjadi kawasan
perumahan. Pada akhirnya bau busuk ini menimbulkan keluhan-keluhan
masyarakat di sekeliling pabrik bahkan yang jauh dari pabrik (bau terbawa oleh
angin).
Untuk mengatasi permasalahan dalam pengolahan karet remah khususnya
bau busuk, Balai Penelitian Sembawa - Pusat Penelitian Karet sejak tahun 1999
s/d sekarang, telah melakukan penelitian penggunaan asap cair sebagai
penghilang/penetral/pengurang bau dan sebagai bahan pembeku lateks, dengan
dana dari rutin, APBN, kerjasama dengan pihak swasta dan tahun 2005-2006
dibiayai oleh Riset Unggulan Kemitraan dari Kementerian Negara Riset dan
Teknologi untuk pengembangan industrinya.
Penelitian asap cair dari tahun 1999 s/d 2001, menghasilkan bahwa
penyemprotan asap cair di atas bokar dapat menghilangkan atau menetralkan bau
busuknya dan asap cair dapat membekukan lateks (getah karet) dengan sempurna
dengan nilai plastisitas tinggi, dan sifat fisik vulkanisat setara atau bahkan lebih
baik dibandingkan dengan karet yang dihasilkan dengan pembeku asam format
(semut). Asap cair dapat mengatasi bau busuk dari karet yang selama ini belum
pernah dapat diatasi, karena mengandung 67 jenis senyawa yang dapat berfungsi
mencegah dan mematikan pertumbuhan bakteri (yang berperan dalam timbulnya
bau busuk) dan senyawa-senyawa yang mudah menguap serta berbau spesifik
asap.

Anda mungkin juga menyukai