Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN


Diare didefinisikan sebagai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan/tanpa darah dan/atau
lendir. Kandungan air dalam tinja melebihi normal yaitu lebih dari 10 ml/kgBB/hari.
Peningkatan air dalam tinja adalah akibat adanya gangguan keseimbangan fungsi usus halus
dan usus besar dalam proses absorpsi substrat dan air. Sebagian besar diare berlangsung
selama 7 hari, dan biasanya sembuh sendiri. Hanya 10% yang berlanjut hingga 14 hari. Bila
diare berlangsung kurang dari 14 hari dinamakan diare akut.
1
Diare akut pada anak biasanya disebabkan oleh infeksi pada usus besar atau usus kecil
atau disebabkan oleh keduanya. Beberapa kelainan dapat disebabkan oleh karena diare,
termasuk sindrom malabsorbsi, dan beberapa enteropati. Sebagian besar komplikasi dari diare
akut adalah dehidrasi.
Pada negara berkembang, dilaporkan rata- rata anak berumur kurang dari lima tahun
memiliki tiga kali episode diare pertahun, dan pada beberapa tempat melaporkan bahwa
angka ini meningkat enam sampai delapan kali pertahun. Pada negara berkembang,
malnutrisi merupakan faktor yang penting pada diare. Diare yang berulang dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan serta meningkatnya resiko kematian.
3
Kematian anak
yang disebabkan oleh diare telah berkurang dalam dua tahun belakangan ini. Hal ini
dikarenakan pemberian rehidrasi oral yang telah berkembang. Hal lain yang menyebabkan
berkurangnya angka kematian dikarenakan telah ditemukannya vaksin rotavirus. Salah satu
penyebab terbesar diare pada anak adalah rotavirus.
Meskipun angka mortalitas diare di seluruh dunia menurun, tetapi angka morbiditas
meningkat.
2
Kematian akibat diare terkait dengan komplikasinya. Diare sering disertai
dengan dehidrasi. Penanganan terhadap dehidrasi berpengaruh terhadap prognosis penderita
diare.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Diare akut merupakan buang air besar dengan frekuensi lebih biasanya (lebih dari tiga kali
sehari) yang disertai dengan perubahan konsistensi feses (konsistensi menjadi lebih cair)
dengan atau tanpa darah atau/dan lendir. Kandungan air pada feses kira-kira lebih dari 10
ml/kg berat badan/hari pada bayi atau 200 g/hari pada remaja dan dewasa.
1,4
Kandungan air
yang berlebih ini disebabkan karena gangguan keseimbangan fisiologi dari proses yang
terjadi di usus halus dan usus besar, meliputi: absorbs ion, bahan-bahan organik, dan
air.Sebagian besar diare berlangsung selama 7 hari, dan biasanya sembuh sendiri (self
limiting disease). Hanya 10% yang berlanjut sampai 14 hari. Bila diare berlangsung kurang
dari 14 hari disebut diare akut.
2,4,5

2.2 Epidemiologi
Di Indonesia, diare merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak dan saat ini masih
menjadi masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi, terutama di daerah pedesaan. Dalam
30 tahun terakhir, sejak 1983, diare yang dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB)
rata-rata terjadi 148 kasus per tahun.Separuh dari wilayah Indonesia,terutama desa, tidak
luput dari serangan diare. Walaupun jumlah kasus cenderung turun dari waktu ke waktu,
demikian pula dengan angka insidennya, masalah ini masih merupakan isu kesehatan dasar.
Meskipun angka kesakitan diare yang dilaporkan dari tahun ke tahun menurun, akan tetapi
diare masih tetap perlu diwaspadai. Karena angka kesakitan yang sebenarnya dari hasil survei
masih tinggi, pada semua golongan umur hingga 411 per 1000 penduduk pada tahun 2010.
5
Kematian pada anak yang disebabkan diare masih sangat tinggi, yaitu 42% pada bayi dan
25% pada balita.
6


2.3 Etiologi
Etiologi dari diare akut dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yakni: bakteri,
virus, dan parasit. Beberapa agen penginfeksi masuk ke tubuh penderita lewat makanan dan
minuman yang dikonsumsi penderita (food borne disease). E.coli, Shigella, Campylobacter,
Salmonella dan Vibrio cholera merupakan beberapa contoh bakteri patogen yang
menyebabkan epidemi diare pada anak. Vibrio cholera yang adalah penyebab kolera
merupakan salah satu dari kasus epidemik dan sering diidentikkan dengan kematian pada
anak, terutama pada dewasa dan anak dengan usia yang lebih besar. Tiga penyebab utama
diare cair pada anak adalah infeksi Rotavirus, V. cholera dan E.coli. Penyebab paling utama
dari diare cair pada anak di bawah usia lima tahun adalah Rotavirus.
4,5,8
Penyebab utama
diare yang disertai dengan perdarahan adalah Shigella (UNICEF, 2009; WHO, 2009).





Penyebab utama diare dengan dehidrasi berat pada anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia
adalah Rotavirus. Sebuah studi meta-analisis yang dilakukan oleh Parashar menunjukkan
bahwa infeksi rotavirus dapat menyebabkan 114 juta episode diare, 24 juta kunjungan rawat
jalan, 2,4 juta kunjungan rawat inap dan 610.000 kematian balita pada tahun 2004.
Diperkirakan 82% kematian akibat diare rotavirus terjadi pada negara berkembang, terutama
di Asia dan Afrika, dimana akses kesehatan dan status gizi masih menjadi masalah.
4
Diare dapat terjadi karena infeksi yang terjadi di luar usus. Infeksi di luar usus yang
sering disertai diare adalah otitis media akut, infeksi saluran kemih, dan penyakit paru.
Penggunaan beberapa macam obat, terutama antibiotik, sering dihubungkan dengan infeksi
Clostridium difficile. Alergi terhadap protein susu sapi (CMPA) merupakan salah satu
diagnosis banding yang perlu dipertimbangkan selain sindrom malabsorpsi bila diare tidak
sembuh dalam 10-14 hari. Diare juga dapat terkait dengan penggunaan antibiotik.
Infeksi Infeksi usus (termasuk keracunan makanan)
Infeksi ekstra usus (otitis media akut, infeksi
saluran kemih, pneumonia)
Obat-obatan Antibiotik
Obat-obatan lain
Alergi makanan Cow's milk protein allergy (CMPA)
Alergi protein kedelai
Alergi makanan multiple
Kelainan proses
cerna/absorpsi
Defisiensi enzim sukrase/isomaltase
Hipolaktase awitan lambat (atau tipe dewasa)
Defisiensi vitamin Defisiensi niasin
Tertelan logam berat Co, Zn, cat
Penggunaan antibiotik dapat mengganggu keseimbangan flora normal usus sehingga bisa
mempermudah infeksi bakteri pathogen dan menyebabkan diare.
5
Tabel 2. Patogen penyebab diare akut
Patogen
Frekuensi kasus sporadik di Negara berkembang
(%)
Virus
Rotavirus
Calcivirus
Astrovirus
Enteric type adenovirus

25 40
1 20
4 9
?
Bakteri
Campylobacter jejuni
Salmonella
Escherichia coli
Shigella
Yersinia enterocolitica
Clostridium difficile
Vibrio para
haemolyticus
Vibrio cholera 01
Vibrio cholera non 01
Aeromonas hydrophilia

6 8
3 7
3 5
0 3
1 2
0 2
0 1
-
?
0 2
Parasit
Cryptosporidium
Giardia lamblia

1 3
1 3


2.4 Patofisiologi
Penyebab diare menetukan patofisiologi yang terjadi. Jika virus sebagai agen penyebab
infeksi patofisiologi yang mendasari terjadinya diare adalah rusaknya vili-vili usus sehingga
luas permukaan usus halus berkurang dan terjadi gangguan terhadap mekanisme enzimatik.
Rotavirus memiliki komponen yang mirip enterotoksin (NSP4) sehingga terjadi induksi
sekresi cairan dan menyebabkan diare cair.
5

Mekanisme diare akut karena infeksi bakteri berbeda dengan infeksi virus. Bakteri non
invasif (Vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat pada usus, berkembang
baik disitu, dan kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan lendir),
kemudian bakteri akan masuk ke membran, dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu
mengeluarkan cAMP yang akan merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi
tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus
teregang, dan terjadilah diare.
5

Bakteri invasif (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasif, campylobacter)
mengakibatkan ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon inflamasi.
Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses selular baik di dalam usus maupun di dalam usus.
Enterotoksin Escherichia coli yang tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase,
sedangkan toksin yang tidak tahan panas mengaktifkan guanilat siklase. E.coli
enterohemoragik dan Shigella menghasilkan verotoksin yang menyebabkan kelainan sistemik
seperti kejang dan sindrom hemolitik uremik.
5

Secara garis besar terdapat dua mekanisme dasar terjadinya diare:
4

Diare osmotik
Dasar dari mekanisme diare ini adalah karena adanya nutrien yang tidak terserap,
selanjutnya nutrien tersebut mengalami fermentasi di usus besar dan menghasilkan
asam organik serta gas. Asam organik yang dihasilkan, menimbulkan peningkatan
tekanan osmotik intraluminal yang menghambat reabsorbsi air dan elektrolit
sehingga terjadi diare.
Diare sekretorik
Pada diare sekretorik mekanisme yang mendasari adalah terdapat infeksi bakteri
yang mampu melepas enterotoksin di dalam usus. Enterotoksin ini merangsang c-
AMP dan c-GMP, sehingga kapasitas sekresi sel kripte meningkat sehingga terjadi
kehilangan air dan elektrolit yang berlebihan.

2.5 Manifestasi Klinis
2.5.1 Anamnesis
Pertanyaan pertanyaan yang perlu digali dalam penegakan diagnosis diare pada
anamnesis seperti:
Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna, konsentrasi tinja,
lendir dan/darah dalam tinja, dan bau tinja.
Penyerta diare: Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun,
buang air kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung.
Jumlah cairan yang masuk selama diare.
Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengkonsumsi
makanan yang tak biasa.
Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum.
Gejala respiratori seperti batuk, sesak nafas atau takipneu mengarahkan pada adanya
penyakit dasar pneumonia. Adanya sakit telinga mungkin merupakan gejala otitis media akut.
Frekuensi berkemih, urgensi, dan nyeri saat berkemih mengarahkan pada pielonefritis.
Anamnesis yang baik akan dapat menjadi petunjuk kemungkinan penyebab diare tanpa harus
melakukan pemeriksaan penunjang.
5

Tujuan anamnesis selanjutnya adalah untuk menilai beratnya gejala dan resiko
komplikasi seperti dehidrasi. Pertanyaan spesifik mengenai frekuensi, volume dan lamanya
muntah serta diare, diperlukan untuk menentukan derajat kehilangan cairan dan gangguan
elektrolit yang terjadi.
5

2.5.2 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang harus dinilai saat kita menjumpai pasien-pasien yang datang
dengan keluhan utama mencret menurut Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia, yaitu:
Keadaan umum: kesadaran dan tanda vital (tekanan darah, nadi, respiratory
rate, temperatur)
Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa
haus, turgor kulit abdomen menurun.
Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulut
dan lidah
Berat badan
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan
dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia)
Penilaian derajat dehidrasi
o Tanda tidak terjadi dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat badan)
Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
Keadaan umum baik, sadar
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa
mulut dan bibir basah
Turgor abdomen baik
Akral hangat
o Dehidrasi ringan sedang/ tidak berat (kehilangan cairan 5 - 10% berat badan)
Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan.
Keadaan umum gelisah atau cengeng
Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,
mukosa mulut dan bibir sedikit kering
Turgor kurang, akral hangat.
o Dehidrasi berat ( kehilangan cairan >10% berat badan)
Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dengan dua atau lebih tanda
tambahan
Keadaan umum lemah, letargi atau koma
Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa
mulut dan bibir sangat kering
Turgor sangat kurang dan akral dingin
Pasien harus rawat inap.
Ada dua tujuan utama pemeriksaan fisik pada penderita diare. Pertama, mencari tanda-
tanda penyakit penyerta. Tujuan kedua adalah memperkirakan derajat dehidrasi pada
penderita diare. Faktor penting penyebab morbiditas dan mortalitas pada diare akut dan
muntah adalah ketidak akuratan penilaian terhadap defisit cairan dan kehilangan cairan.
Gejala dan tanda dehidrasi perlu ditemukan dan tentukan derajat dehidrasi (tabel 3).


Tanda dan
Gejala
Derajat Dehidrasi
Tanpa Ringan/Sedang Berat
ANAMNESIS
Diare 1-3x 3x atau lebih Terus menerus
banyak
Muntah Tidak ada atau
sedikit
Kadang-kadang Biasanya sering
Rasa Haus Tidak ada atau
sedikit
Haus Haus sekali atau
tidak mau minum
Kencing Normal Sedikit, pekat Tidak kencing (6
jam)
Nafsu Normal Nafsu makan Nafsu makan
Tabel 3. Penilaian Derajat Dehidrasi Akut Menurut WHO
1


makan/aktifitas berkurang, aktifitas
menurun
tidak ada, anak
sangat lemas.

PMX FISIK
a.Inspeksi
KU Baik Mengantuk/Gelisah Gelisah/tidak
sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air Mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut/lidah Basah Kering Sangat kering
Napas Normal Lebih cepat kering Cepat dan dalam
b. Palpasi
Turgor Kembali cepat Kembali pelan Kembali sangat
pelan (>2 detik)
Nadi Normal Lebih cepat Sangat
cepat/tidak teraba
Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
c. Kehilangan
berat badan
Sedikit 5-9% >10%
Kesimpulan 2/lebih gejala:
Dehidrasi (-)
2/lebih gejala:
Dehidrasi ringan
sedang.
2/lebih gejala:
dehidrasi berat


2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan jika ditemukan diare dengan dehidrasi berat. Jika
diarenya hanya disertai dehidrasi ringan sedang ataupun diare tanpa dehidrasi, pemeriksaan
penunjang tidak dilakukan. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi: pemeriksaan
elektrolit serum, nitrogen urea, kadar gula darah dan analisis gas darah. Pemeriksaan
mikrobiologi dan virology dilakukan jika hasilnya dapat dijadikan acuan untuk mengganti
tata laksana.
Pemeriksaan antigen rotavirus dapat mengkonfirmasi penyebab, tetapi tidak mengubah
tata laksana. Pemeriksaan antigen Giardia dan apusan feses untuk telur dan parasit umumnya
tidak diperlukan, kecuali diare berlanjut lebih dari sepuluh hari atau ada riwayat paparan.
5
Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut. Apabila ada tanda-tanda yang
mengarah pada intoleransi laktosa dan kecurigaan amebiasis, pemeriksaan feses dilakukan.
Aspek-aspek yang dinilai pada pemeriksaan tinja adalah:
Makroskopis: konsistensi, warna, lendir, darah, bau
Mikroskospis: leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
Kimia: pH, Clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
Analisis gas darah dan elektrolit dilakukan bila secara klinis dicurigai adanya gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.
2.7 Penatalaksanaan
Menurut WHO ada lima lintas penatalaksanaan diare, yakni: cairan rehidrasi, zinc,
nutrisi, antibiotic yang tepat, dan edukasi.
2.7.1 Oral Rehydration Therapy
Penatalaksanaan diare meliputi lima hal, yakni: cairan rehidrasi oral, zinc, nutrisi,
antibiotic yang tepat, dan edukasi. Pada kebanyakan kasus, terapi yang paling efektif adalah
oral rehydration therapy (ORT).Hanya saja ORT tidak bisa dipakai pada kasus diare akut
yang disertai dehidrasi berat. Terapi farmakologis jarang digunakan untuk terapi pada diare
akut.
6



Tanpa dehidrasi:
Cairan rehidrasi oralit osmolaritas rendah diberikan 5-10 mL/kg BB setiap diare
cair atau berdasarkan usia yaitu umur <1 tahun sebanyak 50-100mL, umur 1-5
tahun sebanyak 100-200 mL dan umur atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan
cairan rumah tangga sesuai kemauan anak. ASI harus tetap diberikan.
Pasien dapat dirawat di rumah kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak
mau minum, muntah terus menerus, diare fre kuen dan profus)
Dehidrasi ringan-sedang:
Pada anak dengan diare akut dehidrasi ringan sedang, perlu segera dilakukan upaya
rehidrasi oral (URO).
1,6,10
Kandungan natrium dalam cairan rehidrasi oral yang
direkomendasikan oleh WHO adalah 90 mmol/L, yaitu sesuai dengan kandungan
natrium dalam tinja pasien kolera (90-140 mmol/L). kadar natrium yang
direkomendasikan oleh ESPGHAN (European Society of Pediatric
Gastroenterology anad Nutrition) adalah 60-75 mmol/L mengingat kadar natrium
dalam tinja pasien rotavirus hanya sekitar 35-45 mmol/L.
6

Pada diare umumnya saat ini dianjurkan untuk menggunakan cairan sesuai anjuran
ESPGHAN.
6

Tata laksana rehidrasi menurut Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia:
Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75mL/kgBB dalam
3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10
mL/ kgBB setiap diare cair.
Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum
walaupun telah diberikan secara sedikit demi sedikit atau melalui pipa
nasogastrik. Cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat atau KaEN 3B atau
NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi
dievaluasi secara berkala.
Berat badan 3-10 kg: 200mL/kgBB/hari
Berat badan 10-15 kg:175mL/kgBB/hari
Berat badan >15kg: 135 mL/kgBB/hari
Pasien dipantau di Puskesmas/ Rumah Sakit selama proses rehidrasi sambil
memberi edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orangtua.
Dehidrasi berat
Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer asetat
100mL/kgBB dengan cara pemberian:
Umur kurang dari 12 bulan: 30mL/kgBB dalam satu jam pertama
dilanjutkan 70mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya.
Umur di atas 12 bulan: 30mL/kgBB dalam 0,5 jam pertama,
dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya.
Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat
minum, dimulai dengan 5mL/kgBB selama proses rehidrasi.
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
o Hipernatremia (>155mEq/L)
Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian cairan
dekstrose 5% 0,5salin. Penurunan kadar Na tidak bileh lebih dari 10mEq
perhari karena bisa menyebabkan edema otak
o Hiponatremia (Na<130mEq/L)
Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selsai, apaabila masih
dijumpai hiponatremia dilakukan koreksi sebagai berikut: Kadar Na koreksi
(mEq/L) = 125- kadar Na serum x 0,6 x berat badan ; diberikan dalam 24 jam.
o Hiperkalemia (K>5mEq/L)
Korekasi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% sebanyak 0,5-1
ml/kbBB i.v secara perlahan-lahan dalam 5-10 menit; sambil dimonitor irama
jantung dengan EKG.
o Hipokalemia (K<3,5mEq/L)
Koreksi dilakukan menurut kadar kalium.
Kadar K 2,5-3,5 mEq/L berikan KCl 75 mEq/kg BB per oral per hari
dibagi 3 dosis
Kadar K <2,5 mEq berikan KCl drip intravena dosis:
3,5-kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2mEq/kgBB/24 jam
dalam 4 jam pertama
3,5-kadar K terukur x BB (kg) x0,4 + 1/6 x 2mEq x BB dalam
20 jam berikutnya.
Tabel 4. Pedoman Tata Laksana diare akut berdasarkan derajat dehidrasi
1
Derajat dehidrasi
% defisit
Rehidrasi Penggantian cairan
Tanpa dehidrasi
(<5% BB)
Tidak perlu
10 ml/kg tiap diare
2-5 ml/kg tiap muntah
Ringan sedang
(5-10% BB)
CRO 75 ml/kg/3 jam
10 ml/kg tiap diare
2-5 ml/kg tiap muntah
Bila berat badan anak tidak diketahui dan/atau untuk
memudahkan di lapangan, berikan oralit paling
sedikit:

Umur Jumlah oralit
<1 tahun 300mL
1-5 tahun 600 mL
> 5 tahun 1200 mL
Dewasa 2400 mL
Bila rehidrasi berhasil, lanjutkan pemberian oralit 10
mL/kgBB setiap BAB
Berikanlah dorongan agar ibu meneruskan ASI
Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak mendapatkan
ASI, berikan juga 100-200 mL air masak/susu formula
selama masa ini
Berat
(>10% BB)
Cairan intravena segera 100
mL/kgBB cairan Ringer Laktat
(atau NaCL 0,9%) dibagi sebagai
berikut:
Bayi <12 bulan : 30 mL/kgBB
dalam 1 jam dapat diulang bila
nadi masih lemah dan tidak
teraba, kemudian 70 mL/kgBB
dalam 5 jam
Anak >1 tahun : 30 mL/kgBB
dalam -1 jam dapat diulang
bila nadi masih lemah dan tidak
teraba, kemudian 70 mL/kgBB
dalam 2 -3 jam
Nilai kembali penderita tiap 1-2
jam, bila rehidrasi belum tercapai,
percepat tetesan IV.
Segera berikan oralit (5
mL/kgBB/jam) bila penderita bisa
minum; biasanya setelah 3-4 jam
(bayi) atau 3-4 jam (anak).
Setelah 6 jam (bayi) dan 3 jam
(anak) nilai lagi penderita.
10 ml/kg tiap
diare
2-5 ml/kg tiap
muntah
BB=berat badan, CRO=cairan rehidrasi oral
Tabel 5. Komposisi cairan Parenteral dan Oral
6
:

Osmolalitas
(mOsm/L)
Glukosa
(g/L)
Na
+
(mEq/L)
CI
-
(mEq/L)
K
+
(mEq/L)
Basa
(mEq/L)
NaCl 0,9 % 308 - 154 154 - -
NaCl 0,45
%+D5
428 50 77 77 - -
NaCl
0,225%+D5
253 50 38,5 38,5 - -
Riger Laktat 273 - 130 109 4 Laktat 28
Ka-En 3B 290 27 50 50 20 Laktat 20
Ka-En 3B 264 38 30 28 8 Laktat 10
Standard WHO-
ORS
311 111 90 80 20 Citrat 10
Reduced
osmalarity
WHO-ORS
245 70 75 65 20 Citrat 10
EPSGAN
recommendation
213 60 60 70 20 Citrat 3

2.7.2 Zinc
Suplementasi zinc berfungsi untuk mengurangi durasi, mengurangi keparahan, dan
mengurangi episode terjadinya diare terutama di negara-negara berkembang.
9
Berdasarkan
penelitian yang diadakan oleh INCLAN Child Net Zinc Effectiveness for Diarrhea Group,
ditemukan bahwa suplementasi zinc tidak mengganggu rehidrasi oral dan mengurangi
penggunaan medikasi lain dalam penatalaksanaan diare akut.
9

Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut didasarkan
kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan
terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare.
Zinc terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang air besar
dan volume tinja sehingga dapat me n urunkan resiko terjadinya dehidrasi pada anak. Zinc
diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare dengan dosis: umur
< 6 bulan :10 mg per hari, umur > 6 bulan 20 mg per hari.
Zinc telah dikenali berperan di dalam metallo-enzymes, polyribosomes, selaput sel,
dan fungsi sel, juga berperan penting di dalam pertumbuhan sel dan fungsi kekebalan.
Sazawal S dkk melaporkan pada bayi dan anak lebih kecil dengan diare akut, suplementasi
zinc secara klinis penting dalam menurunkan lama dan beratnya diare.
6,8,11

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut terbukti mengurangi lama dan
beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama dua sampai tiga bulan. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Dosis zinc untuk anak-anak:
Anak di bawah umur 6 bulan: 10 mg (1/2 tablet) per hari
Anak di atas umur 6 bulan: 20 mg (1 tablet) per hari
Efek zinc sehingga zinc dapat digunakan untuk mengurangi durasi, mengurangi
keparahan, dan mengurangi episode terjadinya diare antara lain:
Zinc merupakan kofaktor enzim superoxide dismutase (SOD)
Zinc berperan sebagai antioksidan
Zinc mampu menghambat sintesis Nitric Oxide (NO), yang pada akhirnya
menyebabkan sekresi air dan elektrolit
Zinc berperan dalam penguatan sistem imun
Zinc juga berperan dalam aktivasi limfosit T
Zinc berperan dalam menjaga keutuhan epitel usus.
10

2.7.3 Nutrisi
ASI dan makanan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk
mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya
perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan,
makanan diberikan sedikit-sedikit tapi dengan frekuensi yang lebih banyak (lebih kurang 6
kali sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
10
Makanan per oral diberikan sesegera mungkin saat kondisi sudah membaik.
8,10,11

Rekomendasi pemberian makanan secepatnya pada tata laksana diare akut terutama
ditekankan pada meneruskan pemberian ASI dan makanan sehari-hari.
12
Hal ini dapat
mencegah terjadinya gangguan gizi, menstimulasi perbaikan usus, dan mengurangi derajat
serta lamanya penyakit.
10,13

Anak yang lebih besar yang telah menerima bermacam variasi makanan sebaiknya
diberikan makanan yang seimbang, cukup energi, dan mudah dicerna. Karbohidrat kompleks
seperti: nasi, mie, kentang, roti, biskuit dan pisang sebaiknya diberikan sejak awal, kemudian
ditambahkan sayuran dan daging matang.
9,10
Makanan yang perlu dihindari adalah yang
mengandung gula sederhana seperti minuman ringan (soft drink), jus buah kental, minuman
mengandung kafein, dan sereal yang dilapisi gula.
9,10
Berikan makanan yang mudah dicerna,
rendah serat, dan tidak merangsang.
2.7.4 Antimikroba selektif
Jika penderita diare termasuk penderita yang imunokompeten, terapi antimikroba
diberikan pada kondisi-kondisi:
6

Agen penginfeksi adalah Vibrio cholerae, Shigella species, dan Giardia Lamblia.
Jika diare bertahan dalam jangka waktu yang lama dengan agen penyebab diare yang
dicurigai adalah Enteropathogenic E coli.
Jika agen penginfeksi Enteroinvasive E coli yang secara serologi, genetik, dan
patogenisitasnya sama dengan infeksi Shigella.
Agen penyebab diare adalah Yersinia pada penderita dengan sickle cell disease.
Infeksi Salmonella pada bayi dengan usia yang sangat muda, terjadi peningkatan
temperatur tubuh di atas normal atau ditemukannya kultur darah positif.
Jika ada indikasi diatas digunakan antibiotika yang selektif. Antibiotika yang
diberikan bila ada indikasi:
1. Penyebab kolera
Umur > 7 tahun: Tetrasiklin 50 mg/KgBB/hari, dibagi empat dosis,
selama 2 3 hari.
Semua umur: Trimetoprim (TMP) 8 mg/KgBB/hari
Sulfamethoxazole (SMX) 40 mg/KgBB/hari, dibagi dua dosis, selama
tiga hari.
2. Disentri
Anak-anak: Trimetoprim (TMP) 10 mg/KgBB/hari
Sulfamethoxazole (SMX) 50 mg/KgBB/hari, dibagi dua dosis, selama
lima hari, atau Ampisilin 50 mg/KgBB/hari, dibagi empat dosis
selama lima hari.
Bayi: Eritromisin 25 mg/KgBB/hari, dibagi empat dosis, selama tiga
hari.
3. Giardiasis
Antibiotika yang dipilih adalah Metronidazole dengan dosis 30 50
mg/KgBB/hari dibagi tiga dosis sehari.
4. Amebiasis
Antibiotika pilihan adalah Metronidazole dengan dosis 30 50 mg/KgBB/hari
dibagi tiga dosis sehari.
2.7.5 Edukasi
Orangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke pusat pelayanan kesehatan
bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan atau minum sedikit, sangat
haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam tiga hari. Orang tua dan pengasuh
diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar.
Langkah promotif/preventif:
Pemberian ASI eksklusif tetap diberikan sampai usia enam bulan
Sterilisasi botol susu bila bayi oleh karena suatu sebab tidak mendapat ASI
Penyediaan dan penyimpanan makanan anak/bayi secara bersih
Gunakan air bersih dan matang untuk minum
Mencuci tangan sebelum menyiapkan dan memberi makanan
Membuang tinja di jamban
Imunisasi campak
Makanan seimbang untuk menjaga status gizi yang baik
ASI, susu formula, dan makanan harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan
setelah diare sembuh
Terdapat beberapa tatalaksana lain yang sering diberikan selain penatalaksanaan diare
yang telah disebutkan diatas. Pemberian antiemetik, antimotilitas, dan antidiare sebagai
pengobatan diare kurang bermanfaat bahkan dapat menyebabkan komplikasi yang serius.
12,13

Pada bayi berusia kurang dari tiga bulan, pemberian obat antispasmolitik dan antisekretorik
tidak diberikan. Obat pengeras tinja tidak bermanfaat dan tidak perlu untuk diberikan.
4
Obat-
obatan tersebut tidak mengurangi volume tinja ataupun memperpendek lama sakit. Efek
sedasi atau anoreksia yang ditimbulkan akan mengurangi keberhasilan terapi rehidrasi oral.
12

Penanganan diare akut lainnya adalah dengan probiotik dan prebiotik. Probiotik
merupakan organisme hidup yang dalam dosis tertentu efektif dalam mengatasi diare akut
pada anak-anak.Berdasarkan studi yang telah dilakukan probiotik memberikan hasil yang
baik dalam mengatasi diare akut.
1
Probiotik yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan
diare yang disebabkan oleh Rotavirus pada anak-anak adalah Lactobacillus GG,
Sacharomyces boulardii, serta Lactobacillus reuteri.
Probiotik memiliki manfaat dalam mengurangi durasi dari watery
diarrhea.Berdasarkan studi, probiotik efektif untuk mengurangi durasi diare yang disebabkan
oleh virus tetapi tidak efektif untuk mengurangi durasi diare yang disebabkan oleh bakteri
(Guandalini).Selain berfungsi dalam hal mengurangi durasi diare, probiotik juga mengurangi
penyebaran infeksi Rotavirus.
1
Mekanisme probiotik sebagai tata laksana diare melalui
produksi substansi antimicrobial, modifikasi dari toksin, mencegah penempelan agen
penginfeksi saluran cerna, dan stimulasi sistem imun.
14

Prebiotik adalah bahan makanan yang tahan dari enzim-enzim pencernaan sehingga
tidak dapat dicerna oleh tubuh serta secara selektif mempengaruhi perkembangan flora
saluran cerna yang bermanfaat untuk tubuh sehingga dapat meningkatkan kesehatan
tubuh.Selain mempengaruhi perkembangab flora yang bermanfaat, prebiotik berguna dalam
mencegah infeksi karena hasil fermentasinya menghasilkan asam organik sehingga dapat
menurunkan pH saluran cerna.
15

2.8 Prognosis
Dengan penatalaksanaan diare yang baik, prognosisnya baik. Kematian pada
penderita diare disebabkan oleh dehidrasi berat dan malnutrisi sekunder.Prognosis menjadi
buruk setelah terjadinya malnutrisi dan malabsorbsi sekunder, kecuali penderita mendapat
perawatan di rumah sakit dan mendapatkan nutrisi parenteral.Neonatus dan infant muda
merupakan kelompok yang beresiko terjadinya sindrom dehidrasi, malnutrisi, dan
malabsorpsi. Meskipun angka kematian rendah di negara berkembang, anak-anak dapat
meninggal karena komplikasi yang ada.
10,12
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat diare diantaranya:
4,10
hipernatremia
,
hiponatremia
,
demam
,
overhidrasi
,
asidosis metabolic
,
hipokalemia
,
ileus paralitik
,
kejang
,
malabsorpsi dan intoleransi laktosa
,
malabsorpsi glukosa
,
muntah dan gagal ginjal akut

2.10 Pencegahan
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare.
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-oral.
Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran
ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
a) Pemberian ASI yang benar.
b) Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c) Penggunaan air bersih yang cukup
d) Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air
besar dan sebelum makan
e) Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
f) Membuang tinja bayi dengan benar.
2. Memperbaiki daya tahan tubuh penderita
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan
dapat mengurangi resiko diare antara lain:
a) Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun.
b) Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
c) Imunisasi campak.
4

Anda mungkin juga menyukai