Anda di halaman 1dari 3

1.

) tidak ada bentuk ilmu lain yang dapat


dibandingkan dengan ilmu hukum (Meuwissen). Sui
Generis (Latin) artinya hanya satu untuk jenisnya
sendiri.
Sifat SUI GENERIS, karena hukum dimaksudkan
untuk mempertahankan ketertiban sosial dan
menciptakan keadilan bagi setiap anggota
masyarakat.
2.) hipotesis: dugaan sementara. data primer: data yang
diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama).
analisi kuantitatif: sistematis, obyektif, menjelaskan
hubungan variable. data yang berbentuk angka atau
bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat
diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan
matematika atau statistika. Populasi: keseluruhan subyek
penelitian. Sampel adalah sebagian dari subyek dalam
populasi yang diteliti, yang sudah tentu mampu secara
representative dapat mewakili populasinya. Karena ilmu
hukum pada dasarnya bukan bicara apa yang ada
(empirik-deskriptif), tapi apa yang seharusnya
(preskriptif).

3.) Penelitian Hukum Normatif. Penelitian terhadap:
azas hukum; sistematika hukum; singkronisasi
hukum; sejarah hukum; perbandingan hukum.
Penelitian Hukum Empirisatau Sosiologis. Penelitian
terhadap: Identifikasi hukum (tidak tertulis);
Efektivitas hukum.
4.) Ilmu sosial bersifat deskriptif (apa adanya); Ilmu
hukum bersifat terapan dan preskriptif (apa
seyogyanya). Ilmu Hukum Empirik adalah sebutan
yang contradictio in terminis. Karena ilmu hukum
pada dasarnya bukan bicara apa yang ada
(empirik-deskriptif), tapi apa yang seharusnya
(preskriptif).

5.) Deduktif merupakan proses pengambilan kesimpulan
sebagai akibat dari alasan-alasan yang diajukan
berdasarkan hasil analisis data. Induksi didefinisikan
sebagai proses pengambilan kesimpulan (atau
pembentukan hipotesis) yang didasarkan pada satu atau
dua fakta atau bukti-bukti. Pendekatan induksi sangat
berbeda dengan deduksi. Ground Research: Tidak
berpangkal dari teori dan hipotesis, Menggunakan data
sebagai sumber teori, Teori tertanam dalam data. Contoh:
Premis Mayor >> Yang Dapat Menjadi Presiden dan
Wapres adalah Yang Mempunya Kemampuan Melakukan
Tindakan Hukum. Premis Minor >> Gus dur mempunyai
kemampuan melakukan tindakan hokum.Konklusi >> Gus
Dur dapat menjadi presiden RI
6). Isu hk: sautu permasalahan hukum dan fungsinya agar
dapat melakukan penelitian dibidang hukum.

6.) Dogmatik: mempelajari makna obyektif norma positif
(dogmatik hukum) isu hukum harus terkait ketentuan
hukum yang relevan dengan fakta. Teori: memberi
penjelasan tentang bahan hukum tersaji dan kegiatan
yuridis dalam kenyataan. isu hukum harus mengandung
konsep hukum. Filsafat: mencari hakekat hukum dengan
merefleksikan hukum secara umum, bukan pada norma
positifnya >> legitimasi >> kriteria keadilan. isu hukum
harus berkaitan dengan asas hukum 8. Interpretasi
berdasarkan kata-kata UU/harfiah/literal/ plain meaning.


8.) 2.Interpretasi berdasarkan kehendak pembuat
UU (autentik) 3.Interpretasi Sistematis (gramatikal)
4.Interpretasi Historis (latar belakang) 5.Interpretasi
Teleologis (tujuan) 6.Interpretasi Antisipatoris
(merujuk RUU yang telah disahkan tapi belum
berlaku). Interpretasi Modern (menitikberatkan
makna kata dalam konteks digunakannya kata
tersebut)8.Interpretasi Autentik (berdasarkan
penjelasan UU) 7.) dogmatif : Terjadi
perbedaan/pertentangan penafsiran atas teks
peraturan,

karena ketidakjelasan peraturanTerjadi kekosongan
hukum Terdapat beda tafsir atas fakta
9.) Identifikasi hukum tak tertulis: Mengetahui hukum
yang berlaku dalam masyarakat (living law) Hukum Adat
dan Hukum Islam. Efektivitas hk: Membahasa bagaimana
hukum beroperasi di tengah masyarakat Faktor penentu
efektivitas hukum Kaidah hukum (berlaku secara yuridis,
sosiologis {dipaksa penguasa atau diterima secara natural},
dan filosofis {sesuai nilai filosofis tertinggi), Penegak
Hukum (ex: tebang pilih perkara, tersuap, dll). Fasilitas
penegak hukum (memadai, rusak, kurang, dll) 9.
Kesadaran Masyarakat (derajat kepatuhan, kasus
perbankan Islam, dll. Why kesadara rendah? Tergantung:
pengetahuan hukum . pemahaman hukum Penataaan.


9.)Hukum Pengharapan terhadap hukum Peningkatan
kesadaran masyarakat Perbandingan hk Perbandingan UU
antar negara Perbandingan putusan pengadilan antar
Negara Menemukan persamaan dan perbedaan
Menemukan filosofi hukum Pandangan lain:
perbandingan hukum juga bisa masuk kelompok
penelitian hukum normatif. Penelitian Sejarah hk:
Identifikasi tahap perkembangan (periodisasi) hukum
(legislasi, yurisprudensi) Setelah periodisasi, identifikasi
masalah yang diteliti Faktor-faktor kunci pembentuk UU;
pola pikir, filosofi yang melatarbelakangi pembentukan
UU; menangkap konteks zaman (ex, UU Perkawainan 1974
ketat pada poligami, hadir di zaman Soeharto yang takut
oligami, akan beda kalau lahir di zaman Soekarno yg
royal poligami). Psikologi HK: Mengamati tingkah laku
menusia yang sesuai atau menyimpang hukum Penyabab
orang taat atau tidak taat pada hukum
10.) Pendekatan perundang-undangan (statute
approach): dilakukan dengan menelaah semua UU dan
regulasi bersangkut paut dgn isu hukum.Pendekatan kasus
(case approach): Telaah beberapa kasus yang menjadi
putusan pengadilan berkekuatan tetap;Pendekatan
historis (historical approach):Telaah perkembangan
pengaturan tentang isu tertentu dan latar belakang
kesejarahan . Pendekatan perbandingan (comparative
approach): Membandingkan UU atau putusan pengadilan
antar negera tentang isu yang sama. Pendekatan
konseptual (conceptual approach): beranjak dari
pandangan2 dan doktrin

11.) Penelitian di level teori dan filsafat hukum bisa
saja tidak memakai pendekatan ini, tapi pakai pendekatan
konseptual. Karena mungkin isu hukumnya belum diatur
dalam UU. 12) asas: Lex superior derogat legi inferiori >
jika ada pertentangan, statute lebih rendah harus
disisihkan. Lex Specialis Derogat legi Generali > berlaku
untuk statute yang kedudukannya setara yang satu
merupakan ketentuan khusus atas yang lain > Contoh : UU
PT dan UU Pasar Modal (lex specialis) Lex Posterior
derogat legi priori> berlaku untuk statute yang
kedudukannya setara > yang baru meyisihkan yang
terdahulu > bila ketentuan lama tak bertentangan dengan
filosofi statute baru, ia tetap berlaku dengan aturan
peralihan > perlu pemahaman filosofi statute

13.Penelitian Eksploratoris: suatu penelitian yang
Dilakukan untuk memperoleh keterangan, penjelasan,
Dan data mengenai hal-hal yang belum diketahui.
Penelitian ini tidak didahului teori-teori yang sudah ada.
Deskriptif: Penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan
untuk Melukiskan tentang hal didaerah dan saat tertentu.
Biasanya peneliti telah mendapat gambaran berupa data
Awal ttg permasalahannya. Dan peneliti sudah seringm
enggunakan teori atau hipotesa. Contoh : Masalah
kesadaran hukum pengendara sepeda motor
Terhadap peraturan lalu lintas di sidoarjo. Explanatoris:
Merupakan suatu penelitian untuk menerangkan,
memperkuat Atau menguji dan bahkan menolak suatu
teori atau hipotesa
13) Serta terhadap hasil-hasil penelitian yang ada. Contoh ;
Pengaruh keharmonisan rumah tangga terhadap
Kenakalan remaja. 14) Diagnostik: suatu penelitian guna
mendapatkan dan menganalisaData tentang sebab
timbulnya suatu masalah. Contoh ; Masalah meningkatnya
pornografi di Indonesia. Preskriptif: untuk memberikan
gambaran atau Merumuskan masalah sesuai dengan
keadaan/ fakta yg ada. Contoh ; kedudukan hakim
arbitrase dalam proses peradilan Arbitrase menurut UU
No. 30 tahun 1999. Evaluatif: Tujuan penelitian ini adalah
untuk menilai, baik untuk Melalui pengujian maupun
melalui analisis mengenai Hubungan antara variabel-
variabel. Contoh ; Efektifitas PP No.30 tahun 1980
terhadap Peningkatan disiplin Pegawai Negeri Sipil.
15)Monodisplin: penelitian yang sifatnya hanya
menitikberatkan pada Satu bidang disiplin ilmu saja.
Penelitian hukum dapat ditunjang dengan ilmu bantu yang
lain. Multidisplin: menitik beratkan pada penggunaan atau
Perpaduan dari beberapa ilmu pengetahuan yang ada.
Disesuaikan dengan topik, sifat dan tujuan dari penelitian
Yang dilakukan. pendekatan dalam pemecahan suatu
masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut
pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna
secara terpadu. 16) Segi tujuan: Fact finding: Suatu
penelitian untuk menemukan fakta-fakta atau gejala
Gejala yang belum ada.
16)Penelitian ini hampir sama dengan Penelitian
eksplanatoris. Problem finding: lebih bersifat deskrptif.
Permasalahan Permasalahan yang ada sebelumnya telah
diketahui dan Diinvetarisasi fakta-faktanya. Problem
identification: bertujuan menginvetarisasi dan kemudian
Mengklasifikasi masalah-masalah yang ada. Masalah-
Masalah tersebut diklasifikasi menjadi masalah-maslah
Pokok dan bukan pokok kemdian dicari jalan keluarnya.
17)Data primer adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber
datanya. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada
(peneliti sebagai tangan kedua).
17) BH. Primer: yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat
dan terdiri dari: (a) Norma (dasar) atau kaidah dasar, yaitu
Pembukaan UUD 1945; (b) Peraturan Dasar: mencakup
diantaranya Batang Tubuh UUD 1945 dan Ketatapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat; (c) Peraturan
perundang-undangan; (d) Bahan hukum yang tidak
ikodifikasikan, seperti hukum adat; (e) Yurisprudensi; (f)
Traktat; (g) Bahan hukum dari zaman penjajahan yang
hingga kini masih berlaku. BH Sekunder: yang memberikan
penjelasan menganai bahan hukum primer, seperti
rancangan UU, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari
kalangan hukum dan seterusnya.
18. Studi Dokumen/Bahan Pustaka: Memastikan isu
hukum yang dipilih belum diteliti Sumber merumuskan
masalah dan hipotesis Memperoleh kerangka teoritis
dan kerangka konseptual Ditempuh dalam MPH
normative dan MPH empiric. Observasi/Pengamatan:
Identifikasi peristiwa, perilaku, kenyataan. Ada
pengamatan terlibat dan pengamatan tak terlibat.
Wawancara: Menggali > persepsi, kepercayaan,
perasaan/motivasi, orientasi ke depan, perilaku masa
lampau, dll. Kuesioner Terbuka (penguasaan peneliti atas
populasi masih minim) Tertutup (peneliti cukup
menguasai informasi terhadap populasi) 19) sensus adalah
kegiatan pengambilan data dari semua elemen/anggota
dari suatu populasi.
20) a. pemilihan dan penggunaan kata doctrinal itu terasa
mengandung kerancuan ketika diterapkan kepada kajian
hukum Islam sebagaimana tertuang dalam kitab-kitab fikih
misalnya. Memberikan arti kata doctrinal sebagai aturan
tertulis itu tentulah bersifat arbitrary, karena kata
doctrinal juga dapat mengandung arti lain yaitu ajaran
(agama), sehingga ketika kita mencoba meletakkan label
doctrinal terhadap kitab fikih sebagai kumpulan aturan
tertulis hukum Islam maka mengundang kerancuan.
Alasannya ialah bahwa kitab fikih itu memang bersifat
doctrinal ketika isinya adalah bersandar kepada ayat-ayat
hukum dari Al-Quran atau hadis-hadis hukum,

20) tetapi tentu tidak boleh dilupakan bahwa sebagian
bahkan sebagian besar isi kitab fikih juga hasil ijtihad
ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doctrinal
ajaran agama. Dengan demikian kategorisasi obyek kajian
hukum sebagai doctrinal dan non-doktrinal yang
diperkenalkan Soetandyo dapat menimbulkan kerancuan
ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literature
hukum Islam yang disebut fikih yang memang
mengandung unsur-unsur doctrinal dan non-doktrinal
keagamaan sekaligus, sehingga sebaiknya kategorisasi ini
tidak digunakan.


20)b. Salah satu catatan atau bahkan keberatan terhadap
pendapat Soerjono ialah bahwa ia memasukkan penelitian
hukum azaz atau penelitian azaz-azaz hukum kedalam
kategori penelitian hukum normative. Sesungguhnya
penelitian hukum azaz atau azaz-azaz hukum adalah
penelitian filsafat hukum dan setiap filsafat tentu selalu
bersifat spekulatif. dan tidak bersifat normative. Mungkin
lebih tepat jika penelitian filsafat hukum dikeluarkan dari
kategori penelitian hukum normative dan diletakkan
dalam kategori tersendiri yaitu kategori penelitian filsafat
hukum. Sesungguhnya tentu lebih tepat kalau disebut
penelitian hukum empiric saja, karena bentuknya

20)b) bukan hanya sosiologi hokum atau pelaksanaan
hukum, tetapi juga antropologi hukum, arkeologi hukum,
sejarah hukum, sejarah lembaga-lembaga hukum, kajian
tokoh hukum, politik hukum, psikologi hukum, filologi
hukum, ekonomi hukum, dan sebagainya yang semuanya
dapat tercakup jika digunakan istilah hukum empirik.
c) lebih tepat jika penelitian filsafat hukum dikeluarkan
dari kategori penelitian hukum normative dan diletakkan
dalam kategori tersendiri yaitu kategori penelitian filsafat
hukum. penelitian filsafat hukum dan setiap filsafattentu
selalu bersifat spekulatif dan tidak bersifat normative

Anda mungkin juga menyukai