Anda di halaman 1dari 34

6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori
2.1.1. Model Pembelajaran
2.1.1.1.Pengertian Model Pembelajaran
1. Pembelajaran
Pembelajaran sama dengan proses belajar mengajar. Dalam
konteks pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu guru
dan peserta didik yang saling berinteraksi. Pembelajaran
didefinisikan sebagai pengorganisasian atau penciptaan atau
pengatahuan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang
memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik.

2. Model Pembelajaran
a. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar. (Syaiful Sagala, 2005 dalam
Indrawati dan Wanwan Setiawan 2009: 27).
7



b. Secara luas, Joyce dan weil (2000: 13) dalam Indrawati dan
Wanwan Setiawan (2009: 27) mengemukakan bahwa model
pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang
menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus,
rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku
pelajaran, program multimedia, dan bantuan belajar melalui
program komputer.

2.1.2. Model Pembelajaran Inkuiri (I nquiry)
Indrawati (1999: 9) dalam Trianto (2007: 134) menyatakan, bahwa
suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila
diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk
rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model
pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berpikir
dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi.
Menurut Downey (1967) dalam Joyce (1992: 107) dalam Trianto (2007:
134) menyatakan:
The core of good thinking is the ability to solve problems. The
essence of problem solving is the ability to learn in puzzling
situations. Thus, in the school of these particular dreams,
learning how to learn pervades what is the taught, how it is
taught, and the kind of place in which it is taught.
8



Pernyataan di atas menunjukkan bahwa inti dari berpikir yang
baik adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Dasar dari
pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi
proses berpikir. Dengan demikian, hal ini dapat diimplementasikan
bahwa kepada siswa hendaknya diajarkan bagaiman belajar yang
meliputi apa yang diajarkan, bagaimana hal itu diajarkan, jenis kondisi
belajar, dan memperoleh pandangan baru. Salah satu yang termasuk
dalam model pemrosesan informasi adalah model inkuiri.

2.1.2.1.Pengertian Pembelajaran Inkuiri (I nquiry)
Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto (1993: 193) dalam
Trianto (2007: 135), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian
dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang
digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry,
berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu
proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami
informasi. Gulo (2002) dalam Trianto (2007: 135) menyatakan strategi
inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran
utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara
9



maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan
secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3)
mengembangan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang
ditemukan dalam proses inkuiri.
Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri
bagi siswa adalah:
(1) Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa
berdiskusi;
(2) Inkuiri berfokus pada hipotesis; dan
(3) Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peran guru adalah sebagai
berikut:
(1) Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah
berpikir.
(2) Fasilitator, menunjukan jalan keluar jika siswa mengalami
kesulitan.
(3) Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.
(4) Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
(5) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
(6) Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
(7) Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
10



Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara
langsung kedalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat.
Hasil penelitian Schlenker, dalam Joyce dan Weil (1992: 198) dalam
Trianto (2007: 136), menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat
meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan
siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.

2.1.2.2.Proses Inkuiri
Gulo (2002) dalam Trianto (2007: 137) menyatakan, bahwa inkuiri
tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh
potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan
inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari perumusan masalah,
merumuskan hipotesis, pengumpulan data, menganalisis data, dan
membuat kesimpulan.

2.1.2.3.Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri (I nquiry)
Gulo (2002) dalam Trianto (2007: 137) menyatakan, bahwa
kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri
adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan
Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan
diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas,
11



pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa
diminta untuk merumuskan hipotesis.
b. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi
permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan
proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai
hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah
satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
c. Mengumpulkan Data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan
data. Data yang dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik.
d. Analisis Data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah
dirumuskan dengan menganalisis data yang diperoleh. Faktor
penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran benar atau
salah. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa
dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata
hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai
dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
e. Membuat Kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat
kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
12



Berdasarkan tahapan-tahapan pembahasan dan menurut para
ahli di atas mengenai model pembelajaran inkuiri maka dapat
disimpulkan bahwa, model pembelajaran inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri.

2.1.2.4.Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Suchman
Berdasarkan uraian pembelajaran inkuiri umum, kita dapat melihat
bahwa waktu dan sumber yang tersedia merupakan permasalahan dalam
pembelajaran. Menanggapai permasalahan ini, Richard Suchman
mengembangkan suatu pembelajaran inkuiri yang telah dimodifikasi.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suchman tentang model
inkuiri ini menunjukkan bahwa keterampilan inkuiri siswa meningkat
dan motivasi belajarnya juga meningkat.
Dahlan (1990: 35) dalam Trianto (2007: 139) menyatakan bahwa
Suchman berkeyakinan bahwa siswa akan lebih menyadari tentang
proses penyelidikannya dan mereka dapat diajarkan tentang prosedur
ilmiah secara langsung. Selanjutnya, Suchman berpendapat tentang
pentingnya membawa siswa pada sikap bahaw semua pengetahuan
13



bersifat tentatif. Joyce (1992: 199) dalam Trianto (2007: 139)
menyatakan, bahwa teori Suchman dapat dijabarkan sebagai berikut.
(1) Mengajak siswa membayangkan seakan-akan dalam kondisi yang
sebenarnya.
(2) Mengidentifikasi komponen-komponen yang berada di sekelilig
kondisi tersebut.
(3) Merumuskan permasalahan dan membuat hipotesis pada kondisi
tersebut.
(4) Memperoleh data dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan
dan jawabannya ya atau tidak.
(5) Membuat kesimpulan dari data-data yang diperolehnya.

Pembelajaran inkuiri dengan metode Suchman menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada siswa sebagai alternatif
untuk prosedur pengumpulan data.
Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh Kardi (2003c: 10) dalam
Trianto (2007: 139) mempunyai dua kelebihan, yaitu:
(1) Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan.
Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus
inkuiri dengan cepat, dan dengan pelatihan mereka akan terampil
melakukan inkuiri.
(2) Lebih efektif dalam semua bidang di dalam kurikulum.
14



Perbedaan utama antara inkuiri Suchman dengan inkuiri umum
adalah pada proses pengumpulan data. Suchman mengembangkan suatu
metode penemuan baru yang menuntun siswa mengumpulkan data
melalui bertanya.

2.1.2.5.Struktur Sosial Pembelajaran
Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaan-pertanyaan harus
berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga
adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau lebih siswa
yang bekerja sama dalam berpikir dan bertanya, akan lebih baik hasilnya
jika disbanding bila siswa bekerja sendiri

2.1.2.6.Peran Guru
Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor pertanyaan
siswa untuk mencegah agar proses inkuiri, tidak sama dengan permainan
tebakan. Hal ini memerlukan dua aturan penting, yaitu:
(1) Pertanyaan harus dapat dijawab ya atau tidak dan harus diucapkan
dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan
melakukan pengamatan.
15



(2) Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak
mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan tersebut, tetapi
mengarahkan siswa untuk menemukan jawabannya sendiri.

2.1.2.7.Sintaks Pembelajaran Inkuiri
Dalam meningkat konsep, misalnya konsep IPA Biologi pokok
bahasan saling ketergantungan pada siswa tidak cukup hanya sekedar
ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi
kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan
konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan
guru.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan
mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh
Eggen & Kauchak (1996) dalam Trianto (2007: 141) Adapun tahapan
pembelajaran inkuiri sebagai berikut.

Tabel 2.1
Tahap Pembelajaran Inkuiri

Fase

Perilaku Guru
1. Menyajikan pertanyaan
atau masalah
Guru membimbing siswa mengidentifikasi
masalah dituliskan di papan tulis. Guru
membimbing siswa dalam kolompok
2. Membuat hipotesis
Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk curah pendapat dalam membentuk
16



hipotesis. Guru membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang relevan dengan
permasalahan dan memprioritaskan hipotesis
mana yang menjadi prioritas penyelidikan
3. Merancang precobaan
Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai
dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru
membimbing siswa mengurutkan langkah-
langkah percobaan
4. Melakukan percobaan
untuk memperoleh
informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan
informasi melalui percobaan
5. Mengumpulkan dan
menganalisis data
Guru memberikan kesempatan pada tiap
kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terkumpul
6. Membuat kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan

Sudjana (1989) dalam Trianto (2007: 142) menyatakan, ada lima
tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri yaitu:
(1) Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa
(2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah
hipotesis
(3) Mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk
menjawab hipotesis atau permasalahan
(4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi dan
(5) Mengaplikasikan kesimpulan.
17



2.1.2.8.Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajarn Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajarn yang
tergolong baru di dunia pendidikan khususnya di Indonesia. Oleh karena
itu model pembelajarn inkuiri memiliki beberapa keunggulan dan juga
memiliki kelemahan antara lain:
a. Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui model
ini dianggap lebih bermakna.
b. Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan belajar
mereka.
c. Merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus
tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Di samping memiliki keunggulan, model pembelajaran ini juga
mempunyai kelemaha, antara lain:

a. Jika menggunakan model pembelajaran ini, maka akan sulit untuk
mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
18



b. Strategi ini suli dalam merencanakan pembelajaran oleh karena
terbentuk dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan
waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya
dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswa menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran ini
sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

Dari uraian di atas yang telah dikemukakan oleh para ahli,
dapat disimpilkan bahwa sasaran utama kegiatan pembelajaran
inkuiri adalah: (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses
kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis
pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya
pada diri tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Dan
dalam langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
(1) Mengajukan Pertanyaan atau Permasalah; (2) Membuat
Hipotesis; (3) Mengumpulkan Data; (4) Analisis Data; dan (5)
Membuat Kesimpulan.


19



2.1.3. Hasil Belajar
2.1.3.1.Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan
suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata
dalam seluruh aspek tingkah laku. Sedangkan menurut (Slameto,
2010: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Baharuddin
dan Wahyuni, N. E, 2007: 13) secara etimologis belajar memiliki
arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini
memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk
mencapai kepandaian atau ilmu.
Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower (Fudyartanto,
2002) dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2008: 13)
belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau
menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat,
menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau
20



menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar
adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
seseorang yang menghasilkan perubahan sebagai peningkatan
dalam kecakapan, sikap, pemahaman, keterampilan dan daya
pikir dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.1.3.2.Ciri-Ciri Belajar
Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan
adanya beberapa ciri belajar, yaitu:
a) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah
laku/change behavior. Ini berarti, bahwa hasil dari belajar
hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya
perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah
laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada
tidaknya hasil belajar.
b) Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa
perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk
waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi,
21



perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang
seumur hidup.
c) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati
pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan
perilaku tersebut bersifat potensial.
d) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau
pengalaman.
e) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat
atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.

2.1.3.3.Prinsip-Prinsip Belajar
Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar,
seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar
berikut (Soekamto dan Winataputra, 1997) dalam (Baharuddin
dan Esa Nur Wahyuni 2008: 13).
1. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar,
bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak
aktif.
2. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
22



3. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat
penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan
selama proses belajar.
4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang
dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.
5. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi
tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

2.1.3.4.Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,
2010: 22). Sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan guru
mengajar dan keberhasilan siswa dalam belajar, setiap akhir
pelajaran diadakan evaluasi belajar yang bertujuan untuk
mengukur keberhasilan proses belajar mengajar. Indikator
kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik
dalam proses belajar mengajar disebut juga dengan hasil belajar.
Hasil adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan
kemajuan murid yang berkenan dengan penguasaan bahan
pelajaran yang disjiakan kepada mereka dan nilai-nilai yang
terdapat di dalam kurikulum.
23



Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat
meningkatkan hasil belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu
guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang dapat terjadi
melalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar
keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang
dicapai siswa.
Horward Kingsley dalam Nana Sudjana (2010: 22)
membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a) keterampilan dan
kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-
cita.
Sedangkan Gagne dalam Nana Sudjana (2010: 22)
membagi lima kategori hasil belajar, yakni: (a) informasi verbal,
(b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan
(e) keterampilan motoris.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom
dalam Nana Sudjana (2010: 22) yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yakni:
(a) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
24



evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat
rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif
tingkat tinggi.
(b) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari
lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi,
penilaian, organisasi, dan internalisasi.
(c) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek
ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b)
keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perceptual, (d)
keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan
kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretative.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.
Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang
paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai
isi bahan pengajaran.
Dari uraian di atas yang telah dikemukakan oleh para ahli
mengenai hasil belajar, dapat disimpilkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan pada kognitif, afektif, dan konatif sebagai
pengaruh pengalaman belajar yang dialami siswa pada suatu unit
atau bab materi tertentu yang telah dipelajari.
25



2.1.3.5.Faktor Faktor Yang Mempengarui Hasil Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi
dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas
hasil belajar.

a. Faktor I nternal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individ.
Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan
psikologis.
1) Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor
ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan
tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya
sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kedua,
keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar
berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia
sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra.
Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan
26



mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam
proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi
segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh
manusia, sehingga manusia dapat mengenali dunia luar.
2) Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar.
Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi
proses belajar adalah:
1. Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui
cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan
hanya berkaitan dengan kualtas otak saja, tetapi juga
organ-organ tubuh tubuh yang lain. Kecerdasan
merupakan faktor psikologis yang paling penting
dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan
kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat
intelegensi seseorang individu, semakin besar
peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar.
27



2. Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan
kegiatan belajar. Menurut para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri
individu yang aktif, mendorong, memberikan arah,
dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994)
dalam ( Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni 2008: 22).
3. Minat
Secara sederhana, minat/interest berarti
kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut
Reber (Ryah, 2003) dalam (Baharuddin dan Esa Nur
Wahyuni 2008: 24), minat bukanlah istilah yang
populer dalam psikologi disebabkan
ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal
lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan,
motivasi, dan kebutuhan.
4. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat
mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap
28



adalah gejala internal yang berdimensi aktif berupa
kecendrungan untuk mereaksi atau merespons
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang,
peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif (Syah, 2003) dalam (Baharuddin dan Esa Nur
Wahyuni 2008: 24-25).
5. Bakat
Faktot psikologis lain yang mempengaruhi
proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat/aptitude didefinisikan sebagai kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah,
2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994)
dalam (Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni 2008: 25)
mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum
yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan
demikia, bakat adalah kemampuan seseorang yang
menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam
proses belajar seseorang.



29



b. Faktor Eksogen/Eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen,
faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses
belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) dalam Baharuddin
dan Esa Nur Wahyuni (2008: 26) menjelaskan bahwa faktor-
faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan
sosial dan faktor lingkungan nasional.
1) Lingkungan Sosial
(a) Lingkungan sosial sekolah, Seperti guru,
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat
menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik
di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi
teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi
pendorong bagi siswa untuk belajar..
(b) Lingkungan sosial masyarakat, Kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi
belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
penganguran dan anak telantar juga dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak
30



siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar,
diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimiliki.
(c) Lingkungan sosial keluarga, Lingkungan ini sangat
mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan
keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga
(letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat
memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
Atau adik yang harmonis akan membantu siswa
melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2) Faktor nonsosial
(a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang
segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak
terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap,
suasana yang sejuk dan dingin. Lingkungan alamiah
tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya,
bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung,
proses belajar siswa akan terhambat.
(b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang
dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware,
31



seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas
belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya.
Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi,
dan lain sebagainya.
(c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).
Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembang siswa, begitu juga dengan metode
mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembanga siswa. Karena itu, agar guru dapat
memberikan kontribusi yang positif terhadap
aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai
materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang
dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

Sangat sudah jelas sekali bahwa tentang pembahasan di
atas menurut para ahli mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dapat disimpulkan bahwa, dalam
proses belajar mengajar terdapat komponen-komponen yang
mempengaruhi diantaranya kurikulum, metode yang digunakan,
sarana prasarana dan lain sebagainya.

32



2.1.4. IPA
2.1.4.1.Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA
diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-
masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu
dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap
lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan
pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan
33



masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk
merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep
IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri
ilmiah/scientific inquiry untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting hidup. Oleh
karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA
di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional
harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam
pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.
Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta
didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan
pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.




34



2.1.4.2.Ruang Lingkup IPA
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006,
menyebutkan bahwa Ruang Lingkup Pelajaran IPA untuk SD/MI
meliputi aspek-aspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia,
hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta
kesehatan
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair,
padat, dan gas
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas,
magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya,
dan benda-benda langit lainnya.

2.1.4.3.Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan mata pelajaran IPA SD dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yaiut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan
keteraturan alam ciptaan-Nya
35



2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-
konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan
IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke
SMP/MTs.

Dari pembahasan di atas sudah nampak jelas bahwa
pembelajaran IPA tidak lepas dari yang namanya kurikulum
yang di dalamnya terkandung Standar Kompetensi (SK),
Kompetensi Dasar (KD), Indikator, dan Tujuan
pembelajaran dan lain sebagainya. IPA di SD/MI
36



merupakan standar minimum yang secara nasional harus
dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam
pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.
Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan
peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja
ilmiah, dan pengetahuan sendiri.

2.2. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan
beberapa penelitan yang ada kaitannya dengan variabel penelitian yang
dilakukan. Menurut Suprijanto (2006) dalam skripsi yang berjudul Penerapan
metode inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada
pembelajaran IPA di SDN Tulus Rejo 4 Magelang. Secara umum ditinjau dari
keaktifan dan hasil belajar siswa melalui penerapan metode inkuiri memperoleh
kemajuan yang lebih baik dibandingkan sebelum menerapkan metode inkuiri.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model inkuiri sangat efektif
untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPA. Hal itu
disebabkan oleh aktivitas siswa dapat timbul dengan sendirinya, seperti
penyampaian pendapat, menemukan sendiri materi pembelajaran dengan
melakukan percobaan, kerja sama, menghargai pendapat sesama teman dalam
berkelompok dan sebagainya.

37



2.3. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai masalah
yang penting.
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam hasil belajar adalah dari faktor
model pembelajaran yang digunakan yang berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa karena model pembelajaran sangat penting dalam keberhasilan seseorang
dalam belajar. Pada pembelajaran inkuiri (inquiry) terjadi kesepakatan antara
siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan
bersama akan disimpulkan bersama. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang
mengarahkan siswa untuk pencapaian tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran inkuiri (inquiry) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Siswa akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena model
pembelajaran ini sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar yang diharapkan. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.




38


















Gambar 2.1
Alur kerangka berpikir

Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan antara kelas kontrol
dan kelas eksperimen dimana kelas kontrol menggunakan model pembelajaran
konvensional yang sudah biasa digunakan dalam kelas sedangkan kelas
eksperimen menggunakan model pembelajaran inkuiri (inquiry). Dalam alat
ukur hasil evaluasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama.
Kelas
Eksperimen
Pretest
Pembelajaran
menggunakan
Model
Pembelajaran
Inkuiri (Inquiry)
Hasil Pretest tidak
boleh ada Perbedaan
yang Signifikan
Pretest
Kelas
Kontrol
Pembelajaran
menggunakan
Model
Pembelajaran
Konvensional
Posttest
Posttest
Uji Hipotesis hasil
Posttest apakah ada
pengaruh yang
signifikan dengan
penggunaan model
pembelajaran inkuiri
(inquiry)
39



Untuk pretest diambil dari alat evaluasi pada kelas uji coba dan hasil pretest
kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan

2.4. Hipotesa Penelitian
Diduga ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri (inquiry)
terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam bagi siswa kelas V semester II
SD Negeri Manggihan Kecamatan Getasan Tahun Pelajaran 2011/2012.

Anda mungkin juga menyukai