Anda di halaman 1dari 43

RENCANA PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN : PENGARUH KEPOLARAN TERHADAP


FORMULASI SERBUK EFFERVESCENT
EKSTRAK DAGING BUAH GANDARIA
(Bouea Macrophylla Griffith) SEBAGAI
ANTIOKSIDAN ASAL DESA WAIHERU
KECAMATAN TELUK AMBON KOTA
AMBON
NAMA MAHASISWA : FAHMI ABDULLAH
NOMOR MAHASISWA : 150 260 060
PEMBIMBING UTAMA : Asni Amin, S.Si, M.Farm, Apt
PEMBIMBING PERTAMA : Virsa Handayani, S.Farm, Apt

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gandaria (Bouea macrophylla Griffith) atau nama lokal lainnya
jatake adalah tanaman yang berasal dari kepulauan Indonesia dan
Malaysia. Tanaman ini tumbuh di daerah tropis, dan banyak
dibudidayakan di Sumatera dan Thailand.
Buah Gandaria berbentuk bulat lonjong, berukuran kecil. Buah
yang telah masak berwarnaa kuning atau merah muda. Daging buahnya
tebal, berair, rasanya ada yang asam dan ada pula yang manis. Buah
Gandaria yang telah masak setelah dikupas dapat dimakan dalam

keadaan segar. Dapat juga sebagai bahan pembuatan sirup, dan sari
buah-buahan (Pristiyanto, 1999).
Di dalam tubuh terdapat mekanisme antioksidan atau antiradikal
bebas secara endogenik.Tetapi bila jumlah radikal bebas dalam tubuh
berlebih maka dibutuhkan antioksidan yang berasal dari sumber alami
atau sintetik dari luar tubuh. Senyawa antioksidan ini akan menyerahkan
satu atau lebih elektronnya kepada radikal bebas sehingga dapat
menghentikan kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas (Puspa dan
Harapini, 2006).
Salah satu sumber antioksidan yang digunakan yaitu antioksidan
alami yang diperoleh dari hasil ekstraksi bahan alam seperti : -karoten,
karotenoid, vitamin C dan vitamin E, ekstrak teh hijau, senyawa polifenol,
flavonoid, senyawa prosianidin, serta senyawa kurkumin dan kurkuminoid
lainnya (Astuti, 2009).
Salah satu sediaan obat saat ini yang masih dianggap baru dalam
menarik adalah bentuk sediaan serbuk effervescent. Keuntungan dari
sediaan effervescent yaitu dalam pemberian sediaan effervescent lebih
mudah, sangat membantu pada pasien seperti anak-anak, yang tidak
dapat menelan kapsul atau tablet. Sediaan effervescenf memiliki rasa
yang enak atau menyenangkan disebabkan karena karbonasi, yang
membantu menutupi rasa obat yang tidak enak. Sediaan effervesvent
mempercepat absorpsi obat dalam tubuh dibandingkan dengan tablet,
dengan menghasilkan efek terapi yang lebih cepat. Sediaan effervescent

mudah digunakan dan penampakannya menarik pada konsumen
dibandingkan bentuk sediaan tablet karena warnanya dan reaksi buih
yang dihasilkan (Parikh, 2005).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka akan dibuat suatu
penelitian tentang bagaimana mengembangkan ekstrak etanol daging
buah gandaria (Bouea macrophylla Griffith) dalam memformulasikan
bentuk serbuk effervescent sehingga dapat menghasilkan suatu sediaan
obat yang mempunyai sifat farmasetika yang baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang timbul dari
penelitian ini adalah bagaimana memformulasi sediaan serbuk
effervescent dari ekstrak etanol daging buah gandaria (Bouea macrophylla
Griffith) ?
C. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah memformulasi sediaan serbuk
effervescent dari ekstrak etanol daging buah gandaria (Bouea macrophylla
Griffith) agar memiliki sifat farmasetik yang baik.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
sediaan serbuk effervescent dari ekstrak etanol daging buah gandaria
(Bouea macrophylla Griffith) yang memiliki sifat farmasetik yang baik.


D. Manfaat Penelitian
1. Menambah data ilmiah tetang kandungan dan kegunaan dari buah
gandaria (Bouea macrophylla Griffith)
2. Menambah pengetahuan kepada peneliti tentang bagaimana
memformulasi ekstrak daging buah gandaria (Bouea macrophylla
Griffith) sebagai serbuk effervescent.
3. Memberi informasi kepada masyarakat tentang kegunaan dari buah
gandaria (Bouea macrophylla Griffith)












E. Kerangka Pikir




















Daging Buah Gandaria
(Bouea Macrophylla
Griffith)


Beta Karotin dan
Vitamin C

Ekstark Daging Buah
Gandaria (Bouea
Macrophylla Griffith)

Formulasi granul
effervescent

Antioksidan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi (Cakmus,2008)
Adapun klasifikasi dari gandaria yakni :
Regnum : Plantae
Sub Regnum : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Bouea
Spesies : Bouea macrophylla Griffith.
2. Nama Daerah Tanaman (Wardiono, 2007)
Gandaria (Jawa), jatake, gandaria (Sunda), remieu (Gayo),
barania (Dayak ngaju), dandoriah (Minangkabau), wetes (Sulawesi
Utara), Kalawasa, rapo-rapo kebo (Makasar), buwa melawe (Bugis).



3. Sifat dan Morfologi (Wardiono, 2007)
Pohon, tinggi mencapai 27 m, kulit batang beralur coklat terang,
percabangan sering kali melengkung, menyiku atau mendatar. Daun
bundar telur memanjang sampai lanset atau jorong, panjang 11- 45 cm
dan lebar 4 - 13 cm, berhadapan silang, tunggal, menjangat, mengkilat,
tepi rata, pangkal runcing sampai membaji, ujung runcing sampai
melancip. Perbungaan aksiler dan berbentuk malai, panjang 4 - 12 cm.
Bunga tetramerus, kecil, cuping kelopak bundar telur melebar, daun
mahkota lonjong sampai bundar telur terbalik dan berwarna kekuningan
yang segera berubah menjadi coklat. Buah pelok, agak bulat, bergaris
tengah 2,5 - 5 cm, kuning sampai orange, rasanya asam sampai manis
dengan bau terpentin yang cukup khas. Berdasarkan rasa buah ada
beberapa kultivar di Kalimantan, yaitu `Hintalu` adalah kultivar yang
rasanya sangat asam, sedangkan Ramania Pipit` dan `Ramania
Tembaga` adalah kultivar yang rasanya manis ( berdaging buah merah
gelap).
4. Kandungan Buah (Anonim, 2008).
Kandungan Nutrisi Buah Gandaria per 100 gram buah menurut
Divisi Nutrisi Depkes Thailand (The Nutrition Division of the Thai
Department of Health) : air 86.6 g, protein 40 mg, lemak 20 mg,
karbohidrat 11.3 g, serat 150 mg, calcium 9 mg, phosph 4 mg, zat besi

0.3 mg, Beta karotin 23 mg, thiamine 0.11 mg, riboflavin 0.05 mg, niacin
0.5 mg dan vitamin C 100 mg.
5. Habitat (Wardiono, 2007).
Pohon Gandaria sangat cocok tumbuh di daerah tropika basah
dengan tanah yang subur. Secara alami Gandaria tumbuh di hutan-
hutan dataran rendah sampai pada ketinggian 300 m dpl., tetapi pada
tanaman yang telah dibudidayakan dapat tumbuh sampai pada
ketinggian 850 m dpl.
6. Penyebaran (Wardiono, 2007).
Gandaria adalah tanaman asli dari Sumatera Utara,
Semenanjung Malaysia dan Jawa Barat. Pohon Gandaria telah ditanam
sebagai pohon buah-buahan di Sumatera, Jawa bagian barat,
Kalimantan dan Ambon serta di Thailand.
B. Antioksidan
1. Pengertian Antioksidan
Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang mampu
menunda, memperlambat atau menghambat reaksi oksidasi pada
makanan, obat yang dapat mengakibatkan ketengikan (rancidity) pada
makanan maupun kerusakan (degradasi) pada obat (Wulandari, 2009).



2. Mekanisme Antioksidan
Antioksidan dapat menghambat atau memperlambat oksidasi
melalui dua jalur yaitu :
a. Melalui penangkapan radikal bebas (free radical scavenging).
Antioksidan jenis ini disebut sebagai antioksidan primer. Termasuk
dalam jenis ini adalah vitamin E (-tokoferol) dan flavonoid.
b. Tanpa melibatkan penangkapan radikal bebas. Antioksidan ini
disebut dengan antioksidan sekunder yang mekanisme
pengikatannya melalui pengikatan logam; menangkap oksigen;
mengubah hidroperoksida menjadi spesies non radikal; menyerap
sinar ultraviolet dan mendeaktivasi oksigen singlet (Wulandari,
2009).
3. Sumber Antioksidan
Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dalam dua
kelompok, yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetik reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksi dan hasil
ekstraksi bahan alami).
a. Antioksidan Sintetik
Ada empat antioksidan sintetik yang penggunaannya meluas
dan menyebar di seluruh dunia, yaitu Butil Hidroksi Anisol (BHA),
Butil Hidroksi Toluen (BHT), Propil galat, Tert-Butil Hidroksi Quinon
(TBHQ).






Gambar 1 : Struktur kimia beberapa antioksidan sintetik
b. Antioksidan Alami
Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari (1)
senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen
makanan, (2) senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi
selama proses pengolahan, (3) senyawa antioksidan yang diisolasi
dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan sebagai bahan
tambahan pangan.
Senyawa bahan alami yang digunakan sebagai antioksidan
antara lain : -karoten, karotenoid, vitamin C dan vitamin E, ekstrak
teh hijau, senyawa polifenol dan flavonoid, senyawa prosianidin,
serta senyawa kurkumin dan kurkuminoid lainnya (Wulandari, 2009).
C. Metode Ekstrak Bahan Alam
1. Defenisi Ekstraksi (Ditjen POM, 1979)
Ekstraksi adalah penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif
dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan
termasuk biota laut. Komponen kimia yang terdapat pada tanaman,
hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung
senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik. Pelarut

organik yang paling umum digunakan untuk mengekstraksi
komponen kimia dari sel tanaman adalah methanol, etanol,
kloroform, heksan, eter, aseton, benzene dan etil asetat.
Tujuan ekstraksi iyalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia. Proses ekstraksi ini didasarkan atas
perpindahan massa komponen zat padat yang ada dalam simplisia
kedalam pelarut organic. Setelah pelarut menembus permukaan,
dinding sel zat padat yang terlarut, berdifusi karena factor perbedaan
konsentrasi dalam sel dan pelarut organik diluar sel, proses ini
berselang terus-menerus sampai terjadi keseimbangan antara
konsentrasi cairan zat aktif didalam dan diluar sel.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diupkan dan massa serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan.
2. Jenis-jenis ekstraksi (Ditjen POM, 1979)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah
ekstraksi secara panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air,
dan ekstraksi secara dingin dengan cara maserasi, perkolasi dan
dengan alat soxhlet.
Maserasi merupakan cara penyarian yang paling sederhana.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat

aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Cairan penyari yang
umum digunakan pada metode maserasi adalah etanol dan
methanol.
Maserasi umumnya dilakukan dengan cara memasukkan
sampel yang telah diserbukkan dengan derajat halus tertentu
sebanyak 10 bagian ke dalam bejana maserasi yang dilengkapi
pengaduk mekanik, kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari,
ditutup, dan dibiarkan selama 5 hari pada temperature kamar
terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari,
disaring ke dalam wadah penampung kemudian ampasnya diperas
dan ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian
disaring lagi hingga diperoleh sari sebanyak 100 bagian. Sari yang
diperoeh ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindung dari
cahaya selama 2 hari, endapan yang diperoleh dipisahkan dan
filtratnya dipekatkan.
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari selama beberapa hari pada temperature kamar terlindung
dari cahaya.
Metode maserasi dapat dilakukan modifikasi seperti berikut :
a. Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar
cairan penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini

penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan
melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
b. Maserasi digesti
Maserasi digesti adalah cara maserasi dengan
menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40 50
0
C.
Cara ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya
tahan terhadap pemanasan.
c. Maserasi Melingkar Bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat
dilaksanakan secara sempurna, karena perpindahan massa akan
berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatasi
dengan maserasi melingkar bertingkat.
d. Remaserasi
Remaserasi adalah penyaringan yang dilakukan dengan
membagi dua cairan yang digunakan, kemudian seluruh serbuk
simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah
dienap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan
cairan penyari yang kedua.
e. Dengan mesin pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang dapat berputar terus-
menerus waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6
sampai 24 jam maserasi dapat selesai.

D. Uraian Effervescent
1. Pengertian Effervescent
Effervescent didefinisikan sebagai pengeluaran gelembung gas
dari suatu cairan sebagai hasil dari reaksi kimia. (Lachman, 1986).
2. Komponen Penyusun Effervescent
a. Sumber Asam
Keasaman yang diperlukan untuk reaksi buih dapat berasal
dari tiga sumber utama : asam-asam makanan, asam anhidrida,
dan garam-garam asam. Asam-asam makanan adalah yang paling
umum digunakan. Asam-asam tersebut terdapat di alam dan
digunakan sebagai bahan tambahan makanan dan semua asam
tersebut dapat dicerna. Contoh asam-asam makanan seperti asam
sitrat, asam tartarat, asam malat, asam fumarat, asam adipat dan
asam suksinat. Contoh asam anhidrida seperti asam suksinat
anhidrida. Garam-garam asam seperti dinatrium dihidrogen
pirofosfat dan natrium asam sulfit (Lachman, 1986).
b. Sumber Karbonat
Garam-garam karbonat terdapat dihampir semua sediaan
effervescent sebagai penghasil gas karbon dioksida. Baik bentuk
karbonat maupun bikarbonat sangat baik namun bikarbonat lebih
reaktif dan merupakan sumber karbonat yang paling sering
digunakan. Contoh sumber-sumber karbonat yaitu natrium

bikarbonat, natrium karbonat, kalium bikarbonat dan kalium
karbonat, natrium sesquikarbonat, L-Lisin karbonat (Lachman,
1986).
c. Bahan Tambahan Lain
Bahan tambahan lain yang digunakan dalam granul
effervescent adalah pemanis (sweetener), pewarna (coloring
agent), dan pengaroma (flavoring agent). Pewarna dapat meliputi
semua pewarna yang dapat larut dan cocok untuk makanan,
seperti F.D.& C dan semua pewarna alami dalam jumlah yang
berkisar dari 0.1 - 3.5% dari berat total formulasi.
Pengaroma yang dapat dipilih dari pengaroma sintetik atau
dari ekstrak alami. Aroma lemon, orange, dan semua essens buah
sangat cocok untuk memperoleh persyaratan organoleptik dalam
jumlah yang berkisar dari 0.5% - 3.0% dari berat total formulasi
(Parikh, 2005).
E. Metode Pembuatan Granul Effervescent
1. Metode Granulasi Basah
Proses granulasi basah dalam dua tahap yang terpisah adalah
yang paling disarankan dan cocok untuk peralatan konvensional
seperti high - shear granulator- dryer dan fluid bed processor. Bahan
asam dan alkali di granulasi secara terpisah. Air, alkohol, larutan
hidroalkohol dapat digunakan sebagai cairan pengikat karena proses

ini merupakan proses granulasi basah yang standar. Prosedur yang
lazim adalah menggranulasi hanya salah satu dari sumber buih dan
menambahkan sumber buih lainnya dalam bentuk serbuk dalam
campuran akhir (Parikh, 2005).
Dalam kasus tertentu hanya komponen asam dari formulasi
yang digranulasi dan kemudian dicampur dengan natrium bikarbonat,
bahan tambahan lainnya seperti pengaroma kemudian dapat
ditambahkan dan dicampur (Parikh, 2005).
2. Metode Granulasi Kering
Granulasi kering dengan menggunakan roller compactor
merupakan metode yang paling tepat karena kemudahannya, biaya
yang rendah, dan jumlah produksi yang tinggi (Parikh, 2005).
Proses alternatif dari ganulasi kering adalah mengempa
langsung semua bahan, dalam menghindari masalah pengerjaan dan
masalah kestabilan (Parikh, 2005).
Farmakope Inggris edisi 1911 menjelaskan prosedur
pembuatan secara lengkap (Parikh, 2005).
Granul effervescent dibuat dengan mencampur asam sitrat dan
asam tartarat dengan bahan obat, dan natrium bikarbonat dengan gula
bila ada; dan kemudian mencampur bahan - bahan tersebut
bersamaan, dan granulasi campuran tersebut dengan mengaduk -

aduk dalam wadah yang dipanaskan hingga antara 93
0
dan 104
0
, ayak
dengan ayakan dengan ukuran yang sesuai, keringkan pada suhu
tidak melebihi 54
0
. Metode ini menghasilkan hasil yang memuaskan
tetapi metode alternatif berikut juga disarankan (Parikh, 2005):
Campur natrium bikarbonat, gula, dan bahan obat, ayak
campuran tersebut dengan ayakan stainless steel No, 20 - 30,
campurkan asam- asam dengan cara yang sama, campurkan kedua
serbuk tersebut. Tempat campuran serbuk dalam wadah yang sesuai,
panaskan hingga suhu 75
0
85
0
, jika diperlukan tidak melebihi suhu
tertinggi. Jika massa telah lembab atau dalam kondisi plastis untuk
dapat digranulasi, ayak massa lembab tersebut dengan ayakan
stainless steel sesuai dengan ukuran granul yang diinginkan,
keringkan granul pada suhu tidak melebihi 50
0
(Parikh, 2005).
D. Evaluasi Granul
1. Uji Bobot Jenis
Bobot jenis adalah konstanta/kerapatan bahan yang tergantung
pada suhu baik untuk bentuk cair, padat dan gas yang homogen.
Bobot jenis didefinisikan sebagai perbandingan antara massa bahan
(m) terdapat volumenya (v) (Voight, 1984).
|
.
|

\
|
=
ml
gr
v
m



Bobot jenis reaktif yaitu bobot jenis yang mengacu kepada
ukuran berat dan merupakan perbandingan berat serta bagian volume
yang sama dari zat yang diteliti terhadap air, dimana keduanya diukur
pada suhu 200 C (Yoigth, 1984).
Bobot jenis sejati adalah perbandingan dari massa dengan
volume bentuk padat tanpa ruang rongga, sedangkan bobot jenis
nyata, volume yang membesar akibat adanya pori-pori, turut untuk
diperhitungkan. Dengan demikian, bobot jenis nyata secara numerik
akan lebih kecil dari pada bobot jenis sejati (Voigth, 1984).
2. Uji porositas
Porositas merupakan karakteristik dari serbuk dengan
sesungguhnya serbuk memiliki perbedaan jarak antara 9%-10%
porositas. Meskipun tak ada satupun bahan yang memiliki jarak yang
demikian, secara teoritis kekosongan untuk sebuah sistem dan
lingkaran partikel untuk ukurannya sendiri, kekosongan dari serbuk
umumnya dapat ditingkatkan seperti ukuran partikel yang diturunkan
(Parrot, 1971).
3. Uji Kecepatan Aliran
Secara alternatif, resistensi terhadap gerakan partikel, terutama
untuk serbuk. Serbuk grander dengan kohesi kecil, dapat ditetapkan
dengan menentukan laju aliran Q melalui suatu celah lingkaran
(misalnya cetakan tablet) yang dipasang pada dasar wadah silinder.

Percobaan aliran dengan campuran berbagai fraksi dari bahan yang
sama dapat sangat berharga, karena dalam banyak hal. Disana
terdapat proporsi optimum yang menuju kelaju alir maksimum
(Lachman; 1994)
alir Waktu
granul Bobot
alir Kecepa = tan
4. Uji Angle of Repose
Amidon dan Haghton, mendiskusikan metode - metode untuk
meneliti aliran serbuk, diantaranya : Angel of repose, aliran diam,
lubang indeks tekan. Menurut shearen, tidak ada metode tunggal,
walaupun demikian semua parameter dapat digunakan untuk
mengaktifkan aliran serbuk yang terbentuk oleh granulasi. Sudut
antara permukaan bebas, tumpukan statis, dan permukaan antar yang
didapat merupakan jumlah maksimal (Hebert, 1989).
E. Uraian Bahan
1. Gandaria (Bouea macrophylla Griffith) (Cakmus,2008).
Asal : Desa Waiheru Kecamatan Teluk Ambon Kota
Ambon
Kandungan Kimia : Kandungan Nutrisi Buah Gandaria per 100
gram buah menurut Divisi Nutrisi Depkes
Thailand (The Nutrition Division of the Thai
Department of Health) : air 86.6 g, protein 40

mg, lemak 20 mg, karbohidrat 11.3 g, serat 150
mg, calcium 9 mg, phosph 4 mg, zat besi 0.3
mg, Beta karotin 23 mg, thiamine 0.11 mg,
riboflavin 0.05 mg, niacin 0.5 mg dan vitamin C
100 mg.
2. Natrium bikarbonat (Gennaro,2000; Kibbe,2000)
Nama lain : Monosodium karbonat , sal de vichy, sodium
acid carbonate, sodium hydrogen carbonate,
soda kue, baking powder
Rumus molekul : NaHC0
3
Berat molekul : 84,01
Pemerian : Serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau,
memiliki rasa asin dan sedikit rasa basa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol 95% dan eter, 1
bagian natrium bikarbonat larut dalam 4 bagian
air dengan suhu 100
0
C,10 bagian air dengan
suhu 25
0
C, 12 bagian air dengan suhu 18
0
C.
Kegunaan : Pemakaian pada formulasi dan teknologi
farmasi yaitu sebagai penghasil karbondioksida
pada tablet dan granul effervescent. Juga
digunakan secara luas untuk memproduksi

atau mempertahankan pH alkali pada sediaan.
Di gunakan juga pada produk makanan
sebagai baking soda.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
3. Asam sitrat (Ditjen POM,1979;Gennaro, 2000; Kibbe, 2000)
Nama Lain : Acidum citricum, 2-Hydroxpropane 1,2,3-
tricarboxyclic acid monohydrate, atau 2 -
hydroxyl - 1,2,3 - propanetricarboxylic acid
monohydrate
Rumus molekul : C
6
H
g
0, -H
2
0
Berat molekul : 210,14
Pemerian : Hablur tidak berwarna, berbentuk serbuk atau
granul kristal yang bagus berwarna bening
sampai putih, tidak berbauh, memiliki rasa yang
sangat asam dan agak higroskopik dalam
udara lembab, merapu dalam udara kering dan
panas.
Kelarutan : Larut 1 dalam 1,5 bagian etanol (95%) dan 1 g
dalam kurang dad 1 bagian air, sukar larut
dalam eter, dan mudah larut dalam etanol

Kegunaan : Sebagai zat tambahan pada penyiapan syrup
asam sitrat, garam effervescent. Bahan
penambah keasaman pada antioksidan, bahan
yang dapat mempertahankan pH sediaan,
bahan pengkhelat, dan bahan yang dapat
memperbaiki rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. Asam tartrat (Ditjen POM, 1979; Gennaro, 2000; Kibbe, 2000)
Nama Lain : Tartaric acid, acidum tartaricum,
2,3 - Dihydroxybutanedioic acid,
2,3 - Dihydroxybutane -1,4 - dioic acid,
2,3 - Dihydroxysuccinic acid, d-tartaric acid
Rumus molekul : C
4
H
4
O
6

Berat molekul : 150,09
Pemerian : Habiur tidak berwarna atau serbuk putih, tidak
berbauh rasa sangat asam.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut
dalam etanol (95%) P, sukar larut dalam eter P,
praktis tidak larut dalam kloroform, larut dalam
glycerin, 1,7 bagian metanol.

Kegunaan : Sebagai bahan penambah keasaman,
menutupi rasa, dan sebagai antioksidan yang
sinergis. Pada produk makanan, minuman, dan
permen digunakan sebagai asidulan, untuk
memperbaiki rasa. Pada formulasi farmasi
dikombinasikan dengan bikarbonat sebagai
komponen asam pada serbuk, granui dan tablet
effervescent.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5. Colloidal Silicon Dioxide ( Gennaro, 2000; Kibbe, 2000)
Nama lain : Aerosil, Cab-O-SiI, colloidal silika, asam silika,
silika anhidrida.
Rumus molekul : SiO
2
Berat Molekul : 60,08
Pemerian : Hablur berwarna putih, tidak berbau, ringan,
dan tidak berasa.
Kelarutan. : Praktis tidak larut dalam pelarut orgalnik, air
dan asam, kecuali asam hidroflorik, larut dalam
larutan panas alkali hidroksida. Bentuk koloidal
larut didispersikan dengan air.
Kegunaan : Sebagai adsorben

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan baik
6. Sakarin (Gennaro, 2000; Kibbe, 2000)
Nama lain : Saccaharin, saccharinum
Rumus molekul : C
7
H
5
NO
3
S
Berat molekul : 183,18
Pemerian : Kristal putih atau bubuk kristal putih yang
hampir tidak barbau dan memiliki rasa yang
sangat manis 500 kali dari sukrosa.
Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol (95%), kurang larut
dalam air. Pada suhu 20
0
C kelarutanya adalah
1% b/v pada pH 5,2. Kelarutannya meningkat
pada temperatur yang tinggi pada pH 2 dan
pada suhu 20
0
C kelarutannya 10% b/v.
Kegunaan : Sebagai bahan pemanis
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan baik
7. Alkohol (Dirjen POM, 1979; Kibbe 2000)
Nama resmi : Aethanolum, etanol, ethyl alcohol, ethyl
hidroksida
Rumus molekul : C
2
H
6
O
Berat molekul : 46,07

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap
dan mudah begerak; bau khas rasa panas
mudah terbakar dengan memberikan nyala biru
yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
P, dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai pelarut, pengawet, anti mikroba,
desinfektan, dan penetrasi kulit.









BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini dilakukan secara eksperimental, yang
merupakan penelitian laboratorium dengan menggunakan rancangan
eksperimental sederhana.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai
selesai, di Laboratorium Farmaseutika Fakultas Farmasi Universitas
Muslim Indonesia.
C. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat-alat yang digunakan
Ayakan no.18 dan no.60, batang pengaduk, corong pisah
(Pyrex), Erlenmeyer 250 ml, 500 ml, (Pyrex), gelas piala 500 ml
(Pyrex), gelas ukur 250 ml (Pyrex), lumpang, neraca o'hous, oven
(Memmert), pengukur waktu (Seiko), piknometer (Pyrex).
2. Bahan-bahan yang digunakan
Alkohol 70%, aluminium foil, asam sitrat, asam tatrat, cab-o-sil,
ekstrak daging buah gandaria, kertas timbahg, natrium bikarbonat, dan
sakarin.



D. Prosedur Penelitian
1. Pengambilan dan Perlakuan sampel
Bahan penelitian berupa daging buah gandaria (Bouea
macrophylla Griffith) yang diperoleh dari Desa Waiheru, Kecamatan
Teluk Ambon, Kota Ambon. Sampel buah gandaria (Bouea macrophylla
Griffith) yang telah diperoleh dicuci dengan air mengalir, kemudian
dikupas kulit luarnya dan dagingnya dipotong-potong kecil lalu dikering
anginkan, sesudah itu sampel siap untuk diekstraksi.
2. Pembuatan sampel
Simplisia daging buah gandaria (Bouea macrophylla Griffith)
sebanyak 500 gram dimasukkan kedalam wadah maserasi,
ditambahkan etanol 96 % hingga simplisia buah gandaria tersebut
terendam, dibiarkan selama 5 hari dalam bejanah tertutup dan
terlindung dari cahaya matahari langsung sambil sesekali diaduk.
Setelah 5 hari, simplisia disaring dan residunya direndam lagi dengan
cairan penyari yang baru, proses ini dilakukan berulang sebanyak 3 kali
dan hasil filtratnya atau ekstrak etanol cairnya disatukan dalam satu
wadah. Kemudian ekstrak etanol cair tersebut diuapkan untuk
mendapatkan ekstrak etanol kering.
3. Formulasi Sediaan Granul Effervescent
Dirancang 3 jenis sediaan granul effervescent sebanyak 4 gram
sediaan (1 sachet) dari ekstrak daging buah gandaria sebanyak 0,55

gram, dengan penambahan cab-o-sil (0,1 g, 0,15 g, 0,2 g), natrium
bikarbonat, asam sitrat, asam tartrat dan sakarin. Untuk formula
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
4. Pembuatan Granul Effervescent
1. Dibuat granul effervescent dengan metode peleburan.
2. Sebelum semua bahan dicampur, terlebih dahulu asam sitrat
dihaluskan
3. Bahan-bahan tambahan lain digerus bersamaan dengan ekstrak
daging buah gandaria sampai homogen.
4. Setelah penggerusan, serbuk diletakkan di atas lempeng atau
nampan yang sesuai untuk dimasukkan ke dalam oven pada suhu
34-40
0
C.
5. Selama proses pemanasan serbuk diaduk-aduk dengan
menggunakan spatel.
6. Setelah terbentuk gumpalan granul dengan massa yang lembab,
granul dikeluarkan dari oven untuk dilewatkan pada ayakan no 18.
7. Granul yang didapatkan dikeringkan kembali dalam oven dengan
suhu tidak lebih dari 54
0
C.
8. Setelah benar-benar kering, granul segera dipindahkan ke dalam
wadah lalu disegel kemudian disimpan pada wadah yang tidak
lembab.


5. Evaluasi Granul (Lachman, 1986)
1. Pemeriksaan Organoleptik
1.1. Uji bau
Granul effervescent di letakkan diatas telapak tangan lalu
cium aromanya.
1.2. Uji Rasa
Granul effervescent diambil sedikit kemudian diletakkan
diujung lidah dan dikecap selama kurang lebih 10 detik.
1.3. Uji warna
Granul effervescent diamati wamanya secara langsung.
2. Uji Kadar Air Granul Gandaria (Bouea Macrophylla Griffith)
Kadar air ditentukan dengan menimbang granul sebelum
dikeringkan dan setelah dikeringkan. Kadar air dinyatakan sebagai
MC (Moisture Content) dengan rumus berikut :
% 100
ker
ker
%
ing granul Bobot
ing granul Bobot basah granul Bobot
MC

=
3. Uji Waktu Alir
Ditimbang setiap formula campuran granul effervescent
sebanyak 100 gram lalu dimasukkan kedalam corong pisah yang
lubang bawahnya ditutup dan pada bagian bawah corong diberi alas
kertas. Setelah granul terisi dengan baik dan rata, tutup corong pisah

dibuka hingga granui mulai meluncur. Waktu yang dibutuhkan oleh
granul ketuar dari corong pisah dicatat. Untuk serbuk atau granul,
waktu alirnya bagus bila mempunyai waktu alir tidak lebih dari 10
detik
4. Uji Sudut Diam
Campuran granul dimasukkan dalam corong pisah hingga
penuh, lalu penutup corong di buka dan granul dibiarkan mengalir
keluar hingga kertas yang digunakan sebagai alas horizontal tertutupi
oleh timbunan serbuk dengan ketinggian tertentu. Kemudian diukur
puncak timbunan serbuk dan diameter lingkaran dasar timbunan.
Sudut diam antara 20
0
- 40
0
menunjukkan sifat air yang bagus. Sudut
diam dihitung dengan rumus sebagai berikut :
D
h
Tg
2
= u
Dimana : h = inggi timbangan granul (cm)
D = Diameter timbunan granul (cm)
u = Sudut diam (
0
)
5. Uji Kemampuan Terdispersi Granul Effervescent
Diuji granul sediaan effervescent dalam gelas yang berisi air
dengan volume 200 ml pada suhu 35
0
C, ditentukan waktunya mulai

dari serbuk dimasukkan dalam gelas hingga serbuk terdispersi
dengan baik dalam waktu kurang dari 1 dan 2 menit (Mohrle, 1980)
6. Penetapan Bobot Jenis Sejati, Bobot Jenis Mampat, dan
Porositas
Sebanyak 100 gram granul dimasukkan kedalam gelas ukur
250 ml dan dicatat volumenya (Vo). Kemudian dilakukan pengetukan
dengan alat dan volume pada ketukan ke 50 dan 500 lalu dilakukan
perhitungan sebagai berikut :
mampat Volumen
granul Bobot
mampat Bj =
Penetapan bobot jenis sejati dilakukan dengan cara
menimbang piknometer 50 ml yang kosong (a) piknometer kemudian
diisi dengan paraffin cair dan ditimbang kembali (b), lebih kurang 1
gram serbuk diisikan dalam piknometer kosong, kemudian ditimbang
(c) paraffin cair ditambahkan hingga penuh kemudian ditimbang
kembali (d) bobot jenis paraffin cair dapat dihitung sebagai berikut :
ml g
al b
cair paraffin jenis Bobot /
50

=
) / ( i j Vp
granul Bobot
sejati Bj

=
100
1
x
sejati Bj
mamapat Bj
Porositas
|
|
.
|

\
|
=

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian


B. Pembahasan

















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran















DAFTAR PUSTAKA
Ansel,H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat,
penerjemah Farida Ibrahim, Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Anonim.,2008., Nostalgia buah gadaria, (Online),
(http://www.ibujempol.com/nostalgia-buah-gandaria/, diakses
tanggal 9 februari 2010).
Astuti, Yuni N, 2009.,Uji Aktivitas Penangkap Radikal DPPH Oleh Analog
Kurkumin Monoketon dan Nheteroalifatik Monoketon.Universitas
Muhammadiyah,Surakarta,(Online),(http://etd.eprints.ums.ac.id/52
47/1/K100050282.pdf, diakses tanggal 10 februari 2010).
Bassett, J., 1994, Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik,
Penerbit Buku Kedokteran (EGC), Jakarta.

Cakmus.,2008.,Plantamor Situs Dunia Tumbuhan, (Online),
(http://www.plantamor.com/index.php?plant=214, diakses tanggal
10 februari 2010).
Ditjen POM., 1979., Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen
Kesehatan RI; Jakarta.
Ditjen POM., 1995., Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen
Kesehatan RI; Jakarta.
Ditjen POM., 1979., Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; Jakarta.
Gennaro, A, dkk., 2000., Remington'S Pharmaceutical Science
20th
.,

Mack
Publishing Company., Easton., Pennysylvania.
Herbert, A, dkk., 1989., Pharmaceutical Dosage Form, Vol ll., Marcel
Dekker., INC., New York and Burcel.

Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Kibbe, A., H., 2000., Handbook of Pharmaceuticics Excipiet
3
"'

.,

America
Pharmaceutical Press., Washington Dc.
Kumalaningsih,S., 2006, Antioksidan Alami, Trubus Agrisarana.
Surabaya.
Lachman, L., Lieberman, H., A., and Kanig, J., L., 1986., terjemahan Teori
dan Praktek farmasi Industri., Oleh Siti Suyati. 1994., UI-Press.,
Jakarta.
Martin, A, Swarbrick,J, dan Cammarata, A.,1993.Farmasi Fisik 2, Dasar-
dasar kimia fisik dalam ilmu farmaseutik.Universitas Indonesia, UI-
Press; Jakarta.
Mulja, M dan Suharman, A., 1995, Analisis Instrumen, Airlangga
Universitas Press, Surabaya.
Parikh, Dilip M., 2005., Handbook of Pharmaceutical Granulation
Technology., Taylor and Franis Group ,..\ USA.
Parrot,E.L.,1971, Pharmaceutical Technology, Fundamental
Pharmaceutics, Third Edition, Burgess Publishing Co.,
Minneapolis.
Pristiyanto, D., 1999.,Tumbuhan langka gandaria,(Online),
(http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id/msg00443.html,
diakses tanggal 9 Februari 2010).
Puspa, P dan Harapini, M.,2006., Nilai peroksida dan aktivitas anti radikal
bebas diphenyl picril hydrazil hydrate (DPPH) ekstrak metanol
Knema laurina.Majalah Farmasi Indonesia. LIPI, Bogor, (Online),
(http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/files/news/6._17-1-2006-praptiwi.pdf.
diakses tanggal 10 februari 2010).
Sarker, S dan Nahar, L.,2009.,Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi, Bahan
Kimia Organik Alam dan Umum.Pustaka Pelajar; Jakarta.

Stahl, E.,1985.,Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi.Institut
Teknologi; Bandung.
Stecher, Paul., 1973 , The Merck Index Eight Edition, Merck & CI., INC.
Rahway, N.J, USA.
Voight, R., 1984., Buku Pelajaran Tekhnologi Industri., diterjemahkan oleh
S,N Soewandi, Edisi V., Gajah Mada iniversity Press., Jogyakarta.
Wulandari, Ratna R.,2009.,Uji Aktivitas Penangkap Radikal DPPH Analog
Kurkumin Siklik dan N-Heterosiklik Monoketon.Universitas
Muhammadiyah,Surakarta,(Online),(http://etd.eprints.ums.ac.id/52
62/1/K100050300.pdf, diakses tanggal 10 februari 2010).

























Pengolahan simplisia daging buah gandaria
(Bouea macrophylla Griffit)




































Gambar 1. Skema Kerja


Kesimpulan
Pembahasan hasil penelitian
Pembuatan ekstrak etanol daging buah
gandaria (Bouea macrophylla Griffit)
Pembuatan serbuk effervescent dari ekstrak
etanol daging buah gandaria
(Bouea macrophylla Griffit)
Pengujian sifat farmaseutika granul, meliputi :
- Pemeriksaan organoleptis
- Uji kadar air
- Uji waktu alir
- Uji sudut diam
- Uji waktu terdispersi
- Uji porositas
Pengumpulan data dan analisis

Tabel 1. Rancangan Formula Serbuk Effervescent Ekstrak Etanol
Daging Buah Gandaria (Bouea macrophylla Griffith)
No. Bahan
Formula
A
(g)
B
(g)
C
(g)
1 Ekstrak Daging Buah Gandaria 0,55 0,55 0,55
2 Cab - O Sil 0,1 0,15 0,2
3 Natrium bikarbonat 1,7793 1,7527 1,7261
4 Asam sitrat 0,5533 0,5155 0,5077
5 Asam tartrat 1,0466 1,031 1,0154
6 Sakarin 0,0008 0,0008 0,0008















Lampiran 1. Contoh Perhitungan Dosis dan Bahan
A. Perhitungan Dosis untuk Daging Buah Gandaria (Bouea macrophylla
Griffith)
Ditimbang XXX g daging buah gandaria setara dengan XX g berat
ekstrak kental daging buah gandaria.
B. Perhitungan Bahan untuk 1 (Satu) Sachet
Dibuat serbuk effervescent sebanyak 4 gram untuk 1 sachet, yang
mengandung :
Formula 1, dengan variasi ekstrak dan cab-o-sil
Granul Gandaria : 0,55 g ekstrak + 0,1 g cab-o-sil = 0,65 g
Sakarin = 0,0008 g
0,6508 g
Untuk bahan tambahan : 4 g 0,6508 g = 3,3492 g
Dengan perbandingan Asam sitrat : Asam tartrat : Natrium bikarbonat
( 1 : 2 : 3,4 )

Asam sitrat :

Asam tartrat :

Natrium bikarbonat :



1
x 3,3492 = 0,5533 g
64
2
x 3,3492 = 1,0466 g
64
3,4
x 3,3492 = 1,7793 g
64








Gambar 2 : Buah Gandaria (Bouea macrophylla Griffith)






Gambar 3 : Foto Daging Buah Gandaria (Bouea macrophylla Griffith)








Gambar 4 : Foto Pohon Gandaria (Bouea Macrophylla Griffith)






Gambar 5 : Foto Pohon dan Buah Gandaria (Bouea Macrophylla Griffith)







Gambar 6 : Foto Daun Gandaria (Bouea Macrophylla Griffith)







PROPOSAL PENELITIAN
FORMLASI SERBUK EFFERVESCENT EKSTRAK ETANOL DAGING
BUAH GANDARIA (Bouea macrophylla Griffith) SEBAGAI
ANTIOKSIDAN ASAL DESA WAIHERU KECAMATAN
TELUK AMBON KOTA AMBON


FAHMI ABDULLAH
150 260 060













FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2010

Anda mungkin juga menyukai