DI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN 2 - 1 BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN DAN KAJIAN REGIONAL PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI BANTAENG
2.1 KEBIJAKAN 2.1.1 ARAHAN KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2013-2018
2.2 ARAHAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Adapun kebijakan yang menjadi landasan hukum pengembangan kawasan industri adalah sebagai berikut : a. UndangUndang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian pasal 31 dalam rangka peningkatan nilai tambah sumber daya alam, pemerintah mendorong pengembangan industri pengolahan di dalam negeri. Adapun pasal 63 tentang pembangunan kawasan industri; b. UndangUndang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) mengamanatkan bahwa perlunya dilakukan percepatan pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi nasional; c. UndangUndang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara, UU ini mengamanahkan yaitu seluruh pemegang kontak karya pertambangan mineral diwajibkan melakukan peningkatan nilai tambah didalam negeri (hilirisasi) paling lambat 13 Januari 2014; d. Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2009 tentang Kawasan Industri; berisi tentang ketentuanketentuan terkait kawasan industri yaitu ketentuan LAPORAN SEMI RAMPUNG 2014
MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI NIKEL DI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN 2 - 2 umum; pembangunan, pengaturan, pembinaan dan pengembangan kawasan industri; spesifikasi dan fasilitasi kawasan industri; izin usaha dan izin perluasan kawasan industri; hak penggunaan atas tanah kawasan industri; kewajiban kawasan industri; kewajiban perusahaan kawasan industri; dan sebagainya; e. Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 35/MIND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri. Ketentuan/peraturan ini erat kaitannya dengan studi ini karena pedoman tersebut berisi tentang konsepsi dasar, perencanaan, pembangunan dan pengelolaan suatu kawasan industri; f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota. Kawasan industri yang direncanakan selain harus mengikuti ketentuan PP 24/2009 dan Permen Perindustrian RI Nomor 35/M IND/PER/3/2010 juga harus sesuai ketentuan tentang RDTR dan Peraturan Zonasi, karena kawasan industri ini tidak terlepas dari rencana tata ruang wilayah/kota yang bersangkutan.
2.3 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2.3.1 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI SULAWESI SELATAN A. RENCANA STRUKTUR RUANG 1. SISTEM PERKOTAAN Berdasarkan PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional dan kemudian diperkuat oleh Perda Provinsi Sulawesi Selatan No 9 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Sulawesi Selatan sistem perkotaan diwilayah Sulsel ditentukan sebagai berikut :
a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Metropolitan Mamminasata terdiri dari Kota Makassar, Kota Maros, Kota Sungguminasa dan Kota Takalar ditetapkan sebagai PKN, terletak di pantai barat Sulsel. Mamminasata berfungsi sebagai : pusat jasa pelayanan perbankan; pusat pengolahan dan atau pengumpul barang, simpul transportasi udara maupun laut, pusat jasa publik seperti pendidikan tinggi dan kesehatan, berdaya dorong pertumbuhan untuk wilayah sekitarnya, dan menjadi pintu gerbang internasional terutama jalur udara dan laut.
LAPORAN SEMI RAMPUNG 2014
MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI NIKEL DI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN 2 - 3 b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Watampone (Kabupaten Bone) dan Kota Palopo yang terletak di pantai Timur Sulsel, merupakan Pusat Kegiatan Wilayah. Kotakota lain yang menjadi PKW adalah Kota Parepare, Barru, Pangkajene yang terletak di pantai Barat Sulsel, serta Jeneponto dan Bulukumba yang terletak di pantai Selatan. Pemerintah Pusat melalui Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinator Industri dan Perdagangan telah mendukung Selayar sebagai pusat distribusi kebutuhan bahan pokok KTI. Saat ini Selayar merupakan PKW, yang pada jangka panjang akan ditingkatkan menjadi PKN.
c. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) PKL di wilayah Sulsel adalah Malili, Masamba, Toraja Utara, Makale, Enrekang, Pangkajene, Sengkang, Soppeng, Sinjai, Bantaeng, Watansawitto, Belopa, Benteng, dan Pamatata. Mengacu pada Perda No 9 Tahun 2009 tentang RTRWP Sulawesi Selatan, Teluk Bone dan sekitarnya merupakan kawasan andalan dengan sektor unggulan perikanan, pariwisata dan pertambangan. Daerah BulukumbaWatampone dan sekitarnya merupakan kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, agroindustri, pariwisata, perikanan dan perdagangan.
Berdasarkan ketentuan RTRWP Sulawesi Selatan tersebut terutama terkait sistem perkotaan menempatkan Bantaeng dengan status IIV/C/1, dalam artian IIV = tahapan pengembangan selama dua puluh tahun, C = Revitalisasi dan percepatan pengembangan kotakota pusat pertumbuhan provinsi, C/1 = Pengembangan/peningkatan fungsi.
2. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi Provinsi Sulawesi Selatan terkait Kabupaten Bantaeng : Jalan Nasional (Kolektor Primer) : Jalan Lintas Selatan Sulawesi : Makassar Sungguminasa Takalar Jeneponto Bantaeng Bulukumba, sepanjang + 127 km, tahun pelaksanaan : 20092019/pengembangan jaringan jalan, Jalan Provinsi (Kolektor Primer) : Jalan Penghubung Ibukota Provinsi Ke Ibukota Kabupaten : Bantaeng Boro, sepanjang + 26 km, tahun pelaksanaan : 20092019/pemantapan jaringan jalan, LAPORAN SEMI RAMPUNG 2014
MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI NIKEL DI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN 2 - 4 Jaringan jalur kereta api nasional lintas utama di Provinsi meliputi perbatasan Kabupaten Polman Provinsi Sulawesi Barat Pinrang Parepare Barru Pangkep Maros Makassar Takalar Jeneponto Bantaeng Bulukumba Sinjai Watampone Belopa Palopo Wotu Tarengge perbatasan Provinsi Sulawesi Tengah ; Wotu Malili perbatasan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sistem tatanan kepelabuhanan berupa pelabuhan regional/pengumpan primer meliputi : Waruwaru dan Malili (Kabupaten Luwu Timur), Belopa (Kabupaten Luwu), Pattirobajo (Kabupaten Bone), Awerange (Kabupaten Barru), Galesong (Kabupaten Takalar), Jeneponto (Kabupaten Jeneponto), Benteng dan Jampea (Kabupaten Kepulauan Selayar) dan Bantaeng (Kabupaten Bantaeng).
3. Rencana Sistem Jaringan Energi Rencana Sistem Jaringan Energi Prov. Sulawesi Selatan terkait Kabupaten Bantaeng : Pembangkit tenaga listrik di wilayah provinsi meliputi : PLTDPLTD Bantaeng, Barru, Bone, Bulukumba, Enrekang, Gowa, Jeneponto, Luwu, Maros, Pangkep, Pinrang, Selayar, Sinjai, Takalar, Tana Toraja, Palopo, Suppa (Kota Parepare), Sewatama (Mamminasata); PLTUPLTU Gowa, Bone, Tello (Kota Makassar), Punagaya dan Lakatong (Kabupaten Takalar); PLTAPLTA Malea Kabupaten Tana Toraja, Bakaru (Kabupaten Pinrang), Bilibili (Kabupaten Gowa), Buntu Batu (Kabupaten Enrekang), Manipi (Kabupaten Sinjai; PLTG PLTG Gowa, Sengkang (Kabupaten Wajo); PLTMPLTM Usu malili (Kabupaten Luwu Timur), Sinjai (Kabupaten Sinjai), Batusitanduk, Kadundung dan Rantebala (Kabupaten Luwu), Anoa (Kabupaten Luwu Utara); Optimalisasi pemanfaatan berbagai potensi sumberdaya energi baik matahari, angin, ombak, hidrogen di daerah pantai, laut dan pulaupulau kecil. Jaringan transmisi tenaga listrik di wilayah Provinsi meliputi wilayah : Pinrang Pangkajene (Kabupaten Sidrap) Enrekang Tana Toraja Toraja Utara Palopo Luwu Luwu Utara Angkona (Kabupaten Luwu Timur) ke perbatasan Provinsi Sulwesi Tengah; Angkona Malili (Kabupaten Luwu Timur) ke perbatasan Provinsi Sulawesi Tenggara; Pinrang Parepare Barru Pangkep Maros Makassar Gowa Takalar Jeneponto Bantaeng Bulukumba Sinjai Bone Soppeng Wajo.
LAPORAN SEMI RAMPUNG 2014
MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI NIKEL DI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN 2 - 5 4. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi dan Informasi Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi dan Informasi Prov. Sulawesi Selatan terkait Kabupaten Bantaeng : sistem jaringan telekomunikasi tetap adalah sistem jaringan tetap lokal wireline cakupan provinsi yang terdiri dari jaringan saluran tetap lokal, stasiun telepon otomat (STO) lokal meliputi : STOSTO Bantaeng, Bulukumba, Bone, Enrekang, Gowa, Jeneponto, Luwu, Maros, Pangkep, Pinrang, Selayar, Sidrap, Sinjai, Soppeng, Takalar, Tana Toraja, Toraja Utara dan Wajo.
B. RENCANA POLA RUANG 1. KAWASAN LINDUNG Adapun berdasarkan arahan RTRWP Sulawesi Selatan yaitu Hutan Lindung Bantaeng (hutan lindung ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Uluere, sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu dan sebagian wilayah Kecamatan Eremerasa).
2. KAWASAN BUDIDAYA a. Kawasan hutan produksi dan hutan rakyat meliputi : hutanhutan produksi dan hutan-hutan rakyat di wilayah Kota Parepare, Kota Palopo, Kabupaten Bulukumba, Jeneponto, Takalar, Bantaeng, Wajo, Sinjai, Selayar, Pangkep, Enrekang, Soppeng, Barru, Tana Toraja, Toraja Utara, Sidrap, Pinrang, Luwu, Maros, Gowa, Bone, Luwu Timur, dan Luwu Utara, b. Kawasan potensial budidaya padi ladang Kabupaten Barru, Bone, Bulukumba, Enrekang, Gowa, Jeneponto, Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara, Maros, Pangkep, Pinrang, Kepulauan Selayar, Sidrap, Sinjai, Soppeng, Takalar, Toraja Utara, Wajo, Bantaeng dan Tana Toraja, c. Kawasan potensial budidaya rumput laut meliputi wilayah perairan pantai dan atau tambak di masingmasing Kabupaten : Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone, Luwu, Palopo, Luwu utara, dan Luwu Timur, d. Kawasan potensial tambang minyak dan gas bumi (Migas) meliputi : Blok Bone Utara di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo, Blok Enrekang di Kabupaten Tana Toraja, Enrekang dan Pinrang, Blok Sengkang di Kabupaten Wajo, Sidrap, Soppeng dan Bone, Blok Bone di Teluk Bone, dan Blok Sigeri di Selat Makassar, Blok Kambuno di laut Kabupaten Bone, Sinjai dan Bulukumba, Blok Selayar di LAPORAN SEMI RAMPUNG 2014
MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI NIKEL DI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN 2 - 6 laut Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Kepulauan Selayar, Blok Karaengta di laut Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Takalar dan Kabupaten Kepulauan Selayar, e. Kawasan industri merupakan kawasan yang potensial dimanfaatkan untuk kegiatan industri yang meliputi : a) Kawasan industri skala besar meliputi : kawasan potensial usaha industri di Kota Makassar, Kota Parepare, Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Maros, dan Kabupaten Gowa; b) Kawasan aglomerasi industri skala kecil dan menengah meliputi : Kota Palopo, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Sidrap, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Barru, Kabupaten Bone, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Jeneponto. f. Kawasan pengembangan budidaya rumput laut meliputi wilayah perairan pantai dan atau tambak di masingmasing Kabupaten : Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone, Luwu, Palopo, Luwu utara, dan Luwu Timur;
C. RENCANA KAWASAN STRATEGIS KSP dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi meliputi : a. Kawasan Migas terdiri atas : Blok Bone Utara (Kabupaten Luwu dan Kota Palopo), Blok Enrekang (Kabupaten Tana Toraja, Enrekang dan Pinrang), Blok Sengkang (Kabupaten Wajo, Sidrap, Soppeng dan Bone), Blok Bone di Teluk Bone, dan Blok Sigeri di Selat Makassar, Blok Kambuno di teluk Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bulukumba, Blok Selayar di laut Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Kepulauan Selayar, Blok Karaengta di laut Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Takalar dan Kabupaten Kepulauan Selayar; LAPORAN SEMI RAMPUNG 2014
MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI NIKEL DI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN 2 - 7
2.3.2 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANTAENG 2.4 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH KAB. BANTAENG 2.4.1 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KAB. BANTAENG 2.4.2 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KAB. BANTAENG 2.5 ARAHAN PEDOMAN PENYUSUNAN MASTER PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI NIKEL BANTAENG