Anda di halaman 1dari 9

Statistik Sebagai Sarana Berpikir Induktif

Posted on 21 April 2013 by baktigunawan81


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu hari seorang anak kecil disuruh ayahnya untuk membeli sebungkus korek api
dengan pesan agar tidak terkecoh mendapatkan korek api yang jelek. Tidak lama
kemudian anak kecil itu datang kembali dengan wajah yang berseri-seri, kemudian
menyerahkan kotak korek api yang sudah kosong dan berkata, Korek api ini benar-
benar bagus, yah, semua batangnya telah saya coba dan ternyata menyala.
Dari penggalan cerita diatas, tak seorang pun yang dapat menyalahkan kesahihan
proses penarikan kesimpulan anak kecil tersebut, namun bisa dibayangkan apa yang
terjadi pada nasib tukang durian jika semua pengujian dilakukan dengan cara seperti
itu. Demikian juga halnya dengan orang yang kecanduan lotre, bertanya pada angin
dan rumput yang bergoyang, Bagaimana caranya memenangkan lotre? Pertanyaan
yang rumit ini jawabnya ternyata sangat sederhana, beli saja semua karcis lotre.
Namun bukan dengan jalan membeli semua karcis lotre itu, tentu saja, yang
menyebabkan orang tidak henti-hentinya berpikir bagaimana caranya
memenangkan perjudian yang berdasarkan untung-untungan ini.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mencoba merumuskan masalah yang berkaitan dengan
statistika yaitu :
1. Apa pengertian statistika dan bagaimana dasar-dasar perkembangannya ?
2. Bagaimana statistika menjadi sarana berpikir induktif ?


C. Tujuan Pembahasan
Pembahasan tentang statistika sebagai sarana berpikir induktif dalam penelitian
ilmiah, bertujuan untuk :
1. Untuk memberikan gambaran tentang teori statistika dan dasar-dasar
perkembangannya.
2. Untuk memberikan petunjuk bagaimana statistika menjadi sarana berpikir
induktif.
D. Manfaat Pembahasan
Melalui pembahasan makalah ini, diharapkan para pembaca memiliki pemahaman
yang sama tentang penalaran induktif dalam penelitian ilmiah dan menggunakan
statistika sebagai sarana berpikirnya.










BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Statistika dan Perkembangannya
Sekitar tahun 1645, seorang ahli matematika amatir, Chevalier de Mere, mengajukan
beberapa permasalahan mengenai judi yang sifatnya untung-untungan dan
cenderung penuh dengan kegiatan ramal-meramal kepada seorang ahli matematika
Prancis Blaise Pascal (1623-1662). Pascal tertarik dengan permasalahan tersebut dan
kemudian mengadakan korespondensi dengan ahli matematika Prancis lainnya Piere
de Fermat (1601-1665) dan keduanya mengembangkan cikal bakal teori peluang.
Begitu dasar-dasar peluang ini dirumuskan maka dengan cepat bidang telaahan ini
berkembang. Peluang merupakan dasar dari teori statistika.
Konsep statistika dikaitkan dengan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam
suatu populasi tertentu. Abraham Demoirvre (1667-1754) mengembangkan teori
kekeliruan, Piere Simon de Laplace (1749-1827) mengembangkan konsep distribusi
dan menemukan distribusi normal, sebuah konsep yang mungkin paling umum dan
paling banyak dipergunakan dalam analisis statistika disamping teori peluang.
Distribusi lain, yang tidak berupa kurva normal kemudian juga ditemukan Francis
Galton (1822-1911) dan Karl Pearson (1857-1936). Simpangan baku dan galat baku
untuk rata-rata dikembangkan Karl Friedrich Gauss (1777-1855). Pearson
melanjutkan konsep-konsep Galton dan menemukan konsep regresi, korelasi,
distribusi chi-kuadrat dan analisis statistika. Ronald Alylmer Fisher (1890-1962)
mengembangkan analisis varians dan kovarians, distribusi-z, distribusi-t, dan uji
signifikan.
Demikianlah statistika berkembang dengan cepat. Di Indonesia sendiri kegiatan
yang sangat meningkat dalam bidang penelitian, baik merupakan kegiatan akademik
maupun untuk pengambilan keputusan memberikan momentum yang baik untuk
pengembangan statistika itu sendiri.
Dari hasil penelitian maupun pengamatan, baik yang dilakukan khusus ataupun
berbentuk laporan, sering diminta atau diinginkan suatu uraian, penjelasan atau
kesimpulan tentang persoalan yang diteliti. Sebelum kesimpulan dibuat, keterangan
atau data yang telah terkumpul itu terlebih dahulu dipelajari, dianalisis atau dioalah
dan berdasarkan pengolahan inilah baru kesimpulan dibuat. Tentulah mudah
dimengerti bahwa pengumpulan data atau keterangan, pengolahan dan pembuatan
kesimpulan harus dilakukan dengan baik, cermat, teliti, hati-hati, mengikuti cara-
cara dan teori yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini semua ternyata
merupakan pengetahuan tersendiri yang diberi nama statistika.
Jadi statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara
pengumpulan data, pengolahan data, dan penganalisisannya dan penarikan
kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan
(Sudjana, 2005).
B. Statistika Sebagai Sarana Berpikir Induktif
Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji
kebenarannya. Semua pernyataan ilmiah adalah bersifat faktual, dimana
konsekuensinya dapat diuji baik dengan jalan mempergunakan pancaindera,
maupun dengan mempergunakan alat-alat yang membantu pancaindera tersebut.
Pengujian secara empiris merupakan salah satu mata rantai dalam metode ilmiah.
Kalau kita telaah lebih mendalam maka pengujian merupakan suatu proses
pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan. Sekiranya
hipotesis itu didukung oleh fakta-fakta empiris maka pernyataan hipotesis tersebut
diterima atau disahkan kebenarannya. Sebaliknya jika hipotesis tersebut
bertentangan dengan kenyataan maka hipotesis itu ditolak.
Pengujian mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari
kasus-kasus yang bersifat individual. Umpamanya jika kita ingin mengetahui berapa
tinggi rata-rata anak umur 10 tahun disebuah tempat maka nilai tinggi rata-rata
yang dimaksudkan itu merupakan sebuah kesimpulan umum yang ditarik dalam
kasus-kasus anak umur 10 tahun di tempat itu. Jadi dalam hal ini kita menarik
kesimpulan berdasarkan logika induktif.
Penarikan kesimpulan induktif pada hakikatnya berbeda dengan penarikan
kesimpulan secara deduktif. Dalam penalaran deduktif kesimpulan yang ditarik
adalah benar jika premis-premis yang dipergunakan adalah benar dan prosedur
penarikan kesimpulannya adalah sah. Sedangkan dalam penalaran induktif
meskipun premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya
adalah sah maka kesimpulan itu belum tentu benar. Yang dapat kita katakan adalah
bahwa kesimpulan itu mempunyai peluang untuk benar. Statistika merupakan
pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menghitung tingkat peluang dengan
eksak.
Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada sebuah
permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus kita amati sampai kepada
suatu kesimpulan yang bersifat umum. Jika kita ingin mengetahui berapa tinggi
rata-rata anak umur 10 tahun di Indonesia, umpamanya, lalu bagaimana caranya
kita mengumpulkan data untuk sampai pada kesimpulan tersebut? Tentu saja dalam
hal ini maka hal yang paling logis adalah dengan jalan melakukan pengukuran tinggi
badan terhadap seluruh anak umur 10 tahun di Indonesia. Pengumpulan data seperti
ini tak diragukan lagi akan memberikan kesimpulan mengenai tinggi rata-rata anak
tersebut di negara kita. Namun kegiatan seperti ini menghadapkan kita kepada
masalah lain yang tak kurang rumitnya, yakni kenyataan bahwa dalam
pelaksanaannya kegiatan seperti itu membutuhkan tenaga, biaya, dan waktu yang
banyak sekali. Dapat dibayangkan betapa kegiatan pengujian hipotesis akan
mengalami hambatan yang sukar dapat diatasi sekiranya proses pengujian tersebut
harus dilakukan dengan pengumpulan data seperti itu. Hal ini akan menjadikan
kegiatan ilmiah menjadi suatu yang sangat mahal yang mengakibatkan penghalang
bagi kemajuan bidang keilmuan.
Untunglah dalam hal ini statistika memberikan sebuah jalan keluar. Statistika
memungkinkan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan
jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Jadi untuk
mengetahui tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di Indonesia kita tidak akan
melakukan pengukuran terhadap seluruh anak yang berumur tersebut di seluruh
Indonesia namun cukup hanya dengan jalan melakukan pengukuran terhadap
sebagian anak saja sebagai contoh yang representatif dari keseluruhan populasi.
Tentu saja penarikan kesimpulan seperti ini tidak akan selalu seteliti kesimpulan
yang ditarik berdasarkan sensus. Namun yang perlu dipahami bahwa dalam
penelaahan keilmuan, dimana teori keilmuan tidak ditujukan kearah penguasaan
pengetahuan yang bersifat absolut, sesuatu yang tidak mutlak teliti namun dapat
dipertanggungjawabkan adalah sudah memenuhi syarat. Statistika merupakan
pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan secara induktif
berdasarkan peluang tesebut.
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan
yang ditarik tersebut, yang pada pokoknya didasarkan pada asas yang sangat
sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi pula tingkat
ketelitian kesimpulan tersebut begitu pula sebaliknya. Karakteristik ini
memungkinkan kita untuk memilih dengan seksama tingkat ketelitian yang
dibutuhkan sesuai dengan hakikat permasalahan yang dihadapi. Tiap permasalahan
membutuhkan tingkat ketelitian yang berbeda-beda.
Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah
suatu hubungan antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-
benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Terlepas dari semua itu
maka dalam penarikan kesimpulan secara induktif kekeliruan memang tidak bisa
dihindarkan. Dalam kegiatan pengumpulan data kita terpaksa mendasarkan diri
kepada berbagai alat yang pada hakikatnya juga tidak terlepas dari cacat yang berupa
ketidaktelitian dalam pengamatan. Pancaindera manusia sendiri tidak sempurna
yang bisa mengakibatkan berbagai kesalahan, demikian juga dengan alat-alat yang
digunakan. Diatas semua ini statistika memberikan sifat yang pragmatis kepada
penelaahan keilmuan, dimana dalam kesadaran bahwa suatu kebenaran absolut
tidak mungkin dicapai, kita berpendirian bahwa suatu kebenaran yang dapat
dipertanggungjawabkan dapat diperoleh.
Statistika merupakan sarana berfikir yang diperlukan untuk memperoleh
pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka
ststistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan
karakterisrtik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.
Sekiranya terdapat seorang gila dalam sepuluh orang yang kebetulan berkumpul
bersama-sama maka berdasarkan akal sehat kemungkinan besar yang seorang itulah
yang akan disebut orang gila. Meskipun tentu saja, penilaian orang tidak selalu
sama.

















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara
pengumpulan data, pengolahan data, dan penganalisisannya dan penarikan
kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang
dilakukan. Konsep statistika dikaitkan dengan dengan distribusi variabel
yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Prancis Blaise Pascal (1623-
1662 dan Piere de Fermat (1601-1665) keduanya mengembangkan cikal bakal
teori peluang. Begitu dasar-dasar peluang ini dirumuskan maka dengan
cepat bidang telaahan ini berkembang dan teori peluang inilah merupakan
dasar dari teori statistika.
2. Statistika merupakan sarana berfikir yang diperlukan untuk memperoleh
pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah
maka ststistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan
menyimpulkan karakterisrtik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan
terjadi secara kebetulan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif
tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut
B. Saran
1. Mereka yang berkecimpung dalam kegiatan ilmiah sebaiknya harus dibekali
dengan penguasaan ststistika yang cukup agar kesimpulan yang ditariknya
merupakan kesimpulan ilmiah yang sah.
2. Untuk mempercepat perkembangan kegiatan keilmuan di negara kita maka
penguasaan berfikir induktif dengan statistika sebagai sarana berpikirnya
harus mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh.

DAFTAR PUSTAKA
Jujun, S Suriasumantri, (1999), Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Edisi Keenam, Tarsito, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai