Anda di halaman 1dari 9

1

BAB V

SEJARAH, DEFENISI, KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN KEK



Pada bab ini akan diceritakan tentang sejarah lahirnya KEK baik dari luar negeri
maupun dari dalam negeri. Lahirnya KEK didahului oleh lahirnya kawasan-kawasan industri
yang memang telah ada sejak pertengahan abad ke-19. Konsep KEK mulai terkenal di China
pada era tahun 1980-an. Namun didalam negeri, konsep KEK baru diperkenalkan sejak
dikeluarkannya UU No Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), walaupun
sebenarnya telah disinggung di UU RI No 25 RI No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal,
namun belum spesifik.


5.1. Sejarah KEK di Luar Negeri


Sejarah KEK tidak terlepas dari munculnya kawasan-kawasan industri yang telah
ada di abad ke-19. Pada tahun 1876 kawasan industry dikembangkan di Inggris, yaitu
Trafford park estate dengan luas sekitar 500 ha yang merupakan kawasan industry terluas
sampai tahun 1950-an. Selanjutnya pada awal abad 20, di Amerika Serikat, dikembangkan
kawasan industry di kota Chicago antar lain central manufacturing district yang dibangun
pada tahun 1909 seluas 215 ha dan the pershing road district yang dibangun pada tahun
1910 dengan luas 40 ha. (Mulyadi dan Monstiska, majalah kawasan (2011: 1).


Selanjutnya pada tahun 1960-an di Amerika serikat telah berkembang kawasan
industry yang dikenal dengan nama science park atau technology park yaitu kawasan
industry untuk tujuan penelitian dan pengembangan. Pada tahun 1970-an, dikembangkan
konsep business park dimana dalam suatu kawasan terdapat berbagai kegiatan seperti
perkantoran dan industry yang ditunjang oleh kegiatan perdagangan dan rekreasi.
Kemudian pada tahun 1980-an kawasan perumahan juga dimasukkan dalam kawasan
business park. (Mulyadi dan Monstiska, majalah kawasan (2011: 1-2). Namun penggunaan
istilah KEK (SEZ, special economic zone) baru lahir dipertengahan abad ke 20.

Istilah KEK atau special economic zone (SEZ) sebagai suatu industrial park
diperkenalkan di Puerto Rico di tahun 1947. KEK saat itu dibangun dengan tujuan
menangkap peluang investasi dari daratan Amerika Serikat (Kumar, 2008). Konsep ini
kemudian diadopsi oleh Irlandia dan Taiwan pada tahun 1960-an. Namun negeri Cina-lah
yang membuat KEK menjadi terkenal di seluruh dunia, yang berawal di kota Shenzhen.
Banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan KEK sebagai suatu kawasan. Hal ini
2

sangat masuk akal karena KEK, bukanlah konsep baru. KEK berkembang dari kawasan
industri yang telah ada jauh sebelum konsep KEK dikenal. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya negara yang awalnya memiliki kawasan industri kemudian merubahnya menjadi
KEK. Menurut Knowledge Innovation Zone Research Report tahun 2006, konsep Special
economic zones (SEZ), memiliki banyak sinonim (alternatif konsep) antara lain : Free
Economic Zones, Free Trade Zones, Enterprise Free Zones, Enterprise Trade Zones,
Export Processing Zones, Free Ports, Foreign Trade Zones, New Export Distribution
Centers dan Regional Foreign Trade Zones. Sebagai contoh ; di India, awalnya kawasan
industri yang ada disebut Export Processing Zones (EPZ) atau zona pemrosesan export,
yang telah ada sejak tahun 1965. Namun kemudian ada delapan EPZ dikonversi menjadi
KEK, ditahun 2000. (Kumar, 2008).

Perkembangan KEK di luar negeri di akhir abad ke 20 dan awal abad ke-

21,mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dari sisi jumlah. Menurut Kumar (2008),
KEK mengalami booming pada tahun 1995 yaitu terdapat 500 buah KEK di 73 negara,
namun pada tahun 2002 bertambah menjadi sekitar 3.000 buah di 120 negara, yang
menghasilkan US$ 600 billion eksport dan menyerap 50 juta pekerja. Yang diakhir tahun
1990-an hanya ada 80 buah KEK di 30 negara, yang menghasilkan US$ 6 billion (milyar)
eksport dan mempekerjakan sekitar 1 juta tenaga kerja. Ini menunjukkan bahwa KEK telah
berkembang dalam lingkup negara dan bahkan dalam lingkup global, saat ini.

Salah satu hal yang memicu perkembangan KEK yang fantastis belakangan ini
adalah adanya globalisasi ekonomi. Yang diiringi dengan masuknya FDI (foreign direct
investment), khususnya dari negara maju ke negara negara industri baru seperti Taiwan
dan China, diawal tahun 1990-an.


5.2. Sejarah KEK di Dalam Negeri


Sama seperti kondisi di luar negeri, KEK di dalam negeri, didasari pada
perkembangan kawasan industri yang telah ada di era tahun 1970-an. Namun secara
formal, baru lahir sejak dikeluarkannya UU No Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK). Bandingkan dengan India diera akhir tahun 2000, dan china di tahun 1980-
an. Dan bahkan sampai saat ini (September 2011) belum ada kawasan yang ditetapkan
menjadi KEK.
3

Namun jika melihat kebelakang, kawasan industri di Indonesia telah ada sejak tahun

1970-an. Hal ini didahului oleh lahirnya PT Jakarta industrial estate pulogadung (PT.JIEP)
dengan luas kawasan 570 ha di DKI Jakarta pada Tahun 1973, yang merupakan upaya dari
pemerintah untuk mengendalikan pertumbuhan industry yang jumlahnya semakin
meningkat saat itu ( Mulyadi dan Monstiska, 2011:2).

Lahirnya istilah KEK di Indonesia seiring dengan lahirnya UU no 25 tahun 2007
tentang penanaman modal telah menyebutkan Kawasan EKonomi Khusus (KEK) pada Bab
XIV dalam pasal 31. KEK sebenarnya, telah digulirkan jauh sebelum adanya UU no 25
tahun 2007. Hal ini dapat dilihat pada tanggal 25 juni 2006, Presiden SUsilo Bambang
Yudoyono, melakukan penandatanganan kerja sama pembentukan Special economic zone
(SEZ) bersama perdana menteri Singapura Lee Hsien Loong di Turi Beach Resort. Jadi
sebelum pengaturan KEK tersebut, sebenarnya cikal bakal terbentuknya KEK sudah
dilakukan oleh pemerintah RI dengan pemerintah Singapura. Jadi UU 25/2007 hanya
merupakan salah satu justifikasi atau legalitasnya. Saat ini KEK dikembangkan melalui
penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geo strategidanberfungsi
untuk menampung kegiatan industry, eksport, import dan kegiatan ekonomi lainnya yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.


5.3. Arti, Fungsi dan Bentuk KEK


Pada dasarnya KEK adalah kawasan industri khusus. KEK sebagai kawasan industri,
tidak berbeda dengan kawasan industri yang telah ada, yaitu berisi sekumpulan perusahaan
yang relatif sejenis. Sehingga dalam konteks ini, KEK tidak berbeda dengan kawasan
industri tradisional, kawasan berikat, kawasan ekonomi terpadu, kawasan industri estate,
Free Economic Zones, Free Trade Zones, Enterprise Free Zones, Enterprise Trade Zones,
Export Processing Zones, Free Ports, Foreign Trade Zones, New Export Distribution
Centers; dan Regional Foreign Trade Zones. Walaupun dibeberapa negara seperti India,
kawasan industrinya kemudian dikonversi menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK) atau
special economic zone (SEZ) setelah adanya UU tentang KEK.

Aspek khusus disini karena KEK diberikan fasilitas kemudahan, insentif dan
infrastruktur yang relatif lebih lengkap (kepabeanan (custom dan excise), perpajakan,
perijinan (licensing) one stop service, keimigrasian serta ketenagakerjaan). Disamping itu di
dalam UU RI no 39/2009, tentang KEK, ditambah dengan batas-batas yang jelas (batas
buatan misalnya : pagar atau batas alamiah seperti sungai atau pegunungan atau laut).
4

Defenisi ini sama dengan defenisi menurut Departemen perindustrian ( 2007:vi), KEK
(special economic zone / SEZ) adalah kawasan industri yang diberikan fasilitas kemudahan
dan insentif serta infrastruktur yang memadai. Atau KEKI (kawasan ekonomi khusus
indonesia) adalah kawasan tertentu yang didalamnya diberlakukan ketentuan khusus di
bidang: kepabeanan (custom dan excise), perpajakan, perijinan (licensing) one stop service,
keimigrasian serta ketenagakerjaan. KEKI adalah suatu kawasan khusus yang memperoleh
perlakukan berbeda dari daerah lain.

KEK adalah kawasan-kawasan yang memiliki keunggulan untuk memaksimalkan
kegiatan industri, ekspor, import serta kegiatan ekonomi lainnya yang memiliki nilai ekonomi
dan value added yang tinggi. Departemen perindustrian ( 2007: xxvii), kawasan industri
khusus (KIK) didefenisikan sebagai pembangunan sarana baru yang diperuntukan untuk
industri tertentu (sesuai dengan keunggulan daerah) yang mempu untuk industri tertentu
(sesuai dengan keunggulan daerah) yang mampu menyediakan infrastruktur untuk
membantu pengembangan dan operasional industri termasuk perumahan bagi para
pekerjanya dengan segala fasilitas pendukungnya (sekolah, universitas, akademi, rumah
sakit, tempat beribadah, termasuk sarana / tempat komersial yang mendorong tumbuhnya
industri baru (convention centre, exhibition center, tempat pameran dll).

Menurut UU 39/2009, pasal 1, Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut
KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu.

KEK dengan fungsi perekonomian, mengandung makna bahwa pembentukan KEK
haruslah mempertimbangkan keunggulan pada aspek sumber-sumber daya ekonomi dan
lokasi yang strategis dalam konteks perekonomian nasional dan global. Artinya keberadaan
KEK haruslah menjadi basis perdagangan Internasional bagi daerah yang akan dibentuk
KEK. Dengan harapan KEK dapat memicu terjadinya percepatan ekonomi diwilayah /daerah
dimana KEK berada secara khusus dan memicu terjadinya percepatan ekonomi secara
nasional. Untuk itu pada UU 39/2009, pasal 2, dikatakan bahwa KEK dikembangkan melalui
penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi
untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.
5

Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan
peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan
geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan
kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi
tinggi. Pengembangan KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan
sebagai model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain
industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan

Kombinasi faktor geoekonomi dan geostrategi yang baik, akan memberikan dampak
keberlanjutan atas existing KEK di masa depan. Menurut penjelasan UU 39/2009, yang
dimaksud dengan geoekonomi adalah kombinasi factor ekonomi dan geografi dalam
perdagangan internasional. Sedangkan geostrategi adalah kombinasi factor geopolitik
(pengaruh faktor geografi, ekonomi, dan demografi dalam politik luar negeri suatu negara)
dan strategi yang memberikan peran tertentu pada suatu kawasan geografis.

Pembentukan KEK, didasari pada konsep cluster, atau zoning. Zona adalah area di
dalam KEK dengan batas tertentu yang pemanfaatannya sesuai dengan peruntukannya.
Oleh karena bersifat zoning maka dibutuhkan peraturan untuk mengaturnya. Menurut
penjelasan UU 39/2009, Yang dimaksudkan dengan peraturan zonasi adalah ketentuan
yang mengatur persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan
disusun untuk setiap Zona peruntukkan yang penetapan Zonanya dilakukan dengan
rencana rinci tata ruang. Menurut UU 39/2009, pasal 3, bahwa aspek zoning dalam KEK
dapat diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh) zona, yaitu:
a. pengolahan ekspor;

b. logistik;

c. industri;

d. pengembangan teknologi;

e. pariwisata;

f. energi; dan/atau
g. ekonomi lain.


Zona pengolahan ekspor adalah area yang diperuntukkan bagi kegiatan logistik dan
industry yang produksinya ditujukan untuk ekspor. Zona logistik adalah area yang
diperuntukkan bagi kegiatan penyimpanan, perakitan, penyortiran, pengepakan,
pendistribusian, perbaikan, dan perekondisian permesinan dari dalam negeri dan dari luar
6

negeri. Zona industri adalah area yang diperuntukkan bagi kegiatan industri yang
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi, serta
agroindustri dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan industri yang produksinya untuk ekspor dan/atau untuk
dalam negeri. Zona pengembangan teknologi adalah area yang diperuntukkan bagi
kegiatan riset dan teknologi, rancang bangun dan rekayasa, teknologi terapan,
pengembangan perangkat lunak, serta jasa di bidang teknologi informasi. Zona pariwisata
adalah area yang diperuntukkan bagi kegiatan usaha pariwisata untuk mendukung
penyelenggaraan hiburan dan rekreasi, pertemuan, perjalanan insentif dan pameran, serta
kegiatan yang terkait. Zona energi adalah area yang diperuntukkan antara lain untuk
kegiatan pengembangan energi alternatif, energi terbarukan, teknologi hemat energi, dan
pengolahan energi primer. Dan Zona ekonomi lain antara lain dapat berupa Zona industri
kreatif dan Zona olahraga.


Dan KEK dapat terdiri atas satu atau beberapa Zona, didalam kawasan KEK, harus
ada fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Dan di dalam setiap KEK disediakan
lokasi untuk usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), dan koperasi, baik sebagai Pelaku
Usaha maupun sebagai pendukung kegiatan perusahaan yang berada di dalam KEK.


Secara umum, Tujuan pengembangan KEK adalah :

1. Peningkatan investasi

2. Penyerapan tenaga kerja

3. Penerimaan devisa sebagai hasil dari peningkatan eksport

4. Meningkatkan keunggulan kompetitif produk eksport

5. Meningkatkan pemanfaaatan sumberdaya local,pelayanan dan modal bagi peningkatan
eksport
6. Mendorong terjadinya peningkatan kualitas SDM melaui transfer teknologi



Sedangkan maksud pengembangan KEK antara lain :

1. Memberikan peluang bagi peningkatan investasi melalui penyiapan kawasan yang
memiliki keunggulan dan siap menampung kegiatan industry, eksport import serta
kegiatan ekonomi yang memiliki nilai ekonomi tinggi
2. Meningkatkan pendapatan devisa bagi Negara melalui perdagangan internasional

3. Meningkatkan kesempatan kerja, kepariwisataan dan investasi
7

5.4. Lokasi KEK


Menurut UU 39/2009, pasal 4, KEK harus memenuhi kriteria :

1 sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu
kawasan lindung;
2 pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung KEK;

3 terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat
dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi
sumber daya unggulan; dan
4 mempunyai batas yang jelas.


Untuk point C, Yang dimaksud dengan jalur pelayaran internasional adalah:

1. Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI);

2. jaringan pelayaran yang menghubungkan antarpelabuhan internasional hub di Indonesia
dan pelabuhan internasional di Indonesia; dan
3. jaringan pelayaran yang menghubungkan antara pelabuhan internasional hub dan
pelabuhan internasional dengan pelabuhan internasional di negara lain.

Untuk point D, Yang dimaksud dengan mempunyai batas yang jelas adalah batas
alam (sungai atau laut) atau batas buatan (pagar atau tembok). Juga menurut PP 2/2011,
pasal 11, pada batas KEK harus ditetapkan pintu keluar dan masuk barang untuk keperluan
pengawasan barang yang masih terkandung kewajiban kepabeanan. Menurut PP 2/2011,
pasal 6, lokasi KEK yang diusulkan, bisa berupa lokasi KEK yang baru atau lokasi
perluasan KEK yang telah ada.Hidayat (2011), menyatakan bahwa masalah lokasi kawasan
industri dinilai penting untuk dibahas (Harrington dan Wart, 2002), dikarenakan dua hal
penting yaitu :


1. Warga yang bekerja di dalam kawasan industri tersebut akan membina keluarganya,
mendidik anaknya, membeli rumah, bertempat tinggal, dan menetapkan hidupnya
secara jangka panjang, kesemuanya itu berhubungan erat dengan keberlangsungan
kawasan industrinya. Kalau sesuatu terjadi dengan kegiatan industri yang berada di
dalam kawasan (misalnya ditutup) atau malah kawasannya kemudian ditinggalkan oleh
para penggunanya karena alas an alas an lokasional, maka warga tersebut akan
kehilangan pekerjaan. Betul mereka bisa pindah ke tempat lain, tetapi asset yang
ditinggalkan (rumah,pekarangan dan asset kawasan seperti klinik, sekolah, taman dll)
tidak mudah untuk dipindahkan.
8

2. Kegiatan industri, yang lebih banyak berada di dalam kawasan-kawasan, akan
menghasilkan kesempatan kerja bagi penduduk, memberikan pemasukan bagi Negara
berupa pajak, tetapi dari sisi lain, dapat memberikan ancaman seperti pencemaran
lingkungan.


5.5. Keuntungan dan Kelemahan KEK


Sebagai suatu kawasan industri, KEK, tentunya memiliki keuntungan dan kelemahan.
Secara umum, Keuntungan KEK adalah mencakup kemudahan dalam :
1. Aspek kepabeanan (custom and excise)

2. Perpajakan

3. Perijinan (licensing); one stop service

4. Keimigrasian

5. Ketenagakerjaan

6. Infrastruktur yang sangat baik: jalan, listrik,bahan bakar, air, telekomunikasi,
transportasi,pelabuhan, logistik
7. Pelabuhan yang terbuka 24 jam

8. Bebas darikorupsi

9. Keamanan berstandart internasional

10. Organisasi pengelola yang profesional


Menurut Mulyadi dan Monstiska, (2011:4-5), ada 3 (tiga) keuntungan utama dari
kawasan industry yaitu
1. Memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sebagai contoh ; pada akhir 2006,
pertumbuhan ekonomi di provinsi Banten mencapai 6.24%, dengan PDRB (produk
domestic regional bruto) mencapai 94 triliun, dengan kontribusi sektor industry sebesar
49.75 %.

2. Meningkatkan efisiensi dan kemudahan penyediaan infrastruktur ketersediaan
infrastruktur dari kawasan industry dapat mengurangi biaya infrastruktur yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan industry.
3. Menyediakan lebih banyak lapangan pekerjaan kawasan industry akan menciptakan
lapangan kerja yang lebih besar, dan secara tidak langsung maupun langsung akan
mempengaruhi kualitas sumber daya manusianya.

Disamping keuntungan atau keunggulan KEK, juga ada kelemahan atau masalah
yang tercipta seiring berkembangnya KEK. Menurut Mulyadi dan Monstiska, (2011:4-5),
9

ada 3 (tiga) kelemahan utama dari kawasan industry yaitu menyangkut aspek
lingkungan,misalnya: polusi dan limbah. Polusi dan limbah dapat berupa polusi udara, air
dan suara maupun tanah.polusi dan limbah ini dapat dirasakan oleh masyarakat yang
tinggal di disekitar kawasan industry. Namun dengan pengelolaan polusi dan limbah yang
efektif maka akan mereduksi dampak lingkungan dari kawasan industry tersebut.

Menurut Mulyadi dan Monstiska, (2011:4-5), permasalahan yang sering tejadi, terkait
kawasan industry adalah :
1. Permasalahan lingkungan hidup : mengenai izin pengelolaan limbah B3 yang semakin
condong mengikuti perkembangan aturan aturan yang diciptakan oleh konvensi
lingkungan hidup internasional. Permasalahan atas lingkungan hidup ini, akan
berpengaruh terhadap izin usaha industry, izin import bahan baku, serta izin eksport.
2. Permasalahan tata ruang kawasan industry: memang telah ada peraturan tentang tata
ruang, sesuai dengan PP no 24/2009 tentang kawasan industry, namun tetap ada
beberapa industry yang diidirikan di luar kawasan industry.
3. Permasalahan atas dukungan dan komitmen pemerintah daerah : khususnya tentang
hal perizinan dan mekanisme insentif yang menarik bagi investor. Dalam banyak kasus,
pemerintah daerah mengeluarkan peraturan daerah (perda) yang bertentangan dengan
peraturan kawasan industry, misalnya: terkait restribusi atas izin gangguan dari
pemerintah daerah Banten, yang membebankan biaya ini pada masing masing
perusahaan di dalam kawasan industry, yang seharusnya dibebankan saja pada
pengelola kawasan industry. Komitemen pembangunan infrastruktur juga harus ada,
agar fasilitas fisik kawasan industry, dapat dibangun dengan baik dan lancar.
4. Permasalahan energy: dapat berupa kekurangan pada energy listrik maupun gas, yang
sangat dibutuhkan oleh perusahaan dalam kawasan industry.
5. Permasalahan lahan, rencana pengembangan kawasan dan manajemen pengelolaan
kawasan. masalah ini dapat berupa : ketidakpastian terkait status kawasan sebagai free
trade zone (seperti terjadi di pulau janda berhias (batam), sehingga banyak investor
yang menunda investasinya.
6. Permasalahan promosi kawasan industry.

Anda mungkin juga menyukai