Anda di halaman 1dari 32

Pengertian Perencanaan Sistem

Pengajaran Pendidikan Agama Islam


Menurut Kamus Populer Bahasa Indonesia,
perencanaan berasal dari kata rencana
(planning) yang berarti rancangan tentang
gambaran apa yang akan dikerjakan. Sedangkan
menurut Harjanto (1997: 2) bahwa perencanaan
berkaitan dengan apa yang akan dilakukan,
perencanaan mendahului pelaksanaan, dan
perencanaan merupakan suatu proses untuk
menentukan ke mana harus pergi dan
mengidentifikasikan persyaratan yang diperlukan
dengan cara yang paling efektif dan efisien.

Pengertian Perencanaan Sistem
Pengajaran Pendidikan Agama Islam

Kaufman (dalam Harjanto, 1997: 2)
mengatakan, perencanaan adalah suatu
proyeksi tentang apa yang diperlukan
dalam rangka mencapai tujuan absah dan
bernilai, yang di dalamnya mencakup
elemen-elemen:
Mengidentifikasi dan mendokumentasikan
kebutuhan.
Menentukan kebutuhan-kebutuhan yang
perlu diprioritaskan.

Pengertian Perencanaan Sistem
Pengajaran Pendidikan Agama Islam
Spesifikasi rinci hasil yang dicapai dari tiap
kebutuhan yang diprioritaskan.
Identifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-
tiap pilihan.
Konsekuensi hasil yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan yang dirasakan.
Identifikasi strategi alternatif yang mungkin dan
alat atau tools untuk melengkapi tiap
persyaratan dalam mencapai tiap kebutuhan,
termasuk di dalamnya merinci keuntungan dan
kerugian tiap strategi dan alat yang dipakai.
Perencanaan mengandung 6 pokok
pikiran, yaitu:
1. Perencanaan melibatkan proses penetapan keadaan
masa depan yang diinginkan.
2. Keadaan masa depan yang diinginkan itu kemudian
dibandingkan dengan keadaan sekarang, sehingga
dapat dilihat kesenjangannya.
3. Untuk menutup kesenjangan itu perlu dilakukan usaha-
usaha.
4. Usaha yang dilakukan untuk menutup kesenjangan itu
dapat beranekaragam dan merupakan alternatif yang
mungkin ditempuh.
5. Pemilihan alternatif yang paling baik, dalam arti yang
mempunyai efektivitas dan efisiensi yang paling tinggi
perlu dilakukan.
6. Alternatif yang dipilih harus diperinci sehingga dapat
menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan
apabila akan dilaksanakan.

PENGERTIAN SISTEM PENGAJARAN
P.A.I
Sistem adalah suatu gabungan dari komponen-
komponen yang terorganisasi sebagai suatu
kesatuan, dengan maksud untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan
Pengajaran menurut Sikun Pribadi adalah suatu
kegiatan yang menyangkut pembinaan anak
mengenai segi kognitif dan psikomotor semata,
yaitu supaya anak lebih banyak
pengetahuannya, lebih cakap berpikir kritis,
sistematis, dan objektif, serta terampil dalam
mengerjakan sesuatu, misalnya terampil
menulis, membaca, lari cepat, loncat tinggi,
berenang, membuat pesawat radio dsb. (Mimbar
Pendidikan, 1974)
Dengan demikian Pengajaran Pendidikan
Agama Islam dapat berarti suatu kegiatan
mentranspormasikan ilmu pendidikan agama
Islam dari seorang pendidik dalam rangka
pembinaan anak dari segi kognitif, afektif dan
psikomotorik, sehingga diharapkan mampu
membentuk pribadi yang berakhlak mulia.
Seringkali orang beranggapan bahwa
pengajaran sama dengan pendidikan, pada hal
sesungguhnya merupakan dua istilah yang
berbeda, tetapi memiliki hubungan yang saling
melengkapi. Menurut KH. Dewantara
pengajaran merupakan sebagian dari
pendidikan, pengajaran tidak lain ialah
pendidikan dengan cara memberi ilmu atau
pengetahuan serta kecakapan, (Dewantara,
1962: 20).
Dari kedua pendapat di atas dapat dipahami bahwa mendidik
ialah melaksanakan berbagai usaha untuk menolong anak
didik menuju kedewasaannya, dan salah satu usahanya
adalah melalui mengajar. Sedang usaha yang lainnya ialah
dengan memberikan ketauladanan, memberikan hadiah,
pujian, hukuman, larangan, dsb. Lihat gambar berikut ini!

A. Lingkungan daerah pendidikan
B. Pengajaran
C. Pemberian contoh
D. Pembiasaan
E. Hadiah dan pujian
F. Usaha lain-lain.
F

A E B


D
C

Fungsi Perencanaan Sistem Pengajaran
Guru memahami tentang tujuan pendidikan
sekolah dan hubungannya dengan
pengajaran yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan itu.
Guru memahami tentang sumbangan
pengajaran terhadap pencapaian tujuan
pendidikan.
Guru lebih yakin atas nilai-nilai pengajaran
yang diberikan dan prosedur yang
digunakan.
Guru dapat mengenal kebutuhan-
kebutuhan, minat, dan motivasi belajar
murid.

Tidak bersifat trial dan error dalam
mengajar.
Murid akan hormat kepada guru
yang lebih siap dalam mengajar.
Guru lebih maju dan professional.
Guru lebih percaya diri.
Guru lebih bergairah mengajar
dengan bahan-bahan yang up to
date.
Tujuan /Pentingnya Perencanaan Sistem
Pengajaran
Sebagai alat yang dapat membantu
para pengelola pendidikan untuk
lebih berdaya guna dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
Dapat membantu dalam pencapaian
suatu sasaran secara lebih ekonomis
dan tepat waktu (efisien dan efektif)
Memberikan peluang untuk lebih
mudah dikontrol dan dimonitor dalam
pelaksanaannya.
Secara khusus tujuan perencanan sistem
pengajaran adalah:
Untuk mencari aturan, cara, jalan, atau langkah-
langkah yang lebih efektif dan efisien dalam
proses pembelajaran anak didik.
Untuk memberikan arah yang jelas kepada guru
mengenai aturan, cara, jalan, atau langkah-
langkah yang lebih efektif dan efisien yang harus
dilakukan dalam proses pembelajaran anak didik
dalam mencapai tujuan yang diharapkan secara
optimal.
Untuk mengukur tentang sejauhmana proses
pembelajaran anak didik yang sedang atau telah
berlangsung dapat memcapai target atau tujuan
yang diinginkan, dan kemudian bagaimana pula
tindak lanjutnya yang harus dilakukan.


Perencanaan Pengajaran Yang Baik Perlu Memuat
Tujuan atau apa yang diinginkan sebagai hasil proses
pendidikan.
Program dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi
aktivitas belajar dan layanan-layanan pendukungnya.
Tenaga manusia, yakni mencakup cara-cara mengembangkan
prestasi , spesialisasi, perilaku, kompetensi, maupun kepuasan
mereka.
Bangunan fisik mencakup tentang cara-cara penggunaan pola
distribusi dan kaitannya dengan bangunan fisik lainnya.
Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan rencana
penerimaan.
Struktur organisasi, maksudnya bagaimana cara
mengorganisasi dan memanajemen operasi dan pengawasan
program dan aktivitas kependidikan yang direncanakan.
Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan pengajaran.



Faktor Kelemahan Dalam Perencanaan
Pengajaran
1. Manusia atau instansi yang terlibat di dalamnya
sering diabaikan. Seringkali kita membuat suatu
program atau proyek secara terpadu namun dalam
perencanaannya mereka tidak diikutsertakan.
2. Perencanaan yang terlalu berlebihan. Jika
perencanaan terlalu padat, ketat, kaku, dan tidak
manusiawi maka akibatnya akan menimbulkan
kebingungan dan ketidakpastian dalam
pelaksanaannya. Oleh karena itu, suatu rencana
yang baik senantiasa menjadi alat petunjuk arah
dan sekaligus merupakan kiat yang lentur (flexible).
Sebagian guru berpandangan bahwa
perencanaan pengajaran tidak penting,
dengan alasan: (smt 5c)
1. Perencanaan pengajaran hanya sebagai
alat bagi para pengawas/supervisor untuk
mengecek pekerjaan guru.
2. Tugas guru terlalu berat sehingga tidak
punya waktu untuk membuat
perencanaan.
3. Guru ada yang berhasil tanpa
perencanaan pengajaran.
4. Guru ingin mengajar dengan materi yang
tetap tanpa perubahan.
Proses Perencanaan
1. Tahap pra-perencanaan (koordinasi,
konsultasi, reaorganisasi, restrukturisasi)
2. Tahap perencanaan awal
(mengidentifikasi potensi)
3. Tahap formulasi rencana (rencana
ditentukan bentuknya lebih konkrit)
4. Tahap elaborasi rencana (rencana dirinci
lebih jelas)
5. Tahap implementasi rencana
(pelaksanaan)
6. Tahap evaluasi dan perencanaan ulang.
Jenis-Jenis Perencanaan
1. Perencanaan permulaan (bagi guru yang
baru bertugas)
2. Perencanaan tahunan
3. Perencanaan untuk hari pertama
4. Perencanaan terus-menerus
5. Perencanaan bersama
6. Mengikutsertakan murid dalam
Perencanaan
7. Perencanaan jangka panjang
8. Perencanaan pengajaran unit
9. Perencanaan harian dan mingguan
10.Rencana kerja harian.
Model Perencanaan Secara Sistematis
(PERTEMUAN 2 EKS)
1. Identifikasi masalah berdasarkan
kebutuhan.
2. Tentukan syarat-syarat dan alternatif
pemecahannya.
3. Pilih strategi pemecahannya.
4. laksanakan strategi yang telah dipilih
untuk mencapai hasil yang diharapkan.
5. Tentukan efektivitas hasilnya dengan
jalan mengadakan evaluasi.
6. Adakan revisi (perbaikan) bila perlu
pada setiap langkah dari proses
tersebut.
Ruang Lingkup Pendidikan Agama
Islam
1. Ditinjau dari asfek tujuan meliputi :
Tujuan Nasional
Tujuan Institusional (lembaga)
Tujuan Kurikuler (kurikulum)
Tujuan Instruksional:
a.Tujuan Instruksional Umum
(TIU/TPU)
b.Tujuan Instruksional Khusus
(TIK/TPK) yang meliputi asfek kognitif
(pengetahuan), psikomotor (skill,
keterampilan, keahlian, atau
profesionalisme), dan afektif (sikap)
2. Ditinjau dari asfek kelembagaan yang
bertanggung jawab
terhadap pendidikan agama Islam meliputi:
Keluarga (Orang tua; saudara; dan
keluarga lainnya).
Masyarakat (Dewan Pendidikan;
Komite Sekolah; LSM; Media Massa;
Ormas; OKP; dll.).
Pemerintah (MPR, DPR/DPD Presiden;
Menteri; Gubernur/DPRD; Bupati/DPRD;
Dinas Pendidikan/Depag;
Pengawas/Penilik; Kepala
sekolah/madrasah; Wali kelas; Guru BK;
Guru PAI dan Guru mata pelajaran
lainnya).
3. Ditinjau dari asfek keterkaitan antara pendidikan
agama Islam dengan mata pelajaran lainnya
meliputi: Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn); Bahasa Indonesia;
Bahasa Ingris; Bahasa Arab; Matematika; Fisika;
Kimia; Biologi; Kesenian; Giografi; Sejarah;
Olahraga; Sosiologi; dan lain-lainnya.
Semua mata pelajaran tersebut memiliki hubungan
yang sangat erat antara satu dengan yang lainnya
terhadap proses pendidikan agama Islam dalam
rangka pembentukan pribadi muslim yang sejati. Oleh
karena itu sekarang mulai dikembangkan program
mata pelajaran berwawasan keimanan dan ketaqwaan
(IMTAQ) terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
Pendidikan Karakter Bangsa.

4. Ditinjau dari asfek komponen
pendidikan secara operasional
(tujuan; tenaga pendidik; peserta
didik; alat/media; metode;
sumber/materi; dana; fasilitas
pendukung seperti
perpustakaan; laboraturium;
evaluasi; dll.)
5. Ditinjau dari asfek materi
meliputi: akidah, ibadah, akhlak,
muamalah, dan tarikh tasyrik,
Al-Quran.

Pengajaran Agama Islam Sebagai Suatu
Sistem
Yang dimaksud dengan pengajaran agama Islam
sebagai suatu sistem adalah pengajaran agama Islam
dalam proses pencapaian tujuannya tidak bisa berdiri
sendiri, melainkan terkait dengan berbagai komponen
lainnya baik secara internal maupun eksternal sebagai
satu kesatuan yang utuh dan terpadu. Berbagai
komponen dimaksud adalah sebagaimana ruang lingkup
pendidikan agama Islam yang dijelaskan di atas.
Oleh karena itu, semua komponen terkait mempunyai
peranan yang sangat penting dan perlu mendapat
perhatian agar proses pengajaran agama Islam dapat
berjalan secara efektif dan efisien sehingga tujuan yang
diharapkan dapat berhasil secara optimal.

Menilai Kebutuhan Peserta Didik
Untuk menjadi seorang pendidik yang arif dan
bijak, maka perlu mengetahui dan melakukan
penilaian terhadap kebutuhan peserta didik,
sehingga dengan mengetahui kebutuhannya
maka diharapkan pendidikan yang diberikan
kepada peserta didik akan diterima dengan baik,
dan terhindar dari rasa kejenuhan dan sikap
prontal dari peserta didik. Secara terperinci
kebutuhan peserta didik adalah sebagai berikut:

Kebutuhan yang bersifat jasmani meliputi:
1. kebutuhan akan kesehatan fisik
2. kebutuhan untuk mendapatkan
sandang, pangan, dan papan
3. kebutuhan biologis untuk
memperoleh pasangan hidup
4. kebutuhan untuk memperoleh
keturunan
5. kebutuhan untuk memperoleh harta
6. kebutuhan untuk memperoleh
status (pangkat, kedudukan,
jabatan, dan kehormatan)
7. kebutuhan untuk berperan dan
berkarya dalam masyarakat
8. kebutuhan akan masa depan yang
lebih baik
Kebutuhan yang bersifat rohani meliputi:
1. kebutuhan untuk mengenal, dekat, dan
dicintai oleh sang Penciptanya (Allah
SWT.)
2. kebutuhan akan kasih sayang dari
orang lain terutama dari orang tuanya
3. kebutuhan untuk memperoleh
keindahan, ketenangan, kedamaian,
keadilan, dan kebahagiaan
4. kebutuhan untuk mendapatkan
perlindungan (rasa aman)
5. kebutuhan untuk memperoleh
penghargaan dari orang lain
6. kebutuhan untuk mengenal dan
beradabtasi dengan lingkungannya

HERARKI TUJUAN PENDIDKAN NASIONAL
Tujuan Nasional
Tujuan Nasional ini dapat dibaca dalam UU No.20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan ini
bersumber dari falsafah negara dan bangsa Indonesia,
yaitu Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu mansuia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan pendidikan dalam herarki yang paling tinggi
memang harus bersifat umum agar fleksibel dalam
pelaksanaannya. Tujuan tersebut menjadi acuan
berbagai institusi dalam merumuskan tujuannya sesuai
dengan peran, fungsi, dan cirri khas masing-masing.

Tujuan Institusional (Tujuan Lembaga).
Dalam UUSPN dikenal ada dua jalur
pendidikan, yaitu jalur pendidikan sekolah dan
jalur pendidikan luar sekolah. Masing-masing
keduanya memiliki satuan-satuan pendidikan.
Jalur pendidikan sekolah mencakup Taman
Kanak Kanak (pra-sekolah) sampai dengan
Perguruan Tinggi. Sedangkan pendidikan luar
sekolah mencakup pendidikan keluarga,
kelompok bermain, penitipan anak, kelompok
belajar, kursus, dan lain-lain. Setiap institusi
pendidikan di atas memiliki tujuan pendidikan
yang disebut tujuan pendidikan institusional
(tujuan pendidikan kelembagaan).
Tujuan Kurikuler (Tujuan
Kurikulum).
Tujuan ini berkenaan dengan tujuan
setiap bidang studi (untuk PAI,
berkenaan dengan mata pelajaran)
yang menggambarkan bentuk
pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang dimiliki oleh anak didik.
Untuk lebih jelasnya dapat dibaca
dalam kurikulum setiap bidang studi
atau mata pelajaran sesuai dengan
jenjang pendidikan masing-masing.
Tujuan Instruksional (Tujuan Pembelajaran).
Tujuan yang menggambarkan bentuk tingkah laku atau
kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik
setelah proses belajar-mengajar. Tujuan instruksional
dikelompokkan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum merupakan tujuan yang harus
dicapai oleh anak didik setelah beberapa kali mengikuti
proses belajar mengajar, atau setelah anak didik
menguasai beberapa tujuan khusus. Dalam GBPP, tujuan
umum selalu dihubungkan dengan pokok bahasan. Artinya,
untuk satu pokok bahasan terdapat satu tujuan umum.
Sedangkan tujuan khusus bersifat spisifik dan jelas,
artinya tujuan khusus dirumuskan berdasarkan tingkah laku
yang dapat diamati dan diukur. Tujuan khusus dirumuskan
oleh guru untuk keperluan satu kali kegiatan belajar
mengajar.

Dalam menetapkan beberapa banyak tujuan khusus untuk
satu kali mengajar, guru harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut, yaitu antara lain: luas dan dalamnya
bahan yang akan diajarkan; waktu yang tersedia; sarana
belajar yang tersedia; serta tingkat kesulitan bahan dan
tingkat pemahaman pelajar.
Menurut Harjanto (1997: 146-147), bahwa sebelum guru
menetapkan tujuan pembelajaran sebaiknya terlebih
dahulu memperhatikan karakteristik siswa (leaner
characteristics) dengan tujuan untuk mengukur apakah
siswa akan mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak,
dan sampai di mana minat siswa terhadap pelajaran yang
akan dipelajari. Bila siswa mampu, lalu hal-hal apa saja
yang harus diperkuat, dan bila tidak mampu hal-hal apa
saja yang menjadi penghambat. Adapun karakteristik siswa
dimaksud meliputi dua faktor, yaitu:

Faktor-faktor akademis: 1) berapa jumlah siswa
dalam satu kelas; 2) bagaimana nilai rata-rata
yang dicapai tiap-tiap sekolah sebelumnya; 3)
apakah siswa mempunyai kebiasaan bekerja
sendiri; 4) bagaimana kebiasaan belajar siswa;
5) apakah siswa sudah mengetahui serba
sedikit latar belakang pokok bahasan yang
akan dipelajari; 6) apakah tingkat intelegensi
siswa tinggi, sedang, atau rendah; 7) apakah
siswa mempu membaca cepat; 8) apa saja
yang dikuasai oleh siswa (student
achievement); 9) apakah yang menjadi
harapan siswa setelah mempelajari pokok
bahasan tersebut; 10) bagaimana aspirasi
kebudayaan dan vokasional siswa.
Faktor-faktor sosial: 1) umur;
2) kematangan; 3) perhatian
(minat); 4) apakah ada siswa
teladan dalam satu kelas; 5)
apakah ada siswa yang cacat
pisik; 6) bagaimana hubungan
antar siswa; dan 7) bagaimana
latar belakang sosial-
ekonominya.

Anda mungkin juga menyukai