Anda di halaman 1dari 62

i

EFISIENSI SEKTOR PUBLIK


PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT
ANALYSIS
INDONESIA 2001 2008
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Univeritas Diponegoro
Disusun oleh
Yanitra Ega Pam!a
NIM "2#00$21%
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONE&ORO
SEMARAN&
2012
ii
PERSETU'UAN SKRIPSI
!ama Penyusun "anitra Ega Pamula
!omor #nduk
$ahasis%a
&'b(()'1*
Fakultas+,urusan Ekonomika dan Bisnis+Ekonomi
Pembangunan
,udul Skripsi E(i)i*n)i S*+t,r P#!i+ - P*n.*+atan
Data En/*!,0m*nt Ana!1)i)2 In.,n*)ia
200132008
Dosen Pembimbing $aruto Umar Basuki- SE- $Si
Semarang- . /gustus '(1'
Dosen Pembimbing-
( $ a r u t o U m ar B a s u k i- S E - $ S i )
!#P 101' 1('. 100'(2 1((0
iii
PEN&ESA4AN KELULUSAN U'IAN
!ama $ahasis%a "anitra Ega Pamula
!omor #nduk $ahasis%a &'b(()'1*
Fakultas+,urusan Ekonomika dan Bisnis + #ESP
,udul Skripsi E(i)i*n)i S*+t,r P#!i+ - P*n.*+atan
Data En/*!,0m*nt Ana!1)i)2
In.,n*)ia 200132008
T*!a5 .in1ata+an !!) 0a.a tangga! 66666667 Ag)t) 2012
3im Penguji
$aruto Umar Basuki- SE- $Si (4455544444444444455)
Drs5 !ugroho5 SB$- $SP (4455544444444444455)
Drs5 65 $ulyo 7endarto- $SP (4455544444444444455)
$engetahui /tas !ama Dekan-
Pembantu Dekan #
(/nis &hariri- SE- $5&om- PhD- /kt)
!#P5 1018(.(0 100'(2 1((1
iv
PERNYATAAN ORI&INALITAS SKRIPSI
"ang bertandatangan di ba%ah ini saya- "anitra Ega Pamula- menyatakan
bah%a skripsi dengan judul E99isiensi Sektor Publik : Pendekatan Data
Envelopment /nalysis- #ndonesia '((1;'((. adalah hasil tulisan saya sendiri5
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bah%a dalam skripsi ini tidak
terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan
<ara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol yang
menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain tanpa
memberikan pengakuan penulis aslinya5
/pabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut
di atas- baik sengaja maupun tidak- dengan ini saya menyatakan menarik skripsi
yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini5 Bila kemudian terbukti
bah%a saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah;
olah hasil pemikiran saya sendiri- berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan
oleh universitas batal saya terima5
Semarang- ,uli '(1'
"ang membuat pernyataan-
(" a n it ra E g a P am u la )
!#$ &'b(()'1*
v
ABSTRA"T
3his resear<h Purpose is to analy=e indi<ator obje<tively and
representatively (as a <omposite 9rom publi< per9orman<e indi<ator) to measure
per9orman<e and e99i<ien<y on the publi< se<tor in this problem >o<al
?overnment at the #ndonesian@s Provin<e5 /nd analy=e relative produ<tion
e99i<ien<y in ea<h provin<e %ith Data Envelopment /nalysis ( DE/ ) /pproa<h5
3his resear<h <ondu<ted in 22 Provin<e in #ndonesia using 3ime Series Data and
&ross Se<tion Data5 3ime Series Data <over 9rom '((1 up to '((. 9or
Per9orman<e #ndi<ator in Publi< Se<tor5 $easurement on '((1 up to '((.
intended 9or <omparison %ith the Per9orman<e in Publi< Se<tor- %as it in<reasing
or de<reasing as a bigger eApenditure 9rom government5
3he result that # obtained using Publi< Se<tor Per9orman<e (PSP) analysis
and Publi< Se<tor E99i<ien<y (PSE) analysis sho%ed that the average per9orman<e
in Publi< Se<tor in '((. %ithin 22 Provin<e in #ndonesia is de<reasing <ompared
%ith '((1- %hilst average e99i<ien<y in Publi< Se<tor is in<reasing <ompared %ith
'((15 3his sho%ed there is an indi<ation Fis<al De<entrali=ation in #ndonesia is
not dire<tly impa<t on per9orman<e enhan<ement %ithin Publi< Se<tor5
3his analysis as a %hole <annot <on<omitant %ith a Fis<al Federalism
eApert opinion that stated- the main impa<t o9 Fis<al De<entrali=ation is in<reasing
in per9orman<es and e99i<ien<ies %ithin Publi< Se<tor5 Bith DE/ /pproa<h it is
kno%n that not every Provin<e %ith big proportion o9 government eApenses <ould
result in high s<ores o9 per9orman<es and e99i<ien<ies in Publi< Se<tor also5
Cey%ord Publi< Se<tor Per9orman<e- Publi< Se<tor E99i<ien<y- Data
Envelopment /nalysis
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis indikator yang obyekti9 dan
representati9 (sebagai komposit dari indikator kinerja publik) untuk mengukur
kinerja dan e9isiensi sektor publik dalam hal ini Pemda propinsi di #ndonesia dan
menganalisis e9isiensi produksi relati9 sektor publik antar propinsi dengan
menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)
Penelitian ini mengambil studi pada 22 propinsi di #ndonesia dengan
menggunakan data runtut %aktu (time series) dan data penampang %aktu (cross
section)5 Data runtut %aktu men<akup tahun '((1 sampai '((. untuk indikator
kinerja sektor publik5 Pengukuran kinerja sektor publik tahun '((1 hingga '((.
ini dimaksudkan agar penelitian ini dapat membandingkan kinerja sektor publik
apakah terjadi peningkatan atau justru penurunan seiring dengan makin besarnya
total pengeluaran pemerintah
7asil yang diperoleh dengan teknik analisis Cinerja Sektor Publik (Public
Sector Performance ;PSP) dan E9isiensi Sektor Publik (Public Sector Efficiency ;
PSE) menunjukkan bah%a rata;rata kinerja sektor publik pada tahun '((. di 22
propinsi di #ndonesia mengalami penurunan dibandingkan tahun '((1- sedangkan
rata;rata e9isiensi sektor publik tahun '((. justru mengalami peningkatan
dibanding tahun '((15 #ni berarti ada indikasi pelaksanaan desentralisasi 9iskal di
#ndonesia belum berdampak pada peningkatan kinerja sektor publik5 7asil analisis
ini se<ara keseluruhan belum sejalan dengan pendapat para ahli 9is<al 9ederalism
yang menyatakan bah%a dampak utama desentralisasi 9iskal adalah meningkatnya
kinerja dan e9isiensi sektor publik5
Dengan menggunakan pendekatan DE/ dapat diketahui bah%a tidak
selamanya propinsi dengan proporsi pengeluaran pemerintah yang tinggi
menghasilkan skor kinerja dan e9isiensi sektor publik yang tinggi pula5
Kata kunci : Cinerja Sektor Publik- E9isiensi Sektor Publik- Data
Envelopment
Analysis
vii
KATA PEN&ANTAR
Puji syukur /lhamdulillah atas rahmat dan hidayah /llah s%t- sehingga
penyusunan karya tulis sederhana yang berjudul E99isiensi Sektor Publik :
Pendekatan Data Envelopment /nalysis- #ndonesia '((1;'((. yang merupakan
salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana pada Program Sarjana
Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro5
Disadari bah%a selama menyusun skripsi ini telah banyak mendapat
bimbingan- bantuan dan motivasi dari berbagai pihak sehingga dalam kesempatan
ini disampaikan penghargaan dan u<apan terima kasih kepada
15 Bapak Pro95 Drs5 75$ohamad !asir- $Si- /kt- Ph5D- selaku Dekan
Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro
'5 Bapak $aruto Umar Basuki- SE- $Si- selaku Dosen Pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan
skripsi ini
25 Bapak /<hma 7endra Setia%a- SE- $Si-selaku Dosen %ali yang selama
menjalani studi pada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas
Diponegoro
*5 /yah- ibu (almh)- dik "ol- Elang- om ,oko- tante Beth serta seluruh
keluarga besar- terima kasih atas segala <inta- doa dan dukungannya- maa9
jika belum bisa memberi yang terbaik
/khirnya dengan segala hormat- diu<apkan banyak terima kasih kepada
semua pihak- yang telah membantu dalam penyusuanan skripsi ini5
Semoga berman9aat
Semarang ,uli '(1'
Penulis
vii
i
Efficiency (PSE)44444444444444445 2'
25'5' Data Envelopment Analysis (DE/)444444444 2)
252 Dariabel Penelitian dan De9inisi Eperasional44444445 20
B/B #D 7/S#> D/! PE$B/7/S/!44444444444444
*51 Deskripsi #ndikator Sosial Ekonomi (Opportunity Indicator)
*1
#ndonesia4444444444444444444445 *1
*5151 Cinerja Sub #ndikator Pendidikan44444444455 *1
*515' Cinerja Sub #ndikator Cesehatan4444444444 *.
*5152 Cinerja Sub #ndikator Cemiskinan4444444445 )1
*515* Cinerja Sub #ndikator Cesetaraan ?ender4444445 )'
*515) Cinerja Sub #ndikator 3ransportasi444444444 )2
*5151 Cinerja Sub #ndikator Energi444444444445 ))
DAFTAR ISI
7alaman
7/>/$/! ,UDU>444445 444444444445555555555555555555 4555i
7/>/$/! PE6SE3U,U/!45 444444444444444555 455ii
7/>/$/! PE!?ES/7/!455 444444444444444555 54iii
PE6!"/3//! E6#S#!/>#3/S SC6#PS#4445 44444444 54iv
/BS36/&3444444444444444444444 55555555555555555555555v
/BS36/C444444444444444444444555 5554555444vi
C/3/ PE!?/!3/64444 44444444444555 445455455vii
D/F3/6 3/BE>4444455 44444444444555 444445vii
D/F3/6 ?/$B/644445 4444444444455 4444554iA
D/F3/6 >/$P#6/!44445 4444444444455 44444555A
B/B # PE!D/7U>U/!4444444444444444444 1
151 >atar Belakang4444444444444444444 1
15' 6umusan $asalah44444444444444444555 )
152 3ujuan Penelitian4444444444444444445 1
15* $an9aat Penelitian4444444444444444455 1
B/B ## 3#!,/U/! PUS3/C/ D/! >/!D/S/! 3EE6#444445 .
'51 >andasan 3eori4444444444444444444 .
'5151 Consep Etonomi Daerah44444444444455 .
'515' Desentralisasi Fiskal 3injauan 3eoritis4444444 1(
'5152 Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap E99isiensi dan
Cinerja Sektor Publik44444444444444 1'
'515* Consep Pengeluaran Pemerintah 4444444445 12
'515) Consep E99isiensi44444444444444455 18
'5151 $etode Pengukuran kinerja dan E99isiensi Sektor Publik ''
'5' Penelitian 3erdahulu4444444444444444555 '*
'52 Cerangka Pemikiran 3eoritis444444445555555555555555555555 2(
B/B ### $E3EDE PE!E>#3#/!444444444444444455 21
251 ,enis dan Sumber Data4444444444444444 21
25' $etoda dan /lat /nalisis444444444444444 21
25'51 Public Sector Performance (PSP) dan Public Sector
i
x
*5' Deskripsi #ndikator $usgravian #ndonesia44444444 ).
*5'51 Cinerja Sub #ndikator Distribusi4444444444 ).
*5'5' Cinerja Sub #ndikator Stabilisasi4444444444 ).
*5'52 Cinerja Sub #ndikator Cinerja Ekonomi4444444 1(
*52 ?ambaran Pengluaran Belanja Publik Daerah4444444 12
*5* #ndeks Public Sector Performance (PSP)44444444 11
*5) #ndeks Public Sector Efficiency (PSE)4444444444 8'
*51 Pemetaan Propinsi Berdasarkan 3otal PSP dan 3otal PSE44 88
*58 /nalisis E9isiensi Sektor Publik Propinsi Di #ndonesia
Berdasar $etoda Data Envelopment Analysis (DE/)4444 8.
B/B D PE!U3UP4444444444444444444444 .'
)51 Cesimpulan444444444444444455444555 .'
)5' Saran44444444444444444444444 .'
D/F3/6 PUS3/C/445 4444444444444444444 .*
>/$P#6/!;>/$P#6/! 4444444444444444444 .8
x
DAFTAR TABEL
7alaman
3abel
##51
3abel
#D51
3abel
#D5'
3abel
#D52
Penelitian 3erdahulu444444444444444444 '.
Public Sector Performance (PSP) 2( Propinsi di #ndonesia 3ahun
'((1444444444444444444444444 1.
Public Sector Performance (PSP) 22 Propinsi di #ndonesia 3ahun
'((.444444444444444444444444 10
Public Sector Efficiency (PSE) 2( Propinsi di #ndonesia 3ahun
'((14444444444444444444444445 8*
3abel
#D5*
3abel
#D5)
3abel
#D51
3abel
#D58
3ebal
#D5.
Public Sector Efficiency (PSE) 22 Propinsi di #ndonesia 3ahun 5
'((.4444444444444444444444445 81
Pemetaan Propinsi Berdasarkan 3otal PSP dan 3otal PSE 3ahun
'((14444444444444444444444445 88
Pemetaan Propinsi Berdasarkan 3otal PSP dan 3otal PSE 3ahun
'((.4444444444444444444444445 88
Skor E9isiensi Sektor Publik 3ahun '((1 dan '((.444444 .(
Pemetaan Propinsi Berdasarkan Skor E9isiensi 3ahun '((1;'((. .1
?ambar ##51 Curva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah444444 1)
?ambar ##5' E9isiensi Pertukaran44444444444444444 10
?ambar ##52 E9isiensi Produksi dan Produ<tion Possibility Frontier '1
?ambar ##5* Isoquants dan Isocost >ine44444444444444 '1
?ambar ##5) E9isiensi Produksi444444444444444444 ''
?ambar ##51 Cerangka Pemikiran44444444444444444 2(
?ambar ###51 3otal #ndikator Public Sector Performance (PSP) 2*
?ambar ###5' E9isiensi Frontier dengan tiga #nput44444444444 28
?ambar #D51 /verage /PC SD di #ndonesia 3ahun '((1;'((.44444 *1
?ambar #D5' /verage /PC SS$P di #ndonesia 3ahun '((1;'((.4444 *8
?ambar #D52 /verage /ngka $elek 7uru9 di #ndonesia 3ahun '((1;'((.4 *.
?ambar #D5* /verage >ama Sekolah di #ndonesia 3ahun '((1;'((.444 *.
?ambar #D5) /verage /ngka Cematian Bayi di #ndonesia 3ahun '((1;'((. *0
?ambar #D51 /verage /ngka 7arapan 7idup di #ndonesia 3ahun '((1;'((. )(
?ambar #D58 &akupan #munisasi Dasar #ndonesia 3ahun '((1;'((.444 )1
?ambar #D5. Proporsi Penduduk $iskin di #ndonesia 3ahun '((1;'((.44 )1
?ambar #D50 /verage 6asio /P$ Perempuan 3erhadap >aki;laki (SD;P3)
di #ndonesia444444444444444444445 )'
?ambar #D51( /verage Panjang ,alam Propinsi dengan Condisi Baik dan
Sedang di #ndonesia 3ahun '((1;'((.444444444 )2
?ambar #D511 /verage Cunjungan Capal Pelayaran di Pelabuhan #ndonesia
3ahun '((1;'((.444444444444444444 )*
?ambar #D51' /verage >alu >intas Ceberangkatan Pesa%at Penerbangan
Dalam dan >uar !egeri di #ndonesia 3ahun '((1;'((.444 ))
?ambar #D512 /verage Distribusi >istrik kepada Pelanggan 3ahun '((1;
'((.44444444444444444444444 )1
?ambar #D51* /verage Distribusi /ir Bersih 3ahun '((1;'((.444445 )8
?ambar #D51) /verage #ndeks ?ini di #ndonesia 3ahun '((1;'((.4444 ).
?ambar #D511 /verage Coe9isien Dariasi Pertumbuhan Ekonomi 3ahun
'((1;'((.4444444444444444444455 )0
?ambar #D518 /verage >aju #n9lasi di #ndonesia 3ahun '((1;'((.44445 1(
?ambar #D51. /verage Pertumbuhan Ekonomi #ndonesia 3ahun '((1;'((.55 11
?ambar #D510 /verage 3ingkat Pengangguran 3erbuka 3ahun '((1;'((.4 1'
?ambar #D5'( /verage 3otal Pengeluaran Pemerintah (F PD6B) 3ahun
'((1;'((.4444444444444444444455 12
?ambar #D5'1 /verage Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan
(FPD6B) 22 Propinsi di #ndonesia 3ahun '((1;'((.4445 1*
?ambar #D5'' /verage Pengeluaran Pemerintah Sektor Cesehatan (FPD6B)
22 Propinsi di #ndonesia 3ahun '((1;'((.44444444 1)
?ambar #D5'2 /verage Pengeluaran Pemerintah Sektor 3ransportasi
(FPD6B) 22 Propinsi di #ndonesia 3ahun '((1;'((.44455 1)
?ambar #D5'* /verage Pengeluaran Pemerintah Sektor Energi (FPD6B) 22
Propinsi di #ndonesia 3ahun '((1;'((.4444444445 11
?ambar #D5') 3otal Cinerja Sektor Publik (PSP) 3ahun '((1 dan '((.4455 81
DAFTAR &AMBAR
7alaman
xi
i
>ampiran 1 Publi< Se<tor Per9orman<e (PSP) #ndonesia 3ahun '((1444 .8
>ampiran ' Publi< Se<tor Per9orman<e (PSP) #ndonesia 3ahun '(('444 ..
>ampiran 2 Publi< Se<tor Per9orman<e (PSP) #ndonesia 3ahun '((2444 .0
>ampiran * Publi< Se<tor Per9orman<e (PSP) #ndonesia 3ahun '((*444 0(
>ampiran ) Publi< Se<tor Per9orman<e (PSP) #ndonesia 3ahun '(()444 01
>ampiran 1 Publi< Se<tor Per9orman<e (PSP) #ndonesia 3ahun '((1444 0'
>ampiran 8 Publi< Se<tor Per9orman<e (PSP) #ndonesia 3ahun '((8444 02
>ampiran . Publi< Se<tor Per9orman<e (PSP) #ndonesia 3ahun '((.444 0*
>ampiran 0 Publi< Se<tor E99i<ien<y (PSE) #ndonesia 3ahun '((14444 0)
>ampiran 1( Publi< Se<tor E99i<ien<y (PSE) #ndonesia 3ahun '(('4444 01
>ampiran 11 Publi< Se<tor E99i<ien<y (PSE) #ndonesia 3ahun '((24444 08
>ampiran 1' Publi< Se<tor E99i<ien<y (PSE) #ndonesia 3ahun '((*4444 0.
>ampiran 12 Publi< Se<tor E99i<ien<y (PSE) #ndonesia 3ahun '(()4444 00
>ampiran 1* Publi< Se<tor E99i<ien<y (PSE) #ndonesia 3ahun '((14444 1((
>ampiran 1) Publi< Se<tor E99i<ien<y (PSE) #ndonesia 3ahun '((84444 1(1
>ampiran 11 Publi< Se<tor E99i<ien<y (PSE) #ndonesia 3ahun '((.4444 1('
>ampiran 18 Pemetaan Propinsi Berdasarkan 3otal PSP dan 3otal PSE
3ahun '((1; '((*4444444444444444445 1(2
>ampiran 1. Pemetaan Propinsi Berdasarkan 3otal PSP dan 3otal PSE
3ahun '(();'((.44444444444444444455 1(*
>ampiran 10 Skor dan 6ank E99isiensi Eutput 4444444444445 1()
DAFTAR LAMPIRAN
7alaman
2
BAB I
PENDA4ULUAN
171 Latar B*!a+ang
Dalam penyediaan barang publik tidak lepas dari peranan dan 9ungsi
pemerintah (7yman- '((.) yang meliputi 9ungsi distribusi- 9ungsi alokasi- dan
9ungsi stabilisasi yang memberikan pengaruh terhadap alokasi pengeluaran
belanja pemerintah (public ependiture)5 Pemerintah juga mempunyai peran akti9
serta tanggung ja%ab dalam me%ujudkan pen<apaian sasaran;sasaran
pembangunan (!oals of development) yang di<apai melalui aktivitas pemerintah
dalam perekonomian khususnya berkaitan dengan penyediaan barang publik
maupun yang berkaitan dengan 9ungsi utama pemerintah5
Dalam era re9ormasi di #ndonesia terjadi perubahan paradigma dalam
pembangunan nasional yang semula menganut paradigma pertumbuhan menuju
paradigma pemerataan pembangunan yang berkelanjutan5 Perubahan paradigma
ini kemudian di%ujudkan melalui kebijakan otonomi daerah dan perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang telah dimulai sejak 1 ,anuari '((1 (!ota
Ceuangan 6#- '((')5 Pelaksanaan anggaran berbasis kinerja- dalam kerangka
pembaharuan sistem penganggaran- mengakibatkan penyusunan anggaran belanja
dari setiap satuan kerja pada semua kementerian negara+lembaga pemerintah
harus dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan (input)
dengan keluaran (output) dan+atau hasil (outcome) yang diharapkan- termasuk
e9isiensi dalam pen<apaian hasil dan keluaran tersebut5
3
Paradigma baru dalam pembangunan menempatkan manusia sebagai titik
sentral bukan lagi sebagai alat pembangunan tetapi merupakan tujuan dari
pembangunan5 Pembangunan manusia dapat ter%ujud dengan menekankan pada
terpenuhinya kehidupan yang layak bagi manusia dan kebutuhan dasarnya yaitu
pangan- pendidikan- kesehatan- dan rasa aman5 Sehubungan dengan pergeseran
paradigma pembangunan- indikator keberhasilan pembangunan pun bertambah5
3idak hanya menyangkut tingkat pertumbuhan PD6B (Produk Domestik 6egional
Bruto) atau peningkatan daya beli dan tingkat pemerataan distribusi pendapatan-
tetapi juga peningkatan angka partisipasi sekolah dan indeks kesehatan sesuai
ukuran #P$ (#ndeks Pembangunan $anusia) yang diperkenalkan U!DP5
Paradigma baru ini mempunyai 9okus utama pada pengembangan manusia
(human gro%th)- kemakmuran- keadilan- dan keberlanjutan (/lhumami- '(())5
Desentralisasi sesungguhnya merupakan alat+instrumen untuk
me%ujudkan tata kelola pemerintahan yang e9isien dan partisipati9 (3an=i- '((')5
,adi- desentralisasi bukan merupakan tujuan5 !amun- harus dipahami bah%a
desentralisasi adalah instrumen yang kompleks sedemikian sehingga nampaknya
tidak bisa hanya dikaitkan dengan satu tujuan tertentu yang tunggal5
Desentralisasi bisa memiliki banyak tujuan- sehingga terdapat resiko mun<ulnya
harapan yang berlebihan dari kebijakan ini (Bird- 1000)5 /kan tetapi- harapan
akan membaiknya layanan publik dan berkurangnya kemiskinan- %alaupun
mungkin menambah dimensi dari desentralisasi- merupakan hal yang sangat %ajar
bahkan sahih5 Dillinger (100*) dalam observasinya tentang pelaksanaan
desentralisasi di berbagai belahan dunia menemukan bah%a pemi<u dilakukannya
4
kebijakan ini adalah keinginan atau upaya untuk memperoleh layanan publik yang
lebih baik5
Desentralisasi 9iskal sendiri diharapkan memberikan dampak terhadap
alokasi pengeluaran belanja pemerintah berupa meningkatnya e9isiensi
pengeluaran pemerintah dan juga tidak kalah pentingnya meningkatnya kinerja
dan e9isiensi sektor publik (/dam dkk- '((.)5 7al ini berdasarkan asumsi bah%a
Pemda memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi- kebutuhan- serta
aspirasi masyarakat dibandingkan dengan pemerintah pusat- sehingga setiap
alokasi dari belanja pemerintah (public ependiture) akan lebih tepat sasaran
khususnya untuk melaksanakan serta membiayai sendiri kemajuan pembangunan
di daerah masing;masing yang akan memper<epat pen<apaian sasaran dari tujuan
pembangunan5
Pelaksanaan desentralisasi 9iskal di #ndonesia yang telah berjalan selama
ini ditandai dengan berbagai peristi%a penting- baik positi9 maupun negati9 yang
dapat digunakan sebagai kerangka evaluasi guna perbaikan implementasi otonomi
daerah5 Dari sisi positi9- desentralisasi akan memberikan dampak positi9 terhadap
distribusi pendapatan masyarakat melalui kebijakan pengeluaran sektor publik-
kebijakan 9iskal- dan desain dana perimbangan yang lebih menekankan pada
kebijakan pengurangan kesenjangan antar daerah (De $ello dkk- '(((:
Enikopolov dkk- '((1: Ghang- 1001)5 Disparitas antar daerah yang dikoreksi
melalui kebijakan dana perimbangan dengan berbagai 9ormula yang relati9 adil-
diimbangi dengan standar ekualisasi telah dilaksanakan di berbagai negara antara
lain &hina- Bra=ilia- Canada- dan 6usia- dengan <ara yang rasional- transparan-
5
dan akuntabilitas memberikan implikasi yang sangat positi9 bagi pembangunan
daerah5
Berbagai pengalaman empiris di berbagai negara memberikan petunjuk
bah%a pelaksanaan asas desentralisasi dan pemberian otonomi kepada daerah atau
negara bagian yang lebih luas diimbangi dengan usaha stabilisasi di bidang
politik- sosial- dan ekonomi- memberikan hasil yang sangat menggembirakan5
Cesuksesan pelaksanaan desentralisasi perlu didukung oleh kelembagaan dan
tersedianya SD$ yang berkualitas dan berkompeten- tersedianya dana untuk
meningkatkan pelayanan masyarakat yang diperlukan- administrasi pajak yan
g e9isien- %e%enang pemungutan pajak yang memadai agar dapat menjangkau
seluruh tingkat pendapatan masyarakat dan golongan- elastisitas terhadap tuntutan
pelayanan masyarakat- pejabat lokal yang representati9 serta transparansi dalam
penyusunan anggaran dan tingkat pajak daerah sejalan dengan tingkat kebutuhan
masyarakat lokal5
Cemampuan keuangan Pemda itu relati9 terbatas jika dibandingkan dengan
kebutuhan untuk menyediakan in9rastruktur dasar dan berbagai 9asilitas layanan
publik di seluruh negeri5 Caitan dengan kesejahteraan di sini di<oba dilihat dari
bagaimana perkembangan kualitas layanan publik dasar- yakni pendidikan-
kesehatan dan in9rastruktur yang dianggap akan memiliki pengaruh kuat terhadap
tingkat kemiskinan di dalam masyarakat (Don Braun- '((')5
Berbagai permasalahan yang menyertai pelaksanaan otonomi daerah
dampaknya seringkali tidak kondusi9 bagi perekonomian daerah serta
kontraprodukti9 dengan tujuan utama dari otonomi daerah dan desentralisasi
6
9iskal5 Sehingga yang justru terjadi adalah tidak e9isiennya pengeluaran belanja
Pemda yang semakin menjauhkan pen<apaian;pen<apaian sasaran pembangunan
yang seharusnya dapat diper<epat melalui proses desentralisasi 9iskal5 Dampak
nyata desentralisasi bagi kehidupan masyarakat adalah tolak ukur5
Untuk mengetahui apakah desentralisasi 9iskal di #ndonesia berdampak
pada peningkatan kinerja dan e9isiensi sektor publik maka perlu dilakukan
pengukuran kinerja dan e9isiensi sektor publik dengan mengembangkan
serangkaian indikator yang obyekti9 serta relevan untuk mengukur prestasi daerah
dalam mengelola keuangan daerahnya dikaitkan dengan pen<apaian sasaran
pembangunan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi 9iskal5
Cemudian untuk mengetahui propinsi yang relati9 e9isien atau terletak pada
Production Possibility Frontier (PPF) dan propinsi mana yang relati9 tidak e9isien
maka dilakukan analisis e9isiensi relati9 antar propinsi di #ndonesia5
172 Rm)an Ma)a!a5
Salah satu tujuan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah adalah
untuk meningkatkan pelayanan publik5 Dengan menjadikan pemerintah lebih
dekat kepada rakyatnya- diharapkan pelayanan pemerintah dapat dilakukan
dengan lebih e9isien dan lebih e9ekti95 7al ini berdasarkan asumsi bah%a Pemda
memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan dan aspirasi
masyarakat daripada pemerintah pusat- sehingga sangat potensial bagi daerah
untuk lebih responsi9 terhadap aspirasi masyarakat5
7
Penelitian ini dipandang penting karena pelayanan publik yang berkualitas
adalah salah satu pilar untuk menunjukkan terjadinya perubahan penyelenggaraan
pemerintahan yang berpihak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat5 Pemda
dituntut untuk memberikan pelayanan yang lebih baik terhadap masyarakat
minimal pada pelayanan dasar seperti pelayanan kesehatan- pendidikan-
in9rastruktur- dan pelayanan terhadap masyarakat miskin seiring berlangsungnya
otonomi daerah dan desentralisasi 9iskal melalui pengelolaan anggaran belanja
daerah5 Fokus penelitian ini men<oba menja%ab apakah desentralisasi 9iskal di
#ndonesia berdampak pada peningkatan kinerja dan e9isiensi sektor publik yang
dikaitkan dengan pen<apaian indikator sasaran;sasaran pembangunan sehingga
perlu dilakukan pengukuran komposit dari beberapa indikator kinerja publik dan
indikator pembangunan yang relevan5
178 T9an P*n*!itian
15 $enganalisis indikator yang obyekti9 dan representati9 (sebagai komposit dari
indikator kinerja publik) untuk mengukur kinerja dan e9isiensi sektor publik
dalam hal ini Pemda propinsi di #ndonesia
'5 $enganalisis e9isiensi produksi relati9 sektor publik antar propinsi dengan
menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)
17% Man(aat P*n*!itian
Dengan model yang dikembangkan tersebut nantinya dapat menghasilkan
in9ormasi mengenai total kinerja sektor publik (Public Sector Performance "
8
PSP) dan e9isiensi pengeluaran sektor publik (Public Sector Efficiency H PSE)5
7asil penelitian diharapkan memberikan kontribusi praktis bagi para pengambil
kebijakan (pemerintah pusat dan daerah) yaitu dengan memperhatikan kinerja dan
e9isiensi sektor publik terutama dalam bidang kesehatan- pendidikan-
in9rastruktur- dan pengentasan kemiskinan serta 9aktor;9aktor yang
mempengaruhinya dalam rangka evaluasi kebijakan desentralisasi 9iskal selama
ini di #ndonesia5
9
BAB II
TIN'AUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
271 Lan.a)an T*,ri
27171 K,n)*0 Ot,n,mi Da*ra5
Etonomi daerah menurut UU !omor 2' 3ahun '((* adalah hak-
%e%enang- dan ke%ajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang;undangan5 Penyelenggaraan otonomi dimaksudkan agar
dapat mendorong pemberdayaan masyarakat- menumbuhkan prakarsa dan
kreativitas serta meningkatkan peran masyarakat dan mengembangkan peran dan
9ungsi DP6D5 Dengan pemberian otonomi kepada daerah maka sistem yang
dianut daerah adalah sistem desentralisasi5
3ujuan dari pengembangan otonomi daerah menurut Suparmoko ('((1)
antara lain memberdayakan masyarakat- menumbuhkan prakarsa dan kreativitas-
meningkatkan peran serta masyarakat- dan mengembangkan peran dan 9ungsi
DP6D5 Disisi lain masih terdapat sistem pemerintahan yang bersi9at sentralisasi di
mana pengambilan keputusan lebih banyak ditentukan oleh pemerintah pusat
dengan alasan antara lain untuk memelihara aspek pemerataan antar daerah-
kemampuan administrasi di banyak Pemda masih lemah- masih terdapat
perbedaan yang tinggi dalam kondisi dan kemampuan keuangan antar daerah-
untuk mengurangi gerakan separatis- dan untuk peren<anaan nasional dalam
pembangunan sosial ekonomi5
1
0
Dengan adanya sistem otonomi- daerah akan lebih mampu menyediakan
jasa pelayanan publik yang bervariasi sesuai dengan pre9erensi masing;masing
masyarakat5 Ceuntungan yang lain adalah bah%a Pemda akan lebih tanggap
terhadap kebutuhan masyarakatnya sendiri karena <akupan yang lebih sempit
maka akan lebih <epat dan e9isien daripada dalam <akupan yang luas5 Cemudian
keuntungan yang didapat dari sistem otonomi daerah akan lebih banyak
eksperimen dan inovasi dalam bidang administrasi dan ekonomi yang dapat
dilakukan5
/kan tetapi dalam hal tertentu Pemda akan kurang e9ekti9 dan e9isien
dalam mengatasi permasalahan yang ada5 Sebagai misal bila Pemda diminta untuk
menyediakan barang publik nasional- masalah redistribusi penghasilan- dan
peme<ahan masalah ekonomi makro yang tentu saja hasilnya tidak memuaskan5
Pen<apaian tujuan otonomi daerah tentunya tergantung dari kesiapan
masing;masing daerah menyangkut ketersediaan sumber daya atau potensi daerah
dan terutama sumber daya manusia yang tentunya akan berperan sebagai motor
penggerak jalannya pemerintahan daerah5 Pemerintah dalam rangka meningkatkan
e9isiensi dan e9ekti9itas penyelenggaraan otonomi daerah perlu memperhatikan
hubungan antar susunan pemerintahan- keanekaragaman daerah- aspek hubungan
keuangan pelayanan umum- peman9aatan sumber daya alam dan lainnya se<ara
adil dan selaras5 Peluang dan tantangan dalam persaingan global dengan
meman9aatkan ilmu pengetahuan dan teknologi juga perlu diperhatikan5
1
1
27172 D*)*ntra!i)a)i Fi)+a! : Tin9aan T*,riti)
Desentralisasi 9iskal adalah pendelegasian tanggung ja%ab dan pembagian
kekuasaan serta ke%enangan untuk pengambilan keputusan di bidang 9iskal yang
meliputi aspek penerimaan (ta assi!nment) maupun aspek pengeluaran
(ependiture assi!nment)5 Desentralisasi 9iskal ini dikaitkan dengan tugas dan
9ungsi Pemda dalam penyediaan barang dan jasa publik (Pra%irasetoto- '((':
Enikolopov dkk- '((1)5
!amun banyak para ahli yang memberikan de9inisi mengenai
desentralisasi 9iskal5 Desentralisasi 9iskal dijelaskan oleh Bird dan Dillan<ourt
('((') men<akup tiga ma<am derajat kemandirian pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh daerah5 Pertama- desentralisasi berarti pelepasan tanggung ja%ab
yang berada dalam lingkungan pemerintah pusat ke instansi vertikal di daerah
atau ke Pemda5 Cedua- delegasi yang berarti daerah bertindak sebagai per%akilan
pemerintah pusat untuk melaksanakan 9ungsi;9ungsi tertentu atas nama
pemerintah5 Cetiga- devolusi (pelimpahan) dimana bukan saja implementasi yang
diberikan kepada daerah- tetapi juga ke%enangan untuk memutuskan apa yang
perlu dikerjakan oleh daerah5
Sementara di sisi lain- Bigday ('((() dalam Sarana ('(()) menjelaskan
bah%a desentralisasi 9iskal lebih manga<u pada desentralisasi sektor publik5
Barang;barang publik di tingkat daerah yang ber9ungsi memperlan<ar aktivitas
masyarakat lokal dalam berbagai bidang ekonomi- sosial- kebudayaan- dan politik
disediakan oleh pemerintah dengan pembiayaan dari pajak dan retribusi daerah5
!amun bukan berarti pemerintah pusat lepas tangan begitu saja- pengeluaran
1
2
barang publik di daerah yang man9aatnya lebih bersi9at umum bagi seluruh
masyarakat dalam suatu negara tetap merupakan tanggung ja%ab pemerintah
pusat5
Componen utama desentralisasi adalah desentralisasi 9iskal di mana
Pemda dalam melaksanakan 9ungsinya diberi kebebasan dalam pengambilan
keputusan pengeluaran sektor publik5 7al ini perlu dukungan sumber;sumber
keuangan yang memadai baik yang berasal dari P/D- bagi hasil pajak dan bukan
pajak- pinjaman maupun subsidi atau bantuan dari pemerintah pusat5
Desentralisasi 9iskal terutama men<akup
15 Staf financin! atau cost recovery dalam pelayanan publik terutama melalui
pengenaan retribusi daerah-
'5 #ofinancin! atau coproduction- di mana pengguna jasa publik berpartisipasi
dalam bentuk pembayaran jasa atau kontribusi tenaga kerja
25 Peningkatan P/D melalui penambahan ke%enangan pengenaan pajak
daerah terutama Pajak Properti (PBB)- Pajak Penghasilan perseroan (PPh
pribadi)- <ukai atas berbagai komoditas atau berbagai jenis retribusi daerah5
*5 3rans9er pemerintah pusat terutama yang berasal dari D/U- D/C-
sumbangan darurat (Dana Darurat) dan bagi hasil pajak dan bukan pajak5
)5 Cebebasan daerah untuk melakukan pinjaman5
Elemen lain yang juga penting dalam desain desentralisasi se<ara
komprehensi9 dipandang dari perspekti9 pemerintah yaitu desentralisasi ekonomi
yang dilaksanakan melalui kebijakan pelimpahan 9ungsi;9ungsi pelayanan kepada
1
3
masyarakat dari pemerintah kepada sektor s%asta sejalan dengan kebijakan
liberalisasi dan ekonomi pasar5
27178 P*ngar5 D*)*ntra!i)a)i Fi)+a! t*r5a.a0 E(i)i*n)i .an Kin*r9a S*+t,r
P#!i+
Salah satu tujuan kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi adalah
untuk menjadikan pemerintah lebih dekat dengan rakyatnya- sehingga pelayanan
pemerintah dapat dilakukan dengan lebih e9isien dan e9ekti95 7al ini berdasarkan
asumsi bah%a Pemda propinsi maupun kabupaten+ kota memiliki pemahaman
yang lebih baik mengenai kebutuhan dan aspirasi masyarakat mereka daripada
pemerintah pusat sehingga mampu memobilisasi dan menggunakan sumber;
sumber ekonomi yang ada dalam rangka penyediaan barang dan layanan publik
yang sesuai dengan kebutuhan dan pre9erensi serta kesediaan masyarakat untuk
membayar atas pelayanan publik yang diterimanya5 Sebagaimana yang
dikemukakan oleh /dam dkk ('((.): $usgrave (10.0)- bah%a dampak utama
yang diharapkan dari kebijakan desentralisasi 9iskal adalah ter<apainya e9isiensi
alokasi sumber daya yang semakin tinggi5
$enurut Pra%irosetoto ('((')- otonomi daerah dan desentralisasi 9iskal
harus berorientasi kepada e9isiensi pelayanan serta produk;produk Pemda lainnya
bagi kepentingan publik di %ilayahnya5 Erientasi yang demikian akan membuka
peluang terjadinya kompetisi antar daerah yang selanjutnya akan mema<u
e9isiensi5 Pelayanan publik yang paling e9isien seharusnya diselenggarakan oleh
%ilayah yang memiliki kontrol geogra9is yang paling minimum terutama karena
1
4
(1) pemerintah lokal lebih menghayati kebutuhan masyarakatnya: (') keputusan
pemerintah lokal sangat responsi9 terhadap kebutuhan masyarakat sehingga
mendorong pemerintah lokal untuk melakukan e9isiensi dalam penggunaan dana
yang berasal dari masyarakat: (2) persaingan antar daerah dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakatnya akan mendorong pemerintah lokal untuk
meningkatkan inovasinya5
2717% K,n)*0 P*ng*!aran P*m*rinta5
Dalam ?uritno (1002)- 6osto% dan $usgrave menghubungkan
perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap pembangunan ekonomi
yang dibedakan antara tahap a%al- menengah- dan tahap lanjut5 3ahap a%al
ditandai persentase investasi pemerintah yang besar karena pada tahap ini
pemerintah harus menyediakan prasarana seperti pendidikan- kesehatan- prasarana
transportasi5 Dalam tahap menengah investasi pemerintah tetap diperlukan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi- pada tahap ini peran s%asta semakin besar
akan tetapi <enderung menimbulkan kegagalan pasar5 Pada tahap lanjut aktivitas
pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran;pengeluaran untuk
aktivitas sosial seperti kesejahteraan hari tua- program layanan kesehatan
masyarakat5
3eori yang lain diungkapkan oleh Bagner dalam Stiglit= ('((() mengenai
pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam persentase terhadap ?!P5
Dalam hal ini Bagner menerangkan mengapa peranan pemerintah menjadi
semakin besar terutama karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul
1
5
dalam masyarakat- hukum- pendidikan- kebudayaan- dan sebagainya5 Pandangan
Bagner tersebut berdasarkan teori organis mengenai pemerintah sebagai individu
yang bebas bertindak- terlepas dari anggota masyarakat lainnya5
Sedangkan teori Pea<o<k dan Biseman menyatakan bah%a perkembangan
ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat %alaupun
tari9 pajak tidak berubah dan meningkatnya ?!P menyebabkan penerimaan
pemerintah menjadi semakin besar5 /pabila keadaan normal tersebut terganggu
dan mengharuskan pemerintah memperbesar pengeluarannya maka pemerintah
akan berusaha meningkatkan penerimaannya dengan <ara menaikkan tari9 pajak
sehingga dana s%asta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang5 /danya
gangguan sosial juga akan menyebabkan terjadinya konsentrasi kegiatan ekonomi
yang tadinya dilaksanakan oleh s%asta ke tangan pemerintah5 3eori Pea<o<k dan
Biseman berdasarkan pada suatu analisis bah%a pemerintah senantiasa berusaha
untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar
pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang
semakin besar5
1
6
?ambar ##51
Curva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran
pemerintah+?DP
Bagner- Solo%- $usgrave
Pea<o<k dan
Biseman
3ahun
Sumber $usgrave- 10.0: Stiglit=- '(((
Peran dan <ampur tangan pemerintah dalam perekonomian meliputi 2
golongan besar yaitu peranan alokasi- peranan distribusi- dan peranan stabilisasi5
(1) peranan alokasi yaitu peranan pemerintah dalam alokasi sumber;sumber
ekonomi yang diusahakan agar peman9aatannya dapat optimal dan mendukung
e9isiensi produksi5 (') dalam peran pemerintah sebagai distributor yaitu
mengusahakan terjadinya distribusi pendapatan yang tergantung dari pemilikan
9aktor;9aktor produksi- permintaan dan pena%aran- sistem %arisan- dan
kemampuan memperoleh pendapatan baik se<ara langsung maupun tidak
langsung5 Se<ara langsung pemerintah dapat mengubah distribusi pendapatan
dengan pajak yang progresi9 yaitu relati9 beban pajak yang lebih besar bagi
mereka yang berpendapatan lebih tinggi dan menerapkan tingkat pajak yang lebih
ringan bagi yang berpendapatan rendah5 Sedangkan se<ara tidak langsung-
pemerintah mempengaruhi distribusi pendapatan dengan kebijakan pengeluaran
1
7
pemerintah misalnya perumahan me%ah untuk golongan pendapatan tertentu-
subsidi pupuk- dan sebagainya5 (2) pemerintah berperan dalam stabilisasi
perekonomian sebab jika pemerintah tidak ikut <ampur tangan atau dengan kata
lain perekonomian sepenuhnya diserahkan kepada s%asta- maka perekonomian
akan sangat peka terhadap gon<angan (7yman- '((.)5
$enurut Dumairy dalam 7ira%an ('((1) selain peran alokati9- peran
distribusi- dan peran stabilitati9 dalam kan<ah perekonomian modern pemerintah
juga memiliki peran dinamisati9 yaitu peranan pemerintah dalam menggerakkan
proses pembangunan ekonomi agar lebih <epat tumbuh- berkembang- dan maju5
Selain karena adanya kebutuhan akan penyediaan in9rastruktur- ada beberapa
alasan lain yang menyebabkan perlunya pemerintah melakukan <ampur tangan
dalam perekonomian5 $enurut $eir dalam 7amid (1000) alasan tersebut lainnya
antara lain (1) adanya kegagalan pasar (mar$et failure) termasuk adanya
persaingan yang tidak sempurna- eksternalitas- penyediaan barang publik- dan
in9ormasi yang tidak sempurna: (') perhatian untuk mengatasi kemiskinan dan
meningkatkan distribusi pendapatan: (2) tuntutan atau hak untuk pemenuhan
9asilitas pokok seperti pendidikan- kesehatan- dan perumahan: (*) penyediaan
dana untuk masyarakat tertentu yang menjadi tanggung ja%ab pemerintah seperti
pensium- beasis%a- dan sebagainya5 $elindungi hak;hak generasi mendatang juga
menjadi <ampur tangan pemerintah dalam kaitannya untuk mengatasi masalah
lingkungan5
Sebuah studi oleh >PE$;FEU# ('((') menyangkut belanja pembangunan
daerah menghasilkan temuan yang menarik5 Belanja pembangunan dibagi atas
1
8
berbagai sektor yang diharapkan berkaitan dengan upaya pengentasan
kemiskinan- seperti pertanian- transportasi- pendidikan- kesehatan- perumahan-
irigasi- dan lain;lain5 Se<ara umum studi ini membuktikan bah%a indeks
kemiskinan di perdesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan5 >alu- yang
lebih penting lagi bah%a berbagai 9aktor yang mempengaruhi- bahkan yang
menentukan kemiskinan sangat terkait dengan hal;hal seputar layanan publik5
Faktor pertama terkait sumber daya manusia- utamanya menyangkut pendidikan
dan komposisi anggota keluarga5 >alu- sumber daya 9isik seperti kepemilikan
tanah dan kualitas tempat tinggal5 Cemudian- kualitas in9rastruktur juga sangat
mempengaruhi kemiskinan seperti 9asilitas transportasi- irigasi- jasa kesehatan-
pendidikan dan tempat tinggal5 Fasilitas tempat tinggal adalah ketersediaan air
minum- air bersih untuk men<u<i dan mandi- serta toilet5 Dari ka<a mata
pembangunan maka sektor pertanian memang merupakan sektor terpenting
mengingat sebagian besar dari masyarakat miskin adalah petani5 Sistem insenti9 di
sektor ini diharapkan dapat memberikan dampak yang signi9ikan bagi masyarakat
miskin5
2717$ K,n)*0 E(i)i*n)i
2717$71 E(i)i*n)i Par*t,
$asalah dalam ekonomi adalah keterbatasan sumber daya (scarcity)5
Dengan asumsi bah%a sumber daya terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang
terbatas maka ilmu ekonomi mempelajari alokasi sumber daya agar e9isien5
Dalam ilmu ekonomi dipelajari bagaimana keputusan ekonomi diambil oleh para
1
9
pelaku ekonomi yang memaksimalkan tujuan melalui kompetisi di pasar- sehingga
sumber daya dialokasikan se<ara e9isien (Darian- '((2)5
Consep e9isiensi dalam literatur ekonomi- biasanya menga<u pada sebuah
konsep yang disebut dengan e9isiensi pareto (pareto efficiency) atau pareto
optimal (Stiglit=- '(((: 7yman- '((.)5 Pareto optimal dide9inisikan sebagai
sebuah kondisi di mana sudah tidak mungkin lagi mengubah alokasi sumber daya
untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku ekonomi (better off) tanpa
mengorbankan pelaku ekonomi yang lain (%orse off)5 Dengan kata lain- kondisi
pareto terjadi ketika semua pelaku ekonomi dalam kondisi kesejahteraan yang
optimum5
Dalam konteks kaitannya dengan penyediaan barang publik oleh
pemerintah- maka yang menjadi tujuan akhir adalah meningkatkan kondisi pareto
(pareto improvement) yang belum e9isien5 &ontohnya- ketika pemerintah
membangun jembatan- mereka berharap masyarakat yang menggunakan jembatan
tersebut dapat membayar sejumlah tari9 yang ditentukan untuk menutup biaya
konstruksi dan pera%atan dari biaya jembatan tersebut5 Condisi tersebut
menggambarkan kondisi peningkatan pareto yaitu perubahan di mana seseorang
menjadi lebih baik dan pelaku ekonomi lainnya pun tidak dirugikan5 Para ekonom
per<aya bah%a peningkatan pareto menjadi tujuan sehingga setiap kebijakan harus
ditempatkan dalam tujuan untuk meningkatkan pareto yang disebut sebagai
prinsip pareto (pareto principle)
Condisi dasar untuk e9isiensi pareto meliputi
17 E(i)i*n)i P*rt+aran ;exchange efficiency<
E
2
0
E9isiensi pertukaran 9okus pada distribusi barang- diasumsikan semua barang
telah terdistribusi- sehingga dalam e9isiensi pertukaran tidak ada pelaku
ekonomi yang menjadi lebih baik (better off) tanpa mengorbankan pelaku
ekonomi lainnya (%orse off)5 E9isiensi pertukaran juga berarti tidak ada
<akupan untuk perdagangan atau bisa dikatakan pertukaran tersebut saling
menguntungkan5 E9isiensi pertukaran diilustrasikan dengan ?ambar ##5' atau
yang biasa disebut Ed!e%ort& 'o%ley diasumsikan bah%a E/ dan EB
merupakan konsumsi pelaku I dengan dua barang5 Sedangkan E/@ dan EB@
merupakan konsumsi pelaku " dengan dua barang5 Pareto e9isiensi merupakan
tangen dari kurva indi9eren (E) di mana mar!inal rate of substitution (()S)
dari kedua barang / atau B sama5
?ambar ##5'
E9isiensi Pertukaran
y /@ E
B B@
E / A
Sumber Stiglit=- '(((
27 E(i)i*n)i Pr,.+)i
E9isiensi produksi adalah e9isiensi menyangkut biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan output tertentu5 ,ika produsen tidak e9isien se<ara produkti9
berarti dapat memproduksi barang lebih banyak tanpa mengurangi produksi
2
1
dari barang yang lain5 Dikatakan e9isien semua unit kegiatan ekonomi (UCE)
yang beroperasi sepanjang kurva batas produksi (production frontier)5
Selain dengan pendekatan Production Possibility Frontier (PPF)- e9isiensi
produksi juga melalui pendekatan kendala anggaran (bud!et constraint) di
mana terdapat isocost line yang memberikan kombinasi input dari biaya
?ambar ##5* menjelaskan kombinasi ' input yaitu I (tenaga kerja) dan "
(tanah) yang memproduksi input yang sama5
Sumber Stiglit=- '(((
2
2
?ambar ##52
E9isiensi Produksi dan Production Possibility Frontier
"
I
?ambar ##5*
Isoquants dan Isocost >ine
"
#soJuant
K1
K'
#so<ost line
I
Sumber Stiglit=- '(((
Curva K1 memproduksi output yang lebih tinggi daripada K'5 Slope dari kurva
isoquant disebut mar!inal rate of tec&nical substitution (()*S)5 Curva isocost
merupakan kombinasi input di mana biaya untuk memproduksi barang dengan
jumlah yang sama5 Slope dari kurva isocost merepresentasikan harga relati9
dari dua input5 Suatu UCE memaksimisasi jumlah output yang diproduksi-
2
3
Q0
Q1
L &
E
K'
dengan memberikan tingkat pengeluaran dari input di mana isoJuant
merupakan tangen dari iso<ost sehingga $6S sama untuk harga relati95 Dalam
ekonomi persaingan- semua UCE menunjukkan harga yang sama karena UCE
dalam menggunakan input tenaga kerja dan tanah mengatur agar $63S sama
untuk harga yang relati95
?ambar ##5)
E9isiensi Produksi
y /@ E
B B@
E / A
Sumber Stiglit=- '(((
Pada ?ambar ##5) atau yang disebut kotak Ed!e%ort& 'o%ley dengan garis
horisontal adalah penggunaan input tenaga kerja- sedangkan garis vertikal
adalah penggunaan input tanah5
2717= M*t,.* P*ng+ran Kin*r9a .an E(i)i*n)i S*+t,r P#!i+
$etode pengukuran kinerja sektor publik (yang dide9inisikan sebagai
outcomes dari aktivitas sektor publik) dan e9isiensi sektor publik (yang
dide9inisikan sebagai rasio antara outcomes dengan sumber daya yang digunakan)
masih terbatas5 3erdapat banyak pendekatan yang dapat digunakan dalam
2
4
mengukur e9isiensi5 Se<ara garis besar pendekatan tersebut mengelompokkan ke
dalam ' teknik estimasi yaitu teknik estimasi parametrik dan non parametrik5
3eknik;teknik analisis yang masuk dalam teknik non parametrik salah satunya
adalah Data Envelopment Analysis (DE/)5
2
5
272 P*n*!itian T*r.a5!
/ntonio /9onso- > S<hukne<ht- dan Dito 3an=i ('(()) dalam
penelitiannya yang berjudul Public Sector Efficiency an International
#omparison dalam +or$in! Paper Series European &entral Bank telah
menghitung e9isiensi dari kinerja sektor publik (PSP) dan e9isiensi sektor publik
(PSE) yang dikompositkan dalam 8 sub indikator di '2
negara industri (EE&D)5 $enggunakan pendekatan !on
parametri< Free Disposable 7ull dan Data Envelopment /nalysis dengan
menggunakan
Epportunity indi<ator terdiri dari administrative- indikator kesehatan-
indikator pendidikan- dan indikator in9rastruktur publi<
#ndikator $usgravian terdiri dari distribusi- stabilitas- dan kinerja
ekonomi5
7asil penelitiannya menunjukkan bah%a negara dengan sektor publik yang ke<il
mempunyai skor yang tinggi pada kinerjanya terutama pada indikator
administrative dan kinerja ekonomi- sedangkan negara dengan sektor publik yang
besar menunjukkan lebih meratanya distribusi pendapatannya5 !egara dengan
ukuran sektor publik yang ke<il menunjukkan signi9ikansi indikator PSE yang
lebih tinggi daripada medium si=ed;big sektor publik- sehingga berlaku
diminishing marginal produ<ts o9 higher publik spending5Pengeluaran pemerintah
yang besar rata;rata 2)F lebih rendah dengan PSP yang sama pada pemerintahan
yang ke<il5 1) negara EU menggunakan pengeluaran publik '8F lebih tinggi
daripada negara dengan e9isiensi tertinggi (,epang->uAemburg-US) pada level
2
6
indikator PSP yang sama
2
7
/ntonio /9onso dan $iguel St5 /ubyn ('(()) dalam ,on
Parametric Approac&es to Education -ealt&. Ependiture Efficiency in
OE#D #ountries dalam /ournal of Applird Economics 0- pp ''8;'*1
bertujuan menghitung e9isiensi dari kinerja sektor publik (PSP) dan e9isiensi
sektor publik (PSE) yang dikompositkan dalam 8 sub indikator di '2 negara
industri (EE&D) dengan menggunakan pendekatan !on parametri< Free
Disposable 7ull dan Data
Envelopment /nalysis dengan variable penelitian
#nput pendidikan pengeluaran tiap sis%a- jam belajar di sekolah- rasio guru
terhadap 1(( sis%a5
Eutput pendidikan P#S/ indeks5
#nput kesehatan pengeluaran kesehatan perkapita- jumlah dokter dan pera%at-
jumlah tempat tidur pasien di rumah sakit5
Eutput kesehatan angka harapan hidup- tingkat kematian bayi
7asil penelitannya menunjukkan bah%a
S%edia adalah negara dengan sektor pendidikan dan kesehatan yang e9isien
apabila inputnya terukur se<ara 9isik (bukan 9inan<ial resour<es)- implikasinya
sumber daya di negara tersebut <enderung mahal5
Sebaliknya- Polandia sebagai negara dengan sektor pendidikan dan kesehatan
yang tidak e9isien apabila inputnya terukur se<ara 9isik- yang berarti sumber
daya berupa dokter- pera%at- guru- tempat tidur pasien relati9 lebih murah5
Polandia justru e9isien dalam input 9inan<ial (pengeluaran+kapita)5
Beberapa negara yang selalu e9isien di kedua sektor tersebut tanpa
2
8
memperhatikan si9at inputnya adalah $eksiko- ,epang- dan Corea5
2
7
$eksiko adalah negara dengan pengeluaran sumber daya yang sedikit- dan
hasilnya juga tidak terlalu baik5
,epang adalah Mbest per9ormerN dalam menghasilkan output kedua sektor
%alaupun tidak terlalu banyak
Dasanthakumar !5Bhat dalam *&e European /ournal of -ealt&
Economics1 vol 1 !o 2- '(() menguji e9isiensi sistem pelayanan kesehatan di '*
negara EE&D dan menganalisis pengaruh susunan kelembagaan terhadap e9isiensi
pelayanan kesehatan5 $etode yang digunakan adalah Pendekatan non parametri<
Data Envelopment /nalysis (DE/) menghasilkan
!egara ,epang- Denmark- !or%egia- Portugal- S%edia- Belanda- 3urki- dan
#nggris adalah sudah &6S e9isien yang berarti apabila ada peningkatan seluruh
input maka output juga akan meningkat dengan persentase yang sama5
Penghitungan e9isiensi input berguna bagi negara untuk mengetahui
penggunaan sumber daya input yang overuse maupun belum optimal5
3iap negara harus dapat membandingkan kinerjanya dengan negara lain yang
selevel dan mengidenti9ikasi kebijakan yang tepat5
Celembagaan memiliki dampak yang signi9ikan terhadap e9isiensi pelayanan
kesehatan5 !egara dengan supply arrangements dalam bentuk publik <ontra<t
dan publik integrated lebih e9isien daripada publik reimbursement5 !egara
dengan sistem pengupahan melalui upah dan gaji serta <apitation adalah lebih
e9isien daripada negara dengan tenaga medis yang bersi9at sukarela%an (9ee 9or
servi<es)5 !egara dengan peran dokter sebagai gatekeeper adalah lebih e9isien
daripada tanpa gatekeeper5
2
8
/ntonio /9onso dan Sonia Fernande= ('((2) dalam penelitiannya yang
berjudul Efficiency of 2ocal 3overnment Spendin! . Evidence for t&e 2isbon
)e!ion dengan menggunakan pendekatan DE/ bertujuan menghitung e9isiensi
pengeluaran pemerintah lokal di >isbon5 #ndikator;indikator yang digunakan
adalah administrasi umum- pendidikan- aktivitas sosial- sanitasi dasar- dan
perlindungan lingkungan5 7asilnya menunjukan se<ara umum )1 muni<ipalities di
>isbon relati9 tidak e9isien5
Ta#*! N, II71
P*n*!itian T*r.a5!
N, P*n*!iti T9an M*t,.* Varia#*! P*n*!itian 4a)i! P*n*!itian
1 /ntonio /9onso- >
S<hukne<ht- dan
Dito 3an=i ('(())
$enghitung e9isiensi
dari kinerja sektor
publik (PSP) dan
e9isiensi sektor
publik (PSE) yang
dikompositkan dalam
8 sub indikator di '2
negara industri
(EE&D)
Pendekatan !on
parametri< Free
Disposable 7ull dan
Data Envelopment
/nalysis
Epportunity indikator terdiri dari
administrative- indikator
kesehatan- indikator pendidikan-
dan indikator in9rastruktur publik
#ndikator $usgravian terdiri dari
distribusi- stabilitas- dan kinerja
ekonomi
!egara dengan sektor publik yang ke<il mempunyai
skor yang tinggi pada kinerjanya terutama pada
indikator administrative dan kinerja ekonomi-
sedangkan negara dengan sektor publik yang besar
menunjukkan lebih meratanya distribusi
pendapatannya5
!egara dengan ukuran sektor publik yang ke<il
menunjukkan signi9ikansi indikator PSE yang
lebih tinggi daripada medium si=ed;big sektor
publik- sehingga berlaku diminishing marginal
produ<ts o9 higher publik spending
Pengeluaran pemerintah yang besar rata;rata 2)F
lebih rendah dengan PSP yang sama pada
pemerintahan yang ke<il5 1) negara EU menggunakan
pengeluaran publik '8F lebih tinggi daripada negara
dengan e9isiensi tertinggi (,epang->uAemburg-US)
pada level indikator PSP yang sama
' /ntonio /9onso dan
$iguel St5 /ubyn
('(())
$enghitung e9isiensi
pengeluaran
pemerintah di bidang
pendidikan dan
kesehatan di negara
EE&D
Pendekatan non
Parametri< DE/ dan
FD7
#nput pendidikan pengeluaran
tiap sis%a- jam belajar di
sekolah- rasio guru terhadap 1((
sis%a5
Eutput pendidikan P#S/ indeks5
#nput kesehatan pengeluaran
kesehatan perkapita- jumlah
dokter dan pera%at- jumlah
tempat tidur pasien di rumah
sakit5
Eutput kesehatan angka harapan
hidup- tingkat kematian bayi
S%edia adalah negara dengan sektor pendidikan dan
kesehatan yang e9isien apabila inputnya terukur se<ara
9isik (bukan 9inan<ial resour<es)- implikasinya sumber
daya di negara tersebut <enderung mahal5
Sebaliknya- Polandia sebagai negara dengan sektor
pendidikan dan kesehatan yang tidak e9isien
apabila inputnya terukur se<ara 9isik- yang berarti
sumber
daya berupa dokter- pera%at- guru- tempat tidur pasien
relati9 lebih murah5 Polandia justru e9isien dalam
input 9inan<ial (pengeluaran+kapita)5
Beberapa negara yang selalu e9isien di kedua
sektor tersebut tanpa memperhatikan si9at inputnya
adalah $eksiko- ,epang- dan Corea5
$eksiko adalah negara dengan pengeluaran sumber
daya yang sedikit- dan hasilnya juga tidak terlalu
baik5
,epang adalah Mbest per9ormerN dalam menghasilkan
output kedua sektor %alaupun tidak terlalu banyak
Corea adalah Mbest per9ormerN dalam pendidikan
dan kesehatan yaitu dengan mengeluarkan sangat
sedikit sumber daya untuk kesehatan tetapi hasilnya
justru sangat baik5
2 Dasanthakumar
!5Bhat ('(())
$enguji e9isiensi
sistem pelayanan
kesehatan di '*
negara EE&D
$enganalisis
pengaruh susunan
kelembagaan
terhadap e9isiensi
pelayanan
kesehatan
Pendekatan non
parametri< Data
Envelopment
/nalysis (DE/)
#nput jumlah dokter yang terlatih-
jumlah pera%at yang terlatih-
jumlah tingkat hunian ra%at inap
pasien+tempat tidur- jumlah obat
9armasi yang dikonsumsi5
Eutput populasi berdasar usia-
dibagi 2 golongan yaitu (;10- '(;
1*-diatas 1)
Dariable kelembagaan supply
arrangements- sistem pengupahan
tenaga medis- dokter yang utama
berperan sebagai gatekeeper5
!egara ,epang- Denmark- !or%egia- Portugal-
S%edia- Belanda- 3urki- dan #nggris adalah sudah &6S
e9isien yang berarti apabila ada peningkatan seluruh
input maka output juga akan meningkat dengan
persentase yang sama5
Penghitungan e9isiensi input berguna bagi negara
untuk mengetahui penggunaan sumber daya input
yang overuse maupun belum optimal5
3iap negara harus dapat membandingkan kinerjanya
dengan negara lain yang selevel dan
mengidenti9ikasi kebijakan yang tepat5
Celembagaan memiliki dampak yang signi9ikan
terhadap e9isiensi pelayanan kesehatan5 !egara
dengan supply arrangements dalam bentuk publik
<ontra<t dan publik integrated lebih e9isien daripada
publik reimbursement5 !egara dengan sistem
pengupahan melalui upah dan gaji serta <apitation
adalah lebih e9isien daripada negara dengan tenaga
medis yang bersi9at sukarela%an (9ee 9or servi<es)5
!egara dengan peran dokter sebagai gatekeeper adalah
lebih e9isien daripada tanpa gatekeeper5
* /ntonio /9onso dan
Sonia Fernande=
('((1)
$enghitung e9isiensi
pengeluaran
pemerintah lokal di
>isbon
Pendekatan DE/ /dministrasi umum- pendidikan-
aktivitas sosial- sanitasi dasar-
dan perlindungan lingkungan
Se<ara umum )1 muni<ipalities di >isbon relati9 tidak
e9isien5
21
278 K*rang+a P*mi+iran T*,riti)
#mplementasi desentralisasi 9is<al dan otonomi daerah dan Peranan Pemerintah akan
mempengaruhi Pengeluaran dan Belanja Pemerintah5 Disamping itu peranan Pemerintah juga
sangat mempengaruhi tujuan maupun sasaran pembangunan5 Selanjutnya pengeluaran
belanja Pemerintah menentukan akan peningkatan kinerja dan e99isiensi se<tor publi<5
?ambar ##51
Cerangka Pemikiran
3U,U/!+S/S/6/!
PE$B/!?U!/!
;&OALS OF DEVELOPMENT<
IMPLEMENTASI
DESENTRALISASI
FISKAL
pelimpahan %e%enang
kepada daerah
T9an Ot,n,mi Da*ra5
$endekatkan pemerintah
kepada masyarakatnya
$eningkatnya e9isiensi
pengeluaran pemerintah
$eningkatnya e9isiensi dan
kinerja sektor publik
PERANAN PEMERINTA4
Fungsi Distribusi- /lokasi- dan
Stabilisasi penyediaan barang
publik
PEN&ELUARAN
BELAN'A PEMERINTA4
KINER'A DAN EFISIENSI SEKTOR
PUBLIK MENIN&KAT
Untuk mengetahui apakah setelah adanya
desentralisasi 9iskal terjadi peningkatan kinerja
dan e9isiensi sektor publik
#ndikator komposit kinerja publik untuk
mengukur indikator Public Sector
Performance
(PSP) dan Public Sector Efficiency (PSE)
$elakukan analisis e9isiensi relati9 antar propinsi
dengan metode Data Envelopment Analysis
(DEA)
BAB III
METODE PENELITIAN
871 '*ni) .an Sm#*r Data
Penelitian ini akan mengambil studi pada 22 propinsi di #ndonesia dengan
menggunakan data runtut %aktu (time series) dan data cross section5 Data runtut %aktu
men<akup tahun '((1 sampai '((. untuk indikator kinerja sektor publik5 Pengukuran kinerja
sektor publik tahun '((1 hingga '((. ini dimaksudkan agar penelitian ini dapat
membandingkan kinerja sektor publik apakah terjadi peningkatan atau justru penurunan
seiring dengan makin besarnya total pengeluaran pemerintah5
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder- yaitu data yang
diperoleh berdasarkan in9ormasi yang telah disusun dan dipublikasikan oleh instansi tertentu5
Data tesebut diperoleh dari beberapa publikasi antara lain publikasi BPS- Departemen
Pendidikan- Departemen Cesehatan- Bappenas- Departemen Perhubungan- Departemen
Pertambangan dan Energi5
$etode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui studi pustaka5 Studi
pustaka dilakukan dengan mengumpulkan in9ormasi melalui pendalaman literatur;literatus
yang berkaitan dengan objek studi5
872 M*t,.* .an A!at Ana!i)i) Data
Dalam penelitian ini tahapan metode yang dilakukan adalah pertama mende9inisikan
dan menghitung kinerja sektor publik (PSP)- selanjutnya mende9inisikan dan menghitung
e9isiensi sektor publik (PSE)5 Setelah diketahui PSP dan PSE masing;masing unit Pemda-
selanjutnya dilakukan penghitungan perbandingan kinerja antar unit Pemda dengan
menggunakan metode FD75
87271 Public Sector Performance ;PSP< .an Public Sector Efficiency ;PSE<
Dampak positi9 dari desentralisasi 9iskal telah disebutkan sebelumnya salah satunya
ter<ermin dari e9isiensi pengeluaran publik5 Dengan merujuk pada /9onso dkk ('(())-
penelitian ini akan menyusun indeks kinerja dan e9isiensi sektor publik dengan metode PSP
dan PSE5 Se<ara teknis- angka PSP diperoleh dengan melakukan kompilasi terhadap sub;sub
indikator mus!ravian dan indikator sosial ekonomi5 !ilai PSP tergantung pada indikator;
indikator kinerja ekonomi tertentu- yang terdiri dari indikator sosial ekonomi dan indikator
mus!ravian5
di mana
i unit pemerintah i atau dalam penelitian ini adalah Pemda i
j kinerja unit pemerintah pada sektor j atau dalam penelitian ini adalah kinerja
pemerintah daerah sektor j
!ilai PSP merupakan 9ungsi dari berbagai kinerja sosial ekonomi5
di mana
i indikator musgravian dan indikator sosial ekonomi
k sub indikator dalam masing;masing indikator musgravian dan indikator sosial ekonomi
Eleh karena itu- perubahan pada PSP tergantung pada perubahan nilai;nilai indikator
musgravian dan indikator sosial ekonomi yang relevan5 /tau dapat dinotasikan sebagai
berikut
Dengan demikian- semakin besar pengaruh positi9 dari belanja publik yang relevan pada
setiap sub indikator kinerja sektor publik akan menghasilkan perbaikan maupun peningkatan
pada indeks PSP5 Berdasarkan hal tersebut maka perubahan;perubahan yang terjadi pada
indikator;indikator sosial ekonomi dapat dilihat sebagai perubahan pada kinerja sektor publik5
Untuk menaksir PSP- penelitian ini menggunakan 0 sub indikator kinerja publik yaitu
kesehatan- pendidikan- kemiskinan- kesetaraan gender- in9rastruktur- energi- distribusi-
stabilitas- dan kinerja ekonomi5 Composisi total indikator PSP yang digunakan dalam
penelitian ini ditunjukkan oleh ?ambar ###51
3ahap berikutnya adalah menghitung indikator e9isiensi sektor publik dengan indeks
PSE5 Berdasarkan persamaan 251 dan persamaan 252- nilai indikator e9isiensi sektor publik
dapat dihitung yaitu dengan <ara membandingkan antara nilai indeks kinerja sektor publik
yang diukur melalui indikator PSP dengan sejumlah belanja publik yang relevan (PEI) yang
digunakan untuk men<apai out<ome sektor publik5 Dengan demikian indeks PSE dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut
dengan:
(ar!inal Productivity dari pengeluaran publik bernilai positi9 dan menurun- maka
di mana PEI adalah rata;rata pengeluaran publik (normalisasi)
?ambar ###51
3otal #ndikator Public Sector Performance (PSP)
Cesehatan
/ngka Cematian Bayi
/ngka 7arapan 7idup
&akupan imunisasi dasar pada bayi
Pendidikan
Enrollment Sekolah Dasar
Enrollment S>3P /ngka
$elek 7uru9 6ata;rata
>ama Sekolah
Cemiskinan
Proporsi penduduk miskin
#!D#C/3E6
SES#/>
ECE!E$#
Cesetaraan ?ender
6asio angka partisipasi murni perempuan
terhadap laki;laki
(SD;P3)
3ransportasi
Panjang jalan propinsi baikOsedang (km)
,umlah kunjungan kapal (unit)
>alu lintas keberangkatan pesa%at (unit)
Energi
Distribusi listrik (k%h)
Distribusi air bersih (m2)
3E3/> PSP
#!D#C/3E6
Distribusi
?ini #ndeks
#!D#C/3E6
S3/!D/6
$US?6/D#/!
Stabilitas
Stabilitas pertumbuhan PD6B (koe9isien
variasi)
>aju #n9lasi (year on year)
Cinerja Ekonomi
PD6B per kapita
Pertumbuhan PD6B
3ingkat Pengangguran 3erbuka
Sumber /9onso dkk ('(()) dengan modi9ikasi
Untuk menghasilkan kinerja sektor publik dari berbagai komponen indikator yang
mempunyai satuan yang berbeda- maka dilakukan normalisasi data untuk tiap indikator
kinerja5 !ormalisasi dilakukan dengan <ara menghitung rata;ratanya- dan setiap nilai dibagi
dengan nilai rata;ratanya tersebut5 Sedangkan untuk indikator dengan orientasi kinerja yang
terbalik (misalnya pengangguran yaitu semakin tinggi tingkat pengangguran semakin buruk
kinerja ekonomi unit Pemda)- normalisasinya dilakukan melalui pembagian nilai rata;ratanya
dengan nilai sub indikator tersebut5
Cemudian untuk sub indikator kinerja publik yang mempunyai tolok ukur lebih dari 1
maka terlebih dahulu dilakukan pembobotan5 Sebagai <ontoh- sub indikator kinerja
pendidikan mempunyai * tolok ukur- yaitu /PC SD- /PC S$P- tingkat melek huru9- dan
rata;rata lama sekolah serta diasumsikan bah%a setiap tolok ukur memberikan kontribusi
yang sama terhadap tingkat <apaian kinerja sektor pendidikan maka setiap variabel tolok ukur
sub indikator pendidikan diberi nilai ')F5
87272 Data Envelopment Analysis (DEA)
DE/ bekerja dengan langkah mengidenti9ikasi unit;unit yang akan dievaluasi- input
serta output unit tersebut5 Selanjutnya- dihitung nilai produktivitas dan mengidenti9ikasi unit
mana yang tidak menggunakan input se<ara e9isien atau tidak menghasilkan output se<ara
e9ekti95 Produktivitas yang diukur bersi9at komparati9 atau relati9- karena hanya
membandingkan antar unit pengukuran dari 1 set data yang sama5 DE/ adalah model analisis
9aktor produksi untuk mengukur tingkat e9isiensi relati9 dari set unit kegiatan ekonomi
(UCE)5 Skor e9isiensi dari banyak 9ator input dan output dirumuskan sebagai berikut (3alluri-
'((():
Jumlah output tetim!an"
Efficiency =---------------------------------- #3$7%
Jumlah input tertimbang
DE/ berasumsi bah%a setiap UCE akan memilih bobot yang memaksimumkan rasio
e9isiensinya (maimi4e total %ei!&ted output5total %ei!&ted input)5 Carena setiap UCE
menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi output yang
berbeda pula- maka setiap UCE akan memilih seperangkat bobot yang men<erminkan
keragaman tersebut5 Se<ara umum UCE akan menetapkan bobot yang tinggi untuk input
yang penggunaanya sedikit dan untuk output yang dapat diproduksi dengan banyak5 Bobot
; bobot tersebut bukan merupakan nilai ekonomis dari input dan outputnya- melainkan
sebagai penentu untuk memaksimumkan e9isiensi dari suatu UCE5 Sebagai gambararan- jika
suatu UCE merupakan perusahaan yang berorientasi pada keuntungan (profit6maimi4in!
firm) dan setiap input dan outputnya memiliki biaya per unit serta hargajual per unit- maka
perusahaan tersebut akan berusaha menggunakan sesedikit mungkin input yang biaya
per unitnya termahal dan berusaha memproduksi sebanyak mungkin output yang harga
jualnya tinggi5
DE/ memiliki beberapa nilai manajerial5 Pertama- DE/ menghasilkan e9isiensi untuk
setiap UCE- relati9 terhadap UCE yang lain di dalam sampel5 /ngka e9isiensi ini
memungkinkan sesorang analisis untuk mengenali UCE yang paling membutuhkan perhatian
dan meren<anakan tindakan perbaikan bagi UCE yang tidak+kurang e9isien5 Cedua- jika suatu
UCE kurang e9isien (e9isiensi P 1((F) DE/ menunjukkan sejumlah UCE yang memiliki
e9isiensi sempurna (efficient reference set- e9isiensiH1((F) dan seperangkat angka
pengganda (multipliers) yang dapat digunakan oleh manajer untuk menyusun strategi
perbaikan5 #n9ormasi tersebut memungkinkan seseorang analisis membuat UCE hiptetis yang
menggunakan input yang lebih sedikti dan menghasilkan outp paling tidak sama atau lebih
banyak dibandingkan UCE yang tida e9isien- sehingga UCE hipotetis tersebut akan memiliki
e9isiensi yang sempurna jika menggunakan bobot input dan bobot output dari UCE yang
tidak e9isien5 Pendekatan tersebut member arah strategis bagi manajer untuk meningkatkan
e9isiensi suatu UCE yang tidak e9isien melalui pengenalan terhadap input yang terlalu
banyak digunakan serta output yang produksinya terlalu rendah5 Sehingga seorang
manajer tida hanya mengetahui UCE yang tida e9isien- tetapi ia juga mengetahui seberapa
tingkat input dan output harus disesuaikan agar dapat memiliki e9isiensi yang tinggi5
Sebagai ilustrasi- bila terdapat 2 UCE yang menggunakan dua input dan satu output
dapat dilihat pada ?ambar ###5' dimana input dinormalisasi dengan output untuk setiap unit5
UCE / dan B terletak pada e99i<ient 9rontier- sedangkan UCE & terletak pada garis E& yang
memotong garis e99i<ient 9rontier5 E99i<ient 9rontier merupakan potongan;potongan garis
yang membentuk kurva linier yang mengarah ke atas dan kekanan dan memasih memenuhi
kondisi tertentu- yaitu potongan;potongan garis yang merupkan lingkup terba%ah (terendah)
dari UCE di dalam sampel5 E99i<ient 9rontier mengelilingi+melingkupi titik;titik yang
me%akili setiap UCE5 Dari sinilah nama Data Envelopment /nalysis Berasal5
?ambar ###5'
E9isiensi Frontier dengan 3iga #nput
& npu t
2
outpu
t
men"aah ke 'atu titik (i 'um!u vetikal (i tempat tak tehin""a
B #ti(ak e)i'ien%
B #e)i'ien%
*+icient )ontie
C #ti(ak e)i'ien%
*+icient
)ontie
C #e)i'ien%
A
#e)i'ien%
A #ti(ak e)i'ien%
,en"aah ke 'atu
titik
(i 'um!u hoi-ontal (i tempat tak
tehin""a
0
& npu t
1
outpu
t
.um!e: /nonim #1999%0 1a(a( et al$ #2003%0 .heman (an 2hu #2006%
Berdasarkan ?ambar ###5' di atas dapat ditentukan e9isiensi suatu UCE atas dasar
posisi relati9nya terhadap e99i<ient 9rontier5 Setiap UCE ditunjukan oleh sebuah titik
koordinatnya merupakan rasio tingkat input1+output dan tingkat input'+output5 Untuk UCE
yang letaknya lebih ke ba%ah dan lebih ke kiri dari UCE yang lain merupakan UCE
yang lebih e9isien dari UCE yang kedua tersebut- sebab UCE yang pertama mampu
memproduksi tingkat output yang sama dengan mengunakan dua jenis inut dengan
jumlah yang lebih rendah dibandingkan UCE yang kedua sehingga titik E (origin)
merupakan orientasi setiap UCE agar menjadi e9isien5 ?aris E& memotong e99i<ient 9rontier
pada &@5 e9isiensi UCE & sama dengan rasio antara segmen garis E&@ dibagi segmen garis
E&5 Carena E&@ P E&- maka rasio E&@+E& menghasilkan nilai kurang dari satu (e9isiensi
UCE & H E&@+E& P 1) sehingga UCE & tidak e9isien5 Suatu UCE dianggap e9isien jika
rasio e9iseinsinya sama dengan 1 atau 1((F dan ini terjadi jika suatu UCE terletak pada
e99i<ient 9rontier5 ,ika suatu UCE terletak pada e99i<ient 9rontier- maka kedua segment garis
tersebut akan sama panjang dan rasio kedua segmen sama dengan satu5 ,ika suatu UCE
terletak di atas dan di kanan suatu e99i<ient 9rontier- maka rasio kedua segmen garis tersebut
akan kurang dari 15
Selanjutnya e9isiensi untuk mengukur kinerja proses produksi dalam arti yang luas
dengan mengoperasionalkan variabel;variabel yang mempunyai satuan yang berbeda;beda-
yang kebanyakan seperti dalam pengukuran barang;barang publik atau barang yang tidak
mempunyai pasar tertentu (non6traded !oods)- maka alat analisis DE/ merupakan pilihan
yang paling sesuai (Damanhuri dan Susilo%ati- '((*)5 /nalisis DE/ didesain se<ara spesi9ik
untuk mengukur e9isiensi relati9 suatu unit produksi dalam kondisi terdapat banyak input
maupun banyak output- yang biasanya sulit disiasati se<ara sempurna oleh teknik analisis
pengukuran e9isiensi lainnya (Silkman dalam !ugroho- 100))5 ,adi se<ara singkat berbagai
keunggulan dan kelemahan metode DE/ adalah (Pur%antoro- '((*) sebagai berikut
(a) Ceunggulan DE/
Dapat menangani banyak input dan ouput
3idak perlu asumsi hubungan 9ungsional antara variabel input dan output
UCE (Unit Pengambil Ceputusan) dibandingkan se<ara langsung dengan
sesamanya
Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda5 Sebagai <ontoh
I1 dapat dalam unit dan I' dapat dalam dollar tanpa apriori keduanya5
(b) Ceterbatasan DE/
Bersi9at *(tatis spesi9ik
$erupakan etreme point tec&nique- kesalahan pengukuran dapat berakibat 9atal
DE/ sangat bagus untuk estimasi e9isiensi realti9 UCE (unit kegiatan ekonomi)
tetapi sangat lambat untuk mengukur e9isiensi absolut dengan kata lain bisa
membandingkan sesama UCE tetapi bukan membandingkan maksimisasi se<ara
teori5
Uji hipotesis se<ara statistik atas hasil DE/ sulit dilakukan
$enggunakan perumusan linier programming terpisah untuk tiap UCE
(perhitungan se<ara manual sulit dilakukan apalagi untuk masalah berskala besar)
Bobot dan input yang dihasilkan oleh DE/ tidak dapat dita9sirkan dalam nilai
ekonomi5
878 Varia#*! P*n*!itian .an D*(ini)i O0*ra)i,na!
Public Se$tor Performance (PSP) adalah outcome atau keberhasilan sektor publik
(pemerintah propinsi) dalam rangka melakukan 9ungsi distribusi- alokasi- dan distribusi
maupun dalam rangka penyediaan pelayanan publik seperti pendidikan- kesehatan-
in9rastruktur- energi- serta upaya penanggulangan kemiskinan dan perbedaan gender5 Untuk
*1
menaksir PSP penelitian ini menggunakan 0 sub indikator kinerja publik- yaitu kesehatan-
pendidikan- kemiskinan- kesetaraan gender- transportasi- energi- distribusi- stabilitas- dan
kinerja ekonomi5 1 sub indikator pertama adalah indikator sosial ekonomi (opportunity
indicators) di mana * indikator pertamanya juga men<akup indikator dalam $D?s5
Sedangkan 2 indikator berikutnya adalah indikator kinerja yang menga<u pada indikator
kinerja $ugravian (standard mus!ravian indicators)5
Sub indikator kesehatan terdiri dari 2 komponen yaitu angka harapan hidup- angka
kematian bayi- dan persentase anak yang diimunisasi %ajib5 Sub indikator pendidikan terdiri
dari * komponen yaitu angka partisipasi SD- angka partisipasi S$P- tingkat melek huru9- dan
rata;rata lama sekolah5 Sub indikator kemiskinan terdiri dari 1 komponen yaitu persentase
penduduk miskin5 Sub indikator kesetaraan gender terdiri dari 1 komponen yaitu average rasio
/ngka Partisipasi $urni (/P$) perempuan terhadap laki;laki dari SD sampai perguruan
tinggi5 Sub indikator transportasi terdiri dari 2 komponen yaitu panjang jaringan jalan
propinsi- jumlah kunjungan kapal di pelabuhan- dan jumlah keberangkatan pesa%at
penerbangan di bandara nasional maupun internasional5 Sub indikator energi terdiri dari '
komponen yaitu distribusi listrik ke pelanggan dan distribusi air bersih ke pelanggan5 Sub
indikator distribusi terdiri dari 1 komponen yaitu gini ratio5 Sub indikator stabilitas terdiri dari
' komponen yaitu variasi laju pertumbuhan PD6B dan laju in9lasi5 Sub indikator kinerja
ekonomi terdiri dari 2 komponen yaitu laju pertumbuhan PD6B- PD6B per kapita- dan
tingkat pengangguran terbuka5
De9inisi operasional variabel yang telah disebutkan di atas penjelasannya sebagai
berikut
15 /ngka 7arapan 7idup
/ngka harapan hidup adalah suatu perkiraan rata;rata lamanya hidup per penduduk
(dalam tahun) sejak lahir yang akan di<apai oleh penduduk dalam suatu %ilayah dan
*'
%aktu tertentu yang dihitung berdasarkan angka kematian menurut kelompok umur5
/ngka harapan hidup dihitung dengan 9ormula sebagai berikut
'5 /ngka Cematian Bayi
Cematian bayi adalah kematian yang terjadi pada bayi sebelum men<apai usia satu
tahun5 /ngka kematian bayi dihitung dengan 9ormula sebagai berikut
25 &akupan #munisasi Dasar Pada Bayi
/dalah jumlah bayi yang telah mendapat imunisasi %ajib yang dinyatakan dalam
persentase5 !ilai <akupan dapat lebih besar dari 1((F karena dimungkinkan terdapat
bayi yang berada di daerah perbatasan5
*5 /ngka Partisipasi Casar (/PC) Sekolah Dasar (SD)
/PC SD adalah perbandingan antara jumlah murid SD dengan penduduk kelompok
usia sekolah yang sesuai yang dinyatakan dalam persentase5 7asil angka ini digunakan
untuk mengetahui banyaknya persentase murid yang bersekolah SD5 /PC SD dihitung
dengan 9ormula sebagai berikut
Semakin tinggi /PC berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di SD
pada suatu %ilayah tertentu5 !ilai /PC dapat lebih besar dari 1((F karena banyak
murid bersekolah di luar usia resmi sekolah yang terletak di daerah kota atau di
perbatasan5
)5 /ngka Partisipasi Casar (/PC) Sekolah $enengah Pertama (S$P)
/PC S$P adalah perbandingan antara jumlah murid S$P dengan penduduk
kelompok usia sekolah yang sesuai yang dinyatakan dalam persentase5 7asil angka ini
*2
digunakan untuk mengetahui banyaknya murid yang bersekolah S$P5 /PC S$P
dihitung dengan 9ormula sebagai berikut
Semakin tinggi /PC berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di
S$P pada suatu %ilayah tertentu5 !ilai /PC dapat lebih besar dari 1((F karena
banyak murid bersekolah di luar usia resmi sekolah yang terletak di daerah kota atau
perbatasan5
15 3ingkat $elek 7uru9
3ingkat melek huru9 adalah jumlah penduduk berusia 1( tahun yang dapat memba<a
dan menulis huru9 dengan total jumlah penduduk usia 1( tahun ke atas dan dinyatakan
dalam persentase5 /ngka ini digunakan untuk melihat besarnya porsi penduduk yang
dapat memba<a dan menulis sebagai dasar bagi pelaksanaan pendidikan5 Semakin
tinggi angka melek huru9 semakin baik5 3ingkat melek huru9 dihitung dengan 9ormula
85 6ata;rata >ama Sekolah
6ata;rata lama sekolah adalah jumlah rata;rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh
penduduk berusia 1) tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan 9ormal
yang pernah dijalani5
.5 Proporsi ,umlah Penduduk $iskin
#ndikator kemiskinan dalam penelitian ini didekati dengan proporsi jumlah penduduk
miskin yaitu penduduk dengan tingkat penadapatan kurang dari Q1 per hari5
05 6asio /ngka Partisipasi $urni (/P$) Perempuan terhadap >aki;laki (SD;P3)
#ndikator kesetaraan gender dalam penelitian ini didekati oleh rasio /P$ perempuan
terhadap anak laki;laki di tingkat pendidikan dasar- lanjutan- dan tinggi yang diukur
**
melalui /P$ anak perempuan terhadap anak laki;laki5 #ndikator ini merupakan salah
satu indikator pada $D?s dalam tujuan yang ketiga yaitu mendorong kesetaraan
gender dan pemberdayaan perempuan
1(5 Panjang ,aringan ,alan Propinsi
#ndikator transportasi dari jalur darat dalam penelitian ini didekati dengan panjang
jaringan jalan propinsi yang layak pakai (dalam kondisi baik dan sedang sesuai dengan
indikator Departemen Perhubungan)5
115 ,umlah Cunjungan Capal di Pelabuhan
#ndikator transportasi dari jalur laut didekati dengan jumlah kunjungan kapal
pelayaran dalam dan luar negeri yang merapat di pelabuhan5
1'5 >alu >intas Ceberangkatan Pesa%at 3erbang
#ndikator transportasi dari jalur udara didekati dengan jumlah lalu lintas
keberangkatan pesa%at terbang (penerbangan dalam negeri dan luar negeri)5
125 Distribusi >istrik kepada Pelanggan
#ndikator energi listrik dalam penelitian ini didekati oleh jumlah distribusi listrik yang
disalurkan kepada pelanggan untuk masing;masing propinsi5
1*5 Distribusi /ir Bersih kepada Pelanggan
#ndikator energi lainnya dalam penelitian ini didekati dengan jumlah distribusi air
bersih yang disalurkan kepada pelanggan untuk masing;masing propinsi5 De9inisi air
bersih adalah air yang bersumber dari ledeng- air kemasan- serta pompa- sumur
terlindung dan mata air terlindung yang jarak ke tempat pembuangan limbah (septi<
tank) R 1( meter5
1)5 ?ini 6atio (?6)
Coe9isien gini digunakan untuk melihat adanya hubungan antara jumlah pendapatan
yang diterima oleh seluruh keluarga atau total individu dengan total pendapatan5
*)
Ukuran ?6 sebagai ukuran pemerataan pendapatan mempunyai kisaran nilai antara (
sampai dengan 15 Bila ?6 mendekati ( menunjukkan adanya ketimpangan yang
rendah dan bila ?6 mendekati 1 menunjukkan ketimpangan yang tinggi (3odaro-
'((2) 5
Se<ara umum dapat diklasi9ikasikan sebagai berikut
(-(( P ? P (-2) pemerataan tinggi + ketimpangan rendah
(-2) P ? P (-)( pemerataan + ketimpangan sedang
? R (-)( pemerataan rendah + ketimpangan tinggi
115 PD6B per kapita
PD6B per kapita adalah PD6B suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun daerah tersebut dan dinyatakan se<ara absolut dalam rupiah per
tahun5
185 Pertumbuhan Ekonomi
>aju pertumbuhan didekati dengan laju pertumbuhan PD6B5 PD6B yang digunakan
dalam penelitian ini adalah PD6B pendekatan produksi atas harga konstan '(((
dalam satuan juta rupiah5 >aju pertumbuhan PD6B merupakan laju pertumbuhan dari
tahun ke tahun yang dihitung dengan 9ormula
di mana
? laju pertumbuhan PD6B
PD6B
t
PD6B periode t
PD6B
t;1
PD6B periode t;1
1.5 3ingkat Pengangguran 3erbuka
3ingkat pengangguran terbuka adalah ukuran yang menunjukkan seberapa banyak dari
jumlah angkatan kerja yang sedang akti9 men<ari pekerjaan dan dihitung dengan
*1
jumlah pen<ari kerja dibagi jumlah angkatan kerja dikali 1((F atau dituliskan dalam
9ormula
Sedangkan untuk Public Sector Efficiency (PSE) digunakan untuk menghitung indikator
e9isiensi sektor publik5 Untuk menaksir PSE digunakan total pengeluaran Pemda (belanja
publik daerah) yang dinyatakan dalam persentase tertentu dari PD6B (a s&are of PD)')
yang diasumsikan dapat men<erminkan opportunity cost yang dikeluarkan oleh sektor
publik (dalam hal ini Pemda) untuk men<apai target kinerja sektor publik yang telah
ditetapkan5
15 Belanja pemerintah sektor kesehatan yang dinyatakan dalam persentase tertentu dari
PD6B yang digunakan sebagai proksi atas opportunity cost untuk men<apai target
kinerja layanan di bidang kesehatan dan pemberdayaan perempuan (kesetaraan
gender)5
'5 Belanja pemerintah sektor pendidikan yang dinyatakan dalam persentase tertentu dari
PD6B yang digunakan sebagai proksi atas opportunity cost untuk men<apai target
kinerja layanan bidang pendidikan5
25 Belanja pemerintah sektor in9rastruktur dinyatakan dalam persentase tertentu dari
PD6B yang digunakan sebagai proksi atas opportunity cost untuk men<apai target
kinerja dalam layanan transportasi- air bersih- dan penyediaan energi5
*5 3otal belanja pemerintah dalam melakukan 9ungsi distribusi- stabilitas- kinerja
ekonomi- dan pengentasan kemiskinan dinyatakan dalam persentase tertentu dari
PD6B sebagai proksi atas opportunity cost untuk men<apai target kinerja layanan
untuk mengurangi tingkat kemiskinan serta melakukan 9ungsi dalam distribusi-
stabilisasi- dan kinerja ekonomi5

Anda mungkin juga menyukai