Anda di halaman 1dari 3

MATA KULIAH KESPRO REMAJA

Kebijakan Peraturan Pemerintah Tentang Aborsi


(PP RI omor !" Tahun #$"% Tentang Kesehatan Re&ro'uksi(
ur Ra)hmatur Rauu*ah
PM + "",#",$-!
Peminatan Kesehatan Re&ro'uksi
Program Stu'i Kesehatan Mas.arakat
Seko/ah Tinggi I/mu Kesehatan Jen'era/ Ahma' 0ani 1imahi
#$"%
Ana/isis Kebijakan PP Aborsi
Setiap kebijakan yang dihasilkan pasti akan menimbulkan pro dan kontra, tidak
terkecuali dengan PP No. 61 tahun 2014 tentang esehatan !eproduksi. PP ini
mengindikasikan adanya pelegalan aborsi, misalnya, pada pasal "1 ayat 1 disebutkan bah#a
tindakan aborsi hanya dapat dilakukan berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan
kehamilan akibat perkosaan. $an, ayat 2 disebutkan bah#a tindakan aborsi akibat perkosaan
sebagaimana dimaksud pada ayat %1& huru' b hanya dapat dilakukan apabila usia kehamilan
paling lama 40 hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir. Pasal tersebut membolehkan
praktek aborsi bagi perempuan yang hamil akibat perkosaan selain mereka yang
diindikasikan memiliki kedaruratan medis, meliputi( %a& kehamilan yang mengancam
nya#a dan kesehatan ibu) %b& kehamilan yang mengancam nya#a dan kesehatan janin,
termasuk yang menderita penyakit genetik berat dan*atau cacat ba#aan maupun yang
tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan.
$alam hal ini Pemerintah sebaiknya melakukan peninjauan kembali dan
membatalkan atau menarik kembali demi menghindarkan praktik aborsi yang dilakukan
sebagian masyarakat, bahkan tenaga medis yang cenderung pragmatis dan permisi'. +ika
tidak, maka praktik aborsi bisa merajalela, terutama di kalangan remaja yang selama ini
telah dikha#atirkan semakin banyak yang melakukan hubungan seksual bebas, karena
seharusnya pelegalan aborsi bukan hanya dilihat dari sisi normati'nya saja tapi juga dilihat
dari pengkajian 'akta kondisi masyarakat.
Secara normati', memang ada di antara kalangan ulama yang membolehkan aborsi
pada usia kehamilan di ba#ah 40 hari. Namun 'akta masyarakat sekarang yang didominasi
gaya hidup bebas seharusnya juga menjadi pertimbangan. ,ni umum dan banyak diketahui
bah#a dalam kehidupan masyarakat sekarang yang sudah didominasi gaya hidup serba
boleh %bebas&, PP ini memungkinkan disalahgunakan oleh pelaku per-inaan untuk
melegalkan aborsi hasil kemaksiatannya yang ujungnya akan membuat seks bebas semakin
marak. $engan PP ini juga memberi peluang ehamilan .ak $iinginkan %.$& lainnya
untuk menggugurkan kandungannya, seperti gagal /, kehamilan yang dianggap
menghambat karier dan kerja untuk menuntut legalisasi aborsi, sebagaimana yang sudah
terjadi di negara0negara liberal lain.
/erdasarkan hal tersebut, cukup beralasan kalau banyak kalangan masyarakat yang
menolak peraturan tersebut karena tanpa ada peraturan yang melegalisasi saja sudah banyak
kasus aborsi di negeri ini, apalagi kalau dilegalkan. 1alaupun peraturan tersebut hanya
diperuntukkan untuk korban perkosaan bukan tidak mungkin akan disalahgunakan oleh
pihak0pihak yang berkepentingan untuk melakukan praktek aborsi.
1alaupun pilihan untuk melakukan aborsi bagi korban pemerkosaan adalah sebagai
upaya untuk menghormati hak asasi perempuan korban kekerasan seksual serta untuk
melindungi perempuan korban perkosaan, lebih penting bagi pemerintah untuk memberikan
2mental reco3ery4 bagi korban dan melakukan penegakan hukum yang tegas bagi pelaku
pemerkosaan. 5ental reco3ery yang dimaksudkan adalah yang berbasis pada sistem ,slam,
di mana para korban bukan hanya disembuhkan secara psikis %keji#aan& tapi juga dibina
dengan pemahaman ,slam yang akan menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan. 6ukum
yang tegas bagi pelaku perkosaan hanya berasal dari sistem ,slam. ,slam satu0satunya sistem
yang terbukti melindungi kehormatan masyarakat dan kemulian perempuan. ehormatan
perempuan pun semakin terjaga dengan keberadaan lembaga pengadilan yang bersikap
tegas dan adil berdasarkan syariah ,slam untuk menghukum siapa pun yang merusak dan
melecehkan kehormatannya.
ita berharap pemerintah berkehendak menge3aluasi atau menelaah kembali
pasal0pasal yang melegalkan aborsi agar tidak sampai memunculkan penolakan terhadap
PP tersebut. 73aluasi dimaksud tentunya melibatkan dan mengakomodasi saran dan
usulan dari pihak0pihak terkait, termasuk ,$, dan ormas0ormas keagamaan. 73aluasi
yang dapat berujung pada re3isi, penundaan, atau bahkan pembatalan atas PP Nomor
61*2014 itu. Sebab masalah aborsi pada hakikatnya identik dengan pembunuhan,
penghilangan hak hidup anak dan hal ini merupakan masalah sensiti' keagamaan dan
kemanusiaan. arena di dunia medis sendiri, dikenal istilah emergency contraception atau
kontrasepsi darurat. 8$engan kontrasepsi darurat, kehamilan pascaperkosaan bisa dicegah.
$an itu bentuknya obat, diminumkan beberapa jam sejak kejadian.

Anda mungkin juga menyukai