Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL ANALISIS DAMPAK

KESEHATAN LINGKUNGAN


ANALISIS DAMPAK LIMBAH INDUSTRI KARET PT.
SUMBER DJATIN
Dosen Pengampu : Aryanto Purnomo, SKM, M.Kes



Disusun oleh :
Kelompok 1
Amelia Ardhanty
Arnisa Fitriana
Efsilon Eridany
Mastri Yanti
Muhammad Ikhlas Arif Dermawan
Muhammad Nurdin
Muhammad Yunus
Rini Amini
Vivi Andriani


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D-IV

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah merupakan hasil sisa dari sebuah proses yang tidak dapat
digunakan kembali, apabila limbah ini terlalu banyak dilingkungan maka akan
berdampak pada pencemaran lingkungan dan berdampak pada kesehatan
masyarakat sekitar. Limbah dibagi menjadi dua bagian sumber yaitu limbah yang
bersumber domestik (limbah rumah tangga) dan limbah yang berasal dari non-
domestik (pabrik, industri dan limbah pertanian). Bahan-bahan yang termasuk dari
limbah harus memiliki karakteristik diantaranya adalah mudah meledak, mudah
terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif dan lain-
lain.
Berdasarkan peraturan pemerintah, menyebutkan bahwa setiap organisasi
ataupun perusahaan yang menghasilkan air limbah dengan konsentrasi dan
volume (debit) melebihi baku mutu air limbah yang telah ditetapkan diwajibkan
untuk melakukan pengolahan air limbah sebelum air limbah tersebut dibuang ke
sungai. Selain itu peraturan pemerintah juga menyebutkan bahwa peraturan-
peraturan terkait seperti Peraturan Pemerintah tentang pengelolaan lingkungan
hidup, Peraturan Menteri Lingkungan hidup tentang AMDAL dan UKL-UPL,
limbah B3 serta Peraturan Gubernur tentang Baku Mutu Air Limbah dan praturan
lainnya sebagai acuan (Sumada, 2012).
Berdasarkan peraturan terbut sehingga semua kegiatan ataupun usaha yang
menghasilkan limbah diwajibkan untuk melalukan pengelolaan terlebih dahulu
supaya limbah yang dikeluarkan ke saluran pembuangan bersifat aman bagi
semua makhluk hidup (Sumada, 2012).
bahan yang dikandung dalam limbah tersebut. Berbagai jenis penyakit
yang dapat terjadi karena limbah berbahaya adalah penyakit pneumoniosis,
silicosis, byssinosis, siderosis, talkosis dan berbagai jenis keracunan lainnya.
Penyakit-penyakit yang ditimbulkan dari limbah berbahaya dapat bersifat akut dan
kronis. Terutama limbah berbahaya toksis, dimana proses reaksinya sangat
kompleks.
Dalam pembuangan limbah domestik maupun non-domestik di daerah
pemukiman sebaiknya dilakukan penataan ulang lokasi pembuangan limbah, agar
aliran limbah dari masing-masing pemukiman penduduk dapat terkoordinasi
dengan baik, dan tidak menimbulkan penyakit yang meresahkan kehidupan
penduduk sekitar.
Salah satu industri yang erat hubungannya dengan masalah lingkungan
adalah industri karet. Kebutuhan bahan baku karet tersebut dipenuhi oleh petani
karet berupa bahan olah karet berbentuk kepingan atau batangan balok, dari
proses pengolahan karet tersebut menghasilkan limbah cair yang banyak
mengandung senyawa organik. Pengendalian pencemaran yang ditimbulkan oleh
limbah karet perlu mendapat perhatian yang serius untuk dipelajari dan diteliti
agar tingkat pencemaran limbah yang dibuang keperairan berada dibawah baku
mutu lingkungan (BML) yang telah ditetapkan. Hal ini memerlukan penanganan
yang terpadu antara pihak pemerintah, industri dan masyarakat, dan juga
diperlukan teknologi pengolahan limbah karet yang murah dan mudah dalam
penanganannya, seperti melalui proses aerasi dan koagulasi.
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan
kunjungan ke salah satu industri karet yaitu PT. Sumber Djatin kelurahan
Siantan Tengah kecamatan Pontianak Utara untuk melihat dan menilai apakah
hasil pengolahan limbah hasil industri karet tersebut memenuhi syarat Baku Mutu
Lingkungan untuk di buang keperairan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, pokok permasalahan yang dapat
dirumuskan
1.3 Tujuan
2.1 Tujuan umum
Untuk menganalisis ]
2.2 Tujuan khusus
1. Untuk menganalisis kegiatan produksi, bahan baku, keluaran limbah
dan karakteristik
2. Untuk menganalisis BOD/COD limbah industri karet PT. Sumber
Djatin kelurahan Siantan Tengah kecamatan Pontianak Utara
sebelum diolah, sesudah diolah dan sesudah masuk ke badan air.
3. Untuk menganalisis perilaku pekerja industri karet PT. Sumber
Djatin kelurahan Siantan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumber Limbah Industri Karet
Apabila dilihat dari tahapan poduksi
1. Makin kotor bahan karet olahan akan makin banyak air yang diperlukan
untuk proses pembersihannya, sehingga debit limbah cairpun meningkat.
2. Makin kotor dan makin tinggi kadar air dari bahan baku karet olahan, akan
makinmudah terjadinya pembusukan, sehingga kuantitas limbah gas/bau
pun meningkat.
3. Bahan baku karet olahan yang \
Bahan baku olahan karet rakyat bahan baku karet rakyat berbentuk
koagulum (bongkahan) yang telah dibubuhi asam semut dan banyak mengandung
air dan unsur pengotor dari karet baik disengaja maupun tidak disegaja oleh kebun
rakyat. Sumber limbahnya antara lain:
a. Penyimpanan koagulum
b. Sebelum produksi terlebih dulu karet disempot air sehingga menghasilkan
limbah
c. Pencacahan koagulum lalu di cuci dengan air lagid. Proses peremahan
dengan hammer mill juga menghasilkan limbah, tetapi mempunyai bahan
kimia didalam air limbahnya. Sumber limbahnya adalah dari proses
pencacahan dan peremahan. Pengaruh tiap parameter terhadap lingkungan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
BOD
BOD merupakan salah satu parameter limbah yang memberi gambaran
terhadap tingkat polusi air. Semakin dalam air yang akhirnya berakibat
kematian berbagai biota air. Pengurangan konsentrasi oksigen terlarut
menyebabkan kondisi aerob bergeser ke kondisi anaerob.
COD
COD mirip dengan BOD, bedanya osigen yang diperlukan merupakan
oksigen kimiawi tinggi daripada nilai BOD karena hampir seluruh jenis
bahan organik dapat teroksidasi secara kimia termasuk bahan organik yang
teroksidasi secara biologis.
Padatan Terendap
Padatan terendap menunjukkan jenis padatan yang terkandung di dalam
cairan limbah yang mampu

Padatan Tersuspensi
Padatan tersuspensi adalah padatan yang membentuk suspensi atau
koloid. atau mengambang serta mengeruhkan air karena berat jenisnya
relatif rendah.
Padatan Terlarut
Padatan ini bersama-sama dengan ecara penyaringan. Pemisahannya
hanya dapat dilakukan dengan proses oksidasi biologis atau koagulasi
kimia.
Kandungan Nitrogen
Bentuk senyawa nitrogen yang makin tinggi bersifat basa.
2.2 Limbah yang Dihasilkan
1. Limbah Cair
Limbah cair karet merupakan air sisa produksi dari pengolahan karet
menjadi benang karet dan air dari pembersihan alat/area. Limbah karet
mengandung amoniak dan untuk kemudian diendapkan, disaring dan
sisanya dialirkan ke lingkungan
2. Limbah Padat
Limbah padat yan proses koagulasi kimia dengan ferosulfat
dikeringkan di drying bed ditampung di bak penampung.
2.3 Pengolahan Air Limbah
1. Collecting Reservoir
Air buangan yang berasal dari pengolahan benang karet dialirkan melalui
saluran parit ke bak collecting saringan. Bak ini berguna sebagai bak pengontrol
sludge atau residu asam asetat dan karet sehingga diharapkan waste water yang
akan mengalir keproses selanjutnya terbebas dari sludge dan karet tersebut.
2. Equalisation Basin
Air buangan ini diharapkan debit aliran dan beban pencemaran yang
bervariasi dapat diubah menjadi konstan atau mendekati konstan.
Fungsi bak equalisasi adalah :
a. Meredam bahan akibat adanya fluktasi bahan organis yang dapat
mengganggu proses biologis aerob.
b. Mengendalikan pH air
c. ebit air, sehingga bahan homogeny secara merata atau teratur diatur
pengalirannya menuju
terjadinya homogenitas air limbah serta dapat terjadinya pencapaian
Biochemical Oxygen Demand (BOD) yang diinginkan.
3. Alkalization Basin
Setelah dari bak equalisasi, air kemudian dipompakan kedalam bak
alkalization basin. Proses alkalisasi ini dilakukan untuk.
Pada bak alkalization ini dilakukan pengadukan larutan caustic soda
(penambahan NaOH 30%) dan penambahan polielektrolit yang secara otomatis
akan membentuk endapan. Dan yang berupa sludge cair akan dialirkan ke bak
sedimentasi basin.
4. Sedimentasi Basin
Air buangan yang berasal dari ba fase lumpur yang terdapat pada air
limbah sebagai hasil dari proses alkalisasi. Partikel air harus cukup besar agar
dapat diendapkan dalam jangka waktu tertentu. Kecepatan pengendapan akan
berbanding langsung dengan kuadrat diameter partikelpartikelnya. Jika partikel
membentuk aglomerat maka kecepatan akan bertambah besar.
Bak sedimentasi ini bawah dan kesamping. Pada waktu air mengalir
kepermukaan sludge akan jatuh ke dasar bak secara gravitasi, kemudian air keluar
melalui saluran yang
post sementara untuk pengumpulan phase cair. Kemudian air akan
dimasukkan kedalam neutralisasi basin.
5. Neutralisasi Basin
Bak netralisai dilakukan untuk menetralkan air limbah dari pH 10 menjadi
pH 7 (netral). Pada proses ini dilakukan pengadukan dengan menambahkan asam
sulfat 30%. Proses netralisasi ini bermanfaatuntuk proses biologi, dimana
diperlukan pH air limbah antara 6 - 8 sehingga tercapainya kondisi yang optimum.
6. Bak Aerasi Lagon
Air limbah kemudian dimasukkan ke da
Adapun jumlah aerator pada tiap tiap lagon yaitu :
a. Lagon I terdapat 105 Dalam bak aerasi ini terjadi reaksi penguraian zat
organik yang terkandung di dalam air buangan secara biokimia oleh mikroba
yang menjadi gas karbin monoksida dan sela yang baru. Jumlah
mikroorganisme dalam lagon akan bertambah banyak dengan dihasilkannya
selsel yang baru.
Air buangan yang berasal dari lagon yang terakhir yaitu lagon V yang akan
dialirkan ke dalam bak clarifier, spuy. Di dalam clarifier terjadi proses
pengendapan, yang dilakukan untuk memisahkan padatan tepung atau kotoran
kotoran yang mempunyai berat jenis yang lebih rendah dari sludge akan di
kembalikan ke bak equalisasi.
Kemudian air di masukkan ke Post Aeration I dan Post Aeration
II. Dimana pada bak ini terjadi penguraian yang, yang tentunya terlebih dahulu
dianalisa di dalam laboratorium.
7. Thickening Basin
Selanjutnya Sludge phase limbah yang berasal dari bak sedimentasi akan
dimasukkan ke dalam bak thickening.
8. Diagfragma Pump Station (DPS) dan Filter Press
Phase sludge kemudian akan di tarik ke dalam Diagfragma Pump Station,
selanjutnya akan dimasukkan ke dalam Filter Press. Filter press berfungsi untuk
mengepress kadar air dalam phase sludge, dan phase sludge dapat dibuang secara
langsung ke lingkungan.
9. Incenerator sebanyak 70%.
2.4 PERATURAN dan AMDAL
1. UULH Nomor 4 Tahun 1982 itu dapatdiuraikan sebagai berikut :
a. Bahwa lingkungan hidup sebagai konsep kewilayahan.
b. Wawasan tentang hubungan Penguasaan sumber daya alam oleh negara.
Keterpaduan dalam penyelenggaraan pengelolaan lingkungan
hidup.
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan)
berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah No.27 tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No.17 thn 2001 ttg Jenis Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
yg Wajib Dilengkapi AMDAL, jo. PP No.27 tahun 1999 dan Kepmen LH
No.12/MENLH/3/1994 ttg Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Upaya Pemantauan Lingkungan.


BAB III
KERANGKA KONSEPSIONAL
3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.2.1
Definisi Operasional

BAB IV
METODELOGI SURVEILANS
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat Observasional, dimana dilakukan studi observasi
dan pengukuran pada teori simpul. Studi Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2014.
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di pabrik karet PT. Sumber Djatin kelurahan Siantan
Tengah kecamatan Pontianak Utara.
4.2 Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi obje
pekerja industri karet PT. Sumber Djatin kelurahan Siantan Tengah
kecamatan Pontianak Utara.
4.4.1 Sampel penelitian
Sedangkan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah limbah
industri karet PT. Sumber Djatin kelurahan Siantan Tengah kecamatan
Pontianak Utara.
4.3 Teknik dan Instrumen Pengambilan Data
4.8.1 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini brupa:
a. Data Primer
Data primer yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
data yang diperoleh secara langsung melalui kuesioner dan
wawancara yang dipandu pengisiannya mengenai identitas
responden, umur, riwayat kesehatan, perilaku responden serta
observasi tempat penelitian dan data hasil pengukuran kualitas
limbah industri karet.
b. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh Coding, yaitu memberikan kode pada
jawaban responden untuk memudahkan pengolahan data.
1. Skoring, yaitu memberikan nilai pada jawaban responden untuk
memudahkan pengolahan data.
2. Entry, yaitu memasukan data yang telah dilakukan coding dalam
program aplikasi pengolahan data berbasis computer.
3. Tabulating, yaitu pengelompokan data ke dalam tabel yang di buat
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
4. Analiting, yaitu menganalisa data dalam tabel sesuai dengan maksud
dan tujuan penelitian.
4.4 Teknik Penyajian Data Penyajian data dalam bentuk tabel
dipilih untuk memudahkan pembacaan data sesuai dengan maksud dan
tujuan penelitian.
1. Bentuk Teks atau Narasi
Penyajian data dalam bentuk teks dilakukan untuk
mendeskripsikan atau penjelesan dari data yang telah disajikan dalam
bentuk tabel.
4.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah :
Data yang terkumpul dilakukan pemeriksaan validasi data, pengkodean,
rekapitulasi dan tabulasi kemudian dilakukan analisis statistik (Sugiyono,
2007).
4.8.1 Analisis Univariat
Deskriftif variabel penelitian disajikan dengan frekuensi dari
variabel-variabel penelitian yang diteliti dan disajikan dalam bentuk
tabel.

Anda mungkin juga menyukai