BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu hari seorang anak kecil disuruh ayahnya untuk membeli sebungkus korek api dengan pesan agar tidak terkecoh mendapatkan korek api yang jelek. Tidak lama kemudian anak kecil itu datang kembali dengan wajah yang berseri-seri, kemudian menyerahkan kotak korek api yang sudah kosong dan berkata, Korek api ini benar- benar bagus, yah, semua batangnya telah saya coba dan ternyata menyala. Dari penggalan cerita diatas, tak seorang pun yang dapat menyalahkan kesahihan proses penarikan kesimpulan anak kecil tersebut, namun bisa dibayangkan apa yang terjadi pada nasib tukang durian jika semua pengujian dilakukan dengan cara seperti itu. Demikian juga halnya dengan orang yang kecanduan lotre, bertanya pada angin dan rumput yang bergoyang, Bagaimana caranya memenangkan lotre? Pertanyaan yang rumit ini jawabnya ternyata sangat sederhana, beli saja semua karcis lotre. Namun bukan dengan jalan membeli semua karcis lotre itu, tentu saja, yang menyebabkan orang tidak henti-hentinya berpikir bagaimana caranya memenangkan perjudian yang berdasarkan untung-untungan ini. B. Rumusan Masalah Dalam makalah ini penulis mencoba merumuskan masalah yang berkaitan dengan statistika yaitu : 1. Apa pengertian statistika dan bagaimana dasar-dasar perkembangannya ? 2. Bagaimana statistika menjadi sarana berpikir induktif ?
C. Tujuan Pembahasan Pembahasan tentang statistika sebagai sarana berpikir induktif dalam penelitian ilmiah, bertujuan untuk : 1. Untuk memberikan gambaran tentang teori statistika dan dasar-dasar perkembangannya. 2. Untuk memberikan petunjuk bagaimana statistika menjadi sarana berpikir induktif. D. Manfaat Pembahasan Melalui pembahasan makalah ini, diharapkan para pembaca memiliki pemahaman yang sama tentang penalaran induktif dalam penelitian ilmiah dan menggunakan statistika sebagai sarana berpikirnya.
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Statistika dan Perkembangannya Sekitar tahun 1645, seorang ahli matematika amatir, Chevalier de Mere, mengajukan beberapa permasalahan mengenai judi yang sifatnya untung-untungan dan cenderung penuh dengan kegiatan ramal-meramal kepada seorang ahli matematika Prancis Blaise Pascal (1623-1662). Pascal tertarik dengan permasalahan tersebut dan kemudian mengadakan korespondensi dengan ahli matematika Prancis lainnya Piere de Fermat (1601-1665) dan keduanya mengembangkan cikal bakal teori peluang. Begitu dasar-dasar peluang ini dirumuskan maka dengan cepat bidang telaahan ini berkembang. Peluang merupakan dasar dari teori statistika. Konsep statistika dikaitkan dengan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Abraham Demoirvre (1667-1754) mengembangkan teori kekeliruan, Piere Simon de Laplace (1749-1827) mengembangkan konsep distribusi dan menemukan distribusi normal, sebuah konsep yang mungkin paling umum dan paling banyak dipergunakan dalam analisis statistika disamping teori peluang. Distribusi lain, yang tidak berupa kurva normal kemudian juga ditemukan Francis Galton (1822-1911) dan Karl Pearson (1857-1936). Simpangan baku dan galat baku untuk rata-rata dikembangkan Karl Friedrich Gauss (1777-1855). Pearson melanjutkan konsep-konsep Galton dan menemukan konsep regresi, korelasi, distribusi chi-kuadrat dan analisis statistika. Ronald Alylmer Fisher (1890-1962) mengembangkan analisis varians dan kovarians, distribusi-z, distribusi-t, dan uji signifikan. Demikianlah statistika berkembang dengan cepat. Di Indonesia sendiri kegiatan yang sangat meningkat dalam bidang penelitian, baik merupakan kegiatan akademik maupun untuk pengambilan keputusan memberikan momentum yang baik untuk pengembangan statistika itu sendiri. Dari hasil penelitian maupun pengamatan, baik yang dilakukan khusus ataupun berbentuk laporan, sering diminta atau diinginkan suatu uraian, penjelasan atau kesimpulan tentang persoalan yang diteliti. Sebelum kesimpulan dibuat, keterangan atau data yang telah terkumpul itu terlebih dahulu dipelajari, dianalisis atau dioalah dan berdasarkan pengolahan inilah baru kesimpulan dibuat. Tentulah mudah dimengerti bahwa pengumpulan data atau keterangan, pengolahan dan pembuatan kesimpulan harus dilakukan dengan baik, cermat, teliti, hati-hati, mengikuti cara- cara dan teori yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini semua ternyata merupakan pengetahuan tersendiri yang diberi nama statistika. Jadi statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan data, dan penganalisisannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan (Sudjana, 2005). B. Statistika Sebagai Sarana Berpikir Induktif Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua pernyataan ilmiah adalah bersifat faktual, dimana konsekuensinya dapat diuji baik dengan jalan mempergunakan pancaindera, maupun dengan mempergunakan alat-alat yang membantu pancaindera tersebut. Pengujian secara empiris merupakan salah satu mata rantai dalam metode ilmiah. Kalau kita telaah lebih mendalam maka pengujian merupakan suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan. Sekiranya hipotesis itu didukung oleh fakta-fakta empiris maka pernyataan hipotesis tersebut diterima atau disahkan kebenarannya. Sebaliknya jika hipotesis tersebut bertentangan dengan kenyataan maka hipotesis itu ditolak. Pengujian mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Umpamanya jika kita ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata anak umur 10 tahun disebuah tempat maka nilai tinggi rata-rata yang dimaksudkan itu merupakan sebuah kesimpulan umum yang ditarik dalam kasus-kasus anak umur 10 tahun di tempat itu. Jadi dalam hal ini kita menarik kesimpulan berdasarkan logika induktif. Penarikan kesimpulan induktif pada hakikatnya berbeda dengan penarikan kesimpulan secara deduktif. Dalam penalaran deduktif kesimpulan yang ditarik adalah benar jika premis-premis yang dipergunakan adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah. Sedangkan dalam penalaran induktif meskipun premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah maka kesimpulan itu belum tentu benar. Yang dapat kita katakan adalah bahwa kesimpulan itu mempunyai peluang untuk benar. Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menghitung tingkat peluang dengan eksak. Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum. Jika kita ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di Indonesia, umpamanya, lalu bagaimana caranya kita mengumpulkan data untuk sampai pada kesimpulan tersebut? Tentu saja dalam hal ini maka hal yang paling logis adalah dengan jalan melakukan pengukuran tinggi badan terhadap seluruh anak umur 10 tahun di Indonesia. Pengumpulan data seperti ini tak diragukan lagi akan memberikan kesimpulan mengenai tinggi rata-rata anak tersebut di negara kita. Namun kegiatan seperti ini menghadapkan kita kepada masalah lain yang tak kurang rumitnya, yakni kenyataan bahwa dalam pelaksanaannya kegiatan seperti itu membutuhkan tenaga, biaya, dan waktu yang banyak sekali. Dapat dibayangkan betapa kegiatan pengujian hipotesis akan mengalami hambatan yang sukar dapat diatasi sekiranya proses pengujian tersebut harus dilakukan dengan pengumpulan data seperti itu. Hal ini akan menjadikan kegiatan ilmiah menjadi suatu yang sangat mahal yang mengakibatkan penghalang bagi kemajuan bidang keilmuan. Untunglah dalam hal ini statistika memberikan sebuah jalan keluar. Statistika memungkinkan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Jadi untuk mengetahui tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di Indonesia kita tidak akan melakukan pengukuran terhadap seluruh anak yang berumur tersebut di seluruh Indonesia namun cukup hanya dengan jalan melakukan pengukuran terhadap sebagian anak saja sebagai contoh yang representatif dari keseluruhan populasi. Tentu saja penarikan kesimpulan seperti ini tidak akan selalu seteliti kesimpulan yang ditarik berdasarkan sensus. Namun yang perlu dipahami bahwa dalam penelaahan keilmuan, dimana teori keilmuan tidak ditujukan kearah penguasaan pengetahuan yang bersifat absolut, sesuatu yang tidak mutlak teliti namun dapat dipertanggungjawabkan adalah sudah memenuhi syarat. Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan secara induktif berdasarkan peluang tesebut. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada pokoknya didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut begitu pula sebaliknya. Karakteristik ini memungkinkan kita untuk memilih dengan seksama tingkat ketelitian yang dibutuhkan sesuai dengan hakikat permasalahan yang dihadapi. Tiap permasalahan membutuhkan tingkat ketelitian yang berbeda-beda. Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar- benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Terlepas dari semua itu maka dalam penarikan kesimpulan secara induktif kekeliruan memang tidak bisa dihindarkan. Dalam kegiatan pengumpulan data kita terpaksa mendasarkan diri kepada berbagai alat yang pada hakikatnya juga tidak terlepas dari cacat yang berupa ketidaktelitian dalam pengamatan. Pancaindera manusia sendiri tidak sempurna yang bisa mengakibatkan berbagai kesalahan, demikian juga dengan alat-alat yang digunakan. Diatas semua ini statistika memberikan sifat yang pragmatis kepada penelaahan keilmuan, dimana dalam kesadaran bahwa suatu kebenaran absolut tidak mungkin dicapai, kita berpendirian bahwa suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan dapat diperoleh. Statistika merupakan sarana berfikir yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka ststistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakterisrtik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan. Sekiranya terdapat seorang gila dalam sepuluh orang yang kebetulan berkumpul bersama-sama maka berdasarkan akal sehat kemungkinan besar yang seorang itulah yang akan disebut orang gila. Meskipun tentu saja, penilaian orang tidak selalu sama.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan data, dan penganalisisannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan. Konsep statistika dikaitkan dengan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Prancis Blaise Pascal (1623- 1662 dan Piere de Fermat (1601-1665) keduanya mengembangkan cikal bakal teori peluang. Begitu dasar-dasar peluang ini dirumuskan maka dengan cepat bidang telaahan ini berkembang dan teori peluang inilah merupakan dasar dari teori statistika. 2. Statistika merupakan sarana berfikir yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka ststistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakterisrtik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut B. Saran 1. Mereka yang berkecimpung dalam kegiatan ilmiah sebaiknya harus dibekali dengan penguasaan ststistika yang cukup agar kesimpulan yang ditariknya merupakan kesimpulan ilmiah yang sah. 2. Untuk mempercepat perkembangan kegiatan keilmuan di negara kita maka penguasaan berfikir induktif dengan statistika sebagai sarana berpikirnya harus mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh.
DAFTAR PUSTAKA Jujun, S Suriasumantri, (1999), Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Edisi Keenam, Tarsito, Bandung.