Anda di halaman 1dari 40

1

Pengaruh Persepsi Penguna Sosial Media terhadap Citra Yayasan Puteri


Indonesia (Studi pada Facebook & Twitter Fan Page Putri Indonesia)

BAB I
PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan teknologi dalam beberapa dekade terakhir
membawa banyak dampak ke berbagai sektor, salah satunya di sektor media dimana
penyampaian dan pertukaran pesan dihadirkan melalui teknologi. Menurut
Gerbner, komunikasi massa adalah proses produksi dan distribusi pesan secara luas
dan berkelanjutan oleh institusi (organisasi) berlandasan teknologi dalam
masyarakat industri (Rakhmat,2009:188). Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa
teknologi membuat komunikasi semakin mudah dilakukan. Dengan adanyanya
teknologi, era baru dalam media terbentuk. Telah hadir wujud baru dari media
massa yang dinamakan new media.
Media dan teknologi baru telah memberikan cara baru bagi kita untuk
memperoleh informasi dan gagasan, cara baru untuk berinteraksi dengan teman dan
orang asing, dan cara baru untuk mempelajari dunia, identitas kita dan masa depan
(Gamble Gamble, 2005). Jutaan orang saat ini berinteraksi melalui apa yang disebut
sebagai cyberspace, yaitu sebuah dunia yang terhubung melalui komputer dan
internet.
Melalui media baru, sosial media diperkenalkan. Sosial media menjadi
sebuah media yang penting karena kehadirannya membuat perubahan besar dalam
2

penyampaian pesan. Komunikasi yang sering dilakukan saat ini lebih sering
dilakukan melalui internet, yaitu melalui sosial media. Sosial media sendiri
mempunyai fungsi positif, antara lain:
a. Memberikan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam
masyarakat; menunjukkan adanya hubungan kekuasaan, serta
memudahkan inovasi, adaptasi, dan kemajuan;
b. Memberikan informasi tentang korelasi yang bersifat menjelaskan,
menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi;
melakukan sosialisasi dan membentuk konsensus
c. Memberikan informasi tentang hal yang berkesinambungan meliputi
peningkatan dan pelestarian nilai-nilai; mengekspresikan budaya
dominan dan mengakui budaya khusus
d. Memberikan hiburan untuk meredakan ketegangan sosial,
mengalihkan perhatian dan sarana relaksasi
e. Mobilisasi untuk mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam
bidang politik, pembangunan pekerjaan dan agama (Dennis
McQuail, 1996, 58).
Kehadiran sosial media melalui internet, tidak lepas dengan peran Computer
Mediated Communication (CMC) sebagai bentuk komunikasi yang mendukung.
CMC menurut A.F Wood dan M.J. Smith adalah segala bentuk komunikasi antar
individu, individu dengan kelompok yang saling berinteraksi melalui komputer
dalam suatu jaringan internet. CMC mempelajari bagaimana perilaku manusia
dibentuk atau diubah melalui pertukaran informasi menggunakan media komputer.
(Agoeng Noegroho,2010). Blog, Myspace, Facebook, Youtube, dan Twitter adalah
3

bentuk-bentuk dari CMC yang disediakan dalam internet, dimana program-
program tersebut dapat menjadi media yang membantu seseorang untuk dapat
berkomunikasi dengan orang lain melalui komputer yang telah dihubungkan
dengan jaringan internet. Selain itu, sosial media tersebut merupakan beberapa
bentuk media baru yang muncul beberapa tahun terakhir. Situs-situs ini
memungkinkan penggunanya untuk bertukar & berbagi beragam informasi,
berbentuk teks, gambar, audio, dan video.
Facebook adalah sebuah layanan jejaring sosial yang diluncurkan pada
bulan Februari 2004, dimiliki dan dioperasikan oleh Facebook, Inc. Pada September
2012, Facebook memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif, lebih dari
separuhnya menggunakan telepon genggam. Pengguna harus mendaftar sebelum
dapat menggunakan situs ini ("Facebook Tops Billion-User Mark". The Wall Street
Journal (Dow Jones). October 4, 2012. Diakses October 4, 2012). Setelah itu,
pengguna dapat membuat profil pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai
teman, dan bertukar pesan, termasuk pemberitahuan otomatis ketika mereka
memperbarui profilnya. Selain itu, pengguna dapat bergabung dengan grup
pengguna dengan ketertarikan yang sama, diurutkan berdasarkan tempat kerja,
sekolah atau perguruan tinggi, atau ciri khas lainnya, dan mengelompokkan teman-
teman mereka ke dalam daftar seperti "Rekan Kerja" atau "Teman Dekat".
Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg bersama teman sekamarnya dan
sesama mahasiswa Universitas Harvard, Eduardo Saverin, Andrew McCollum,
Dustin Moskovitz dan Chris Hughes. Keanggotaan situs web ini awalnya terbatas
untuk mahasiswa Harvard saja, kemudian diperluas ke perguruan lain di Boston,
Ivy League, dan Universitas Stanford. Situs ini secara perlahan membuka diri
4

kepada mahasiswa di universitas lain sebelum dibuka untuk siswa sekolah
menengah atas, dan akhirnya untuk setiap orang yang berusia minimal 13 tahun.
Meski begitu, menurut survei Consumer Reports bulan Mei 2011, ada 7,5 juta anak
di bawah usia 13 tahun yang memiliki akun Facebook dan 5 juta lainnya di bawah
10 tahun, sehingga melanggar persyaratan layanan situs ini.
Studi Compete.com pada bulan Januari 2009 menempatkan Facebook
sebagai layanan jejaring sosial yang paling banyak digunakan menurut jumlah
pengguna aktif bulanan di seluruh dunia.( Kazeniac, Andy (February 9, 2009).
"Social Networks: Facebook Takes Over Top Spot, Twitter Climbs". Compete
Pulse blog. Diakses February 17, 2009). Entertainment Weekly menempatkannya
di daftar "terbaik" akhir dasawarsa. Quantcast memperkirakan Facebook memiliki
138,9 juta pengunjung bulanan di AS pada Mei 2011. Menurut Sosial Media Today
pada April 2010, sekitar 41,6% penduduk Amerika Serikat memiliki akun
Facebook.[13] Meski begitu, pertumbuhan pasar Facebook mulai turun di sejumlah
wilayah dengan hilangnya 7 juta pengguna aktif di Amerika Serikat dan Kanada
pada Mei 2011. Asal penamaan layanan Facebook berasal dari nama buku yang
diberikan kepada mahasiswa pada tahun akademik pertama oleh beberapa pihak
administrasi universitas di Amerika Serikat dengan tujuan membantu mahasiswa
mengenal satu sama lain. Facebook memungkinkan setiap orang berusia minimal
13 tahun menjadi pengguna terdaftar di situs ini.
Layanan sosial media yang juga banyak digunakan masyarakat selain
Facebook adalah Twitter. Twitter adalah sebuah situs web yang menawarkan
jaringan sosial berupa mikroblog sehingga memungkinkan penggunanya untuk
mengirimkan dan membaca pesan yang disebut kicauan (tweets). Kicauan adalah
5

teks tulisan yang dibatasi hingga 140 karakter yang ditampilkan pada halaman
profil penggunanya. Sejak dibentuk pada tahun 2006 oleh Jack Dorsey, Twitter
telah mendapatkan popularitas di seluruh dunia dan saat ini memiliki lebih dari 100
juta pengguna. Twitter merupakan salah satu dari 10 situs web yang paling sering
dikunjungi di seluruh dunia oleh Alexa trafik web analisis. Februari 2009,
Compete.com blog entry mengatakan bahwa Twitter berada di tingkat ketiga
sebagai situs yang digunakan jaringan sosial berdasarkan jumlah pengunjung
bulanan sebanyak 6 juta pengunjung.
Sosial media yang ada sekarang ini, termasuk didalamnya Facebook dan
Twitter, sudah berkembang lebih jauh dari hanya sarana untuk mengekspresikan
diri. Keduanya mulai beralih pada sarana pembentukan persepsi dan citra diri
seseorang atau perusahaan.
Persepsi menurut manusia yang satu belum tentu sama dengan persepsi
manusia yang lainnya. karena adanya perbedaan dari pengalaman serta lingkungan
sekitar dari manusia tersebut tinggal. Persepsi adalah kesadaran yang tidak dapat
ditafsirkan yang timbul dari stimuli. Dalam hal ini persepsi itu lahir karena adanya
rangsangan sehingga menimbulkan rangsangan yang tidak dapat ditafsirkan. Jadi
yang merupakan faktor penyebab adanya persepsi adalah rangsangan. Kimball
Young dalam (Adi,I.R, 2003 : 102) menyatakan persepsi merupakan suatu yang
menunjukkan aktivitas, merasakan, menginterpretasikan dan memahami objek baik
fisik maupun benda. Hal ini menekankan bahwa persepsi akan timbul setelah
seseorang atau sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek.
Setelah dirasakan kemudian objek tersebut diinterpretasikan.
6

Dalam interaksi sosial kemungkinan sekali terjadi berbagai macam
penafsiran terhadap tingkah laku orang lain ataupun terhadap sesuatu apapun yang
pada hakikatnya menghasilkan persepsi pada individu atau masyarakat. Hal itu bisa
terjadi pada pandangan seseorang terhadap sesuatu yang berhubungan dengan
dirinya dan lingkungannya yang mengakibatkan timbulnya rangsangan baik secara
fisik ataupun non fisik yang terjadi akibat perilaku dari tindakan seseorang.
Kondisi sosial media saat ini bukan seperti pada awal kemunculannya,
media sosial menghapus batasan-batasan dalam bersosialisasi. Dalam media sosial
tidak ada batasan ruang dan waktu, mereka dapat berkomunikasi kapanpun dan
dimanapun mereka berada. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial mempunyai
pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang. Seseorang yang asalnya kecil bisa
menjadi besar dengan media sosial, begitu pula sebaliknya. Media sosial seakan
sudah menjadi candu, tiada hari tanpa membuka media sosial.
Saat ini sosial media juga menjadi ajang atau sarana untuk mengeluarkan
persepsi masing-masing pengguna. Kalau ada isu positif mereka tweet positif, kalau
ada isu negatif mereka ramai ramai mem-buly. Artinya ketika ada isu negatif atau
hal yang dianggap negatif oleh para pengguna sosial media, hal tersebut bisa
menjadi bumerang bagi yayasan putri indonesia. Dimana sejatinya sosial media
menjadi kendaraan bagi yayasan untuk menaikkan citra putri indonesia dengan
meningkatkan persepsi positif masyarakat terhadap followernya. Oleh karena itu,
pada penelitian ini ingin diketahui apakah yang sebenarnya terjadi, apakah persepsi
pengguna sosial media yang mempengaruhi citra putri indonesia atau sebaliknya.
Hal tersebut sejalan apa yang tertuang dalam teori komunikasi Individual
Differences yang dikeluarkan oleh Melvin D. Defleur. Teori ini menelaah
7

perbedaan-perbedaan di antara individu-individu sebagai sasaran media massa
ketika mereka diterpa media massa sehingga menimbulkan efek tertentu.
(Effendy,2003;275). Setiap orang memiliki kualitas yang unik yang menghasilkan
reaksi berbeda-beda terhadap pesan media massa. Dengan kata lain, reaksi terhadap
konten media massa berbeda-beda tergantung tingkat kecerdasan, keyakinan,
pendapat, nilai-nilai, kebutuhan, suasana hati, prasangka, nalar, dll. Melvin De
Fleur dan Sandra Ball-Rokeach dalam buku: Mass Communication Theory,
tentang: Individual differences perspective menyatakan bahwa pesan media massa
berisi atribut stimulus tertentu yang memiliki interaksi diferensial dengan
karakteristik kepribadian khalayak. Karena terdapat perbedaan individu dalam
karakteristik kepribadian di antara khalayak, maka diasumsikan bahwa akan ada
efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan tersebut.
Citra adalah perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan,
organisasi, atau lembaga; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek,
orang atau organisasi (Ardianto,2011:62). Citra merupakan gambaran diri baik
personal, organisasi maupun perusahaan yang sengaja dibentuk untuk
menunjukkan kepribadian atau ciri khas.
Citra adalah bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan,
seseorang, suatu komite atau suatu aktivitas. Tugas perusahaan dalam membentuk
citranya adalah dengan mengidentifikasi citra seperti apa yang ingin dibentuk di
mata publik atau masyarakatnya. Menurut Siswanto Sutojo yang dikutip dalam
buku Handbook of Public Relation (2011:63) citra perusahaan dianggap sebagai
persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan atau organisasi.
8

Yayasan puteri indonesia (YPI) mendirikan Kontes Puteri Indonesia ada
tahun 1992 yang diketuai oleh Mooryati Soedibyo dan di sponsori oleh produk
kosmetika Mustika Ratu. Tujuan Yayasan Puteri Indonesia adalah meningkatkan
peran positif remaja puteri yang dapat menjadi panutan dan tauladan serta
pendorong kemajuan wanita dalam berbagai bidang yang sesuai dengan tujuan dan
kriteria Yayasan Puteri Indonesia, yaitu :
Brain
Intelegensia, memiliki kecerdasan, memiliki minat belajar tinggi dan
mandiri
Beauty
Pandai merawat diri, bersih, cantik dan berpenampilan menarik
Behaviour
Percaya kepada Tuhan YME, berkepribadian luhur, memiliki etika hidup
dan kepedulian terhadap sesama.
Peran Puteri Indonesia sebagai Duta Bangsa dalam berbagai event pada
forum-forum nasional maupun internasional adalah untuk memperkenalkan
Budaya, Ekonomi, Komoditi Perdagangan Indonesia serta Kepariwisataan
Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir aspek kepariwisataan Indonesia kurang
menguntungkan yang disebabkan karena situasi, kondisi dan keamanan yang tidak
kondusif bagi wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia. Kemajuan
pariwisata akan memacu pengembangan ekonomi dan sektor-sektor lain seperti
perhotelan, restoran, industri kerajinan, busana, produk kesehatan dan kecantikan,
objek industri SPA dan menghidupkan obyek-obyek wisata lainnya.
9

Putri Indonesia memiliki Fan Page di Facebook dan Twitter dengan nama
Puteri Indonesia dan untuk Twitter @puteriindonesia_Indonesia. Fan Page ini
berdiri sejak tahun 2012 dan memiliki sekitar 6000 followers (sebutan untuk orang
yang bergabung dalam Twitter), Fan Page Puteri Indonesia bertujuan untuk
menginformasikan tentang kegiatan yang dilakukan para Puteri Indonesia kepada
masyarakat, memperkenalkan para Puteri kepada masyarakat, dan meningkatkan
citra Yayasan Puteri Indonesia di mata masyarakat.
Dalam penelitian ini pendekatan dasarnya adalah memulai dengan adanya
perbedaan dua faktor, yaitu persepsi pengguna sosial media dan citra Yayasan
Puteri Indonesia. Kemudian melalui data yang dikumpulkan, peneliti ingin
mengetahui faktor yang menjadi penyebab dan faktor apa yang menjadi akibat.
Apakah persepsi atau citra yang menjadi faktor penyebab pada penelitian ini. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Pengaruh persepsi pengguna
sosial media terhadap citra Yayasan Puteri Indonesia

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan pada bagian sebelumnya,
rumusan masalah pada penelitian ini adalah Seberapa besar pengaruh persepsi
pengguna sosial media terhadap pembentukan citra Putri Indonesia pada Fan Page
Facebook & Twitter Putri Indonesia?.




10

1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan diatas maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui:
1. Persepsi penggunaan sosial media tentang Yayasan Putri Indonesia
2. Citra Yayasan Putri Indonesia
3. Pengaruh persepsi penggunaan media sosial terhadap pembentukan citra
Yayasan Puteri Indonesia pada Fan Page Facebook & Twitter Puteri
Indonesia.

1.4. Signifikansi Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan memperkaya khazanah ilmu komunikasi,
khususnya Public Relations (PR), yang terkait dengan studi mengenai
persepsi pengguna sosial media terhadap citra perusahaan dalam hal ini
Yayasan Putri Indonesia.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bagi Yayasan Puteri Indonesia bisa
menjadi input dan kontribusi yang signifikan terkait dengan persepsi
pengguna sosial media terhadap citra dari Puteri Indonesia



11

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, HIPOTESIS DAN
KERANGKA KONSEP
BAB II KERANGKA TEORI
2.1. Kajian Pustaka
Berangkat dari masalah pokok yang telah ditetapkan, yaitu: Bagaimana
Pengaruh Persepsi Penguna Sosial Media terhadap Citra Yayasan Puteri Indonesia
(Studi pada Facebook & Twitter Fan Page Putri Indonesia), terlebih dahulu akan
diuraikan teori dan konsep yang terkait dengan masalah pokok, yakni teori
uses&gratification, uses&effect, konsep tentang persepsi, teori citra serta yang
berkaitan.
Dari catatan kepustakaan, ada sejumlah penelitian yang fokus terhadap
penggunaan sosial media, persepsi, dan citra perusahaan. Dalam tesis Mia
Angeline Fenny pada Universitas Bina Nusantara yang berjudul Kegiatan Media
Relations Dan Social Media Untuk Memperkenalkan Citra Airporteve, Penelitian
ini dilakukan di perusahaan media Airporteve yang memiliki tujuan penelitian
yakni: mengetahui kegiatan strategi sosial media dalam memperkenalkan citra
Airporteve. Selain itu untuk mengetahui kegiatan media relations yang dijalankan
Airporteve sudah sesuai dengan tujuan media relations, dan bertujuan mengetahui
manfaat media relations dan sosial media dengan majalah. Karena perusahaan tidak
menilai hubungan media perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
hasil yang menjawab permasalahan yang ada. Perusahaan media Airporteve melihat
kegiatan media relation yang dilakukan dengan majalah dan adanya peran sosial
media dapat memperkenalkan Airporteve dan kegiatan yang baru dilakukan hanya
12

media barter dengan majalah, strategi media relations yang dijalankan pada
dasarnya sudah memenuhi tujuan, dan memiliki manfaat bagi perusahaan. Jadi,
media relations dengan majalah memberikan manfaat bagi perusahaan dan strategi
ini terbukti telah memenuhi tujuan media relations, selain itu media relations
dengan majalah dan adanya sosial media dapat memperkenalkan citra Airporteve.
Lalu pada penelitian selanjutnya, yang dilakukan oleh Dibyareswari Utami
Putri dari Universitas Indonesia yaitu mengenai Peran Media Baru Dalam
Membentuk Gerakan Sosial (Studi kasus pada Twitter IndonesiaUnite), penelitian
ini mengkaji kekuatan media baru yaitu social media seperti Twitter yang mampu
membentuk gerakan sosial dimana dapat bertahan hingga sekarang karena adanya
kekompakkan dan loyalitas dari para anggotanya. Penelitian ini dilakukan secara
kualitatif dengan paradigma post-positivist. Tujuan penelitian ini ingin melihat
sejauh mana Twitter sebagai sosial media memiliki kekuatan dalam membangun
kebrsamaan untuk tindakan kepedulian sosial dalam membentuk IndonesiaUnite.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa IndonesiaUnite menumbuhkan rasa
kebersamaan dalam kelompok sehingga melekatkan groupthink syndrome yang
positif. Hal ini mengindikasikan Twitter memiliki kekuatan besar dalam
membentuk gerakan sosial.
Pada skripsi yang ditulis oleh Dina pada Universitas Bina Nusantara yang
berjudul Pendekatan Media Relations Yayasan Puteri Indonesia dalam
Meningkatkan Publisitas Puteri Indonesia . PR sangat berkaitan dengan media.
Hubungan ini lebih dikenal dengan media relations, yakni menjalin hubungan baik
dengan pihak media massa dalam hal ini diwakili oleh para wartawan atau jurnalis.
Kegiatan media relations yang dilakukan PR melalui hubungan media (media
13

relations) harus memiliki nilai berita, agar wartawan yang meliput kegiatan media
relations yang dilakukan PR (perusahaan) dapat memuat kegiatan tersebut di
medianya. Pendekatan media relations yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau
organisasi berpengaruh kepada publisitas perusahaan yang mana dapat membentuk
citra ( image ) positif perusahaan. Apabila pendekatan yang dilakukan oleh
perusahaan kepada wartawan (media) baik, maka publisitas yang didapat
perusahaan dan citra perusahaan dimata publik juga baik.
2.2. Media Baru (New Media)
New media atau media baru disebut juga media digital. Media digital adalah
media yang kontennya berbentuk gabungan data, teks, suara, dan berbagai jenis
gambar yang disimpan dalam format digital dan disebarluaskan melalui jaringan
berbasis kabel optik broadband, satelit dan sistem transmisi gelombang mikro
(Flew, 2008: 2-3).
Menurut Flew, media baru atau bentuk informasi digital sejenis, memiliki
lima karakteristik:
1. Manipulable. Informasi digital mudah diubah dan diadaptasi dalam berbagai
bentuk, penyimpanan, pengiriman dan penggunaan.
2. Networkable. Informasi digital dapat dibagi dan dipertukarkan secara terus-
menerus oleh sejumlah besar pengguna diseluruh dunia.
3. Dense. Informasi digital berukuran besar dapat disimpan di ruang penyimpanan
kecil (contohnya USB flash disc) atau penyedia layanan jaringan.
4. Compressible. Ukuran informasi digital yang diperoleh dari jaringan manapun
dapat diperkecil melalui proses kompres dan dapat didekompres kembali saat
dibutuhkan.
14

5. Impartial. Informasi digital yang disebarkan melalui jaringan bentuknya sama
dengan yang direpresentasikan dan digunakan oleh pemilik atau penciptanya.
Selain itu, untuk bisa disebut sebagai new media, sebuah medium harus
memiliki 4C dan tiga elemen dasar, yaitu:
1. Computing and Information Technology: Untuk bisa disebut new media, sebuah
medium (media massa) setidaknya harus memiliki unsur information,
communication, dan technology di dalam tubuhnya. Tidak bisa hanya salah satunya
saja.
2. Communication Network: Sebuah new media harus memiliki kemampuan untuk
membentuk sebuah jaringan komunikasi antar penggunannya.
3. Digitized Media and Content: Yang tergolong relevan untuk disebut sebagai new
media saat ini adalah apabila media massa tersebut mampu menyajikan sebuah
medium dan konten yang sifatnya digital.
4. Convergence: New media harus mampu berintegrasi dengan media-media lain
(baik tradisional maupun modern) karena inti dari konvergensi adalah integrasi
antara media yang satu dengan media yang lain. (Lievrouw & Livingstone, 2006).
Sementara menurut McQuail (1987: 17-18) media baru memiliki ciri-ciri
utama yang membedakannya dengan "media lama" yaitu:
1. Desentralisasi, pengadaan dan pemilihan berita tidak lagi sepenuhnya berada di
tangan pemasok komunikasi.
2. Kemampuan tinggi, pengantaran melalui kabel dan satelit mengatasi hambatan
komunikasi yang disebabkan oleh pemancar siaran lainnya.
15

3. Komunikasi timbal-balik (inter-activity), penerima dapat memilih, menjawab
kembali, menukar informasi dan dihubungkan dengan penerima lainnya secara
langsung.
4. Kelenturan (fleksibilitas) bentuk, isi dan penggunaan.
Dalam teori media baru ini ada dua pandangan mengenai era media pertama
dan kedua. Pertama, pandangan interaksi social : membedakan media menurut
seberapa dekat media dengan model interaksi tatap muka. Kedua, pandangan
integritas social : pendekatan ini menggambarkan media bukan dalam
bentukinformasi, interaksi, atau penyebarannya,tetapi dalam bentuk ritual atau
bagaimana manusia menggunakan media sebagai cara menciptakan masyarakat
dengan menyatukan masyarakat dalam bentuk rasa saling memiliki.
Secara umum, media baru tidak saja telah menjembatani perbedaan pada
beberapa media, tetapi juga perbedaan antara batasan kegiatan komunikasi pribadi
dengan batasan kegiatan komunikasi publik. Bahan dan kegunaan media semacam
itu dapat dipakai secara bergantian untuk kepentingan pribadi dan publik.
2.3. Uses & Effect
Pemikiran yang pertama kali dikemukakan oleh Sven Windahl (1979) ini
merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratifications dan teori tradisional
mengenai efek. Konsep 'use' (penggunaan) merupakan bagian yang sangat penting
atau pokok dari permikiran ini. Karena pengetahuan mengenai penggunaan media
dan penyebabnya, akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang
hasil dari suatu proses komunikasi massa. Penggunaan media massa dapat memiliki
banyak arti. Ini dapat berarti exposure' yang semata-mata menunjuk pada tindakan
mempersepsi. Dalam konteks lain, pengertian tersebut dapat menjadi suatu proses
16

yang lebih kompleks, di mana isi tertentu dikonsumsi dalam kondisi tertentu, untuk
memenuhi fungsi tertentu dan terkait harapan-harapan tertentu untuk dapat
dipenuhi. Fokus dari teori ini lebih kepada pengertian yang kedua. Dalam uses and
gratifications, penggunaan media pada dasarnya ditentukan oleh kebutuhan dasar
individu, Sementara pada uses and effects kebutuhan hanya salah satu dari faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan media. Karakteristik individu,
harapan dan persepsi terhadap media, dan tingkat akses kepada media, akan
membawa individu kepada keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan
isi media massa. Hasil dari proses komunikasi massa dan kaitannya dengan
penggunaan media akan membawa pada bagian penting berikutnya dari teori ini.
Hubungan antara penggunaan dan hasilnya, dengan memperhitungkan pula isi
media, memiliki beberapa bentuk yang berbeda, yaitu:
1. Pada kebanyakan teori efek tradisional, karakteristik isi media menentukan
sebagian besar dari hasil. Dalam hal ini, penggunaan media hanya dianggap sebagai
faktor perantara, dan hasil dari proses tersebut dinamakan efek. Dalam pengertian
ini pula, uses and gratifications hanya akan dianggap berperan sebagai perantara,
yang memperkuat atau melemahkan efek dari isi media.
2. Dalam berbagai proses, hasil lebih merupakan akibat penggunaan daripada
karakteristik isi media. Penggunaan media dapat mengecualikan, mencegah atau
mengurangi aktivitas Iainnya, di samping dapat pula memiliki konsekuensi
psikologis seperti ketergantungan pada media tertentu. Jika penggunaan merupakan
penyebab utama dari hasil maka is disebut konsekuensi.
17

3. Kita dapat juga beranggapan bahwa hasil ditentukan sebagian oleh isi media
(melalui perantaraan penggunaannya) dan sebagian lain oleh penggunaan media itu
sendiri. Oleh karenanya ada dua proses yang bekerja secara serempak, yang
bersama-sama menyebabkan terjadinya suatu hasil yang kita sebut `conseffects'
(gabungan antara konsekuensi dan efek). Proses pendidikan biasanya menyebabkan
hasil yang berbentuk 'conseffects'. Di mana sebagian dari hasil disebabkan oleh isi
yang mendorong pembelajaran (efek), dan sebagian lain merupakan hasil.
dari suatu proses penggunaan media yang secara otomatis mengakumulasikan dan
menyimpan pengetahuan. Ilustrasi mengenai hubungan-hubungan tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut:

Hasil-hasil ini dapat ditemukan pada tataran individu maupun tataran masyarakat.
Gambaran selengkapnya dapat disimak pada diagram berikut:
18



2.4. Individual Differences
Teori yang dikeluarkan oleh Melvin D. Defleur ini menelaah perbedaan-perbedaan
di antara individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa media
massa sehingga menimbulkan efek tertentu. (Effendy, 2003:275). Setiap orang memiliki
kualitas yang unik yang menghasilkan reaksi berbeda-beda terhadap pesan media massa.
Dengan kata lain, reaksi terhadap konten media massa berbeda-beda tergantung tingkat
kecerdasan, keyakinan, pendapat, nilai-nilai, kebutuhan, suasana hati, prasangka, nalar, dll.
Melvin De Fleur dan Sandra Ball-Rokeach dalam buku: Mass Communication Theory,
tentang: Individual differences perspective menyatakan bahwa pesan media massa berisi
atribut stimulus tertentu yang memiliki interaksi diferensial dengan karakteristik
19

kepribadian khalayak. Karena terdapat perbedaan individu dalam karakteristik kepribadian
di antara khalayak, maka diasumsikan bahwa akan ada efek yang bervariasi sesuai dengan
perbedaan tersebut.
Dengan demikian, kebutuhan individu, sikap, nilai, keyakinan dan emosional
lainnya memainkan peranan penting dalam menyaring dan memilih paparan media massa.
ini berarti bahwa khalayak sangat selektif terhadap apa yang mereka baca, dengarkan atau
lihat dari media massa. Individual differences menunjukkan bahwa pola pemahaman dan
interpretasi dari satu orang mungkin sangat berbeda dari yang lain tergantung konten media
massa. Variabel perbedaan efek sebagian besar disebabkan oleh terpaan selektif, persepsi
selektif dan retensi selektif konten media massa. Faktor-faktor ini bertindak sebagai
penghalang antara pesan dan efek, sehingga membatasi dampak ruang lingkup komunikasi
massa terhadap khalayak secara langsung.

2.5. Konsep Dasar Tentang Persepsi
2.5.1 Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam
merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung
pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah
memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya
mengandung makna yang sama.
Sugihartono, dkk (2007: 8) mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan
otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang
masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang
dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif
maupun persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau
nyata.
20

Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau
individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated
dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu
dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari
individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut,
perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak
sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda
antar individu satu dengan individu lain.
Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan
cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Persepsi juga
bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang
berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk
menafsirkannya. Persepsi baik positif maupun negatif ibarat file yang sudah tersimpan rapi
di dalam alam pikiran bawah sadar kita. File itu akan segera muncul ketika ada stimulus
yang memicunya, ada kejadian yang membukanya. Persepsi merupakan hasil kerja otak
dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya (Waidi, 2006: 118).
Jalaludin Rakhmat (2007: 51) menyatakan persepsi adalah pengamatan tentang
objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan. Sedangka, Suharman (2005: 23) menyatakan: persepsi merupakan
suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui sistem
alat indera manusia. Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap relevan
dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian. Dari
penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa persepsi merupakan suatu
proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri
21

individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-
indera yang dimilikinya.
2.5.2 Syarat Terjadinya Persepsi
Menurut Sunaryo (2004: 98) syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai
berikut:
a. Adanya objek yang dipersepsi
b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
mengadakan persepsi.
c. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus
d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian
sebagai alat untuk mengadakan respon.
2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Miftah Toha (2003: 154), faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang adalah sebagai berikut :
a. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka,keinginan
atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan,
nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.
b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan
dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-
hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.
Menurut Bimo Walgito (2004: 70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat
dikemukakan beberapa faktor, yaitu:
a. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus
dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari
dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima
yang bekerja sebagai reseptor.
22

b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu
juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang
diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk
persepsi seseorang.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian,
yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka
mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari
seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.
Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan
akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun objek
tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan
persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat
ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan - perbedaan dalam
kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses
terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi
oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya.

2.6. Teori Citra
2.6.1 Definisi Citra
Menurut terjemahan Collins English Dictionary yang dikutip dalam buku Strategi
Public Relations memberikan definisi citra sebagai suatu gambaran tentang mental; ide
yang dihasilkan oleh imaginasi atau kepribadian yang ditunjukkan kepada publik oleh
seseorang, organisasi, dan sebagainya (Oliver,2007:50). Pengertian lain, citra adalah
perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan, organisasi, atau lembaga; kesan yang
23

dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi (Ardianto,2011:62). Jadi
dapat disimpulkan citra adalah gambaran diri baik personal, organisasi maupun perusahaan
yang sengaja dibentuk untuk menunjukkan kepribadian atau ciri khas.
2.6.2 Pengertian Citra Perusahaan dan Manfaatnya
Citra adalah bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang,
suatu komite atau suatu aktivitas. Tugas perusahaan dalam membentuk citranya adalah
dengan mengidentifikasi citra seperti apa yang ingin dibentuk di mata publik atau
masyarakatnya. Menurut Siswanto Sutojo yang dikutip dalam buku Handbook of Public
Relation (2011:63) citra perusahaan dianggap sebagai persepsi masyarakat terhadap jati
diri perusahaan atau organisasi. Menurut Siswanto Sutojo yang dikutip Ardianto (2011:63)
manfaat citra perusahaan yang baik dan kuat yakni :
1. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap.Perusahaan berusaha
memenangkan persaingan pasar dengan menyusun stategi pemasaran taktis.
2. Menjadi perisai selama krisis. Sebagian besar masyarakat dapat memahami atau
memaafkan kesalahan yang dibuat perusahaan dengan citra baik, yang
menyebabkan mereka mengalami krisis.
3. Menjadi daya tarik eksekutif handal, yang mana eksekutif handal adalah aset
perusahaan.
4. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran
5. Menghemat biaya operasional karena citranya yang baik.
Cara untuk mempopulerkan citra agar sesuai dengan apa yang dikehendaki perusahaan,
dapat dilakukan dengan bertahap :
1. Membentuk persepsi segmen sasaran
Citra yang ingin dibentuk harus mencerminkan jati diri perusahaan yang
sebenarnya, tidak lebih dan tidak kurang.
2. Memelihara persepsi
24

Upaya mempertahankan citra dengan mempertahankan pelaksanaan program
periklanan dan PR sesuai dengan rencana perusahaan.
3. Mengubah persepsi segmen pasaran yang kurang menguntungkan
Perusahaan yang dikelola secara profesional akan berusaha keras mengubah
persepsi segmen sasaran yang tidak menguntungkan, dengan bebenah diri dari
dalam.
Menurut Siswanto Sutojo (2004:42) yang dikutip dalam buku Handbook of Public Relation
(Ardianto,2011:72) ada tiga jenis citra yang dapat ditonjolkan perusahaan :
1. Citra eksklusif, yaitu citra yang dapat ditonjolkan pada perusahaan-perusahaan
besar. Yang dimaksud eksklusif adalah kemampuan menyajikan berbagai macam
manfaat terbaik kepada konsumen dan pelanggan.
2. Citra inovatif, yaitu citra yang menonjol karena perusahaan tersebut pandai
menyajikan produk baru yang model dan desainnya tidak sama dengan produk
sejenis yang beredar di pasaran.
3. Citra murah meriah, yaitu citra yang ditonjolkan oleh perusahaan yang mampu
menyajikan produk dengan mutu yang baik, tapi harganya murah.
2.6.3 Jenis-jenis Citra
Citra dapat dibagi menjadi empat jenis menurut Frank Jefkins, dalam buku
Essential of Public Relations yang dikutip oleh Soemirat. Dalam kutipan tersebut Frank
Jefkins menuturkan jenis-jenis citra sebagai berikut:
1. The mirror image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra) manajemen
terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaannya.
2. The current image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat pada publik
eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau menyangkut miskinnya informasi
dan pemahaman publik eksternal. Citra ini bisa saja bertentangan dengan mirror
image.
25

3. The wish image (citra yang diinginkan), manajemen menginginkan pencapaian
prestasi tertentu. Citra ini diaplikasikan untuk sesuatu yang baru sebelum publik
eksternal memperoleh informasi yang lengkap.
4. The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu kantor cabang
atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk citra yang belum tentu
sesuai dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan.
5. The multiple image (citra majemuk), yaitu banyaknya jumlah pegawai (individu),
cabang atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat
memunculkan siati citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau
perusahaan secara kesuluruhan. Variasi citra tersebut harus ditekan seminimal
mungkin dan citra perusahaan harus ditegakkan secara keseluruhan (Soemirat dan
Ardianto,2007:117).
2.6.4 Proses Pembentukan Citra
Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan
pengertian tentang fakta-fakta atau kenyataan (Soemirat dan Ardianto, 2007:115). Untuk
mengetahui nilai citra perlu menelaah persepsi dan sikap seseorang terhadap citra
organisasi tersebut. Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif, pada informasi dan
pengetahuan yang kita miliki. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-
informasi yang diterima seseorang. Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang
dikuti Danasaputra sebagai berikut :
Pengalaman Mengenai Stimulus





26

Gambar ... Model pembentukan Citra Soemirat dan Ardianto,2007:115
1. Stimulus: rangsangan (kesan lembaga yang diterima dari luar)untuk membentuk
persepsi. Sensasi adalah fungsi alat indra dalam menerima informasi dari
langganan.
2. Persepsi: hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang langsung dikaitkan
dengan suatu pemahaman, pembentukan makna pada stimulus indrawi.
3. Kognisi: aspek pengetahuan yang berhubungan dengan kepercayaan, ide dan
konsep.
4. Motivasi: kecenderungan yang menetap untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu,
dan sedapat mungkin menjadi kondisi kepuasan maksimal bagi individu setiap
saat.
5. Sikap: hasil evaluasi negatif atau positif terhadap konsekuensinya penggunaan
suatu objek.
6. Tindakan: akibat atau respons individu sebagai organisme terhadap rangsangan-
rangsangan yang berasal dari dalam dirinya maupun lingkungan.
7. Respons: tindakan-tindakan seseorang sebagai reaksi terhadap rangsangan atau
stimulus.
Pada saat stimulus (rangsangan) diberikan, maka masyarakat akan lanjut ke tahap
selanjutnya yakni melakukan persepsi dimana persepsi ini memberikan makna terhadap
rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai objek. Selanjutnya akan dilakukan
kognisi, dimana ia mengerti akan rangsangan yang diberikan. Setelah itu muncul dorongan
untuk melakukan suatu kegiatan tertentu atau biasa disebut dengan motif atau motivasi.
Terakhir munculah sikap, yang merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir
dan terdapat perasaan mendalam menghadapi objek, ide, situasi, dan nilai.


27

2.7 Hipotesis
Menurut Winarno Surachman, hipotesis adalah dugaan yang mengarah kepada
penelitian dan sebagai kesimpulan yang belum final dan masih harus dibuktikan
kebenarannya. Dendan demikian, hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara,
yang mungkin benar atau mungkin juga salah, sehingga masih memerlukan pembuktian
secara ilmiah. Dalam rangka pembuktian ilmiah itu, maka hipotesis terdiri dari hipotesis
penelitian dan hipotesis statistik.
1. Hipotesis penelitian
Berdasarkan kerangka teori di atas dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat pengaruh antara persepsi pengguna sosial media dengan citra
Yayasan Putri Indonesia
Ha: Tedapat pengaruh antara persepsi pengguna sosial media dengan citra Yayasan
Putri Indonesia
2. Hipotesis Statistik
Merujuk pada hipotesis penelitian tersebut, maka dapat disajikan hipotesis statistik
sebagai berikut:
Ho: r 0
Ha: r 0




28

2.8 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dibentuk dengan mengeneralisasi hal hal khusus. Dalam tataran
ini, konsep adalah ide, gagasan, rencana, pengertian dan bila dikaitkan dengan penelitian,
maka konsep merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Kerangka konsep dalam
penelitian ini terbagi menjadi dua variabel. Variabel penelitan adalah suatu atribut atau sifat
nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono,1999) :
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu :
1. Variabel bebas (Independent Variable), yaitu variabel yang diduga sebagai penyebab
atau variabel yang menjadi pendahulu.
2. Variabel terikat (Dependent Variable), yaitu variabel yang diduga sebagai akibat atau
yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya atau variabel bebas.
Operasionalisasi konsep dari variabel variabel tersebut tersaji pada tabel berikut:


Indikator Sub Indikator Indikator Sub Indikator
- Perasaan - Tingkat keyakinan pada yayasan
- Sikap - Tingkat tanggungjawab sosial yayasan
- Perasangka
- Keinginan
- Fokus Perhatian
3. Corporate Identity
- Tingkat Kemudahan mengenal Yasasan Putri Indonesia
- Minat - Tingkat kesesuaian slogan Yasasan Putri Indonesia
- Motivasi - Tingkat kemudahan mengenal sosok Putri Indonesia
- Latar Belakang - Tingkat kemudahan mengetahui visi & misi Putri Indonesia
- Tingkat kemudahan mengetahui kegiatan Putri Indonesia
- Pengetahuan
- Intensitas
Coorporate image is a valuable asset that companies need to manage.
Shirley Harrison (2007:71
- Tingkat kepedulian admin yayasan pada anggota sosial
media
2. Value
4. Reputation
Variabel Bebas
(Persepsi)
Variabel terikat
(Citra Organisasi)
- Informasi yang
diperoleh
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal
1. Personality
29

BAB 3
METODOLOGI
3.1 Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan cara pandang seseorang ilmuwan mengenai sisi
strategi yang paling menentukan nilai sebuah disiplin ilmu pengetahuan itu sendiri
(Burhan Bungin, 2005). Maka dari itu paradigma berhubungan erat dengan aliran
aliran disiplin ilmu pengetahuan. Dari beragam jenis paradigma yang ada,
penelitian ini memilih paradigma positivis sebagai sudut pandang penelitian. karena
hasil dalam penelitian ini akan memperoleh hubungan sebab-akibat yang
dipergunakan untuk memprediksi pola-pola umum suatu gejala sosial.
Paradigma positivis adalah paradigma yang bersifat hypothetico-deductive
method. Artinya diawal penelitian ini, peneliti menyatakan hipotesis yang
kemudian hipotesis tersebut akan diuji secara empiris. Kriteria yang diukur adalah
objektifitas, realibilitas, dan validitas. Dari hasil pengujian tersebut akan didapati
kebenaran dari hipotesis didasari pada hasil yang ditemukan di lapangan dan
disesuaikan dengan teori yang sudah ada.
Paradigma positivis bersifat objektif, dengan kata lain penelitian ini tidak
bergantung terhadap apa yang dirasakan oleh seseorang melainkan bersifat umum.
Selain itu akan dilakukan proses generalisasi, dari hasil yang di berikan oleh
beberapa responden, hasil akan disamakan sebagai hasil menyeluruh. Penelitian ini
mencari hukum umum dan bebas nilai, tidak mencoba mengubah, dan hanya
mengikuti apa yang sudah tercipta.


30

3.2 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Kuantitatif adalah jenis
penelitian yang lebih mengacu kepada keakuratan deskripsi setiap variabel dan
keakuratan hubungan antara satu variabel (Prasetya Irawan, 2006). Pendekatan ini
menggunakan pengukuran sebagai langkah awal sebelum pencarian data dan
mengembangkan terminologi dan teknik khusus. Biasanya penelitian dimulai
dengan suatu teori yang diturunkan ke dalam sebuah konsep kemudian
dikembangkan dengan pengukuran empiris dengan bentuk angka sebagai hasilnya.
Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012: 7). Metode kuantitatif sering juga
disebut metode tradisional, positivistik, ilmiah/scientific dan metode discovery.
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah
cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian.
Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat
positivisme. Metode ini disebut sebagai metode ilmiah (scientific) karena metode
ini telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur,
rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery karena dengan
metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini
disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik.
31


Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai
(value free). Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan
prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui
penggunaan instrumen yang telh diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang
melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat
membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika
dalam penelaahan muncul adanya bias itu maka penelitian kuantitatif akan jauh dari
kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya (Sudarwan Danim, 2002: 35).
Selain itu metode penelitian kuantitatif dikatakan sebagai metode yang lebih
menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial.
Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial di jabarkan kedalam
beberapa komponen masalah, variable dan indikator. Setiap variable yang di
tentukan di ukur dengan memberikan simbol-simbol angka yang berbedabeda
sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan
menggunakan simbolsimbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif
matematik dapat di lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang
belaku umum di dalam suatu parameter.
3.3 Sifat Penelitian
Sifat dari penelitian ini ialah eksplanatif yang menjelaskan suatu
generalisasi sampel terhadap populasinya atau menjelaskan hubungan, perbedaan,
atau pengaruh satu variabel dengan variabel lainnya (Burhan Bungin, 2005). Oleh
karena itu penelitian eksplanasi menggunakan sampel dan hipotesis.
32

Hubungan sebab akibat ini juga sering disebut sebagai hubungan kausal.
Desain kausal digunakan untuk mengukur hubungan-hubungan antara variabel riset
atau untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain
(Umar Husein, 2000). Dalam penelitian ini mencari bagaimana pengaruh persepsi
pengguna facebook dan twitter pada fanpage terhadap citra yayasan Putri Indonesia.
3.4 Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu pengguna facebook dan
fanpage Putri Indonesia. Dengan melakukan penelitian di tingkat individual,
peneliti dapat melakukan generalisasi dari hasil penelitian pada kelompok sosial
yang lebih besar.
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang menjadi sasaran akhir
generalisasi (Sanapiah Faisal, 2001). Populasi yang disebut juga universe atau
keseluruhan, adalah suatu konsepsi yang abstrak (agak sukar diamati). Selain
abstrak, karakteristik lain dari suatu populasi adalah besar dan mudah (dinamis)
relatif terhadap waktu. Karena itu, populasi didefinisikan secara operasional agar
menjadi jelas dan mudah dipahami. Karena merupakan keseluruhan, maka populasi
merupakan wilayah generalisasi dari sampel (Jalaludin Rakhmat, 2007). Populasi
pada penelitian ini yaitu wanita pengguna internet dan merupakan anggota fanpage
dan followers dari jejaring sosial milik Putri Indonesia.
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil sebagai representasi atau
wakil populasi yang bersangkutan (Sanapiah Faisal, 2001). Sampel adalah bagian
dari populasi yang akan diteliti. Jika dipilih secara acak dan jumlahnya cukup besar,
maka data yang diperoleh dari sampel yang demikian, setelah dianalisis dapat
33

digunakan untuk menarik keseimpulan tentang fenomena yang terjadi dalam suatu
populasi.
Sampel yang baik adalah sampel yang representatif, yaitu sampel yang
mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional, dan semua unsur
populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel karena
dipilih secara random (Jalaludin Rakhmat, 2007). Sampel dalam penelitian ini
adalah pria dan wanita pengguna aktif facebook dan followers twitter fanpage Putri
Indonesia yang berjumlah 40 orang.
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik probability
sampling. Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel, atau
pengambilan sempel secara random atau acak. Jenis teknik probability sampling
yang digunakan adalah simple random sampling. Simple random sampling adalah
cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang dipilih dalam mengumpulkan data dengan melakukan survei.
Metode survei dalam penelitian eksplanatif membuat hipotesis penelitian dan
menguji di lapangan karena format penelitian ini bertujuan mencari hubungan
sebab-akibat dari variabel-variabel yang diteliti (Burhan Bungin, 2005). Dalam
metode survei, peneliti tidak memanipulasi kondisi penelitian dan pertanyaan
diajukan kepada beberapa subjek kecil dalam jangka waktu yang relatif singkat
(Modul materi perkuliahan Dr. Mei Rochjat). Pengujian variabel berdasarkan apa
yang ada dilapangan tanpa adanya intervensi dari peneliti. Instrumen yang
34

digunakan dalam pengumpulan data ialah kuesioner. Kuesioner adalah alat ukur
yang digunakan untuk mengumpulkan data dari responden. Dengan instrumen yang
terdapat pada kuesioner, peneliti mencoba menggali informasi yang berkaitan
dengan variabel sebab dan informasi yang berkaitan dengan akibat . Kemudian
peneliti akan mencoba menghubungkan variabel sebab akibat berdasarkan data
yang terkumpul menggunakan statistik.
Kuesioner akan diberikan secara online kepada responden melalui
www.freeonlinesurvey.com. Agar responden menyadari adanya survei online yang
peneliti lakukan, peneliti mengirimkan pesan satu per satu kepada responden
melalui kolom pesan yang terdapat di Facebook dan Twitter. Pesan yang diberikan
berisi pengenalan diri, tujuan, dan maksud dan kemudian dilanjutkan dengan ajakan
untuk mengisi survei disertai dengan link survei. Sehingga responden dapat
langsung membuka link tersebut dan mengisi kuesioner yang telah dibuat.
Proses pengumpulan data, selain melakukan survei online peneliti juga
melakukan studi literatur seperti buku, jurnal, dan artikel online. Data-data yang
diperoleh melalui studi literatur digunakan untuk melengkapi informasi yang
diperlukan sehingga dapat memperkuat hasil dari penelitian ini. Peneliti juga
bertanya kepada pemilik akun media sosial terkait penggunaan media digital
sebagai salah satu media untuk melakukan publisitas dan berkomunikasi dengan
fans Putri Indonesia.
3.7 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data
penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya normal. Uji ini perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah data pada penelitian ini dikategorikan statistik
35

parametrik atau non-parametrik. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Data
berdistribusi normal yaitu bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal,
dimana data memusat pada nilai rata- rata dan median. Data yang membentuk
distribusi normal bila jumlah data di atas dan di bawah rata-rata adalah sama,
demikian juga simpangan bakunya.
Pada penelitian ini, uji normalitas yang digukan adalah uji Kolmogorov
Smirnov adalah pengujian normalitas yang banyak dipakai, terutama setelah adanya
banyak program statistik yang beredar. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan
tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat
yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik.
Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan
membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi
normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke
dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov
Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal
baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat
perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi
perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa
jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan
yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal. Lebih
lanjut, jika signifikansi di atas 0,05 maka berarti tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku.

36

3.8 Uji Instrumen
3.8.1 Uji Reliabilitas
Reabilitas menyangkut ketepatan alat ukur. Suatu alat ukur dikatakan
mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika alat ukur itu benar, dalam
pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dapat diandalkan, dan dapat diramalkan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi
suatu ukuran atau alat pengukur (Moh. Nazir, 2003).
Maka sebelum melakukan uji korelasi dan regresi, penelitian melakukan uji
reliabilitas dari data yang diperoleh di lapangan untuk memperoleh data konsisten
dan stabil sehingga dapat diolah lebih lanjut. Uji reliabilitas menggunakan Uji
Reliabilitas dilakukan dengan uji Alpha Cronbach. Rumus Alpha Cronbach sebagai
berikut:


Keterangan:

Jika nilai alpha > 0,6 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability) sementara
jika alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara
konsisten secara internal karena memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula yang
memaknakannya sebagai berikut:

37

Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna
Jika alpha antara 0,70 0,90 maka reliabilitas tinggi
Jika alpha antara 0,50 0,70 maka reliabilitas moderat
Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah
3.8.2 Uji Validitas
Uji Validitas Item adalah uji statistik yang digunakan guna menentukan
seberapa valid suatu item pertanyaan mengukur variabel yang diteliti. Uji validitas
dilakukan untuk menguji data-data ang diperoleh menggunakan alat (instrumen)
yang dapat menjawab penelitian (Arif Pratisto, 2004). Uji Validitas Item atau butir
dapat dilakukan dengan menggunakan software SPSS. Untuk proses ini, akan
digunakan Uji Korelasi Pearson Product Moment. Dalam uji ini, setiap item akan
diuji relasinya dengan skor total variabel yang dimaksud. Dalam hal ini masing-
masing item yang ada di dalam variabel persepsi dan citra akan diuji relasinya
dengan skor total variabel tersebut.

3.9 Motede Analisis Data
3.9.1 Analisis Korelasi Pearson
Korelasi Pearson merupakan salah satu ukuran korelasi yang digunakan
untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan linier dari dua variabel. Dua variabel
dikatakan berkorelasi apabila perubahan salah satu variabel disertai dengan
perubahan variabel lainnya, baik dalam arah yang sama atau pun arah yang
sebaliknya. nilai koefisien korelasi yang kecil (tidak signifikan) bukan berarti kedua
variabel tersebut tidak saling berhubungan karena ada kemungkinan dua variabel
38

mempunyai keeratan hubungan yang kuat namun nilai koefisien korelasinya
mendekati nol, misalnya pada kasus hubungan non linier. Koefisien korelasi hanya
mengukur kekuatan hubungan linier dan tidak pada hubungan non linier. Koefisien
korelasi pearson atau Product Moment Coefficient of Correlation adalah nilai yang
menunjukan keeratan hubungan linier dua variabel dengan skala data interval atau
rasio (Sugiyono, 2011). Rumus yang digunakan adalah :

Nilai koefisien korelasi berkisar antara 1 sampai dengan +1. Kriteria
pemanfaatannya sebagai berikut:
1. Jika, nilai r > 0, artinya telah terjadi hubungan yang linier positif, yaitu semakin
besar nilai variabel X maka semakin besar pula nilai variabel Y atau semakin
kecil nilai variabel X maka semakin kecil pula nilai variabel Y. Jika, nilai r <
0, artinya telah terjadi hubungan yang linier negatif, yaitu semakin besar nilai
variabel X maka semakin kecil nilai variabel Y atau semakin kecil nilai variabel
X maka semakin besar pula nilai variabel Y .
2. Jika, nilai r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali antara variabel X dan
variabel Y.
3. Jika, nilai r =1 atau r = -1, maka dapat dikatakan telah terjadi hubungan linier
sempurna, berupa garis lurus, sedangkan untuk r yang makin mengarah ke
angka 0 (nol) maka garis makin tidak lurus. Batas-batas nilai koefisien korelasi
diinterpretasikan sebagai berikut :
a. 0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasinya sangat lemah.
39

b. 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasinya lemah.
c. 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasinya kuat.
d. 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasinya sangat kuat.
e. 0,91 sampai dengan 0,99 berarti korelasinya sangat kuat sekali.
f. 1.00 berarti korelasinya sempurna.
3.9.2 Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear
antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini
untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen
apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen
apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.. Data yang
digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Rumus regresi linear sederhana sebagi berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X = Variabel independen
a = Konstanta (nilai Y apabila X = 0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)





40

Anda mungkin juga menyukai