Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Besarnya manfaat ASI bahkan telah dikampanyekan oleh UNICEF
(United Nations Children's Fund) melalui Pekan Menyusui Sedunia atau
World Breastfeeding Week yang diselenggarakan setiap tanggal 1-7 Agustus.
Kampanye itu antara lain mengajak masyarakat di seluruh dunia, terutama
kaum ibu, untuk memberikan manfaat ASI kepada bayi serta mengenal
manfaat pemberian ASI bagi dirinya sendiri.
1, 2
Namun demikian pada kenyataan di lapangan pemberian ASI masih belum
sesuai target yang diharapkan. Data UNICEF tahun 2006 menyebutkan bahwa
kesadaran ibu untuk memberikan ASI di Indonesia baru 14%, itupun diberikan
hanya sampai bayi berusia empat bulan.
3
Data Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan (Kal-Sel) 2006, diketahui bahwa persentasi jumlah bayi
yang mendapat ASI eksklusif di seluruh wilayah Kal-Sel hanya sebesar 25,42
% dari 74.482 total bayi, sedangkan di wilayah Banjarbaru, dari 3202 bayi
hanya 854 bayi yang mendapat ASI eksklusif dengan persentase sebesar 26,67
%.
4
Di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru utara hanya mencapai 34,68 %
saja dari total jumlah kelahiran hidup pada tahun 2010.
5
Penelitian Isma dkk, menyebutkan bahwa yang menjadi faktor kegagalan
pemberian ASI eksklusif antara lain pekerjaan, pengetahuan mengenai ASI
2

eksklusif, tingkat pendidikan, kondisi kesehatan, jumlah paritas, tingkat
penghasilan, jenis persalinan, umur ibu, dan ANC (antenatal care) ibu.
1

1.2 Tujuan
Pada makalah tinjauan pustaka ini akan dibahas sekelumit tentang ASI,
manfaatnya, berbagai kendala pemberian ASI, mitos-mitos serta penyelesaian
dari masalah tersebut.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi
dan non gizi. Komponen gizi mengandung nutrisi yang penting untuk bayi, seperti
protein, laktosa (gula susu), nitrogen, lemak, oligosakarida, vitamin, zat besi,
garam, kalsium, fosfat, dan mineral penting lainnya, sedangkan komponen
nongizi mengandung bahan-bahan nonnutrisi yang tidak kalah pentingnya, seperti
hormon, faktor tropik, sitokin, enzim pencernaan, dan banyak jenis agen protektif
lainnya.
6
ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI tanpa suplementasi
makanan maupun minuman lain, baik berupa air putih, jus, ataupun susu selain
ASI. Pemberian vitamin, mineral, dan obat-obatan diperbolehkan selama
pemberian ASI eksklusif.
7

2.2 Pentingnya ASI
ASI merupakan satu-satunya makanan terbaik bagi bayi sampai berumur 6
bulan karena mempunyai komposisi gizi yang paling lengkap dan ideal untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi
selama 6 bulan pertama. Rekomendasi pemberian ASI saja yang dikenal dengan
ASI eksklusif sampai 6 bulan didasarkan pada bukti ilmiah tercukupinya
4

kebutuhan bayi dan lebih baiknya pertumbuhan bayi yang mendapat ASI eksklusif
serta menurunnya morbiditas bayi.
8, 9
Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI mengandung komponen makro
dan mikronutrien. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein, dan
lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral. Air susu ibu hampir
90%nya terdiri dari air. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap
ibu bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi di atas juga
terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang, dan ASI pada
saat penyapihan). Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang
menyusui juga berbeda. Kolostrum yang diproduksi antara hari 1-5 menyusui
kaya akan zat gizi terutama protein.
8, 10, 11
ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa). ASI yang
berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (prematur) mengandung
tinggi lemak dan protein, serta rendah laktosa dibanding ASI yang berasal dari ibu
yang melahirkan bayi cukup bulan. Pada saat penyapihan kadar lemak dan protein
meningkat seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. Walapun kadar
protein, laktosa, dan nutrien yang larut dalam air sama pada setiap kali periode
menyusui, tetapi kadar lemak meningkat.
10, 11, 12
Bagi bayi, ASI merupakan makanan yang paling sempurna, dimana
kandungan gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. ASI juga mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, zat
kekebalan (mencegah dari berbagai penyakit) dan dapat menjalin hubungan cinta
kasih antara bayi dengan ibu. Manfaat menyusui/memberikan ASI bagi ibu tidak
5

hanya menjalin kasih sayang, tetapi terlebih lagi dapat mengurangi perdarahan
setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan,
mengurangi risiko terkena kanker payudara, dan merupakan kebahagiaan
tersendiri bagi ibu.
1, 13

Manfaat ekonomi pemberian ASI bagi keluarga adalah mengurangi biaya
pengeluaran terutama untuk membeli susu. Lebih jauh lagi, bagi negara
pemberian ASI dapat menghemat devisa negara, menjamin tersedianya sumber
daya manusia yang berkualitas, menghemat subsidi biaya kesehatan masyarakat,
dan mengurangi pencemaran lingkungan akibat penggunaan plastik sebagai bahan
peralatan susu formula (botol dan dot). Dengan demikian menyusui bersifat ramah
lingkungan.
13

Mengingat besarnya manfaat ASI bagi bayi, keluarga, masyarakat, dan
negara maka perlu serangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus dalam
bentuk Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI). Selama ini upaya PP-ASI
telah dilaksanakan, namun masih perlu ditingkatkan lagi terutama dalam hal
meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif.
13

Pemberian ASI secara eksklusif, banyak memberikan keuntungan. Itu
karena ASI mengandung zat nutrisi dengan kualitas, kuantitas, dan komposisi
ideal untuk pertumbuhan, kesehatan, dan kecerdasan bayi.
14

ASI dapat menyebabkan pertumbuhan sel otak lebih optimal, terutama
karena ASI mengandung protein khusus, yaitu taurin. Juga mengandung laktosa
dan asam lemak ikatan panjang dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
susu sapi/kaleng. Kandungan ASI pun menghindarkan bayi dari bahaya infeksi
6

dan alergi. Bahkan mampu merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh
pada bayi.
14

Keunggulan ASI

Beberapa keunggulan ASI adalah sebagai berikut :
14

1. ASI mengandung zat gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan
perkembangan kecerdasannya.
2. ASI mengandung kalori 65 kcal/100ml yang memberikan cukup energi bagi
pertumbuhan bayi.
3. Sebanyak 90 persen kandungan lemak ASI dapat diserap oleh bayi.
4. ASI dapat menyebabkan pertumbuhan sel otak secara optimal, terutama
karena kandungan protein khusus, yaitu Taurin, selain mengandung laktosa
dan asam lemak ikatan panjang lebih banyak dari susu sapi/kaleng.
5. Protein ASI adalah spesifik spesies sehingga jarang menyebabkan alergi untuk
manusia.
6. ASI memberikan perlindungan terhadap infeksi dan alergi. Juga akan
merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh bayi.
7. Pemberian ASI dapat mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi. Ini akan
menjadi dasar si kecil percaya pada orang lain, lalu diri sendiri, dan akhirnya
bayi berpotensi untuk mengasihi orang lain.
8. ASI selalu tersedia, bersih, dan segar.
9. ASI jarang menyebabkan diare dan sembelit yang berbahaya.
10. ASI lebih ekonomis, hemat, sekaligus praktis.
11. ASI dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.
7

12. ASI dapat membantu program Keluarga Berencana.

2.3 Berbagai Kendala Pemberian ASI
Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu melakukan
konsultasi ke Klinik Laktasi, yaitu:
15, 16, 17, 18

1. produksi ASI kurang
2. ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar
3. ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi)
4. bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air
gula/dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran)
5. kelainan ibu: puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak,
engorgement, mastitis dan abses
6. ibu hamil lagi padahal masih menyusui
7. ibu bekerja
8. kelainan bayi: bayi sakit, abnormalitas bayi.
Berikut ini akan dibahas satu persatu kendala tersebut agar dapat dipahami
masalah dan tata laksananya.

Produksi ASI kurang
Air saya kurang, ASI saya belum keluar, atau bagaimana memperbanyak ASI
adalah rangkaian pertanyaan yang sering disampaikan oleh ibu, terutama saat
pertama kali berkonsultasi. Ibu merasa ASI nya kurang, padahal sebenarnya
cukup, hanya ibunya yang kurang yakin dapat memproduksi ASI cukup. Payudara
8

makin sering dihisap menyebabkan ASI akan makin sering dikeluarkan dan
produksi ASI makin bertambah banyak.
16
Ada dua hal yang dapat diyakini sebagai tanda ASI kurang, yaitu :
16
Pada bulan pertama berat badan bayi meningkat kurang dari 300 gram.
(dalam 1 minggu pertama kelahiran berat badan bayi masih boleh turun
sampai 10% dan dalam kurun waktu 2 minggu sudah kembali ke berat badan
semula), sedangkan pada bulan kedua sampai bulan keenam kurang dari 500
gram per bulan, atau bayi belum mencapai berat lahirnya pada usia 2 minggu.
Bayi mengeluarkan urine (air seni) yang pekat, baunya tajam / menyengat,
dengan kekerapan kurang dari 6 kali per hari.
Hal yang dapat dilakukan untuk menolong ibu yang ASI nya kurang adalah
mencoba menemukan penyebab. Ada beberapa faktor yang perlu diidentifikasi
dan diperbaiki sebagai penyebab berkurangnya ASI, yaitu :
1. Faktor menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah (1) tidak melakukan inisiasi
menyusu dini, (2) menjadwal pemberian ASI, (3) memberikan minuman prelaktal
(bayi diberi minum sebelum ASI keluar), apalagi memberikannya dengan
botol/dot, (4) kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusu, (5)
tidak mengosongkan salah satu payudara saat menyusui.
15, 16
Inisiasi menyusu dini adalah meletakkan bayi di atas dada iatau perut ibu segera
setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian
menghisapnya setidaknya satu jam setengah kelahiran. Cara bayi melakukan
inisiasi menyusu dini disebut sebagai baby crawl.
15, 16

9

Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik
dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand) termasuk pada malam hari,
minimal 8 kali per hari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi
menyusu. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang.
15, 16

Produksi ASI juga dapat berkurang bila bayi menyusu terlalu sebentar. Pada
minggu pertama kelahiran seringkali bayi mudah tertidur saat menyusu. Ibu
sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusu dengan cara menyentuh
telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap mengisap.
15, 16

Penggunaan kempeng akan membuat perlekatan mulut bayi pada payudara ibu
tidak tepat dan sering menimbulkan masalah bingung puting. Pemberian
makanan pendamping pada bayi sebelum waktunya juga sering berakibat
berkurangnya produksi ASI. Bayi menjadi cepat kenyang dan lebih jarang
menyusu. Posisi dan perlekatan mulut bayi saat menyusu juga mempengaruhi
pengeluaran ASI. Posisi dan perlekatan yang baik dapat dibaca selengkapnya di
bab Manajemen Laktasi.
15, 16

2. Faktor psikologis Ibu
Persiapan psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang
tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umumnya akhirnya
memang produksi ASI nya berkurang. Stres, khawatir, ketidakbahagiaan ibu pada
periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif.
Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.
15, 16



10

3. Faktor Fisik Ibu
Faktor fisik ibu seperti ibu sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil kontrasepsi atau
alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi,
peminum alkohol, perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat
mengurangi produksi ASI.
15, 16

Khusus untuk ibu menyusui yang sedang sakit, hanya sebagian kecil yang tidak
boleh menyusui. Ibu yang sedang mengkonsumsi obat anti kanker atau
mendapat penyinaran zat radioaktif tidak diperkenankan untuk menyusui.
Sedangkan, ibu penderita infeksi HIV memerlukan pendekatan khusus.
15, 16

Bila ibu dirawat di rumah sakit, rawatlah bersama bayinya sehingga dapat tetap
menyusui. Bila ibu merasa tidak mampu untuk menyusui anjurkan untuk
memerah ASI setiap 3 jam dan memberikan ASI perah tersebut dengan cangkir
kepada bayinya.
15, 16

Bila keadaan memungkinkan atau ibu mulai sembuh dianjurkan untuk menyusui
kembali dan bila perlu dilakukan proses relaktasi.
15, 16, 17

Ibu harus diyakinkan bahwa obat yang diberikan oleh dokter tidak membahayakan
bila menyusui. Obat yang diminum oleh ibu hanya sebagian kecil yang masuk ke
dalam ASI (kurang dari 1%). Begitu pula sangat sedikit laporan tentang efek
samping obat yang diminum oleh ibu selama proses laktasi. Walaupun demikian
beberapa obat pernah dilaporkan memberikan efek samping, antara lain: obat
psikiatri, obat anti kejang, beberapa golongan antibiotika, sulfonamid, estrogen
(pil anti hamil), dan golongan diuretika.
15, 16

11

Bayi yang mengantuk, malas minum, kuning perlu dipikirkan pengaruh obat
tertentu. Segera konsultasi ke dokter untuk memastikan hal tersebut. apabila obat
tersebut tidak dapat diganti dengan jenis obat lain, maka untuk sementara
dianjurkan memberikan susu formula kepada bayinya dan konsultasi ke klinik
laktasi rumah sakit terdekat.
15, 16

Obat antipiretik (parasetamol, ibuprofen), antibiotika (ampisilin, cloxacilin,
pebisilin, eritromisin) dapat dikonsumsi selama ibu menyusui. Sedangkan obat
anti tuberkulosa, obat cacing, antihistamin, antasida, hipertensi, bronkodilator,
kortikosteroid, obat diabetes, digoksin, dan beberapa suplemen nutrisi (yodium)
bila memang diperlukan dapat diberikan tetapi dengan pemantauan ketat dari
dokter.
15, 16

4. Faktor Bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi, misalnya bayi sakit,
prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan.
15, 16


Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar
Ibu sering kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, misalnya
pentingnya memberikan ASI, bagaimana ASI keluar (fisiologi menyusui),
bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat
menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal, termasuk cara
memberikan ASI bila ibu harus berpisah dari bayinya.
15, 16

Bila bayi terpisah dengan ibu untuk sementara waktu, ibu memerah
ASInya dan diberikan kepada bayinya dengan sendok atau cangkir. Sebaiknya
12

tidak menggunakan dot karena akan mempersulit bayi bila kembali menyusu
(bingung puting). Untuk mengurangi kemungkinan ibu belum memahami tata
laksana laktasi yang benar, pada saat usia kehamilan lebih dari 32 minggu ibu
perlu melakukan konsultasi ke klinik laktasi untuk melakukan persiapan
pemberian ASI eksklusif.
15, 16

Gambar 1. Berbagai Posisi Menyusui
Posisi tubuh yang baik dapat dilihat sebagai berikut:
19
Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast)
Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu (chest to chest)
13

Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi
membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi
Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik
Ada kontak mata antara ibu dengan bayi
Pegang belakang bahu jangan kepala bayi
Kepala terletak dilengan bukan didaerah siku
Posisi menyusui yang tidak benar dapat dilihat sebagai berikut :
19
Leher bayi terputar dan cenderung kedepan
Badan bayi menjauh badan ibu
Badan bayi tidak menghadap ke badan ibu
Hanya leher dan kepala tersanggah
Tidak ada kontak mata antara ibu dan bayi
C-hold tetap dipertahankan
Tanda perlekatan bayi dan ibu yang baik:
19
Dagu menyentuh payudara
Mulut terbuka lebar
Bibir bawah terputar keluar
Lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding bagian bawah
Tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu




14







Gambar 2. Perlekatan benar
Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka dan nyeri pada
puting susu dan payudara akan membengkak karena ASI tidak dapat dikeluarkan
secara efektif. Bayi merasa tidak puas dan ia ingin menyusu sering dan lama.
Bayi akan mendapat ASI sangat sedikit dan berat badan bayi tidak naik dan
lambat laun ASI akan mengering.
Tanda perlekatan ibu dan bayi yang tidak baik :
19
Dagu tidak menempel pada payudara
Mulut bayi tidak terbuka lebar- Bibir mencucu/ monyong
Bibir bawah terlipat kedalam sehingga menghalangi pengeluaran ASI oleh
lidah
Lebih banyak areola bagian bawah yang terlihat
Terasa sakit pada putting
15


Gambar 3. Perlekatan tidak benar
Perlekatan yang benar adalah kunci keberhasilan menyusui:
19

Bayi datang dari arah bawah payudara
Hidung bayi berhadapan dengan puting susu
Dagu bayi merupakan bagian pertama yang melekat pada payudara (titik
pertemuan)
Puting diarahkan ke atas ke langit-langit bayi
Telusuri langit-langit bayi dengan putting sampai didaerah yang tidak ada
tulangnya, diantara uvula (tekak) dengan pangkal lidah yang lembut
Putting susu hanya 1/3 atau dari bagian dot panjang yang terbentuk
dari jaringan payudara

Ibu ingin melakukan relaktasi
Relaktasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti menyusui ingin
memulai menyusui kembali. Biasanya setelah tidak menyusu beberapa lama,
produksi ASI akan berkurang, dan bayi akan malas menyusu dari ibunya apalagi
jika ia sudah diberikan minuman melalui botol. Untuk mengembalikan agar bayi
16

dapat menyusu dari ibu kembali, kita dapat menggunakan alat yang disebut
suplementer.
15,

17
Suplementer menyusui adalah alat yang digunakan sebagai suplemen kepada bayi
saat bayi menyusu pada payudara yang kurang memproduksi ASI. Jenis
suplementer yang tersedia, antara lain cangkir dan slang plastik atau breast
feeding supplementer. Dengan menggunakan suplementer bayi tidak marah karena
mendapatkan susu dari selang dan payudara ibu akan terangsang kembali untuk
memproduksi ASI.
15,

17


Gambar 2. Menyusu dengan cangkir dan slang plastik
17


Gambar 3. Alat Bantu menyusui (breastfeeding supplementer)

Produksi ASI dapat bertambah bergantung dari motivasi ibu dan keinginan bayi
untuk menyusu kembali. Bila produksi ASI sudah mencukupi, suplementer tidak
perlu digunakan lagi. Makin lama tidak menyusui, makin lama diperlukan
penggunaan suplementer.
15,

17

Bayi sudah terlanjur mendapat prelakteal feeding
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air madu,
atau susu formula dengan dot. Hal ini tidak diperbolehkan karena selain akan
menyebabkan bayi malas menyusu, bahan tersebut mungkin menyebabkan reaksi
intoleransi atau alergi.
15,

17



18

Kelainan ibu
Kelainan ibu yang sering dijumpai adalah puting lecet, puting datar, puting luka,
payudara bengkak, mastitis dan abses.
15,

18
Puting lecet / puting luka
Kelainan ini merupakan salah satu kendala dalam proses menyusui. Penyebab
yang paling utama dari puting lecet ini adalah perlekatan yang kurang baik. Bila
bayi tidak melekat dengan baik, bayi akan menarik puting, menggigit dan
menggesek kulit payudara, sehingga menimbulkan rasa sangat nyeri dan bila bayi
terus menyusu akan merusak kulit puting dan menimbulkan luka ataupun retak
pada puting. Bagaimana mengatasinya?
15,

18

Yang pertama dan utama diperhatikan adalah posisi bayi saat menyusu dan
pelekatannya. Puting yang retak, luka juga dapat disertai jamur (Kandidiasis).
Mulut bayi sebaiknya dilihat apakah terdapat jamur yang dapat mengganggu
proses menyusu atau adakah ikatan dibawah lidah yang membuat lidah tidak dapat
menjulur keluar (tongue tie).
15,

18

Pengobatan yang sesuai baik untuk ibu maupun bayi harus segera diberikan.
Membangkitkan rasa percaya diri ibu sangat diperlukan. Membangkitkan rasa
percaya diri ibu dan penjelasan bahwa kelainan hanya bersifat sementara akan
membantu ibu melanjutkan untuk menyusui bayi. Posisikan bayi agar mulutnya
melekat dengan baik sehingga rasa nyeri akan segera berkurang. Tidak perlu
mengistirahatkan payudara, tetapi tetaplah menyusu on demand.
15,

18

Bila diperlukan, bantu ibu untuk memerah ASI, dan ASI perah diberikan dengan
cangkir. Pengobatan dengan antibiotik atau anti jamur dapat diberikan bila
19

memang diperlukan, seringkali dengan mengoleskan ASI yang diperah luka dapat
sembuh. Membersihkan payudara hanya pada waktu mandi, hindari penggunaan
sabun, lotion , salep, atau menggosok-gosok dengan handuk.
15,

18

Payudara penuh dan/atau bengkak
Ibu sering datang ke Klinik Laktasi karena payudaranya bengkak, penuh dan
terasa nyeri. Biasanya terjadi pada minggu-minggu pertama setelah bayi lahir
dimana proses menyusu masih belum mantap. Payudara penuh berbeda dengan
payudara bengkak.
15,

18

Payudara penuh, (1) terjadi beberapa hari setelah persalinan, yaitu saat ASI sudah
mulai diproduksi, (2) payudara terasa nyeri berat, keras, tapi ASI masih dapat
mengalir keluar, (3) ibu tidak merasa demam. Yakinkan ibu bahwa payudara
penuh adalah suatu hal yang normal dan usahakan ibu menyusui sesering
mungkin sehingga payudara terasa lebih nyaman, rasa berat akan berkurang dan
payudara menjadi lebih lunak.
15,

18

Payudara bengkak (engorgement), (1) payudara tampak merah, mengkilat, dan
sangat nyeri, (2) terjadi karena bendungan pada pembuluh darah dan limfe, (3)
sekresi ASI sudah mulai banyak, (4) ASI tidak dikeluarkan sempurna. Payudara
bengkak dapat dicegah dengan menyusukan bayi segera setelah lahir, menyusukan
bayi tanpa jadwal, dan jangan memberi minuman lain pada bayi. Lakukan masase
dan keluarkan ASI.
15,

18

Apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah payudara bengkak? Segera
menyusui setelah bayi lahir. Inisiasi dini sangat membantu bayi/ibu dapat
melakukan proses menyusui selanjutnya. Pastikan bayi melekat dengan baik di
20

payudara. Menganjurkan ibu untuk menyusui on demand (sesuka bayi). Bila bayi
dapat menghisap susuilah bayi sesering mungkin, jangan mengistirahatkan
payudara. Namun bila bayi tak dapat menghisap, bantu ibu untuk memerah ASI
dan berikan ASI dengan cangkir.
15,

18

Melakukan stimulasi refleks oksitosin sebelum menyusui atau memerah dengan
cara kompres hangat pada payudara atau mandi dengan air hangat, memijat ibu
dengan lembut pada tengkuk dan punggung, mengurut payudara dengan lembut,
merangsang payudara dan putting, dan selalu mengusahakan ibu merasa rileks.
Setelah menyusui kompres payudara dengan air dingin, dan bangkitkan rasa
percaya diri ibu, yakinkan bahwa ibu segera dapat menyusui kembali, dan rasa
nyeri akan berkurang.
15,

18

Mastitis dan Abses
Mastitis merupakan reaksi reaksi peradangan pada payudara yang dapat disertai
infeksi atau tidak. Abses payudara merupakan suatu komplikasi dari mastitis
berupa kumpulan nanah yang terlokalisir diantara jaringan payudara.
15,

18

Mastitis, memperlihatkan gejala klinis payudara nampak merah, bengkak keras,
terasa panas dan nyeri sekali. Dapat mengenai kedua atau hanya satu payudara.
Penyebabnya antara lain puting lecet atau saluran ASI tersumbat yang tidak
ditatalaksana dengan baik. Mastitis dapat di tatalaksana dengan mengistirahatkan
ibu, ASI tetap harus dikeluarkan, berikan antibiotik dan kompres/minum obat
pengurang rasa sakit.
15,

18

Abses, memperlihatkan gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas, bengkak,
dan terasa sangat nyeri. Pada benjolan teraba fluktuasi dan suhu tubuh meningkat.
21

Bila dijumpai keadaan ini, ibu harus istirahat, ASI tetap dikeluarkan, berikan
antibiotik, insisi abses, dan kompres / minum obat pengurang rasa sakit. WHO,
mastitis

Ibu hamil saat masih menyusui
Menyusui eksklusif adalah salah satu cara kontrasepsi, sehingga biasanya ibu
jarang hamil lagi selama menyusui. Akan tetapi seandainya ibu hamil lagi saat
masih menyusui, maka dianjurkan:
16
1. Bila bayi belum berusia 6 bulan, terus menyusui karena ASI masih
merupakan makanan tunggal.
2. Bila bayi berusia 6-12 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan
makanan utama.
3. Bila bayi sudah berusia lebih dari 12 bulan, boleh disapih.
Bila menyusui tetap diteruskan, maka perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu (1)
volume ASI dapat berkurang karena pengaruh hormon ibu hamil, (2) puting akan
lecet, (3) ibu akan mengalami keletihan, (4) rasa ASI berubah ke arah kolostrum,
(5) terjadi kontraksi rahim karena hormon ibu hamil.

Ibu bekerja
Ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI
eksklusif. Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik
Laktasi untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus ditinggal.
Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja :
16, 20
22

1. Siapkan pengasuh bayi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter,
pembantu) sebelum ibu mulai bekerja kembali.
2. Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah
dapat dibekukan untuk persediaan / tambahan apabila ibu mulai bekerja.
Di dalam ruangan dengan suhu 27-32 C kolostrum dapat disimpan selama
12 jam, sedangkan ASI pada suhu 19-25 C dapat tahan selama 4-8 jam.
Bila ASI disimpan di dalam lemari es pada suhu 0-4 C akan tahan selama
1-2 hari. Penyimpanan di dalam lemari pembeku (freezer) di dalam lemari
es 1 pintu ASI tahan selama 2 bulan, sedangkan dalam freezer di lemari es
2 pintu (pintu freezer terpisah) tahan selama 3-4 bulan. Tempat
menyimpan ASI sebaiknya dari plastik polietylen, atau gelas kaca.
3. Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan
cangkir.
4. Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi
bingung puting.
5. Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera
setelah ibu pulang, dan diteruskan pada malam hari.
6. Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan di lemari es,
diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang disimpan dalam lemari
es pendingin dapat bertahan selama 2x24 jam. ASI perah ini akan
diberikan esok harinya selama ibu tidak di rumah. ASI yang diperah
terdahulu diberikan lebih dahulu.
23

7. ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan
kepada bayi dengan merendamnya dalam air hangat. ASI yang sudah
dihangatkan tidak boleh dikembalikan ke dalam lemari es. Maka yang
dihangatkan adalah sejumlah yang habis diminum bayi satu kali.
8. Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi
sampai ibu kembali dari bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah
disiapkan sebelumnya. ASI beku ini kalau akan diberikan harus
ditempatkan di lemari es pendingin supaya mencair dan harus digunakan
dalam 24 jam.

Gambar 4. Pemberian ASI dengan Cangkir

Kelainan bayi
Bayi yang menderita sakit atau dengan kelainan kongenital mungkin akan
mengganggu proses menyusu. Kelainan ini perlu ditatalaksana dengan benar agar
keadaan tersebut tidak menjadi penghambat dalam proses menyusui.
16

24

2.4 Mitos-Mitos Pemberian ASI
Menurut UNICEF/WHO, empat mitos yang paling sering adalah :
21

1. Sekali menghentikan menyusui, tidak dapat menyusui lagi. Jika bayi
mendapat susu formula, ibu dapat menyusui kembali setelah terhenti
sementara, dengan memberikan teknik relaktasi dan dukungan yang tepat.
Keadaan ini kadang-kadang sangat vital dalam kondisi darurat.
2. Stres menyebabkan ASI kering. Walaupun stres berat atau rasa takut dapat
menyebabkan terhentinya aliran ASI, akan tetapi keadaan ini biasanya
hanya sementara, sebagaimana reaksi fisiologis lainnya. jika seorang ibu
tidak bisa mengeluarkan ASI, hal yang justru harus dilakukan ibu adalah
tetap menyusu. "Ketika seorang anak menyusu pada ibunya, aliran darah
ibu akan lancar dan hormon anti stres (oxcytoxin) akan dikeluarkan
sehingga dapat meredakan ketegangan dan stres ibu yang akhirnya
mendorong produksi ASI berjalan normal kembali.
3. Ibu dengan gizi kurang tidak mampu menyusui. Ibu menyusui harus
mendapat makanan tambahan agar dapat menyusui dengan baik dan
mempunyai kekuatan untuk juga merawat anaknya yang lebih besar. Jika
kondisi gizi ibu sangat buruk, pemberian susu formula disertai alat bantu
menyusui diharapkan dapat meningkatkan produksi ASI.
4. Bayi dengan diare membutuhkan air atau teh. Berhubung ASI
mengandung 90% air, maka pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan
diare biasanya tidak membutuhkan cairan tambahan seperti air gula atau
25

teh. Pada kasus diare berat, cairan oralit (yang diberikan dengan cangkir)
mungkin dibutuhkan disamping ASI.
Mitos lain yang sering dijumpai:
22, 23
ASI harus dibuang dulu sebelum menyusu.
Alasannya, ASI yang keluar adalah ASI lama (basi). Biasanya yang
dimaksud dengan ASI lama adalah ASI yang berwarna kekuningan dan
kental; penampilannya memang seperti cairan tak segar. Padahal, ASI
kekuningan tersebut yang paling baik mutunya. "Kandungan nutriennya
paling tinggi dan memang diperolehnya pada tetesan ASI paling awal,"
jelas Eric Gultom. Warna dan penampilan ASI putih keruh serta encer
sering pula diasumsikan sebagai ASI kualitas jelek. Hal ini sama sekali tak
benar! "Warna dan kejernihan ASI sangat tergantung bahan nutrien yang
terkandung di dalamnya," jelasnya lagi. Perlu diingat, tak ada ibu yang
mempunyai ASI seputih dan seindah penampilan susu formula. Namun
begitu, kualitas ASI tak dapat ditandingi oleh susu formula manapun
Bayi harus diberi pisang atau nasi kepal/ulek agar tak kelaparan.
Sistem pencernaan bayi belum sanggup mencerna atau menghancurkan
makanan tersebut. Dengan demikian, makanan tersebut akan mengendap
di lambung dan menyumbat saluran pencernaan, sehingga akhirnya bayi
jadi muntah. Itulah mengapa, sebelum usia 6 bulan, bayi belum boleh
diberikan makanan tambahan.


26

Bayi harus diberi susu lebih kental agar cepat gemuk.
Susu yang sangat kental juga tak dapat dicerna dan menyebabkan endapan
susu di lambung sehingga bayi jadi muntah.
Bayi boleh diberi air tajin sebagai pengganti susu/pelarut susu.
Air tajin tak dapat menggantikan susu karena kandungan nutriennya
kurang; juga, tak perlu dipakai sebagai pelarut bila pengenceran susu
dengan air matang sudah sesuai petunjuk pelarutan yang diberikan pada
setiap kemasan susu kaleng.
Susu formula lebih mencegah bayi kurang gizi dibandingkan ASI.
Kekurangan gizi pada bayi bukan karena tidak minum susu formula, akan
tetapi tidak diberikan ASI dan makanan pendamping secara benar. Akibat
pemberian ASI dan pemberian makanan pendamping ASI yang salah,
maka sekitar 6,7 balita atau 27,3 persen dari seluruh balita di Indonesia
menderita kurang gizi. Sebanyak 1,5 juta di antaranya menderita gizi
buruk. Dengan ASI ekslusif selama 6 bulan dan makanan pendamping
yang tepat, bayi tidak saja tumbuh sehat dan cerdas tetapi juga mengalami
pertumbuhan emosi dan intelektual yang prima. Selain itu, ASI juga
meningkatkan emosi antara bayi dan ibu menjadi lebih erat. Hal itu
disebabkan selama proses pemberian ASI terjadi kontak fisik karena bayi
berada dalam pelukan ibunya.
Istirahat memberi ASI membantu menjamin lebih banyak susu.
Lebih banyak ASI diberikan, lebih banyak pula ASI dihasilkan.
Mengistirahkan jadwal menyusui sebenarnya dapat menurunkan suplai
27

ASI. Satu cara menjamin agar ASI tetap banyak adalah tetap memberikan
ASI secara teratur. ASI sebaiknya diberikan sedikitnya 9 sampai 10 kali
per hari untuk menjamin produksi ASI.
Susu formula membuat bayi tidur lebih baik.
Penelitian menujukan bahwa bayi yang diberikan susu formula tidak tidur
lebih baik meskipun bayi mungkin tidur lebih lama. Hal ini disebabkan
botol susu tidak dapat dicerna dengan cepat, hal ini memungkinkan
jangkauan lebih panjang diantara menyusui sehingga bayi tidur lebih lama.
Menyusui merubah bentuk dan ukuran payudara atau kurang
sensitif.
Selagi hamil ada sedikit perubahan tampilan dan rasa payudara tetapi
menyusuuui tidak menyebabkan perubahan apapun. Kenyataanya,
menyusui dapat melindungi payudara. Penelitian menujukan wanita
menyusui memiliki resiko lebih kecil terkena payudara dalam hidupnya.
Puting Susu Masuk Ke Dalam Tidak Bisa Menyusui
anggapan ini benar-benar harus dihilangkan. Masyarakat terutama para ibu
harus tahu bahwa anak menyusui bukan pada putingnya, tapi pada
payudara si ibu. Puting susu hanya sebuah marker saja yang terletak pada
payudara ibu. Masalahnya, masyarakat menduga bahwa ASI dikeluarkan
dengan cara disedot dari puting. Yang sebenarnya terjadi adalah, ASI
keluar dengan cara diperah, bukan pada putingnya tapi pada area yang
berwarna hitam.

28


Ibu Yang Sedang Sakit Dapat Menularkan Sakitnya Melalui ASI
Jangan pernah punya anggapan seperti ini, kecuali Anda yang punya
penyakit berat seperti HIV atau hepatitis. Seorang ibu yang sedang sakit,
contohnya flu tidak akan menularkan sakitnya pada si anak karena dalam
ASi sendiri terkandung antibodi yang merupakan inhibitor untuk virus atau
bakteri.


29

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan yang dapat diperoleh melalui penulisan makalah tinjauan
kepustakaan ini antara lain :
1. ASI merupakan nutrisi yang ideal pada awal kehidupan bayi
2. ASI mengandung komponen-komponen yang penting bagi pertumbuhan
dan perkembangan bayi.
3. Berbagai kendala pemberian ASI dapat diatasi dengan berbagai cara
sehingga ASI dapat tetap diberikan.
4. Peningkatan pengetahuan kepada masyarakat sangatlah penting untuk
meluruskan mitos-mitos yang salah tentang ASI.

30

DAFTAR PUSTAKA


1. Roesli U. Pentingnya ASI untuk Ibu Menyusui. 2007. Available at
http://clickar.blogspot.com/2007.
2. Kramer M, Kakuma R. The Optimal Duration Of Exclusive Breastfeeding A
Systematic Review. World Health Organization, 2002.
3. Afifah, Diana Nur. Factors Contributing to the Failure of Exclusive
Breastfeeding. Universitas Diponegoro.Semarang.2007
4. Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Profil Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2006.
5. Laporan tahunan Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2010. Banjarbaru, 2010.
6. Stanner S and Smith E. Breastfeeding: early influences on later health. Br
Nutr Found Nutr 2005; 30:94102.
7. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rekomendasi Mengenai Air Susu Ibu dan
Menyusui. Jakarta: 2010
8. Roesli U. ASI Eksklusif. Jakarta 2000: Trubus Agriwidya.
9. Soetjiningsih. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta 1997: EGC.
10. Newman J. How breastmilk protects newborns. Available from URL:
http://www.breastfeedingonline.com diunduh Oktober 2009.
11. Robertson A. Infant feeding in emergency: a guide for mothers. Copenhagen:
WHO, 1997. h. 1-48.
12. Siregar A. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI oleh ibu
melahirkan. Medan: USU digital library, 2004. h. 1-18.
13. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Strategi Nasional PP-ASI.
Jakarta: 2005.
14. Roesli U. ASI Terbaik untuk Bayi. 2005. Available at http://asi.blogsome.com
15. World Health Organization, UNICEF. Breastfeeding Counselling: A Training
Course.Trainers Guide. WHO. Geneva, UNICEF. New York. 1993.
16. Utami Roesli. Panduan Praktis Menyusui. Puspa Swara. Jakarta. 2005
17. Department of Child and Adolescent Health and Developemnt. World Health
Organization Relactation. Review of Experience and Recommendation for
Practice. WHO. Genena. 1998.
18. Department of Child and Adolescent Health and Developemnt. World Health
Organization. Mastitis. Causes and Management. WHO. Geneva. 2000.
19. Roesli U, Yohmi E. Manajemen Laktasi. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta: 2009.
31

20. Ikatan Dokter Anak Indonesia. ASI Eksklusif pada Ibu yang Bekerja. 2009
available at http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=2009317142618.
21. WHO-UNICEF. Rekomendasi tentang Pemberian Makanan Bayi pada Situasi
Darurat. 2005
22. Ulfah, Nurul. Mitos Keliru Seputar ASI. Diakses tanggal 18 maret 2011.
Available at
http://health.detik.com/read/2009/08/03/105014/1176252/764/mitos-keliru-
seputar-asi?ld991107763.
23. Hatta, meutia, Membangun Kasih Sayang Lewat ASI. Disampaikan pada
Pidato dalam Pekan ASI Sedunia. 2005.

Anda mungkin juga menyukai