Anda di halaman 1dari 17

BAB VII

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN SECARA


SPEKTROFOTOMETRI
7.1. Tujuan Percobaan
Menentukan tetapan pengionan indikator metil merah dengan menggunakan
spektrofotometer UV/VIS.
7.2. Tnjauan Pu!"a#a
Spektrofotometri dapat dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari penilikan
visual dalam mana studi yang lebih terinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh
spesies kimia memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam pencirian dan
pengukuran kuantitatif. Dalam penggunaan deasa ini! istilah spektrofotometri
menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia
sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi! demikian pula pengukuran penerapan
yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu.
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi dengan detektor fototube.
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
"agan #ptis
Ga$bar 7.2.1 $omponen%komponen spektrofotometri
$omponen dalam spektrofotometer! antara lain&
'iranti
baca
'engganda
Sumber Sampel Monokromator Detektor
% Suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah spektrum
dalam mana instrumen itu dirancang untuk beroperasi. Sumber energy cahaya yang
biasa untuk daerah tampak (dari) spektrum itu maupun daerah ultraviolet dekat dan
inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kaat rambut terbuat dari
olfram.
% Suatu monokromator yakni suatu piranti untuk memencilkan pita sempit panjang%
panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh sumber cahaya (tentu
saja kemonokromatikan yang benar%benar! tidaklah tercapai).
% Suatu adah untuk sampel. $ebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan! dan
karenanya kebanyakan adah sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam
berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu haruslah meneruskan energy cahaya dalam
daerah spektral yang diminati.
% Suatu detektor! yang berupa transduser yang mengubah energi cahaya menjadi suatu
isyarat listrik. Dalam sebuah detektor untuk suatu spektrofometer! kita menginginkan
kepekaan yang tinggi dalam daerah spektral yang diminati! respons yang linear
terhadap daya radiasi aktu respons yang cepat
% Suatu pengganda (amplifier) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat isyarat
listrik itu memadai untuk dibaca.
% Suatu sistem baca pada mana diperagakan besarnya isyarat listrik.
*ukum "eer menyatakan absorbansi cahaya berbanding lurus dengan
konsentrasi dan ketebalam bahan atau medium! yaitu&
+ , -
.
/
0
l
Di mana -
.
adalah molar absorbsitivitas untuk panjang gelombang tertentu! atau
disebut juga sebagai koefisien (dalam 1 mol%1 cm%1)! c adalah konsentrasi molar (mol
1%1)! l adalah panjang/ketebalan dari bahan/medium yang dilintasi oleh cahaya (cm).
213
'anjang gelombang yang digunakan untuk analisa kuantitatif adalah panjang
gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang gelombang
maksimal! dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan
panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.
243
5etapan pengionan asam lemah
Suatu kesetimbangan antara ion dan molekul dapat ditangani secara matematis
dengan cara yang sama seperti suatu kesetimbangan dalam mana semua spesinya adalah
molekul. 'engionan asam monoprotik (berproton satu) lemah apa saja! *+! dalam
larutan air&
*+ 6 *
4
# *
7
#
6
6 +
%
..............................................................................(8.4.1)
#3 2*+32*
3 32+ # 2*
$c
4
7
+
=
....................................................................................................
(8.4.4)
Setelah menggantikan 2*7#63 dengan 2*63 diperoleh
2*+3
3 32+ 2*
$a 99 $c
+
= =
........................................................................................
(8.4.7)
5etapan pengionan basa lemah
:umus untuk tetapan kesetimbangan untuk larutan encer basa lemah dapat
diperoleh dengan cara yang sama seperti untuk asam lemah. 'erhatikan larutan encer
dalam air dari basa "ronsted%;ory lemah dan tak bermuatan! yang ditandai dengan
lambang ". 'ersamaan kesetimbangan dan rumus $c%nya adalah&
" 6 *
4
# "*
6
6 #*
%
.................................................................................(8.4.<)
#3 2"32*
3 32#* 2"*
$c
4
+
=
..................................................................................................(8.4.9)
Untuk larutan encer! dengan konsentrasi *
4
# sekitar 99 M! maka
2"3
3 32#* 2"*
$b 99 $c
+
= =
..................................................................................(8.4.=)
$b disebut tetapan pengionan basa.
273
Semakin besar nilai $
a
! maka semakin banyak pembentukan *
6
! sehingga p*
larutan semakin kecil. >ilai $
a
asam lemah berkisar antara 1.?@1A
%1=
dan 99.9. +sam
dengan $
a
dibaah 1.?@1A
%1=
! merupakan asam yang lebih lemah daripada air! sehingga
bersifat basa. Sedangkan asam dengan $
a
di atas 99.9 adalah asam kuat yang hampir
terdisosiasi dengan sempurna saat dilarutkan dalam air. Sebagian besar asam adalah
asam lemah. +sam%asam organik adalah anggota terbesar dari asam lemah. +sam lemah
terdapat di rumah tangga seperti asam asetat dalam cuka dan asam sitrat dalam jeruk.
Indikator asam%basa adalah senyaa halokromik yang ditambahkan dalam
jumlah kecil ke dalam sampel! umumnya adalah larutan yang akan memberikan arna
sesuai dengan kondisi 2p*3 larutan tersebut. 'ada temperatur 49B Celsius! nilai p*
untuk larutan netral adalah 8!A. Di baah nilai tersebut larutan dikatakan asam! dan di
atas nilai tersebut larutan dikatakan basa. $ebanyakan senyaa organik yang dihasilkan
makhluk hidup mudah melepaskan proton (bersifat sebagai +sam ;eis)! umumnya
asam karboksilat dan amina! sehingga indikator asam%basa banyak digunakan dalam
bidang kimia hayati dan kimia analitik. Mekanisme perubahan arna oleh indikator
adalah reaksi asam%basa! pembentukan kompleks! dan reaksi redoks.
2<3
5abel 8.4.1. Denis%jenis indikator asam%basa
In%#a"or Ren"an&
'(
Kuan""a! 'en&&unaan
'er 1) $*
A!a$ Ba!a
5imol biru 1!4%4!? 1%4 tetes A!1E larutan merah kuning
'entametoksi
merah
1!4%4!7 1 tetes A!1E dlm larutan
AE alkohol
merah%
ungu
tak
berarna
5ropeolin ## 1!7%7!4 1 tetes 1E larutan merah kuning
4!<%Dinitrofenol 4!<%<!A 1%4 tetes A!1E larutan dlm
9AE alkohol
tak
berarna
kuning
Metil kuning 4!F%<!A 1 tetes A!1E larutan dlm
FAE alkohol
merah kuning
Metil oranye 7!1%<!< 1 tetes A!1E larutan merah oranye
"romfenol biru 7!A%<!= 1 tetes A!1E larutan kuning biru%ungu
5etrabromfenol
biru
7!A%<!= 1 tetes A!1E larutan kuning biru
+liGarin natrium
sulfonat
7!8%9!4 1 tetes A!1E larutan kuning ungu
H%>aftil merah 7!8%9!A 1 tetes A!1E larutan dlm
8AE alkohol
merah kuning
p%Itoksikrisoidin 7!9%9!9 1 tetes A!1E larutan merah kuning
"romkresol hijau <!A%9!= 1 tetes A!1E larutan kuning biru
Metil merah <!<%=!4 1 tetes A!1E larutan merah kuning
"romkresol ungu 9!4%=!? 1 tetes A!1E larutan kuning ungu
$lorfenol merah 9!<%=!? 1 tetes A!1E larutan kuning merah
"romfenol biru =!4%8!= 1 tetes A!1E larutan kuning biru
p%>itrofenol 9!A%8!A 1%9 tetes A!1E larutan tak
berarna
kuning
+Golitmin 9!A%?!A 9 tetes A!9E larutan merah biru
Jenol merah =!<%?!A 1 tetes A!1E larutan kuning merah
>eutral merah =!?%?!A 1 tetes A!1E larutan dlm
8AE alkohol
merah kuning
:osolik acid =!?%?!A 1 tetes A!1E larutan dlm
FAE alkohol
kuning merah
$resol merah 8!4%?!? 1 tetes A!1E larutan kuning merah
H%>aftolftalein 8!7%?!8 1%9 tetes A!1E larutan dlm
8AE alkohol
merah
maar
hijau
5ropeolin ### 8!=%?!F 1 tetes A!1E larutan kuning merah
maar
5imol biru ?!A%F!= 1%9 tetes A!1E larutan kuning biru
Jenolftalein (pp) ?!A%1A!A 1%9 tetes A!1E larutan dlm
8AE alkohol
tak
berarna
merah
H%>aftolbenGein F!A%11!A 1%9 tetes A!1E larutan dlm
FAE alkohol
kuning biru
5imolftalein F!<%1A!= 1 tetes A!1E larutan dlm
FAE alkohol
tak
berarna
biru
>ile biru 1A!1%11!1 1 tetes A!1E larutan biru merah
+liGarin kuning 1A!A%14!A 1 tetes A!1E larutan kuning lilac
Salisil kuning 1A!A%14!A 1%9 tetes A!1E larutan dlm
FAE alkohol
kuning oranye%
coklat
DiaGo ungu 1A!1%14!A 1 tetes A!1E larutan kuning ungu
5ropeolin # 11!A%17!A 1 tetes A!1E larutan kuning oranye%
coklat
>itramin 11!A%17!A 1%4 tetes A!1E larutan dlm
8AE alkohol
tak
berarna
oranye%
coklat
'oirrierKs biru 11!A%17!A 1 tetes A!1E larutan biru ungu%pink
+sam
trinitrobenGoat
14!A%17!< 1 tetes A!1E larutan tak
berarna
oranye%
merah
Ciri%ciri metil merah&
1.
Mempunyai struktur&
293
4.
:umus molekul & C
19
*
1=
>
7
#
4
7.
"erat molekul & 4=F!4FF g/mol
<.
5itik lebur & (18F%1?4)
o
C
9.
5rayek p* & <!< L =!4
2=3
:eaksi pengionan metil merah adalah sebagai berikut&
*M: *
6
6 M:
%
......................................................................................(8.4.8)
$a , .....................................................................................................(8.4.?)
*arga $a bisa dihitung dari persamaan (4)! dengan cara pengukuran
perbandingan 2M:% 3/2*M:3 pada p* tertentu yang diketahui. $arena kedua bentuk
metil merah mengabsorbsi kuat di daerah cahaya tampak! maka perbandingan tersebut
dapat ditentukan secara spektrofotometri sinar tampak.
p$a , ..............................................................................................(8.4.F)
"aik *M: maupun M:
%
mempunyai peak absorbsi yang kuat dalam daerah
nampak dari spektrum selang perubahan arna dari p* < ke p* = dapat diperoleh tanpa
kesukaran tanpa sistem buffer natrium asetat%asam asetat.
Ga$bar 7.2.2 *ubungan absorbsi dan M pada metil merah
'enentuan tetapan pengionan indikator metil merah pada percobaan ini
dilakukan secara spektrofotometri. Mula%mula ditentukan spektrum absorbsi metil
merah bentuk I (*M:) dan bentuk II (M:%)! kemudian dipilih dua panjang gelombang
1 dan 4 untuk kedua larutan sedemikian rupa sehingga bentuk asam mengabsorbsi jauh
lebih kuat pada 1 dibanding dengan basanya! demikian pula sebaliknya.
Indeks absorbansi molar *M: pada M
1
(a
1!*M:
) dan pada M
4
(a
4!*M:
). Demikian
pula indeks absorbansi molar M:
%
pada M
1
(
a1!M:
%
) dan pada M
4
(
a4!M:%
) ditentukan pada
berbagai konsentrasi dengan menggunakan persamaan +, abc. $omposisi campuran
*M: dan M:
%
pada suatu p* tertentu dihitung dari absorbansi +
1
dan +
4
! masing%
masing pada M
1 dan
M
4!
dan tebal sel 1 cm (b,1 cm)! maka&
+
1
,a
1!*M:
2*M:3 6a
1! M:
%
2M:
%
3
+
1
,a
4!*M:
2*M:3 6a
4! M:
%

2M:
%
3
2?3
.......................... ...(8.4.1A)
7.+. A*a" %an Ba,an
+. +lat%alat yang digunakan&
% batang pengaduk
% beakerglass
% botol aNuadest
% corong kaca
% gelas arloji
% indikator p*
% karet penghisap
% kuvet
% labu ukur
% neraca
% pipet tetes
% pipet volume
% spektrofotometer visible
". "ahan%bahan yang digunakan&
% aNuadest (*
4
#)
% asam asetat (C*
7
C##*)
% asam klorida (*Cl)
% etanol (C
4
*
9
#*)
% metil merah (C
19
*
19
>
7
#
4
)
% natrium asetat (C*
7
C##>a)
% natrium hidroksida (>a#*)
7.-. Pro!e%ur Percobaan
+. 'reparasi larutan
Membuat larutan metil merah 1AAA ppm dengan cara melarutkan A!9 gram
metil merah ke dalam etanol 19A ml kemudian menambahkan dengan aNuadest
sebanyak 1AA ml
Membuat larutan metil merah 1AA ppm dari larutan metil merah 1AAA ppm
sebanyak 1AA ml
Membuat larutan metil merah 1A ppm dari larutan metil merah 1AA ppm
sebanyak 1AA ml
Membuat larutan metil merah 9 ppm dari larutan metil merah 1A ppm
sebanyak 9A ml
Membuat larutan metil merah < ppm dari larutan metil merah 1A ppm
sebanyak 9A ml
Membuat larutan metil merah 7 ppm dari larutan metil merah 1A ppm
sebanyak 9A ml
Membuat larutan metil merah 4 ppm dari larutan metil merah 1A ppm
sebanyak 9A ml
Membuat larutan asam klorida A!1 > sebanyak 1AA ml
Membuat larutan natrium hidroksida A!A1 > sebanyak 49A ml
Membuat larutan asam asetat A!A< > sebanyak 49A ml
Membuat larutan natrium asetat A!A< > sebanyak 49A ml.
". Menentukan M maksimum larutan metil merah dalam suasana asam
;arutan 4! 7! < dan 9 ppm masing%masing ditambah dengan 9 ml asam klorida
A!1 > dan diencerkan dengan aNuadest sampai 9A ml
Mengukur besar transmitan pada larutan asam 9 ppm dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang antara <AA nm sampai 99A nm dan menentukan M1
pada absorbansi maksimum larutan asam.
C. Menentukan M maksimum larutan metil merah dalam suasana basa
% ;arutan 4! 7! < dan 9 ppm masing%masing ditambahkan dengan 14!9 ml
natrium hidroksida A!A1 > dan diencerkan dengan aNuadest sampai 9A ml
% Mengukur besar transmitan pada larutan asam 9 ppm dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang antara <AA nm sampai 99A nm dan tentukan M
1
pada
absorbansi maksimum larutan basa
% Mengukur E 5 untuk larutan asam dan basa 4! 7! < dan 9 ppm pada M
1
dan M
4
.
D. 'engukuran transmitan asam basa pada M
1
dan M
4

Mengambil 9 m; larutan metil merah 1AAA ppm! menambahkan 4 m; larutan
natrium asetat A!A< > dan menambahkan sampai 1AA m; dengan asam asetat
A!A4 >
Mengambil 9 m; larutan metil merah 1AAA ppm! menambahkan 49 m; larutan
natriumasetat A!A< > dan menambahkan 9A m; asam asetat A!A4 >! kemudian
menambahkan aNuadest sampai 1AA m;
Mengambil 9 m; larutan metil merah 1AAA ppm! menambahkan 49 m; larutan
natrium asetat A!A< > dan 1A m; asam asetat A!A4 > serta menambahkan
aNuadest sampai 1AA m;
Menentukan transmitan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang (M
1
)
dan (M
4
) dan menentukan p* larutan 1 sampai 7 di atas.
7... /a"a Pen&a$a"an
5abel 8.9.1 Data kalibrasi metil merah pada larutan asam dan basa 9 ppm
M
+sam "asa
E5 + E5 +
<AA
<1A
<4A
<7A
<<A
<9A
<=A
<8A
<?A
<FA
9AA
91A
94A
97A
9<A
99A
F8!1
F8
F=!<
F9!7
F7!8
F1!7
??!<
?<!=
?1!F
8?!4
88!F
8=!9
8<!9
84!9
88!F
8F!?
A!A14
A!A17
A!A1=
A!A4A
A!A4?
A!A7F
A!A97
A!A84
A!A?=
A!1A4
A!1A?
A!11=
A!148
A!17F
A!1A?
A!AF8
=?
=8
==!F
==!<
=9!4
=9!8
==!F
=F!<
8<!8
8F
?4!F
?=!<
?F
FA!8
F1!=
F4!?
A!1=8
A!187
A!18<
A!188
A!1?9
A!1?4
A!18<
A!19?
A!14=
A!1A4
A!A?1
A!A=7
A!A9A
A!A<4
A!A7?
A!A74
5abel 8.9.4 Mengukur E 5ransmitan dan +bsorbansi larutan asam dan basa pada
M
1
dan M
4
.
ppm
+sam "asa
M
1
,<AA M
4
,97A M
1
,99A M
4
,<<A
E5 + E5 + E5 + E5 +
4
7
<
F8!8
F8!4
F8!1
A!A1A1
A!A147
A!A148?
8=!?
=F!8
==!7
A!11<=
A!19=8
A!18?<
F?!F
F8!9
F8!<
A!AA<?
A!A1AF
A!A11<
??!F
=9
=7!4
A!A9
A!1?
A!1F
5abel 8.9.7 Mengukur E 5ransmitan dan +bsorbansi larutan pada M
1
dan M
4
.
;arutan p*
M
1
,<AA M
4
,99A
E5 + E5 +
I
II
III
=
=
=
78!4
49!4
4=!9
A!<4F<
A!9F?9
A!98=8
94
=?!7
=9!8
A!4?7F
A!1=99
A!1?4<
7.0. Gra1#
+.
$urva antara panjang gelombang dengan absorbansi (+) pada larutan asam dan
basa 9 ppm.
Ga$bar 7.0.1 *ubungan antara panjang gelombang(M) terhadap absorbansi
".
$urva antara konsentrasi terhadap absorbansi dalam larutan asam dengan panjang
gelombang <AA dan 97A.
Gra1# 7.0.2 *ubungan antara konsentrasi terhadap absorbansi
pada M <AA dan M 97A
C.
$urva antara konsentrasi terhadap absorbansi dalam larutan basa dengan panjang
gelombang 99A da <<A.
Gra1# 7.0.+ *ubungan antara konsentrasi terhadap absorbansi
pada M 99A dan M <<A
D.
$urva antara konsentrasi terhadap p* pada M
1
dan M
4
Gra1# 7.0.- *ubungan antara konsentrasi terhadap p*
7.7. Pe$ba,a!an
% 'ada percobaan ini! penggunaan indikator asam%basa metil merah dikarenakan
kedua bentuk metil merah mengabsorbsi kuat di daerah cahaya tampak! maka
perbandingan tersebut dapat ditentukan secara spektrofotometri sinar tampak.
% "erdasarkan grafik 8.=.1 dapat dibuat kalibrasi antara absorbansi terhadap
panjang gelombang sehingga diperoleh gelombang maksimum 97A nm dengan
absorbansi (+) A!17F pada larutan asam dan panjang gelombang maksimum
<<A nm dengan absorbansi (+) A!1?9 pada larutan basa. *al ini tidak sesuai
dengan teori yang menyatakan baha bentuk asam mengabsorbsi jauh lebih
kuat dibanding dengan basanya. *al ini dikarenakan terjadi kesalahan pada
saat preparasi larutan dan alat yang digunakan kurang akurat.
% "erdasarkan grafik 8.=.4 yang menunjukkan hubungan konsentrasi terhadap
absorbansi dalam larutan asam dengan panjang gelombang <AA nm dan 97A nm
diperoleh semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula absorbansi yang
sesuai dengan teori baha konsentrasi berbanding lurus dengan absorban dan
memberikan indikasi arna merah sesuai kondisi p* dari indikator asam%basa
yang digunakan. *al ini sesuai dengan teori baha indikator metil merah
menunjukkan arna merah pada asam.
% "erdasarkan grafik 8.=.7 yang menunjukkan hubungan konsentrasi terhadap
absorbansi dalam larutan basa dengan panjang gelombang 99A nm dan <<A nm
diperoleh semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula absorbansi yang
sesuai dengan teori baha konsentrasi berbanding lurus dengan absorban dan
memberikan indikasi arna kuning sesuai kondisi p* dari indikator asam%basa
yang digunakan. *al ini sesuai dengan teori baha indikator metil merah
menunjukkan arna kuning pada basa.
% Dari hasil percobaan seperti pada gambar 8.=.< hubungan konsentrasi terhadap
p* larutan berbanding terbalik sehingga dapat diperoleh harga p$a metil
merah sebesar 9!=FF? dan p* =. Secara teoritis hasil ini sesuai! dimana p$a
metil merah adalah 9! dengan p* antara <!< sampai =!4.
7.1. Ke!$'u*an
'anjang gelombang maksimum metil merah pada larutan asam adalah 99A dan
panjang gelombang maksimum metil merah pada larutan basa adalah <AA.
VII. Penen"uan "e"a'an 'en&onan !ecara !'e#"ro1o"o$e"r
+. Membuat larutan metil merah 1AA ppm dari larutan metil merah 1AAA ppm
sebanyak 1AA m;.
>
1
. V
1
, >
4
. V
4

1AAA . V
1
, 1AA . 1AA
V
1
, 1A m;
". Membuat larutan metil merah 1A ppm dari larutan metil merah 1AA ppm sebanyak
1AA m;.
>
1
. V
1
, >
4
. V
4

1AA . V
1
, 1A . 1AA
V
1
, 1A m;
C. Membuat larutan metil merah 9 ppm dari larutan 1A ppm metil merah sebanyak
9A m;.
>
1
. V
1
, >
4
. V
4

9 . 9A , 1A . V
4
V
4
, 49 m;
D. Membuat larutan metil merah < ppm dari larutan 1A ppm metil merah sebanyak
9A m;.
>
1
. V
1
, >
4
. V
4

< . 9A , 1A . V
4
V
4
, 4A m;
I. Membuat larutan metil merah 7 ppm dari larutan 1A ppm metil merah sebanyak
9A m;.
>
1
. V
1
, >
4
. V
4

7 . 9A , 1A . V
4
V
4
, 19 m;
J. Membuat larutan metil merah 4 ppm dari larutan 1A ppm metil merah sebanyak
9A m;.
>
1
. V
1
, >
4
. V
4

4 . 9A , 1A . V
4
V
4
, 1A m;
O. Membuat larutan asam klorida A!1 > sebanyak 49A m;.
Diketahui & E*Cl , 74 E

P
*Cl , 1!1F1 g/cm
7
"I *Cl , 7=!9

*Cl
*Cl *
"I
1AAA P E
>

=
Cl

7=!9
1AAA 1!1F1 A!74
>

=
> , 1A!<< >
>
1
V
1
, >
4
V
4
A!1 1AA , 1A!<< V
4
V
4
, A!F98? m;
*. Membuat larutan >a#* A!A1 > sebanyak 49A ml
"I
(>a#*)
, <A

1AAA
"I V >
Q
>a#*

=

1AAA
<A 49A A!A1
Q

=
Q , A!1 g
I.Membuat larutan C*
7
C##* A!A< > sebanyak 49A ml
Diketahui & , FF!? E
, 1!A<F g/cm
7
, =A

C##* C*
C##* C* C##* C*
7
7 7
"I
1AAA P E
>

=

=A
1AAA 1!A<F A!FF?
>

=
> , 18!<<? >
>
1
V
1
, >
4
V
4
A!A< 49A , 18!<<? V
4
V
4
, A!98 m;
D. Membuat larutan C*
7
C##>a A!A< > sebanyak 49A ml
, ?4

1AAA
"I V >
Q
C##>a C*
7

=

1AAA
?4 49A A!A<
Q

=
Q , A!?4 g
$. Menentukan konsentrasi masing%masing slope metil merah
:umus&
+
1
, a
1.*M:
2*M:3 6 a
1.M:
%
2M:
%
3
+
4
, a
4.*M:
2*M:3 6 a
4.M:
%
2M:
%
3
p$a ,
[ ]
[ ] *M:
M:
log p*

Dimana&
+
1
, absorbansi molar pada M
1
, 94A nm
+
4
, absorbansi molar pada M
4
, <7A nm
a
1.*M:
, absorbtivitas molar *M: pada M
1
(94A nm)
a
4.*M:
, absorbtivitas molar *M: pada M
4
(<7A nm)
a
1.M:
%
, absorbtivitas molar M:
%
pada M
1
(94A nm)
a
4.M:
%
, absorbtivitas molar M:
%
pada M
4
(<7A nm)
a
1.*M:
, A!A?=
a
4.*M:
, A!AA1
a
1.M:
%
, A!1A<
a
4.M:
%
, A!AA7
a. ;arutan I
+
1
, A!<4F<
+
4
, A!4?7F
A!<4F< , A!AAF 2*M:3 6 A!A<1 2M:
%
3 @ 1
A!4?7F , A!AA1 2*M:3 6 A!AA? 2M:
%
3 @ F
A!<4F< , A!AAF 2*M:3 6 A!A<1

2M:
%
3
4!9991 , A!AAF 2*M:3 6 A!A84 2M:
%
3
%4!1498 , %A!A712M:
%
3
2M:
%
3 , =?!98AF
A!4?7F , A!AA1 2*M:3 6 A!AA? 2M:
%
3
A!4?7F , A!AA1 2*M:3 6 A!AA? (=?!98AF)
A!4?7F , A!AA1 2*M:3 6 A!9<?=
%A!4=<8 , A!AA1 2*M:3
2*M:3 , %4=<!8
p$a ,
[ ]
[ ] *M:
M:
log p*

,
[ ]
[ ] 8 ! 4=<
98AF ! =?
log =

, = L (A!9?8)
, 9!<17
b. ;arutan II
+
1
, A!9F?9
+
4
, A!1==9
A!9F?9 , A!AAF 2*M:3 6 A!A<1 2M:
%
3 @ 1
A!1==9 , A!AA1 2*M:3 6 A!AA? 2M:
%
3 @ F
A!<=9F , A!AAF 2*M:3 6 A!A<1 2M:
%
3
1!<F?9 , A!AAF 2*M:3 6 A!A84 2M:
%
3
%1!A74= , %A!A71 2M:
%
3
2M:
%
3 , 77!7AF8
A!1==9 , A!AA1 2*M:3 6 A!AA? 2M:
%
3
A!1==9 , A!AA1 2*M:3 6 A!AA? (77!7AF8)
A!1==9 , A!AA1 2*M:3 6 A!4==?
%A!1A19 , A!AA1 2*M:3
2*M:3 , %1A1!9
p$a ,
[ ]
[ ] *M:
M:
log p*

,
[ ]
[ ] 9 ! 1A1
7AF8 ! 77
log =

, = L (A!<?7F)
, 9!91=1
c. ;arutan III
+
1
, A!98=8
+
4
, A!1?4<
A!98=8 , A!AAF 2*M:3 6 A!A<1 2M:
%
3 @ 1
A!1?4< , A!AA1 2*M:3 6 A!AA? 2M:
%
3 @ F
A!98=8 , A!AAF 2*M:3 6 A!A<1

2M:
%
3
1!=<1= , A!AAF 2*M:3 6 A!A84 2M:
%
3
%1!A=<F , %A!A712M:
%
3
2M:
%
3 , 7<!791=
A!1?4< , A!AA1 2*M:3 6 A!AA? 2M:
%
3
A!1?4< , A!AA1 2*M:3 6 A!AA? (7<!791=)
A!1?4< , A!AA1 2*M:3 6 A!48<?
%A!AF4< , A!AA1 2*M:3
2*M:3 , %F4!<
p$a ,
[ ]
[ ] *M:
M:
log p*

,
[ ]
[ ] < ! F4
791= ! 7<
log =

, = L (A!<4F8)
, 9!98A7
5abel 8.=.1 Data 2*M:3! 2M:
%
3! dan p$
;arutan +
1
+
4
2*M:3 2M:
%
3
p*
(R)
2*M:3
2M:%3
log
(
y)
p$a
I A!<4F< A!4?7F %4=<!8 =?!98AF = A!9?8 9!<17
II A!9F?9 A!1==9 %1A1!9 77!7AF8 = A!<?78 9!91=1
III A!98=8 A!1?4< %F4!< 7<!791= = A!<4F8 9!98A7
p$a
rata%rata
,
7
p$a p$a p$a
;arIII ;arII ;arI
+ +
,
7
98A7 ! 9 91=1 ! 9 <17 ! 9 + +
, 9!<FF?
$a
rata%rata
, 1A
%9!<FF?
D+J5+: 'US5+$+
1. S. M.$hopkar! Konsep Dasar Kimia Analitik! Universitas Indonesia 'ress!
Dakarta! 1FFA
4. Oandjar! Ibnu Oholib. 4AA8.Kimia Farmasi Analisa. 'ustaka 'elajar& Sogyakarta
7. $eenan! Ilmu Kimia Untuk Universitas! Irlangga! 1FF?
<. (TTTTT!http//ikipedia.com
9. (TTTTT!http&//.ilmukimia.com
=. (TTTTT!http&//.sciencelab.com
8. (TTTTT!http&//.chem%is%try.org
?. (TTTTT!http&//repository.usu.ac.id/bitstream/147<9=8?F/19?1A/1/tetapan
pengionan.pdf)

Anda mungkin juga menyukai