Anda di halaman 1dari 35

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

MICRO TEOCHING

Prodi/Fakultas : D III Kebidanan/Fakultas Ilmu Kesehatan
Nama Institusi : Universitas Respati Yogyakarta
Mata Pelajaran : Asuhan Kebidanan Nifas (III)
Kelas/Semester : A.8/II
Pertemuan ke : 6
Alokasi Waktu : Micro Teoching 15 menit
Standar Kompetensi :Menguasai dan menerapkan konsep dasar masa nifas, respon orang tua
terhadap bayi baru lahir, proses adaptasi, fisiologi dan psikologi masa nifas, kebutuhan dasar masa nifas,
melaksanakan asuhan kebidanan pada masa nifas, melaksanakan kunjungan rumah pada ibu masa nifas,
deteksi dini komplikasi masa nifas dan pendokumentasiannya.
Kompetensi Dasar :Mahasiswa mampu menjelaskan kebutuhan dasar ibu masa nifas
Indikator :
1. Menjelaskan tentang pola nutrisi dan cairan
2. Menjelaskan tentang pola ambulasi
3. Menjelaskan tentang pola eliminasi: BAB/BAK
4. Menjelaskan tentang pola kebersihan diri/perineum
5. Menjelaskan tentang pola istirahat
6. Menjelaskan tentang kebutuhan seksual
7. Menjelaskan tentang kebutuhan latihan/senam nifas

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan serta menerapkan tentang pola nutrisi dan cairan
2. Menjelaskan dan menguasai tentang pola ambulasi
3. Menguasai pola eliminasi : BAB/BAK
4. menguasai tentang pola kebersihan diri/perineum
5. Mengerti dan menguasai tentang pola istirahat
6. Mengerti dan menguasai tentang kebutuhan seksual
7. Menjelaskan dan menguasaitentang kebutuhan latihan/senam nifas

II. MATERI
1. Nutrisi dan cairan
2. Ambulasi
3. Eliminasi : BAB/BAK
4. Kebersihan diri/perineum
5. Istirahat
6. Seksual
7. Latihan/senam nifas

III. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah dan tanya jawab

IV. MEDIA
- LCD
- Laptop
- Power point materi kebutuhan dasar pada ibu masa nifas

V. LANGKAH PERTEMUAN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Awal (Alokasi Waktu 3 Menit)
a. Dosen membuka pelajaran dengan member salam dan mengecek kesiapan siswa
b. Dosen melakukan apersepsi tentang Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
c. Memberikan asuhan yang akan dicapai
2. Kegiatan Inti (Alokasi Waktu 10 Menit)
a. Dosen menjelaskan secara lisan kebutuhan dasar ibu masa nifas
b. Dosen menyebutkan kebutuhan dasar ibu masa nifas
c. Menjelaskan pola nutrisi dan cairan
d. Menjelaskan pola ambulasi
e. Menjelaskan pola eliminasi : BAB/BAK
f. Menjelaskan pola kebersihan diri/perineum
g. Menjelaskan pola istirahat
h. Menjelaskan kebutuhan seksual
i. Menjelaskan kebutuhan latihan/senam nifas
3. Keguatan Akhir (Alokasi Waktu 2 Menit)
a. Dosen dan mahasiswa membuat rangkuman mengenai kebutuhan dasar ini masa nifas
b. Dosen memberikan pertanyaan secara garis besar tentang pelajaran yang telah didapat
c. Dosen memberikan tugas kepada mahasiswa,membuat lembar balik tentang kebutuhan dasar ibu
pada masa nifas
d. dosen menutup perkuliahan dengan mengucapkan salam

VI. EVALUASI
Mahasiswa mampu menjawab pertanyaan dosen pada post tes

VII. PENILAIAN
Teknik : Lisan
Bentuk Instrumen : pertanyaan lisan
Soal :
1. apa saja kebutuhan dasar ibu masa nifas?
2. Berapa penambahan kalori dalam waktu satu hari pada masa nifas?
3. Sebutkan keuntungan dari ambulasi dini!
4. Sebutkan tujuan dari senam nifas!
Jawaban :
1. Kebutuhan dasar ibu masa nifas yaitu:
Nutrisi dan cairan, Ambulasi, Eliminasi : BAB/BAK, Kebersihan diri/perineum, Istirahat, Seksual,
Latihan/senam nifas
2. Penambahan kalori pada masa nifas yaitu 500 kalori/hari
3. Keuntungan dari ambulasi dini yaitu:
a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik
c. Mempermudah bidan dalam membimbing cara merawat bayi
d. Lebih ekonomis
4. Tujuan dari senam nifas yaitu :
a. Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu
b. Mempercepat proses involusio uteri
c. Membantu memulihkan dan mengencangkan otot panggul, perut dan perineum
d. Memperlancar pengeluaran lochea
e. Membantu mengurangi rasa sakit
f. Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan
g. Mengurangi kelainan dan komplikasi masa nifas

VIII. DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
IX. LAMPIRAN MATERI

KEBUTUHAN DASAR MASA NIFAS

A. Nutrisi dan Cairan
Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan,
cadangan tenaga serta untuk memenuhi produksi ASI. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan
gizinya, sebagai berikut:
1. Makan dengan diet seimbang cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
2. Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada 6 bulan pertama, 6 bulan
selanjutnya 500 kalori, dan tahun kedua 400 kalori. Jadi, jumlah kalori tersebut adalah tambahan dari
kebutuhan kalori per harinya. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter didapat dari air minum, dan 1 liter dari
cairan yang ada pada kua sayur,buah,dan makanan yang lain.
3. Mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari
4. Mengkonsumsi vitamin A 200000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk suplementasi dapat
meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak. Pada bulan-bulan
pertama kehidupan bayi tergantung pada vitamin A yang terkandung dalam ASI.
B. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan membimbing
ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu post partum diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24-
48 jam setelah melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring kanan/kiri, duduk
kemudian berjalan.
Keuntungan ambulasi dini sebagai berikut:
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat
2. Faal usus dan kandung kemih lebih baik
3. Kemungkinan ibu merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit
C. Eliminasi : BAB/BAK
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4
jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena springter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme
oleh iritasi muskulo spingter ani selama persalinan, atau dikarenakan oedem kandung kemih selama
persalinan. Lakukan kateterisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit berkemih. Dan Ibu diharapkan
dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila mengalami kesulitan BAB/obstipasi, lakukan diet teratur
yaitu cukup cairan, konsumsi makanan berserat, olahraga, berikan obat rangsangan per oral/per rektal
atau lakukan klisma bilamana perlu.


D. Kebersihan diri/perineum
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri
meliputi kebersihan seluruh tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan. Beberapa hal yang dapat
dilakukan ibu post partum dalam menjaga kebersihan diri, adalah sebagai berikut:
Mandi teratur minimal 2 kali sehari
Mengganti pakaian dan alas tempat tidur
Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal
Melakukan perawatan perineum
Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari
Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia
E. Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada
malam hari dan 1 jam pada siang hari. Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan
istirahatnya antara lain:
Anjurkan ibu untuk cukup istirahat agar mengurangi kelelahan
Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan
Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur
Jika ibu kurang istirahat dapat menyebabkan:
Jumlah ASI berkurang
Memperlambat proses involusio uteri, yang akhirnya bias menyebabkan perdarahan
Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi sendiri
F. Seksual
Hubungan seksual aman dilakukan begitu darah berhenti. Namun demikian hubungan seksual dilakukan
tergantung suami istri tersebut. Selama periode nifas, hubungan seksual juga dapat berkurang. Hal yang
dapat menyebabkan pola seksual selama nifas berkurang antara lain: Gangguan/ketidaknyamanan fisik,
kelelahan, ketidakseimbangan hormon, kecemasan berlebihan. Program KB sebaiknya dilakukan ibu
setelah nifas selesai atau 40 hari (6 minggu), dengan tujuan menjaga kesehatan ibu. Pada saat
melakukan hubungan seksual sebaiknya perhatikan waktu, penggunaan kontrasepsi, dispareuni,
kenikmatan dan kepuasan pasangan suami istri. Yang harus diperhatikan ibu nifas, antara lain:
1. Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah dua tahun
2. Ibu mengalami involusi selama menyusui eksklusif dan ibu belum mendapatkan haid (metode
amenorrhea laktasi)
3. Meskipun setiap kontrasepsi beresiko, tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman
4. Jelaskan pada ibu baebagai macam metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama menyusui
5. Jangan menganjuekan metode hormonal, khususnya kombinasi oral (estrogen-progesteron)kurang
dari 6 minggu pasca persalinan
G. Latihan/senam nifas
Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula sekitar 6 minggu. Oleh karena itu, ibu akan
berusaha memulihkan dan mengencangkan bentuk tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
latihan senam nifas. Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan sampai
dengan hari ke sepuluh. Tujuan senam nifas adalah sebagai berikut:
Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu
Mempercepat proses involusio uteri dan fungsi alat kandungan
Membantu memulihkan kekuatan dan mengencangkan otot-otot panggul, perut dan perineum
terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan
Memperlancar pengeluaran lochea
Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan
Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan
Mengurangi kelainan dan komplikasi masa nifas, misalnya emboli, trombosia, dan lain-lain
Manfaat senam nifas antara lain:
Membantu memperbaiki sirkulasi darah
Memperbaiki sikap tubuh dan punggung pasca persalinan
Memperbaiki otot tonus, pelvis dan peregangan otot abdomen
Memperbaiki dan memperkuat otot panggul
Membantu ibu lebih relaks dan segar pasca melahirkan
Senam nifas dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi obstetrik atau penyulit
masa nifas. Senam ini sebaiknya dilakukan diantara waktu makan dan bias dilakukan pada pagi atau sore
hari. Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang pa;ing sederhana hingga yang paling sulit.
Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus menerus. Setiap gerakan bias dilakukan selama 8 kali
setiap harinya dan boleh ditingkatkan setiap hari menurut kondisi ibu.












RPP SADARI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Prodi/ Fakultas : D-III Kebidanan/ Ilmu Kesehatan
Nama Institusi : Universitas Respati Yogyakarta
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi
Kode Mata Kuliah : Bd.307
Beban Studi : 3SKS (2 T, 1 P)
Kelas/Semester : A.82/ Semester II
Pertemuan ke : 4 ( Empat )
Alokasi Waktu : 15 menit
Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu memahami asuhan kebidanan pada kesehatan
reproduksi dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep, sikap dan keterampilan yang
profesional.
Kompetensi Dasar : Mahasiswa Mampu Menjelaskan tentang SADARI (Pemeriksaan Payudara
Sendiri)
Indikator :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian SADARI secara lisan dengan tepat.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dari SADARI.
3. Mahasiswa mampu melakukan SADARI.

I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian SADARI
2. Menjelaskan tujuan dari SADARI
3. Melakukan SADARI
II. Materi Pembelajaran
1. Pengertian SADARI
2. Tujuan SADARI
3. Cara melakukan SADARI

III. Metode Pembelajaran
Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab

IV. Media dan Sarana pembelajaran :
1. Power point tentang SADARI
2. LCD
3. Komputer
4. Chek list





V. Kegiatan PembelajaranTahapan Kegiatan Alokasi waktu Kegiatan pembelajaran
Dosen Mahasiswa
Kegiatan Pendahu-luan






Kegiatan Inti









Kegiatan Penutup 3 menit








10 menit










2 menit 1. Membuka pembelajaran dengan salam
2. Melakukan apersepsi tentang SADARI
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran

1. Menjelaskan pengertian SADARI
2. Menjelaskan tujuan SADARI
3. Mendemonstrasikan cara SADARI

4. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk bertanya

1. Menyimpulkan materi pembelajaran
2. Melakukan evaluasi secara lisan
3. Memberi tugas lanjutan
4. Menutup pertemuan dengan mengucapkan salam 1. Menjawab salam


2. Menanggapi


3. Memperhatikan

1. Memperhatikan

2. Memperhatikan

3. Memperhatikan dan mengikuti

4. Menanggapi, menanyakan hal yang belum jelas


1. Memperhatikan

2. Menjawab pertanyaan
3. Mencatat dan memperhatikan
4. Menjawab salam






VI. Evaluasi
Teknik : lisan
Bentuk Instrumen : Pertanyaan lisan
Soal :
1. Jelaskan pengertian SADARI!
2. Jelaskan tujuan dari SADARI!
Rambu-rambu jawaban :
1. SADARI merupakan pemeriksaan payudara sendiri untuk mengetahui kemungkinan adanya kanker
payudara / benjolan yang memungkinkan adanya kanker payudara.
2. Tujuan dilakukan SADARI adalah untuk mendeteksi secara dini jika ada kelainan di payudara.

VII. Penilaian
Penilaian dengan cara lisan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Skor 4: Mahasiswa mampu menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat
2. Skor 3: Mahasiswa mampu menjawab pertanyaan dengan benar tetapi kurang tepat
3. Skor 2: Mahasiswa mampu menjawab pertanyaan tetapi tidak benar
4. Skor 1: Mahasiswa tidak mampu menjawab

VIII. Sumber / Referensi
Manuaba, I. B. G. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.
Widyastuti, 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya


MATERI
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)

A. Pengertian SADARI
SADARI merupakan pemeriksaan payudara sendiri untuk mengetahui kemungkinan adanya kanker
payudara / benjolan yang memungkinkan adanya kanker payudara.
SADARI (Periksa Payudara Sendiri) merupakan usaha untuk mendapatkan kanker payudara pada
stadium yang lebih dini (down staging). Diperlukan pelatihan yang baik dan evaluasi yang reguler.
SADARI direkomendasikan dilakukan setiap bulan, 7 hari setelah menstruasi bersih (Manuaba, 2010).
B. Tujuan
Menurut Ramli (2001) tujuan dilakukan SADARI adalah untuk mendeteksi secara dini jika ada kelainan di
payudara.
C. Pentingnya SADARI
SADARI penting untuk mengetahui benjolan yang memungkinan adanya kanker payudara karena
penemuan secara dini adalah kunci untuk menyelamatkan hidup.
D. Cara Melakukan SADARI
I. Melihat Perubahan Di Hadapan Cermin.
Lihat pada cermin , bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau tidak). Cara melakukan :

Tahap 1
Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu, serta kulit payudara di
depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua lengan lurus ke bawah disamping badan.
Tahap 2
Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud untuk melihat retraksi kulit
atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya.

Tahap 3
Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri. Miringkan badan ke kanan dan
kiri untuk melihat perubahan pada payudara.
Tahap 4

Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang/ tangan menekan pinggul dimaksudkan
untuk menegangkan otot di daerah axilla.
Tahap 5. Pemeriksaan Cairan Di Puting Payudara
Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara untuk melihat adanya cairan abnormal dari
puting payudara.
II. Melihat Perubahan Bentuk Payudara Dengan Berbaring.
a. Tahap 1. Persiapan
Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap ke kiri dengan membengkokkan kedua lutut. Letakkan
bantal atau handuk mandi yang telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikan bagian yang
akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan di bawah kepala. Gunakan tangan kiri untuk
memeriksa payudara kanan .Gunakan telapak jari-jari untuk memeriksa sembarang benjolan atau
penebalan. Periksa payudara dengan menggunakan Vertical Strip dan Circular.
b. Tahap 2. Pemeriksaan Payudara dengan Cara Memutar.

Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang besar. Bergeraklah sekeliling payudara
dengan memperhatikan benjolan yang luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai
ke puting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan sekali dengan tekanan
kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah areola mammae.

c. Tahap 3. Pemeriksaan Payudara dengan Vertical Strip
Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang selangka di bagian atas ke bra-line
di bagian bawah, dan garis tengah antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak Anda. Gunakan
tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan tekan kuat untuk merasakan
benjolan. Gerakkan tangan Anda perlahan-lahan ke bawah bra line dengan putaran ringan dan tekan
kuat di setiap tempat. Di bagian bawah bra line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah atas
menuju tulang selangka dengan memutar dan menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti
pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.
d. Tahap 5. Memeriksa Ketiak

Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah teraba benjolan
abnormal atau tidak.


RPP TEKNIK MENYUSUI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
ASKEB III
(Pertemuan 2)
Nama Institusi : Universitas Respati Yogyakarta
Prodi /Fakultas : D 3 Kebidanan/Fakultas Ilmu Kesehatan
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan III
Kode Mata Kuliah : Bd.405
Beban Studi : 2 SKS (Teori : 1, Praktik:1)
Kelas/Semester : A.71/III (Tiga)
Tahun Ajaran : 2012/2013
Alokasi waktu : 15 menit
Pokok Bahasan : Proses laktasi dan menyusui
Sub Pokok Bahasan : Teknik menyusui yang benar
Standar kompetensi :Mahasiswa mampu memahami dan mempraktikan teknik menyusui yang benar.
Kompetensi dasar :Mahasiswa mampu menjelaskan dan mempragakan teknik menyusui yang benar.
Indikator :
1. Mahasiswa dapat mempraktikan teknik menyusui yang benar.
2. Mahasiswa mampu menyebutkan teknik menyusui yang benar.

I. Tujuan pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami definisi menyusui yang benar
2. Mahasiswa mampu mempraktikan teknik menyusui yang benar
II. Materi pembelajaran
1. Definisi menyusui yang benar
2. Teknik menyusui yang benar
III. Metode pembelajaran
1. Caramah
2. Tanya jawab
3. Peragaan
IV. Media
1. Power point
2. Laptop/LCD
3. Hand aut
4. Ceklis
5. Pantom bayi



V. Langkah-langkah Pembelajaran
No Tahapan Kegiatan Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan mahasiswa
Waktu Kegiatan Dosen
1. Kegiatan awal 2 menit a. Membuka pertemuan dengan memberi salam.
b. Memimpin doa
c. Apersepsi
d. Menjelaskan tujuan pembelajaran a. Menjawab salam.

b. Berdoa bersama
c. Memperhatikan
d. Meyimak dan memperhatikan
2. Kegiatan Inti 10 menit a. Definisi menyusui yang benar.
b. Cara menyusui yang benar.
c. Mempragakan teknik menyusui yang benar.
d. Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya hal-hal yang kurag jelasa. Mendengarkan dan
memperhatikan.
b. Mendengarkan dan memperhatikan
c. Mahasiswa memperhatikan dan mempraktikan
d. Mahasiswa bertanya hal-hal yang kurang jelas.
3. Kegiatan Penutup 3 menit a. Menyimpulkan teknik menyusui yang benar
b. Melakukan evaluasi dengan metode tanya jawab tentang materi yang diberikan
c. Menutup pembelajaran dengan member salam a. Mahasiswa mendengarkan dan
memperhatikan
b. Menjawab pertanyaan
c. Menjawab salam






VI. Evaluasi
Jenis tagihan : tes
Bentuk instrument : Pertanyaan lisan
Soal :
1. Apakah yang disebut tehnik menyusui yang benar?
2. Sebutkan cara menyusui yang benar?
Kunci jawaban :
1. cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
2. Cara menyusui yang benar:
a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun,
b. Perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting,
c. Duduk dan berbaring dengan santai,
d. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi.
e. Berilah rangsangan pada bayi agar membuka mulut
f. Arahkanlah bibir bawah bayi di bawah putting susu sehingga dagu bayi menyentuh payudara


VII. Penilaian
Penilaian pertanyaan lisan di lakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu menjawab dengan benar dan tepat nilainya 4
2. Mahasiswa mampu menjawab dengan benar tapi kurang nilainya 3
3. Mahasiswa mampu menjawab tapi tidak benar nilainya 2
4. Mahasiswa asal menjawab nilainya 1

VIII. Referensi
Prasetyono. 2009. Asi Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press.
Sulistyawati. 2009. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: C.V
MATERI
Teknik Menyusui yang Benar

A. Definisi
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi
ibu dan bayi dengan benar.
B. Cara Menyusui Yang Benar
1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan
berbaring dengan santai.

Gambar 9. Cara meletakan bayi

Gambar 10. Cara memegang payudara.
Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan
bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan
dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan
menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi.
Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting
susu.
Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka
lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.

Gambar 12. Perlekatan benar. Gambar 13. Perlekatan yang salah

2. Ciri-ciri menyusu dengan benar
a) Bayi tampak tenang
b) Badan bayi menempel pada perut ibu
c) Dagu bayi menempel pada payudara
d) Mulut bayi terbuka cukup lebar
e) Bibir bawah bayi juga terbuka lebar
f) Areola yang kelihatan lebih luas di bagian atas daripada di bagian bawah mulut bayi
g) Bayi ketika menghisap ASI cukup dalam menghisapnya, lembut dan tidak ada bunyi
h) Putting susu tidak merasa nyeri
i) Kepala dan badan bayi berada pada garis lurus
j) Kepala bayi tidak pada posisi tengadah



3. Beberapa posisi menyusui

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar.

Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar .

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan
disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti
memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh),
bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi
tidak tersedak.

Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal.

Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan.

Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah.

Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh.

Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan.

TEHNIK MENYUSUI YANG BENARNO LANGKAH NILAI
SIKAP 0 1 2
1. Sambut klien dan keluarga dengan ramah



2. Memberikan salam dan persilahkan klien duduk



3 Perkenalkan diri kepada klien



4 Bersikap sabar dan teliti



5 Tanggap terhadap reaksi kilen



CONTENT
6 Siapkan alat yang akan digunakan, susun berurutan sesuai dengan waktu penggunaan.(kom,
kapas steril, air DTT, handuk).



7 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir



8 Menyarankan ibu untuk mengenakan pakaian dan bra yang kancing di depan, agar tidak perlu
membuka seluruh pakaian setiap kali akan menyusui.



9 Membersihkan putting susu dan areola mamae menggunakan kapas DTT.



10 Posisikan tubuh bayi dengan meletakkan tubuh bayi dipangkuan ibu.



11 Meletakan kepala bayi pada siku ibu, kemudian sangga punggung bayi dengan lengan bawah ibu,
telapak tangan ibu memegang/menahan bokong atau paha atas bayi.



12 Posisi kepala dan tubuh bayi lurus



13 Tubuh bayi menghadap dada sehingga mulut bayi tepat didepan putting ibu.



14 Dekatkan tubuh bayi hingga perut bayi menempel pada perut ibu



15 Menekan areola mammae antara ibu jari dan jari telunjuk sehingga keluar beberapa tetes ASI
lalu oleskan pada putting susu dan areola mammae disekitarnya sebelum menyusui.



16 Memegang payudara dengan posisi ibu jari diatas dan emat jari lainnya di bagian bawah
payudara.



17 Menyentuhkan putting susu ibu pada bibir atau pipi bayi



18 Saat mulut bayi terbuka lebar, masukkan putting susu ibu sebagian besar areola mammae
bagian bawah masuk kedalam



19 Bila akan melepaskan isapan mulut bayi dari putting susu, dengan cara memasukkan jari
kelingking antara mulut bayi & payudara lalu tekan dagu bayi kebawah, maka isapan akan terlepas
kemudian ganti dengan menyusui payudara yang satunya (masing-masing kurang lebih 10 menit








RPP MANUAL PLASENTA

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Program Studi : D-III Kebidanan
Nama Sekolah : Universitas Respati Yogyakarta
Mata Kuliah : Askeb II (Persalinan)
Semester : III
Tahun Ajaran : 2011/2012
Pertemuan ke : 8
Alokasi Waktu : 1 x 15 menit
Standar Kompetensi : Dengan mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami dan mempratekan manual plasenta
Kompetensi Dasar : Mahasiswa mampu menjelaskan dan mempraktekan manual plasenta
Indikator :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian manual plasenta
2. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda gejala klinis
3. Mahasiswa mampu mempraktekan penatalaksaan manual plasenta
4. Mahasiswa mampu menyebutkan penanganan pasca tindakan manual plasenta
I. Tujuan Pembelajaran
Diakhir kegiatan pembelajaran, mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian manual plasenta secara lisan
2. Menyebukan tanda gejala klinis secara lisan
3. Mempraktekan penatalaksanaan manual plasenta
4. Menyebutkan penanganan pasca tindakan manual plasenta secara lisan

II. Materi Pembelajaran
1. Pengertian manual plasenta
2. Tanda gejala klinis
3. penatalaksanaan manual plasenta
4. Penanganan pasca tindakan
III. MetodePembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
IV. Media Pembelajaran
1. Power point bahan ajar
2. LCD dan Komputer.
3. Aquarium dan plasenta
V. KegiatanPembelajaranNo. Tahap Waktu Kegiatan belajar mengajar
KegiatanDosen Kegiatan Mahasiswa
1. KegiatanAwal 3 menit a. Mengucapkan salam
b. Apersepsi pembelajaran
tentang manual plasenta
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran
d. Memberikan motivasi awal a. Menjawab salam
b. Memperhatikan dan menjawab pertanyaan.
c. Memperhatikan

d. Memperhatikan
2. KegiatanInti 10 a. Menjelaskan pengertian manual plasenta
b. Menjelaskan tanda gejala klinis
c. Menjelaskan penanganan pasca tindakan
d. Mempraktekan manual plasenta a. Memperhatikan dan mendengarkan
b. Memperhatikan dan mendengarkan
c. Memperhatikan dan mendengarkan
d. Memperhatikan dan mencoba
3. KegiatanAkhir 2 a. Mengajukan pertanyaan secara lisan tentang materi yang sudah
diberikan
b. Jelaskan pengertian manual plasenta
c. Sebutkan tindakan pasca manual plasenta
d. Memberikan kesimpulan tentang manual plasenta
e. Memberikan pesan yaitu membaca materi perkuliahan tentang fisiologi kala IV
f. Menutup pertemuan dan mengucapkan salam a. Menjawab pertanyaan secara lisan


b. menjawab pertanyaan secara lisan
c. Menjawab pertanyaan secara lisan
d. Memperhatikan dan mendengarkan
e. Memperhatikan dan mendengarkan


f. Menjawab salam




VI. Penilaian
1. Teknik : Test
2. Bentuk : Lisan
a. Jelaskan pengertian manual plasenta!
b. Jelaskan tindakan pasca manual plasenta!


VII. Sumber Belajar
Wiknjosastro. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Anonim. 2010. Askeb II Manual Plasenta.
http://kebidananfk2010.blogspot.com/2012/01/askeb-ii-manual-plasenta.html
Saifuddin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :YBPSP

VIII. Materi
Telampir
Lampiran Materi
Mendiagnosa Kehamilan

1. Pengertian Manual Plasenta
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus
dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan
manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. Pada
umumnya ditunggu sampai 30 menit dalam lahirnya plasenta secara spontan atau dgn tekanan ringan
pada fundus uteri yang berkontraksi. Bila setelah 30 menit plasenta belum lepas sehingga belum dapat
dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, plasenta sebaiknya
dikeluarkan dengan segera.
2. Tanda Gejala Klinis
a. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara
parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
b. Perdarahan yang lama > 400 cc setelah bayi lahir.
c. Placenta tidak segera lahir > 30 menit.
3. Penatalaksanaan Manual Plasenta
a. Lakukan anastesi verbal atau analgesi perrektal
b. Melakukan kateterisasi kandung kemih (Kalau perlu)
c. Menjepit tali pusat dengan kocher kemudian menegangkan tali pusat sejajar lantai
d. Secara obstetric memasukkan satu tangan (Punggung tangan kebawah) kedalam vagina dengan
menelusuri tali pusat bagian bawah
e. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk memegang kocher, kemudian
tangan lain penolong menahan fundus uteri
f. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam kekavum uteri sehingga mencapai tempat
implantasi plasenta
g. Membuka tangan obstetric menjadi seperti member salam (ibu jari merapat kepangkal jari telunjuk)
h. Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah
1) Bila berada dibelakang, tali pusat tetap disebelah atas. Bila dibagian, pindahkan tangan kebagian
depan tali pusat dengan punggung tangan menghadap keatas
2) Bila plasenta dibagian belakang, lepaskan plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan
menghadap kedinding dalam uterus
3) Bila plasenta dibagian depan, lakukan hal yang sama (punggung tangan pada dinding kavum uteri)
tetapi tali berada dibawah telapak tangan kanan
i. Menggerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke cranial sehingga semua
permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan (sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu,
lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit)
j. Sementara satu tangan masih dalam cavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan untuk memastikan
tidak ada bagian plasenta dapat dilepaskan (sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu,
lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit)
k. Memindahkan tangan luar kesupra simfisis untuk menahan uterus pada saat plasenta dikeluarkan
l. Menginstrusikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam
menarik plasenta ke luar
m. Meletakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan
n. Melakukan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan
o. Melakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial setelah plasenta lahir
(perhatikan jumlah perdarahan yang keluar dan kontraksi uterus)
p. Dekomentasu pasca tindakan
q. Mencuci tangan pasca tindakan
r. Memeriksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan instruksi apabila masih diperlukan
s. Memberitahukan pada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai tetapi pasien masih
memerlukan perawatan
t. jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang diperlukan, lama perawatan dan apa yang
perlu dilaporkan
4. Penanganan pasca tindakan
a. Pantau kesadaran, tensi, nadi, pernafasan setiap 30 menit selama 6 jam
b. Tentukan tinggi fundus dan pastikan kontraksi tetap baik
c. Teruskan infuse dan berikan transfuse darah bila pelu





RPP PERDARAH POST PARTUM


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
ASKEB IV
Nama Institusi : Universitas Respati Yogyakarta
Prodi /Fakultas : D 3 Kebidanan/Fakultas Ilmu Kesehatan
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan IV
Kode Mata Kuliah : Bd.405
Beban Studi : 2 SKS (Teori : 1, Praktik:1)
Kelas/Semester : A.61/V (lima)
Tahun Ajaran : 2012/2013
Alokasi waktu : 10 menit
Standar kompetensi :Mahasiswa mampu memahami dan mengidentifikasi perdarahan post partum
Kompetensi dasar :Mahasiswa mampu mengidentifikasi perdarahan post partum
Mampu menjelaskan penatalaksanaan atonia uteri
Indikator :Mampu menjelaskan definisi perdarahan postpartum
Mampu menjelaskan penyebab perdarahan post partum
Mampu menjelaskan penatalaksanaan atonia uteri

I. Tujuan pembelajaran
A. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi perdarahan postpartum
B. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan penyebab terjadinya perdarahan postpartum.
C. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalksanaan atonia uteri
II. Materi pembelajaran
A. Definisi perdarahn postpartum
B. Penyebab
1. Atonia uteri
2. Laserasi jalan lahir
3. Retensi plasenta
C. Pengelolaan Atonia Uteri
1. Penyebab
2. Kompresi Bimanual Internal
3. Kompresi Bimanual Eksterna
III. Metode pembelajaran
A. Caramah
B. Tanya jawab
C. Media

IV. Media
A. Power point
B. Laptop/LCD
C. Hand out
V. Langkah-langkah Pembelajaran
No Tahapan Kegiatan Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan mahasiswa
Waktu Kegiatan Dosen
1. Kegiatan awal 3 menit a. Membuka pertemuan dengan memberi salam.
b. Memimpin doa
c. Memperkenalakan diri
d. Menjelaskan tatatertib
e. Apersepsi
f. Menjelaskan tujuan pembelajaran a. Menjawab salam.

b. Berdoa bersama
c. Memperhatikan
d. Memperhatikan
e. Memperhatikan
f. Meyimak dan memperhatikan
2. Kegiatan Inti 5 menit a. Definisi atonia uteri

b. Penyebab perdarahan
c. Pengelolaan atonia uteri
d. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya. a. Mendengarkan dan memperhatikan.
b. Mahasiswa memperhatikan
c. Mahasiswa memperhatikan
d. Mahasiswa bertanya hal-hal yang kurang jelas.
3. Kegiatan Penutup 2 menit a. Menyimpulkan pengelolaan atonia uteri
b. Melakukan evaluasi dengan metode Tanya jawab tentang materi yang di sajikan
c. Menutup pembelajaeran dengan member salam a. Mahasiswa mendengarkan dan
memperhatikan
b. Menjawab pertanyaan

c. Menjawab salam


VI. Evaluasi
Jenis tagihan : tes
Bentuk instrument : pertanyaan lisan
Contoh soal :
1. Apakah yang disebut perdarahan postpartum?
2. Sebutkan penyebab perdarahan postpartum?
3. Bagaimana pengelolaan atonia uteri?
Kunci jawaban :
1. Perdarahan yang melebihi dari 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir.
2. Penyebab :
a) Atonia uteri
b) Laserasi jalan lahir
c) Retensi plasenta
3. Pengelolaan atonia uteri:
a. KBI (kompresi bimanual internal)
b. KBE (kompresi bimanual ekternal)
VII. Penilaian
Penilaian pertanyaan lisan di lakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu menjawab dengan benar dan tepat nilainya 4
2. Mahasiswa mampu menjawab dengan benar tapi kurang nilainya 3
3. Mahasiswa mampu menjawab tapi tidak benar nilainya 2
4. Mahasiswa tidak bisa menjawab nilainya 1
VIII. Referensi
Saefudin, 2007. Asuhan Kebidanan Ibu dan Anak. Jakarta: ECG
APN, 2008. Asuhan Esensial Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalianan dan Bayi
Baru Lahir. Jakarta: JNPKKR
Manuaba, 2009. Ilmu Penyakit Klinik Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta:ECG
Buku Acuan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency Dasar, 2007. DEPKES.

MATERI
ATONIA UTERI
A. Definisi
Atonia uteri adalah kegagalan kontraksi otot rahim menyebabakan pembuluh darah pada bekas
implantasi plasenta terbuka sehingga menimbulkan perdarahan (Manuaba, 2009). Sedangkan atonia
uteri menurut (Saefudin, 2007) adalah uterus gagal berkontraksi. Menurut APN (2008) atonia uteri
adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang
keluar dari bekas menempelnya plasenta menjadi tidak terkendali. Jadi atonia uteri adalah kegagalan
fungsi miometrium atau otot rahim untuk berkontraksi setelah persalinanyang menyebabkan pembuluh
darah pada bekas implantasi plasenta terbuka sehingga menimbulkan perdarahan.
B. Etiologi
Atonia uteri adalah kegagalan otot rahim berkontraksi dan berinteraksi dengan baik setelah plasenta
lahir, pada saat plasenta masih melekat di dinding rahim, maka jumlah aliran darah pada tempat
melekatnya plasenta tersebut diperkirakan mencapai 500 ml hingga 900 ml per menit. Setelah plasenta
lepas, akan terjadi perdarahan akibat sinus-sinus maternal di tempat insersi plasenta pada dinding rahim
terbuka biasanya perdarahan ini tidak berlangsung lama sebab kontraksi dan retraksi otot-otot rahim
menekan pembuluh-pembuluh darah yang terbuka, sehingga lumennya tertutup. Tetapi pada kondisi
dimana terjadi atonia uteri, maka lumen pembuluh darah tempat melekatnya plasenta akan terbuka,
hingga akan terjadi perdarahan postpartum yang banyak lebih dari 500 ml (depkes 2008).
C. Faktor prediposisi
Atonia uteri atau tidak adanya tonus merupakan penyebab perdarahan postpartum yang lebih sering.
Setelah melahirkan uterus harus tetap dalam keadaan kontraksi agar pembuluh yang terbuka pada
bagian tempat implementasi plasenta menjadi tertutup.
D. Patofisiologis
Pregangan otot rahim yang berlebihan dimana miometrium teregang dengan hebat pada keadaan
yang demikian pembuluh-pembuluh darah pada dinding rahim ditempat plasenta terlepas tidak segera
tertutup. Hal ini terjadi kontraktilitas dan retraksilitas dinding rahim menjadi lemah sehingga sangat
mendukung terjadinya atonia uteri (Manuaba, 2009).
E. Gejala klinik
Pada saat terjadinya atonia uteri ditemukan relaksasi uterin terjadi secara tiba-tiba atau uterus tidak
berkontraksi dan lembek, perdarahan pervaginam segera setelah anak lahi, terjadi gejala syok dalam
kehilangan darah, nadi cepat, kecil lemah, pernapasan dangkal, telapak tangan dan kaki dingin,
peningkatan cemas (Saefudin, 2007).
F. Diagnosa
Jika uterus tidak berkontaksi dalam 15 detik setelah dilakukan masase fundus uteri (APN, 2008).
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan kadar Haemoglobin
Haemoglobin adalah protein dalam eritrosit yang berfungsi mengikat oksigen untuk di edarkan
keseluruhan jaringan tubuh apabila terjadi perdarahan akut, maka potensial terjadi syok hipovolemik
(Varney, 2007).
H. Penanganan atonia uteri
1. Segera lakukan kompresi bimanual internal (KBI)
Uterus di tekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk
menjepit pembuluh darah didalam myometrium sebagai pengganti mekanisme kontraksi (Saifudi, 2008).
a. Pakai sarung tangan disenfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukan secara obstetric
melalui introitus ke dalam vagina ibu (sebelum melakukan KBI pastikan kandiung kemih kosong).
b. Periksa vagina dan serviks, jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri segera
dikeluarkan karena bisa hal ini yang menyebabkan uterus tidak berkontraksi secara penuh.
c. Letakan kepalan tangan pada fornik anterior, tekan dinding anterior uterus, sementara telapak
tanga lain pada abdomen menekan dnegan kuat dinding belakang uterus kearah kepalan tangan dalam.
d. Tekan uterus sehingga kedua tangan secara kuat, kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung
pada pembuluh darah yang terbuka ( bekas implantasi plasenta). Didalam dindig uterus dan juga
merangsang miometrium untuk berkontraksi dilakukan maksimal selama 5menit.
e. Evaluasi keberhasilan
1) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2 menit,
kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina. Pantau ibu secara ketat selama kala IV.
2) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan pada keluarga untuk melakukan KBE,
kemudian lakukan langkah-langkah penatalksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta keliuarga untuk
mulai menyiapkan rujukannya.
2. Kompresi bimanual ekstrenal (KBE)
Kompresi bimanual eksternal adalah menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling
mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uterus (Saifudin, 2007).
a. Letakan satu tangan pada abdomen di depan uterus, tepat diatas simpisi pubis.
b. Letakan tangan yang lain pada dinding abdomen (belakang korpus uteri), usahakan untuk
mencangkup atau memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
c. Lakukan kompresi bimanual eksternal dengan cara saling merapatkan kedua tangan depan dan
belakang agar pembuluh darah di dalam tertutup miometrium dapat di jepit secara manual. Cara ini
dapat menjepit darah uterus untuk berkontraksi.
3. Jika tidak ada tanda hipertensi, berikan methergin 0,2 mg secara IM.
4. Mulai pasang infuse RL 500 cc + 20 unit oksitosin, gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16
atau 18) dengan teknik aseptic. Berikan 500 cc pertama secepat mungkin dihabiskan dalam waktu 10
menit, dan teruskan infuse RL + 20 unit oksitosin yang kedua bila botol pertama telah habis (APN,2007).
5. Jika uterus tidak berkontraksi lakukan atau ulangi KBI
6. Jika uterus berkontraksi, lepas tangan pelan-pelan dean pantau kala IV dengan cermat.
7. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1-2 menit, segera lakukan ruukan, karena hal ini
kemungkinan bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawat darurat di fasilitas
kesehatan rujukan yang mampu melakukan tindakan pembedahan dan transfuse darah.
8. Damping ibu ke tempat ruukan, teruskan tindakan KBI, hingga ibu tiba di tempat rujukan. Teruskan
pemberian cairan IV hingga ibu tia di vasilitas rujukan:
Infuse 500 ml/jam hingga ibu mendapatkan total 1,5 liter dan kemudian di anjurkan kecepatan hingga
125 cc/jam.
Jika cairan IV tidak cukup, tambahkan cairan infuse 500 ml dengan tetesan lambat dan berikan cairan
secara oral untuk asupan tambahan.

I. Prognosis
Jika tidak terjadi syok prognosis baik, bila terjadi syok prognosis tergantung ada beratnya syok dan
kecepatan memperoleh yang tetap di samping fasilitas sumber daya manusia yang terlatih dan
tersedianya peralatan yang memadai. Dengandemikian prognosis jelek apabila penderitaan tidak segera
memperoleh pertolongan dari tenaga ahli tersebut dan baru di peroleh setelah terlambat pada tempat
yang vfasilitasnya kurang memadai. Umumnya atonia uteri masih mengambil korban jiwa yang banyak
terutama pada penderita yang semula tidak dirawat di rumah sakit.
J. Evaluasi
Pada langkah ini di evaluasi keefektifan asuhan yang di berikan, apakah telah memenuhi kebutuhan
asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnosa maupun masalah. Pelaksanaan rencana asuhan
tersebut dapat di anggap efektif bila benar-benar efektif. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencanan
dslsm pelaksanaan efektif dan mungkin sebagian belum. Karena proses menejemen asuhan ini
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan, maka erlu evaluasi kenapa suhan yang di berikan
belum efektif.

Anda mungkin juga menyukai