TENTANG KONDISI PETERNAKAN SAPI PERAH DI LUAR NEGERI (New Zealand)
OLEH : AULIA FIKRI NANDA 1010612.......
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2014
Kondisi Peternakan Sapi Perah di Luar Negeri (New Zealand)
New Zealand adalah negara peternakan atau peternakan yang dikelola oleh negara. Negara ini banyak memiliki hamparan hijau yang merupakan gambaran paddock berisi sapi dan ternak lain. Hampir semua peternakan sapi perah di sana menggunakan model ranch, padang rumput. Sapi dilepas di paddock-paddock. Sumber makanan utamanya adalah rumput yang tumbuh di paddock tersebut. Pengelolaan rumput dan pertumbuhannya diatur dengan menggunakan perhitungan-perhitungan yang tidak mudah. Hal itu karena dipengaruhi oleh musim, jenis rumput, luas lahan, pemupukan dan faktor kesuburan tanahnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan padang rumput sudah diketahui secara luas oleh peternak karena dukungan infrastruktur dan hasil riset yang telah lama dilakukan. Dalam satu ranch dibagi menjadi beberapa paddock yang luas masing-masing tergantung dari luas tanah dan jumlah populasi sapinya. Sebagai gambaran, satu hektar padang rumput mampu digunakan untuk menggembalakan sapi perah antara 3- 5 ekor pertahun. Rata-rata kepemilikan sapi disana minimal 200 ekor. Jadi bisa dihitung berapa luas padang rumput yang harus dimiliki seorang peternak yang mempunyai 200 ekor sapi perah. Pergiliran paddock yang akan digunakan juga sangat menentukan pengelolaan peternakan sapi perah. Berapa luas masing-masing paddock dan setiap berapa hari sekali ternak harus digilir ke paddock berikutnya merupakan salah satu kunci pengelolaan sapi perah agar daya dukung padang rumput bisa efisien. Sistem peternakan sapi perah di New Zealand juga sangat berbeda dengan umumnya di Indonesia. Kalau di Indonesia musim beranaknya bisa terjadi sepanjang tahun (year round calving), di New Zealand musim beranaknya terjadi pada musim- musim tertentu saja (seasonal calving). Kelahiran terjadi dimusim semi (Spring) yang biasanya terjadi mulai Agustus sampai Oktober. Musim kawin (breeding season) biasanya terjadi antara pertengahan Oktober sampai Januari dan seterusnya. Hal ini terjadi serempak dalam kisaran waktu yang bersamaan di New Zealand. Ada beberapa keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan padang gembalaan sebagai sistem peternakan sapi perah. Diantaranya yaitu : 1. Dari sisi alamiah sapi sebagai herbivora yang makanan utamanya rumput, sapi mendapatkan lingkungan dan pakan yang sesuai dengan nature-nya. 2. Dari sisi peternak, mereka tidak membutuhkan banyak tenaga kerja untuk merawat sapi dan lingkungannya. Tidak seperti halnya yang terjadi bila kita mengandangkannya. Tidak perlu membersihkan kandang, membangun kandang dan sarana pendukung kandang. 3. Peternak bisa menekan biaya untuk pakan. Umumnya dalam suatu peternakan, biaya utama adalah 60 - 70 % untuk pakan. Kalau semua kebutuhan pakan bisa dicukupi dari mengelola padang rumput berarti biaya pakan bisa ditekan sedemikian rupa sehingga bisa meningkatkan keuntungan. Kunci dari berkembangnya peternakan sapi perah di New Zealand adalah dari sisi efisiensinya. Riset yang dilakukan selama bertahun-tahun ditujukan agar bagaimana bisa menciptakan sebuah peternakan sapi perah yang efisien dan mampu bersaing ditingkat global. Dan hasilnya sekarang mulai kelihatan. Bisa bayangkan, negara sekecil New Zealand yang luas keseluruhan negaranya tidak lebih besar dari pulau Jawa tetapi bisa menjadi pemain kunci dalam industri agribisnis khususnya dalam persusuan global (memainkan 31% dari total perdagangan susu dunia). Selain itu juga bisa diketahui bagaimana cara mereka mengelola peternakannya sehingga produk susu yang dihasilkan oleh peternak New Zealand yang berada di hemisfer selatan bumi bisa dijual ke Kanada dan Amerika Serikat yang berada di hemisfer utara bumi dengan harga yang mengkhawatirkan pemerintah negara setempat karena masih bisa bersaing dalam kisaran harga yang berlaku di negara tersebut. Kuncinya adalah efisiensi. Salah satunya adalah dengan kemampuan menekan biaya pakan. Padang gembalaan adalah caranya. Harga susu, kalau dikurskan ke rupiah sekitar Rp 1700-1800 per liter (meskipun dasar harganya berdasar milk solid). Fonterra merupakan pemain utama dalam industri persusuan di New Zealand. Fonterra merupakan perusahaan terbesar bukan hanya dibidang industri persusuan tetapi juga yang terbesar bila dibandingkan dengan semua perusahaan yang ada di New Zealand. Selain Fonterra sebagai pemain utama bisnis persusuan (menguasai 98% pasar susu New Zealand), juga ada Westland dan Tatua. Ketiganya merupakan perusahaan yang berbentuk koperasi yang sahamnya dimiliki oleh peternak. Fonterra didirikan tahun 2001 dan mempunyai 20.000 staf yang tersebar di 120 negara di dunia. Westland Co-Operative Dairy Company Ltd dan Tatua Co-Operative Dairy Company Ltd memilih untuk tidak bergabung dengan Fonterra dan mereka mengendalikan ekspor produk susu mereka sendiri di luar Fonterra.