Anda di halaman 1dari 6

Pun, sapun kula jurungkeun

Mukakeun turub mandepun


Nyampeur nu dihandeuleumkeun
Teundeun poho nu barto
Nu mangkuk di saung butut
Ukireun dina lalangit
Tataheun di jero iga!
Terjemahan bebas Uga Wangsit Siliwangi.
Prabu Siliwangi berpesan pada warga Pajajaran yang ikut mundur pada waktu beliau
sebelum menghilang :
Perjalanan kita hanya sampai disini hari ini, walaupun kalian semua setia padaku!
Tapi aku tidak boleh membawa kalian dalam masalah ini, membuat kalian susah, ik
ut merasakan miskin dan lapar. Kalian boleh memilih untuk hidup kedepan nanti, a
gar besok lusa, kalian hidup senang kaya raya dan bisa mendirikan lagi Pajajaran
! Bukan Pajajaran saat ini tapi Pajajaran yang baru yang berdiri oleh perjalanan
waktu! Pilih! aku tidak akan melarang, sebab untukku, tidak pantas jadi raja ya
ng rakyatnya lapar dan miskin
Dengarkan! Yang ingin tetap ikut denganku, cepat memisahkan diri ke selatan! Yan
g ingin kembali lagi ke kota yang ditinggalkan, cepat memisahkan diri ke utara!
Yang ingin berbakti kepada raja yang sedang berkuasa, cepat memisahkan diri ke t
imur! Yang tidak ingin ikut siapa-siapa, cepat memisahkan diri ke barat!
Dengarkan! Kalian yang di timur harus tahu: Kekuasaan akan turut dengan kalian!
dan keturunan kalian nanti yang akan memerintah saudara kalian dan orang lain. T
api kalian harus ingat, nanti mereka akan memerintah dengan semena-mena. Akan ad
a pembalasan untuk semua itu. Silahkan pergi!
Kalian yang di sebelah barat! Carilah oleh kalian Ki Santang! Sebab nanti, ketur
unan kalian yang akan mengingatkan saudara kalian dan orang lain. Ke saudara sed
aerah, ke saudara yang datang sependirian dan semua yang baik hatinya. Suatu saa
t nanti, apabila tengah malam, dari gunung Halimun terdengar suara minta tolong,
nah itu adalah tandanya. Semua keturunan kalian dipanggil oleh yang mau menikah
di Lebak Cawn. Jangan sampai berlebihan, sebab nanti telaga akan banjir! Silahkan
pergi! Ingat! Jangan menoleh kebelakang!
Kalian yang di sebelah utara! Dengarkan! Kota takkan pernah kalian datangi, yang
kalian temui hanya padang yang perlu diolah. Keturunan kalian, kebanyakan akan
menjadi rakyat biasa. Adapun yang menjadi penguasa tetap tidak mempunyai kekuasa
an. Suatu hari nanti akan kedatangan tamu, banyak tamu dari jauh, tapi tamu yang
menyusahkan. Waspadalah!
Semua keturunan kalian akan aku kunjungi, tapi hanya pada waktu tertentu dan saa
t diperlukan. Aku akan datang lagi, menolong yang perlu, membantu yang susah, ta
pi hanya mereka yang bagus perangainya. Apabila aku datang takkan terlihat; apab
ila aku berbicara takkan terdengar. Memang aku akan datang tapi hanya untuk mere
ka yang baik hatinya, mereka yang mengerti dan satu tujuan, yang mengerti tentan
g harum sejati juga mempunyai jalan pikiran yang lurus dan bagus tingkah lakunya
. Ketika aku datang, tidak berupa dan bersuara tapi memberi ciri dengan wewangia
n. Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata. Hilang kotanya, hilang n
egaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang
berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! Tapi suatu
saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa diteemukan kembali. Bisa saj
a, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang
sok pintar dan sombong. dan bahkan berlebihan kalau bicara.
Suatu saat nanti akan banyak hal yang ditemui, sebagian-sebagian. Sebab terlanju
r dilarang oleh Pemimpin Pengganti! Ada yang berani menelusuri terus menerus, ti
dak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Diala
h Anak Gembala. Rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi p
ohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau bukan domba,
bukan pula harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potonga
n pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan menemui
banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu jaman yang ja
di sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. setiap waktu akan berula
ng itu dan itu lagi.
Dengarkan! yang saat ini memusuhi kita, akan berkuasa hanya untuk sementara wakt
u. Tanahnya kering padahal di pinggir sungai Cibantaeun dijadikan kandang kerbau
kosong. Nah di situlah, sebuah nagara akan pecah, pecah oleh kerbau bule, yang
digembalakan oleh orang yang tinggi dan memerintah di pusat kota. semenjak itu,
raja-raja dibelenggu. Kerbau bule memegang kendali, dan keturunan kita hanya jad
i orang suruhan. Tapi kendali itu tak terasa sebab semuanya serba dipenuhi dan m
urah serta banyak pilihan.
Semenjak itu, pekerjaan dikuasai monyet. Suatu saat nanti keturunan kita akan ad
a yang sadar, tapi sadar seperti terbangun dari mimpi. Dari yang hilang dulu sem
akin banyak yang terbongkar. Tapi banyak yang tertukar sejarahnya, banyak yang d
icuri bahkan dijual! Keturunan kita banyak yang tidak tahu, bahwa jaman sudah be
rganti! Pada saat itu geger di seluruh negara. Pintu dihancurkan oleh mereka par
a pemimpin, tapi pemimpin yang salah arah!
Yang memerintah bersembunyi, pusat kota kosong, kerbau bule kabur. Negara pecaha
n diserbu monyet! Keturunan kita enak tertawa, tapi tertawa yang terpotong, seba
b ternyata, pasar habis oleh penyakit, sawah habis oleh penyakit, tempat padi ha
bis oleh penyakit, kebun habis oleh penyakit, perempuan hamil oleh penyakit. Sem
uanya diserbu oleh penyakit. Keturunan kita takut oleh segala yang berbau penyak
it. Semua alat digunakan untuk menyembuhkan penyakit sebab sudah semakin parah.
Yang mengerjakannya masih bangsa sendiri. Banyak yang mati kelaparan. Semenjak i
tu keturunan kita banyak yang berharap bisa bercocok tanam sambil sok tahu membu
ka lahan. mereka tidak sadar bahwa jaman sudah berganti cerita lagi.
Lalu sayup-sayup dari ujung laut utara terdengar gemuruh, burung menetaskan telu
r. Riuh seluruh bumi! Sementara di sini? Ramai oleh perang, saling menindas anta
r sesama. Penyakit bermunculan di sana-sini. Lalu keturunan kita mengamuk. Menga
muk tanpa aturan. Banyak yang mati tanpa dosa, jelas-jelas musuh dijadikan teman
, yang jelas-jelas teman dijadikan musuh. Mendadak banyak pemimpin dengan carany
a sendiri. Yang bingung semakin bingung. Banyak anak kecil sudah menjadi bapa. Y
ang mengamuk tambah berkuasa, mengamuk tanpa pandang bulu. Yang Putih dihancurka
n, yang Hitam diusir. Kepulauan ini semakin kacau, sebab banyak yang mengamuk, t
idak beda dengan tawon, hanya karena dirusak sarangnya. seluruh nusa dihancurkan
dan dikejar. Tetapiada yang menghentikan, yang menghentikan adalah orang sebrang
.
Lalu berdiri lagi penguasa yang berasal dari orang biasa. Tapi memang keturunan
penguasa dahulu kala dan ibunya adalah seorang putri Pulau Dewata. Karena jelas
keturunan penguasa, penguasa baru susah dianiaya! Semenjak itu berganti lagi jam
an. Ganti jaman ganti cerita! Kapan? Tidak lama, setelah bulan muncul di siang h
ari, disusul oleh lewatnya komet yang terang benderang. Di bekas negara kita, be
rdiri lagi sebuah negara. Negara di dalam negara dan pemimpinnya bukan keturunan
Pajajaran.
Lalu akan ada penguasa, tapi penguasa yang mendirikan benteng yang tidak boleh d
ibuka, yang mendirikan pintu yang tidak boleh ditutup, membuat pancuran ditengah
jalan, memelihara elang dipohon beringin. Memang penguasa buta! Bukan buta pema
ksa, tetapi buta tidak melihat, segala penyakit dan penderitaan, penjahat juga p
encuri menggerogoti rakyat yang sudah susah. Sekalinya ada yang berani mengingat
kan, yang diburu bukanlah penderitaan itu semua tetapi orang yang mengingatkanny
a. Semakin maju semakin banyak penguasa yang buta tuli. memerintah sambil menyem
bah berhala. Lalu anak-anak muda salah pergaulan, aturan hanya menjadi bahan omo
ngan, karena yang membuatnya bukan orang yang mengerti aturan itu sendiri. Wajar
saja bila kolam semuanya mengering, pertanian semuanya puso, bulir padi banyak
yang diselewengkan, sebab yang berjanjinya banyak tukang bohong, semua diberangu
s janji-janji belaka, terlalu banyak orang pintar, tapi pintar kebelinger.
Pada saat itu datang pemuda berjanggut, datangnya memakai baju serba hitam sambi
l menyanding sarung tua. Membangunkan semua yang salah arah, mengingatkan pada y
ang lupa, tapi tidak dianggap. Karena pintar kebelinger, maunya menang sendiri.
Mereka tidak sadar, langit sudah memerah, asap mengepul dari perapian. Alih-alih
dianggap, pemuda berjanggut ditangkap dimasukan kepenjara. Lalu mereka mengacak
-ngacak tanah orang lain, beralasan mencari musuh tapi sebenarnya mereka sengaja
membuat permusuhan.
Waspadalah! sebab mereka nanti akan melarang untuk menceritakan Pajajaran. Sebab
takut ketahuan, bahwa mereka yang jadi gara-gara selama ini. Penguasa yang buta
, semakin hari semakin berkuasa melebihi kerbau bule, mereka tidak sadar jaman m
anusia sudah dikuasai oleh kelakuan hewan.
Kekuasaan penguasa buta tidak berlangsung lama, tapi karena sudah kelewatan meny
engsarakan rakyat yang sudah berharap agar ada mukjizat datang untuk mereka. Pen
guasa itu akan menjadi tumbal, tumbal untuk perbuatannya sendiri, kapan waktunya
? Nanti, saat munculnya anak gembala! di situ akan banyak huru-hara, yang bermul
a di satu daerah semakin lama semakin besar meluas di seluruh negara. yang tidak
tahu menjadi gila dan ikut-ikutan menyerobot dan bertengkar. Dipimpin oleh pemu
da gendut! Sebabnya bertengkar? Memperebutkan tanah. Yang sudah punya ingin lebi
h, yang berhak meminta bagiannya. Hanya yang sadar pada diam, mereka hanya menon
ton tapi tetap terbawa-bawa.
Yang bertengkar lalu terdiam dan sadar ternyata mereka memperebutkan pepesan kos
ong, sebab tanah sudah habis oleh mereka yang punya uang. Para penguasa lalu men
yusup, yang bertengkar ketakutan, ketakutan kehilangan negara, lalu mereka menca
ri anak gembala, yang rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu, yang
rimbun oleh pohon handeuleum dan hanjuang. Semua mencari tumbal, tapi pemuda ge
mbala sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka laha
n baru di Lebak Cawn!
Yang ditemui hanya gagak yang berkoar di dahan mati. Dengarkan! jaman akan berga
nti lagi, tapi nanti, Setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh tujuh gunung. Ri
but lagi seluruh bumi. Orang sunda dipanggil-panggil, orang sunda memaafkan. Bai
k lagi semuanya. Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi, sebab berdiri ratu adil
, ratu adil yang sejati.
Tapi ratu siapa? darimana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan tahu. Sekara
ng, cari oleh kalian pemuda gembala.
Silahkan pergi, ingat jangan menoleh kebelakang!
UGA WANGSIT PRABU SILIWANGI
Naskah asli Uga Wangsit Siliwangi.
Saur Prabu Siliwangi ka balad Pajajaran anu milu mundur dina sateuacana ngahiang
: Lalakon urang ngan nepi ka po ieu, najan dia kabhan ka ngaing pada satia! Tapi n
gaing henteu meunang mawa dia pipilueun, ngilu hirup jadi balangsak, ngilu rudin
bari lapar. Dia mudu marilih, pikeun hirup ka hareupna, supaya engk jagana, jemb
ar senang sugih mukti, bisa ngadegkeun deui Pajajaran! Lain Pajajaran nu kiwari,
tapi Pajajaran anu anyar, nu ngadegna digeuingkeun ku obah jaman! Pilih! ngaing
moal ngahalang-halang. Sabab pikeun ngaing, hanteu pantes jadi Raja, anu somah
sakabhna, lapar ba jeung balangsak.
Darngkeun! Nu dk tetep ngilu jeung ngaing, geura misah ka beulah kidul! Anu hayang
balik deui ka dayeuh nu ditinggalkeun, geura misah ka beulah kalr! Anu dk kumawula
ka nu keur jaya, geura misah ka beulah wtan! Anu moal milu ka saha-saha, geura m
isah ka beulah kulon!
Darngkeun! Dia nu di beulah wtan, masing nyaraho: Kajayaan milu jeung dia! Nya turu
nan dia nu engkna bakal marntah ka dulur jeung ka batur. Tapi masing nyaraho, arin
yana bakal kamalinaan. Engkna bakal aya babalesna. Jig geura narindak!
Dia nu di beulah kulon! Papay ku dia lacak Ki Santang! Sabab engkna, turunan dia
jadi panggeuing ka dulur jeung ka batur. Ka batur urut salembur, ka dulur anu ny
orang saayunan ka sakabh nu rancag di hatna. Engk jaga, mun tengah peuting, ti gunun
g Halimun kadng sora tutunggulan, tah ta tandana; saturunan dia disambat ku nu dk ka
win di Lebak Cawn. Ulah sina talangk, sabab talaga bakal bedah! Jig geura narindak!
Tapi ulah ngalieuk ka tukang!
Dia nu marisah ka beulah kalr, darngkeun! Dayeuh ku dia moal kasampak. Nu ka sampak
ngan ukur tegal baladaheun. Turunan dia, lolobana bakal jadi somah. Mun aya nu
jadi pangkat, tapi moal boga kakawasaan. Arinyana engk jaga, bakal ka seundeuhan
batur. Loba batur ti nu anggang, tapi batur anu nyusahkeun. Sing waspada!
Sakabh turunan dia ku ngaing bakal dilanglang. Tapi, ngan di waktu anu perelu. Ng
aing bakal datang deui, nulungan nu barutuh, mantuan anu sarusah, tapi ngan nu h
ad laku-lampahna. Mun ngaing datang moal kadeuleu; mun ngaing nyarita moal kadng. Mm
ang ngaing bakal datang. Tapi ngan ka nu rancag hatna, ka nu weruh di semu anu sast
u, anu ngarti kana wangi anu sajati jeung nu surti lantip pikirna, nu had laku la
mpahna. Mun ngaing datang; teu ngarupa teu nyawara, tapi mr cr ku wawangi. Ti mimiti
po ieu, Pajajaran leungit ti alam hirup. Leungit dayeuhna, leungit nagarana. Paj
ajaran moal ninggalkeun tapak, jaba ti ngaran pikeun nu mapay. Sabab bukti anu k
ari, bakal ra nu malungkir! Tapi engk jaga bakal aya nu nyoba-nyoba, supaya anu la
leungit kapanggih deui. Nya bisa, ngan mapayna kudu mak amparan. Tapi anu marapay
na loba nu arieu-aing pang pinterna. Mudu ardan heula.
Engk bakal ra nu kapanggih, sabagian-sabagian. Sabab kaburu dilarang ku nu disebut
Raja Panyelang! Aya nu wani ngorhan terus terus, teu ngahiding ka panglarang; ng
orhan bari ngalawan, ngalawan sabari seuri. Nyata budak angon; imahna di birit leu
wi, pantona batu satangtungeun, kahieuman ku handeuleum, karimbunan ku hanjuang.
Ari ngangonna? Lain kebo lain emb, lain mong lain bantng, tapi kalakay jeung tutun
ggul. Inyana jongjon ngorehan, ngumpulkeun anu kapanggih. Sabagian disumputkeun,
sabab acan wayah ngalalakonkeun. Engke mun geus wayah jeung mangsana, baris lob
a nu kabuka jeung rarang mnta dilalakonkeun. Tapi, mudu ngalaman loba lalakon, ang
geus nyorang: undur jaman datang jaman, saban jaman mawa lalakon. Lilana saban j
aman, sarua jeung waktuna nyukma, ngusumah jeung nitis, laju nitis dipinda sukma
.
Darngkeun! Nu kiwari ngamusuhan urang, jaradi rajana ngan bakal nepi mangsa: tanah
bugel sisi Cibantaeun dijieun kandang kebo dongkol. Tah di dinya, sanagara baka
l jadi sampalan, sampalan kebo barul, nu diangon ku jalma jangkung nu tutunjuk di
alun-alun. Ti harita, raja-raja dibelenggu. Kebo bul nyekel bubuntut, turunan ur
ang narik waluku, ngan narikna henteu karasa, sabab murah jaman seubeuh hakan.
Ti dinya, waluku ditumpakan kunyuk; laju turunan urang aya nu lilir, tapi lilirn
a cara nu kara hudang tina ngimpi. Ti nu laleungit, tambah loba nu manggihna. Ta
pi loba nu pahili, aya kabawa nu lain mudu diala! Turunan urang loba nu hanteu e
ngeuh, yn jaman ganti lalakon ! Ti dinya gehger sanagara. Panto nutup di buburak
ku nu ngaranteur pamuka jalan; tapi jalan nu pasingsal!
Nu tutunjuk nyumput jauh; alun-alun jadi suwung, kebo bul kalalabur; laju sampala
n nu diranjah monyt! Turunan urang ngareunah seuri, tapi seuri teu anggeus, sabab
kaburu: warung bak ku monyt, sawah bak ku monyt, leuit bak ku monyt, kebon bak ku mo
, sawah bak ku monyt, cawn rareuneuh ku monyt. Sagala-gala diranjah ku monyt. Turunan
urang sieun ku nu niru-niru monyt. Panarat dicekel ku monyet bari diuk dina bubun
tut. Walukuna ditarik ku turunan urang keneh. Loba nu paraeh kalaparan. ti dinya
, turunan urang ngarep-ngarep pelak jagong, sabari nyanyahoanan maresk caturangga
. Hanteu arengeuh, yn jaman geus ganti deui lalakon.
Laju hawar-hawar, ti tungtung sagara kalr ngaguruh ngagulugur, galudra megarkeun
endog. Gnjlong saamparan jagat! Ari di urang ? Ram ku nu mangpring. Pangpring sabu
luh-buluh gading. Monyt ngumpul ting rumpuyuk. Laju ngamuk turunan urang; ngamukn
a teu jeung aturan. loba nu parah teu boga dosa. Puguh musuh, dijieun batur; pugu
h batur disebut musuh. Ngadak-ngadak loba nu pangkat nu marntah cara nu dan, nu bi
ngung tambah baringung; barudak satepak jaradi bapa. nu ngaramuk tambah rosa; ng
amukna teu ngilik bulu. Nu barodas dibuburak, nu harideung disieuh-sieuh. Mani s
ahng buana urang, sabab nu ngaramuk, henteu beda tina tawon, dipalngpng keuna sayan
gna. Sanusa dijieun jagal. Tapi, kaburu aya nu nyapih; nu nyapihna urang sabrang
.
Laju ngadeg deui raja, asalna jalma biasa. Tapi mmang titisan raja. Titisan raja
baheula jeung biangna hiji putri pulo Dewata. da puguh titisan raja; raja anyar
hs apes ku rogahala! Ti harita, ganti deui jaman. Ganti jaman ganti lakon! Iraha?
Hanteu lila, anggeus tmbong bulan ti beurang, disusul kaliwatan ku bntang caang ng
agenclang. Di urut nagara urang, ngadeg deui karajaan. Karajaan di jeroeun karaj
aan jeung rajana lain teureuh Pajajaran.
Laju aya deui raja, tapi raja, raja buta nu ngadegkeun lawang teu beunang dibuka
, nangtungkeun panto teu beunang ditutup; nyieun pancuran di tengah jalan, miara
heulang dina caringin, da raja buta! Lain buta duruwiksa, tapi buta henteu neul
eu, buaya eujeung ajag, ucing garong eujeung monyt ngarowotan somah nu susah. Sak
alina aya nu wani ngageuing; nu diporog mah lain satona, tapi jelema anu nglingan
. Mingkin hareup mingkin hareup, loba buta nu baruta, naritah deui nyembah berha
la. Laju bubuntut salah nu ngatur, panarat pabeulit dina cacadan; da nu ngawaluk
una lain jalma tukang tani. Nya karuhan: tarat hp sawarh, kembang kapas hapa buahna;
buah par loba nu teu asup kana aseupan.. Da bonganan, nu ngebonna tukang barohong
ina ngan wungkul jangji; nu palinter loba teuing, ngan pinterna kabalinger.
Ti dinya datang budak janggotan. Datangna sajamang hideung bari nyorn kanron butut
, ngageuingkeun nu keur sasar, nglingan nu keur paroho. Tapi henteu diwararo! Da
pinterna kabalinger, hayang meunang sorangan. Arinyana teu areungeuh, langit ang
geus semu beureum, haseup ngebul tina pirunan. Boro-boro dk ngawaro, malah budak
nu janggotan, ku arinyana ditwak diasupkeun ka pangbrokan. Laju arinyana ngawut-ng
awut dapur batur, majarkeun nangan musuh; padahal arinyana nyiar-nyiar pimusuheun
.
Sing waspada! Sabab engk arinyana, bakal nyaram Pajajaran didongngkeun. Sabab sari
euneun kanyahoan, saenyana arinyana anu jadi gara-gara sagala jadi dangdarat. Bu
ta-buta nu baruta; mingkin hareup mingkin bedegong, ngaleuwihan kebo bul. Arinyan
a teu nyaraho, jaman manusa dikawasaan ku sato!
Jayana buta-buta, hanteu pati lila; tapi, bongan kacarida teuing nyangsara ka so
mah anu pada ngarep-ngarep caringin reuntas di alun-alun. Buta bakal jaradi wada
l, wadal pamolahna sorangan. Iraha mangsana? Engk, mun geus tmbong budak angon! Ti
dinya loba nu ribut, ti dapur laju salembur, ti lembur jadi sanagara! Nu barodo
jaradi glo marantuan nu garelut, dikokolotan ku budak buncireung! Matakna garelu
t? Marebutkeun warisan. Nu hawek hayang loba; nu boga hak marnta bagianana. Ngan
nu arling caricing. Arinyana mah ngalalajoan. Tapi kabarrang.
Nu garelut laju rareureuh; laju kakara arengeuh; kabh g taya nu meunang bagian. Sa
bab warisan sakabh bak, bakna ku nu nyarekel gadan. Buta-buta laju nyarusup, nu gare
lut jadi kareueung, sarieuneun ditempuhkeun leungitna nagara. Laju narangan budak
angon, nu saungna di birit leuwi nu pantona batu satangtung, nu dihateup ku han
deuleum ditihangan ku hanjuang. Naranganana budak tumbal. sejana dk marnta tumbal.
Tapi, budak angon enggeus euweuh, geus narindak babarengan jeung budak anu jangg
otan; geus mariang pindah ngababakan, parindah ka Lebak Cawn!
Nu kasampak ngan kari gagak, keur ngelak dina tutunggul. Darngkeun! Jaman bakal ga
nti deui. tapi engk, lamun Gunung Ged anggeus bitu, disusul ku tujuh gunung. Gnjlon
g deui sajajagat. Urang Sunda disarambat; urang Sunda ngahampura. Had deui sakabha
nana. Sanagara sahiji deui. Nusa Jaya, jaya deui; sabab ngadeg ratu adil; ratu a
dil nu sajati.
Tapi ratu saha? Ti mana asalna ta ratu? Engk og dia nyaraho. Ayeuna mah, siar ku di
a ta budak angon!
Jig geura narindak! Tapi, ulah ngalieuk ka tukang!

Anda mungkin juga menyukai