JURUSAN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2014 Survei Survei Terkait Hidrografi Lepas Pantai (Offshore)
Hidrografi merupakan ilmu tentang pemetaan laut dan pesisir. Hidrografi menurut International Hydrographic Organization (IHO) adalah ilmu tentang pengukuran dan penggambaran parameter-parameter yang diperlukan untuk menjelaskan sifat - sifat dan konfigurasi dasar laut secara tepat, hubungan geografisnya dengan daratan, serta karakteristik- karakteristik dan dinamika-dinamika lautan. Definisi Ilmu Hidrografi lama (tahun 1960): Hanya terbatas pada pengertian survey dan pemetaan batimetrik, disertai penentuan posisi yang berkaitan dengan pemetaan batimetri itu sendiri. Jenis kegiatan dalam survey hidrografi dikelompokkan menjadi 3 yaitu: 1. Coastal Hydrography / Hidrogafi Pantai Pengembangan Pelabuhan, masalah erosi pantai, penggunaan jasa pelabuhan, pemeliharaan keamanan lalulintas pelayaran pantai (coastal waters) 2. Off-shore / Hidrografi Lepas Pantai Pengadaan data dan informasi hidrografis sbg. Kelanjutan dari zone pantai (coastalzone) s/d kedalaman 200 m, pertambangan sumber daya alam mineral termasuk hidrokarbon (crude oil) dan pengadaan data dan informasi utk. Manajemen perikanan 3. Oceanic / Hidrografi Samudra Pengadaan data dan informasi di daerah lautan bebas (oceanic) mencakup pengadaan data dan informasi di daerah lautan dalam untuk menggambarkan geomorfologi dasar laut. Offshore hydrography / sering disebut survey hidrografi lepas pantai yang bertujuan untuk pencarian mineral dan penyediaan manajemen perikanan dari lepas pantai sampai mencakup batas landas kontinen. Terdapat beberapa survey yang berhubungan erat dengan Offshore hydrography adalah sebagi berikut. 1. Survei Bathimetri Survei batimetri merupakan survei yang dilakukan untuk mengetahui nilai kedalaman dari permukaan laut menggunakan gelombang sonar dengan menggunakan alat Echosounder. Tujuan dari melakukan survey bathimetri adalah untuk pengerukan pelabuhan, perencanaan bangunan di laut ( pelabuhan, Platform, sumur minyak), dll. Dengan survey bathimetri dapat dimodelkan topografi dasar permukaan laut. Dan model tersebut dapat digunakan untuk berbagai hal yang berkaitan dengan offshore dan eksplorasi mineral lepas pantai. Contohnya seperti, dengan model topografi dasar laut dapat deketahui jalur aman bagi pelayaran kapal, dapat juga diketahui kedalaman posisi potensi mineral yang ada di laut, dan lain sebagainya.
2. Survei Seismik Survei seismik yaitu suatu pekerjaan untuk mencari kandungan minyak dan gas bumi yang ada di lapisan bawah bumi tepatnya di daerah laut dengan cara memetakan lapisan bawah laut dengan menggunakan gelombang seismik. Pekeraan seismik ini dilakukan dikapal seismik dan untuk dapat memetakan lapisan bawah laut diperlukan 2 hal yaitu perlu adanya sumber getaran (Air gun) dan perlu adanya alat perekam yang dapat menerima sumber getaran (Hidrophone). Prinsip kerjanya adalah dengan menembakkan getaran dalam bentuk gelombang udara (airgun) ke dasar laut, setelah sampai di dasar laut kemudian getaran tersebut dipantulkan, dan getaran ditangkap kembali oleh hidrophone sebagai perekam getaran. Alat alat yang digunakan dalam survei ini adalah GPS C-Nav dan Gyro Compass untuk pemosisian kapal dan keperluan navigasi, Streamer yang bentuknya seperti kabel yang dibentangkan kemudian ditarik oleh kapal seismik dimana streamer ini berisi Hidrophone (alat perekam getaran), ADC (Analog to digital converter), dan bird yang berperan untuk mengatur posisi dan kedalaman streamer, dan Air Gun yang berfungsi sebagai sumber getaran. Proses survei seimik ini diawali oleh tahap perencanaan jalur kapal seismik melintas yang biasanya menggunakan nautical chart dimana seorang hidro-surveyor melakukan pengukuran pasang surut, Survei batimetri, design rencana awal line seismik, navigasi arah kapal dengan memperhatikan arus laut dan cuaca serta Processing Line untuk mendapatkan koordinat jalur kapal yang sudah dilakukan Adjustment/ perataan . Gambar 1. Sea Bed Mapping untuk kebutuhan eksplorasi Sumber: http://oceanexplorer.noaa.gov Gambar 2. Ilustrasi Single Beam dan Multi Beam yang digunakan dalam survei bathimetri Sumber: http://www.nauticalcharts.noaa.gov Dalam Survei Seismik, panjang lintasan seismik bisa mencapai ratusan kilometer (untuk satu linenya), apalagi jika survei tersebut adalah survei seismik 2D sehingga pengukuran melewati zone yang berbeda dimana secara teori apabila daerah pengukuran telah berada dua zona yang berbeda, maka distorsinya akan lebih besar. Semakin jauh dari meridian tengah tiap zone, maka kesalahannya akan semakin besar, terutama kesalahan jarak. Untuk transformasi antar zone UTM biasanya digunakan Software bantu seperti GeoCalc, Coord Calculator, ataupun menggunakan perhitungan transformasi dari GPSeismic. Penggunaan software bantu apapun, yang paling penting adalah pengecekan parameter-parameter transformasinya, sehingga tidak terjadi kesalahan.
3. Survei Pasang Surut dan Gelombang Laut Pengamatan pasut dilakukan untuk mendapatkan koreksi kedalaman hasil batimetri. Pengamatan pasut bisa menggunakan pressure type tide gauge yang ditempatkan di kedalaman tertentu, sehingga nanti alat itu akan merekam perbedaan tekanan, yang nantinya memberikan data perubahan tinggi air laut. Pengukuran pasut ini dilakukan selama dilakukan survei batimetri.
4. Pengamatan Arus Laut Pengukuran arus dilakukan untuk mendapatkan data kecepatan dan pola arus. Data ini dibutuhkan untuk keperluan perencanaan kekuatan infrastruktur yang akan dibangun. Pengukuran arus dilakukan dengan menggunakan Acoutic Doppler Current Profiler (ADCP). Prinsip kerjanya, alat ini akan memancarkan gelombang akustik dengan frekuensi tertentu. Kemudian alat ukur akustik mengukur frekuensi gelombang pantul yang dipantulkan oleh material-material (yang bergerak dengan kecepatan yang sama dengan Gambar 3. Prinsip Kerja Survei Seismik Laut Sumber: http://rovicky.files.wordpress.com
kecepatan gerak air). Karena adanya gerak relatif pemantul gelombang terhadap alat ukur arus akustik, maka gelombang yang diterima akan mengalami efek doppler atau berubah frekuensinya. Frekuensinya ini akan sebanding dengan perbedaan kecepatan antara alat ukur arus akustik dengan lapisan arus yang diukur. Jika arus tersebut bergerak menjauhi alat ukur arus akustik, maka frekuensi yang akan ditangkap akan lebih kecil dan begitu juga sebaliknya. Pada alat ADCP ini ada 3 transduser, yang pertama mengalami pergerakan arus arah barat-timur, yang kedua mengamati pergerakan arus utara-selatan, dan yang ketiga mengamati pergerakan arus atas-bawah. Dari vektor-vektor tersebut dapat ditentukan arah arusnya masing-masing kolom yang diamati.
5. Pengukuran Sifat-sifat Fisis Air Laut Pengukuran sifat-sifat fisis air laut dilakukan menggunakan CTD. CTD adalah alat mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman dan densitas. Secara umum sistem CTD terdiri dari unit masukan data/input, sistem pengolahan, dan output. Unit masukan data terdiri dari sensor CTD, rosette, botol sampel dan kabel koneksi, penggolahan menggunakan perangkat lunak yang ada berupa system operasi ODV (Ocean Data View) dan Microsoft Excel dan output berupa grafik dari data stasiun. (Hertikawati 2010). Pada Prinsipnya teknik pengukuran pada CTD ini adalah untuk mengarahkan sinyal dan mendapatkan sinyal dari sensor yang mendeteksi suatu besaran, kemudian mendapatkan data dari metode multiplex dan pengkodean (decode), kemudian memecah data dengan metode enkoder untuk di transfer ke serial data stream dengan dikirimkan ke kontrol unit via cabel ke komputer yang sudah terpasang. Pengukuran ini dilakukan untuk memberikan koreksi untuk kecepatan gelombang akustik di dalam kolom-kolom air tertentu.
Gambar 4. Anjungan minyak (oil rig) Sumber: Wikipedia
6. Positioning Penentuan posisi di laut merupakan suatu hal yang sangat krusial dalam semua kegiatan survei di laut. Tentu sebelum melakukan survei, kita harus mengetahui posisi dan arah kapal bergerak sehingga saat melakukan survei, kapal bergerak pada jalur survei yang telah ditentukan. Alat yang dipakai dalam penentuan posisi adalah sistem DGPS, yang digunakan untuk penentuan posisi real time secara diferensial untuk objek yang bergerak (kapal survei). Untuk merealisasikan tuntutan real time-nya, maka stasiun referensi akan mengirimkan koreksi pseudorange kepada navigator kapal survei. Posisi atau letak atau kedudukan atau tempat di laut dapat dinyatakan dengan koordinat. Koordinart tersebut terkait dengan suatu sistem tertentu, sehingga antara satu posisi dengan posisi lainnya dapat terkait hubungannya secara matematis. Sistem koordinat yang untuk posisi horizontal di laut umumnya menggunakan sistem koordinat geografis dan koordinat kartesian/kartesius. Sistem koordinat geografis mempunyai pengertian bahwa semua posisi tempat yang dalam hal ini diwakili titik, dinyatakan dengan lintang dan bujur geografis. Sedangkan sistem koordinat kartesian mempunyai pengertian bahwa semua posisi tempat yang dalam hal ini diwakili titik, dinyatakan dengan absis dan ordinat atau x dan y. Pada pengukuran batimetri (kedalaman laut) dilakukan di atas wahana yang bergerak, baik yang disebabkan oleh wahananya sendiri, maupun karena permukaan air laut itu sendiri yang selalu bergerak vertikal ataupun horizontal. Dengan demikian maka setiap kali pengukuran kedalaman perlu ditentukan pula posisinya (horizontal dan vertikal) pada saat yang bersamaan, dengan demikian setiap angka kedalaman (z) yang didapat akan dapat dikenal/ditentukan posisinya (x,y). posisi kedalaman yang didapat dari pengukuran ini disebut dengan titik Snellius, sedangkan posisi kedalaman yang terletak di antara dua titik Snellius ditentukan dari hasil interpolasi jarak terhadap kedua titik tersebut. Penentuan posisi titik-titik Snellius menggunakan alat bantu yang berupa elektronik maupun bukan elektronik (optic).
Gambar 5. Posisi / letak dari Anjungan Minyak 7. Survei Geologi Geologi kelautan mencakup penelitian geofisika, geokimia, sedimentologi, dan paleontologi di dasar samudera dan daerah pesisir. Geologi kelautan berkaitan erat dengan oseanografi fisik dan tektonik lempeng. Penelitian geologi kelautan menjadi sangat penting untuk memberikan bukti mengenai pemekaran lantai samudera dan tektonik lempeng pada tahun-tahun setelah Perang Dunia ke-2. Dasar samudera secara esensial merupakan daerah terakhir yang belum dieksplorasi dan dipetakan secara detail dengan dukungan tujuan militer (kapal selam) dan tujuan ekonomi (penambangan logam dan minyak bumi) sebagai alasan penelitian. Cincin Api di sekitar Samudera Pasifik yang kehadirannya mengintensifkan aktivitas vulkanisme dan seismik memberikan ancaman utama untuk bencana gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api. Semua sistem peringatan dini untuk peristiwa bencana ini membutuhkan pemahaman yang lebih detail mengenai geologi kelautan di lingkungan pesisir dan busur kepulauan
DAFTAR PUSTAKA Anonim, Survei Batimetri. http://ilmiandgeomatic.blogspot.com/2011/04/survey-batimetri.html diakses jam 14.43 tanggal 4 September 2014. M. Ricy Ismail, Peranan Survei Hidrografi Dalam Eksplorasi Minyak Lepas Pantai, file:///G:/sureklaut/Geodetic%20Space%20%20Peranan%20Survei%20Hidrografi%20dalam% 20Eksplorasi%20Minyak%20Lepas%20Pantai.htm diakses jam 14.50 tanggal 4 September 2014. Rd Achmad Faizal P S, Jurnal, Aplikasi Survei Hidrografi dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Minyak dan Gas (offshore), Mahasiswa Teknik Geodesi FT UGM, 2013.