Anda di halaman 1dari 58

Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 1

Studi Analisa Penegndelaiam Mutu Proyek Jalan Mlirip - Jampirogo


ABSTRAK
Dengan berkembangnya tehnologi khususnya pada bidang konstruksi jalan, banyak
upaya pemerintah (Bina Marga) untuk terus berbenah akibat kegagalan-kegagalan
pekerjaan yang terjadi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan atau
kegagalan oleh human error, yang banyak terjadi sering mengenyampingkan mutu
bahan dan pelaksanaan.
Untuk mendapatkan kualitas bahan dan pelaksanaan yang memenuhi persyaratan mutu
banyak yang harus diperhatikan, terutama pada kemampuan sumber daya manusia.
Kemampuan atau keterampilan melakukan pengujian dan pelaporan dengan benar
merupakan kunci pengendalian mutu. Macam-macam pengujian yang dikerjakan untuk
mengetahui sifat-sifat bahan dan metode rencana pencampuran agregat A dan B yang
melalui tahapan dari pengambilan, perumusan dan pemprosesan bahan hingga menjadi
suatu bahan campuran lapis pondasi. Penentuan tempat pengambilan sirtu dievaluasi
yang terkecil akibat dampak penambangan. Pemprosesan bahan dari sirtu melalui mesin
pemecah batu menjadi fraksi sirtu dan batu pecah dan mencampurnya sesuai komposisi
dan gradasi Mix Desain yang disetujui. Pengujian bahan dengan standar pengujian yang
ditentukan tidak kurang dari batas-batas yang ditentukan spesifikasi. Untuk
mendapatkan keseragaman pada sifat-sifat material, pada pengambilan sirtu tidak boleh
lebih dari satu lokasi pengambilan (quarry). Didalam pelaksanaan kita sudah
mengetahui kualitas bahan yang dikirim layak untuk diterima atau ditolak. Dan sampai
akhir pekerjaan sudah bisa dijamin kualitasnya.Dari hasil pengujian di laboratorium
material sirtu dan batu pecah lolos saringan 1 untuk agregat kelas A, dan lolos
saringan 2 untuk agregat B, bila dicampur dengan komposisi 70 : 30 persen dengan
perbandingan berat, akan didapat daya dukung tanah (CBR) sebesar 104,0 % untuk
agregat kelas A dan 73,5 % untuk agregat kelas B.
Kata Kunci : agregat, komposisi, gradasi, mix desain, spesifikasi, quarry.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
UMUM
Jalan raya adalah prasarana transportasi darat yang lebih banyak dipakai oleh
masyarakat di Indonesia. Untuk itu pelayanan, kenyamanan dan keamanan bagi
pengguna prasarana ini perlu perhatian intensif supaya mendapatkan hasil pelayanan
yang memuaskan. Departemen Pekerjaan Umum merupakan Departemen yang
melaksanakan layanan Pemerintah untuk menjaga pelayanan transportasi darat
menjadi aman dan nyaman bagi pemakai prasarana ini. Untuk meningkatkan
pelayanan ini, pihak Departemen Pekerjaan Umum Menunjuk Kontraktor sebagai
pelaksana, dan Konsultan sebagai perencana dan pengawas pelaksanaan.
2 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
Pada proyek proyek Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan di Dinas Bina Marga
yang di kerjakan kontraktor kelas nasional maupun daerah, yang terjadi saat ini
masih bisa dikatakan belum memenuhi pelayanan yang memuaskan. Hal ini bisa
kita liat pada proyek proyek yang ada, di mana banyak sekali kita temui sebelum
mencapai umur rencana dan pada waktu pelaksanaan sudah mengalami kerusakan.
Hal ini disebabkan oleh sumber daya manusia yang melaksanakan pekerjaan
tersebut belum mumpuni. Untuk memenuhi tuntutan mutu yang diminta perlu
tenaga ahli dan pelaksana pekerjaan yang mempunyai dedikasi tinggi untuk
mencapai mutu pekerjaan yang baik.
I.2 PERUMUSAN MASALAH
Pada Perencanaan di dapat tebal aggregat base klas A = 30.00 cm, dan aggregat base
klas B = 40.00 cm. Yang menjadi permasalahan adalah :
1. Dengan keterbatasan tempat pengambilan material bisakah kontraktor
mendapatkan bahan berkualitas dan proses pencampuran bahan dengan baik.
2. Dengan material yang tersedia, bagaimana mengolah material itu menjadi bahan
badan jalan yang memenuhi yang disyaratkan.
3. Macam-macam metode pengujian apa saja yang diterapkan untuk mengetahui
bahwa bahan itu bisa dipakai untuk bahan badan jalan.
4. Bagaimana penerapan pelaksanaan yang mudah dan bisa memenuhi persyaratan.
I.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari Analisa Metode Pengendalian Mutu ini adalah Meninjau ke dalam
pelaksanaan proyek ini untuk mengetahui alur metode pelaksanaan dan mengontrol
mutu, sejak dari tempat pegambilan material, pengolahan sampai penghamparan dan
pemadatan. Dan bagaimanakah pengujian dan pelaporannya.
I.4 BATASAN MASALAH
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 3
Dalam penulisan tugas akhir ini lingkup pembahasan yang direncanakan akan
diungkap antara lain adalah :
1. Proyek yang akan dibahas adalah Proyek Pembangunan Jalan Mlirip
Jampirogo.
2. Analisa pemilihan metode dilakukan pada aspek aspek yang meliputi :
Analisa Metode Pengendalian Mutu Konstruksi Jalan.
Analisa Pekerjaan Pondasi aggregate klas A dan B
Analisa Pengujian Laboratorium
Analisa Pengujian Lapangan
Analisa Pelaksanaan penghamparan dan pemadatan.
TEORI PENUNJANG
UMUM
Pengendalian mutu merupakan suatu sistim pengumpulan, analisa dan penafsiran
dari ukuran-ukuran serta data lain mengenai karakteristik yang ditetap akan dari
suatu bahan, proses dan suatu produk untuk menentukan kesesuaiannya terhadap
persyaratan-persyaratan yang ditetapkan. Pada pokoknya semua itu merupakan
fungsi pengawasan. (Buku Pondasi Jalan, oleh Ir.Rudy Setiawan, tahun 1999)
Tujuan pengendalian mutu adalah untuk menjamin bahwa pekerjaan yang telah
selesaikan, betul-betul memenuhi persyaratan dan rancangan yang telah
direncanakan serta bahan-bahan dan keterampilan kerjanya juga memenuhi
standar yang cukup tinngi untuk pelaksanaan pekerjaan yang memuaskan (dan
secara ekonomis) dalam jangka waktu yang diiginkan.
Pengendali mutu dapat dianggap sebagai cara yang formal untuk mencapai hasil
yang di inginkan dan secara berurutan pelaksanaannya adalah :
1. Program pengendalian mutu merupakan upaya untuk meyakinkan terhadap
tercapainya kualitas hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan apa yang
dikehendaki spesifikasi dan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
2. Pengendalian mutu dilaksanakan sejak awal pelaksanaan pekerjaan sampai
dengan pasca pelaksanaan .
3. Program pengendalian mutu harus disusun proyek / bagian proyek dan dibahas
pada saat Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction Meeting / PCM). Program
tersebut dapat direvisi sesuai dengan perkebangan lingkup pekerjaannya.
4 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
4. Progam pengendalian mutu proyek berisi paling tidak meliputi :
1) Informasi Proyek
2) Organisasi Pelaksanaan Proyek (termasuk Konsultan Supervisi dan
Kontraktor)
3) Jadual Pelaksanaan
4) Langkah-langkah Pengendalian Mutu
5) Jadual pengujian yang telah dikaji Atasan Langsung Pimpro / Pimbagpro
dari program pengendalian mutu pekerjaan proyek.
5. Untuk melaksanakan pengujian laboratorium dalam rangka pengendalian mutu
pekerjaan, Proyek / Bagian Proyek harus mempedomani pemanfaatan
laboratorium sebagai berikut :
Tabel : II. 1
NO.
JENIS PENGUJIAN
PERIODE
PENGUJIAN
TEMPAT
PENGUJIAN
1. Pengujian Dasar Persyaratan Dasar Awal Pelaksanaan Lab. DPU Bina
Marga Prop. Jatim
2. Laboratorium Mix Formula Awal Pelaksanaan Lab. DPU Bina
Marga Prop. Jatim
3. Pengujian Rutin Selama
Pelaksanaan
Selama
Pelaksanaan
Lab. Kontraktor /
DPU Bina Marga /
lainnya
4. Pengujian untuk pengawasan
melekat
Selama
Pengawasan
melekat
Lab. DPU Bina
Marga Prop. Jatim
5. Pengujian Serah Terima Pekerjaan Saat Serah Terima
Pekerjaan / PHO
Lab. DPU Bina
Marga Prop. Jatim
II.2 Pedoman Langkah-langkah Pngendalaian Untuk Bahan Mentah
1) Pra Pelaksanaan
a. Pemilihan pabrikan / pemasok asal bahan yang menjamin pemenuhan
mutunya.
b. Pemilihan quarry asal bahan yang menjamin pemenuhan mutunya.
c. Pemilihan metode produksi / penyiapan yang menjamin dihasilkannya
bahan bermutu.
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 5
d. Pemilihan peralatan penghasil / pengolah yang menjamin dihasilkannya
bahan bermutu.
e. Pemilihan peralatan uji yang menjamin akurasi dan presisi mutu bahan.
Dokumen hasil pengendalian mutu diantaranya :
1. Sertifikasi hasil uji mutu bahan dari laboratorium pabrikan.
2. Sertifikasi hasil uji mutu bahan dari laboratorium Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga Propinsi Jawa Timur.
3. Surat rekomendasi lembaga berwenang / prestasi kerja yang di akui
pengguna mengenai kepekaan pengukuran dari peralatan uji.
4. Surat bukti kemampuan / pengakuan pemenuhan bahan / peralatan /
metode menghasilkan bahan yang bermutu dari lembaga berwenang /
pengguna sebelumnya.
5. Berita acara hasil pengujian mutu yang dibuat bersama oleh produsen /
pemasok dan pengguna bahan.
2) Pelaksanaan
i. Awal
a. Pengujian dasar persyaratan penggunaan bahan.
b. Pengujian formula campuran sample bahan yang akan digunakan /
Laboratorium Mixed Formula.
c. Kalibrasi penggunaan peralatan produksi dan pengukuran.
Dokumen Hasil pengendalian mutu di antaranya :
1. Sertifikat hasil uji mutu bahan dan laboratorium mixed formula dari
laboratorium Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Propinsi Jawa
Timur.
2. Surat rekomendasi lembaga berwenang mengenai kemampuan
peralatan menghasilkan bahan bermutu.
3. Sertifikat hasil kalibrasi / tera peralatan pengukur yang digunakan dari
lembaga berwenang yang masih berlaku.
4. Berita acara yang dibuat bersama oleh kontraktor, proyek dan
konsultan supervisi mengenai hasil kalibrasi peralatan produksi /
pengukuran yang digunakan.
ii. Produksi
6 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
a. Pengujian formula campuran bahan yang digunakan / job Mixed
Formula.
b. Pengujian ulang kalibrasi ukuran / volume / berat dari bahan komponen
hasil produksi yang digunakan dasar pembayaran.
Dokumen Hasil pengendalian mutu di antaranya :
1. Sertifikat hasil uji mutu bahan yang diproduksi dan digunakan dari
laboratorium proyek.
2. Berita acara Job Mixed Formula bahan diproduksi yang disahkan
bersama oleh proyek, kontraktor dan konsultan supervisi.
3. Sertifikat hasil kalibrasi / tera penggunaan peralatan pengukur yang
berlaku dari lembaga berwenang.
4. Berita acara hasil kalibrasi penggunaan peralatan produksi /
pengukuran yang disahkan bersama oleh proyek, konsultan supervisi
dan kontraktor.
iii. Pengerjaan
a. Pengujian rutin setiap hari, volume dan berat sesuai ketentuan standar
spesifikasi dari laboratorium proyek.
b. Percobaaan penentuan lintas pemadatan, ukuran pemadat dan
pengujian kepadatannya.
c. Pengujian kalibrasi volume tempat penampung bahan dan jumlah
penggunaannya.
Dokumen Hasil pengendalian mutu di antaranya :
1. Sertifikat hasil uji mutu produksi bahan pada setiap tingkatan (sesuai
ketentuan standar spesifikasi) dalam tahap pengerjaan dari
laboratorium proyek.
2. Berita acara penggunaan formula pemadatan bahan yang dikerjakan
dan disahkan bersama oleh proyek, konsultan supervisi dan kontraktor.
3. Berita acara kalibrasi penggunaan tempat penampung dan jumlah
bahan yang dikerjakan dan disahkan bersama oleh proyek, konsultan
supervisi dan kontraktor.
iv. Akhir
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 7
a. Pengujian kepadatan, ketebalan, kadar dan komposisi bahan yang
dikerjakan.
b. Pengujian kerataan dan kemiringan.
c. Pengujian kekuatan.
Dokumen Hasil pengendalian mutu di antaranya :
Sertifikat hasil uji mutu pengerjaan produksi bahan pada tahap pelaksanaan
akhir sesuai ketentuan standar spesifikasi dari laboratorium proyek.
3) Pasca Pelaksanaan
1. Pengujian kepadatan, ketebalan, kadar dan komposisi bahan yang
diselesaikan.
2. Pengujian kerataan dan kemiringan.
3. Pengujian kekuatan, daya dukung.
Dokumen Hasil pengendalian mutu di antaranya :
Sertifikat hasil uji mutu pekerjaan selesai sesuai kebutuhan yang dikerjakan.
II.3 Pedoman Langkah-langkah Pengendalian Untuk Bahan Pabrikan
Pengendalian mutu yang dilaksanakan meliputi :
Menyerahkan hasil Job Mixed Formula dari Laboratorium produsen / pabrikan
pemasok yang memenuhi ketentuan standar spesifikasi teknis yang diakui / Bina
Marga mengenai komposisi bahan produksi yang digunakan sebagai dasar
pedoman kerja produksi yang dipasok :
1. Menyerahkan hasil pengujian rutin persatuan ukuran / waktu produksi /
pekerjaan selama proses pelaksanaan sesuai ketentuan standar spesifikasi
teknis meliputi :
a. Produksi
b. Pengerjaan
2. Menyerahkan hasil pengujian selama proses akhir persatuan produksi /
pekerjaan sesuai ketentuan standar spesifikasi teknis seperti di antaranya
pengujian kepadatan, ketebalan, kadar dan komposisi bahan serta kekuatan.
3. Pengujian pada proses pasca pekerjaan selesai di antaranya meliputi beberapa
pengujian ulang, jika dibutuhkan.
8 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
4. Perkecualian diberikan untuk penggunaan hasil pengujian dari produsen
(dalam negeri / luar negeri), laboratorium pengujian tanpa akreditasi apabila
berdasarkan sifat serta kekhususan bahan / pekerjaan yang digunakan adalah:
a. Menggunakan teknologi canggih dan di dalam negeri belum mampu
dilakukan pengujian tersendiri.
b. Teknologi yang digunakan tetapi di dalam negeri belum mampu di lakukan
pengujian tersendiri.
c. Teknologi yang digunakan merupakan hak eksklusif / paten produsen yang
belum mampu diuji di laboratorium dalam negeri selain oleh laboratorium
produsen.
d. Teknologi yang digunakan belum mampu diuji laboratorium penguji dalam
negeri yang telah memiliki akreditasi.
II.4 Pedoman Penentuan Batasan Volume Menurut Kelompok Pekerjaan
1. Kelompok pekerjaan agregat
Sesuai ketentuan pengujian dengan volume minimal standar pada spesifikasi
Bina Marga :
a. Volume di atas 1000 m pengujian rutin persetiap kelipatan produksi 1000
m.
b. Produksi pengujian untuk produksi mulai 200 m.
2. Kelompok Pekerjaan Sejenis Volume / Produksi Kecil Di Bawah Ukuran
Minimal Ketentuan Pengujian, Lokasi Tersebar Pada beberapa Paket
Kontrak Tetapi Terletak Pada Satu Wilayah BPJ Serta Berasal Dari Satu
Sumber Quarry / Produsen Pemasok Yang Sama, diharuskan ketentuan
sebagai berikut :
a. Satu Laboratorium Mixed formula dari laboratorium Dinas Pekerjaaan
Umum Propinsi Jawa Timur yang berlaku untuk satu jenis volume /
produksi kecil tersebar pada beberapa paket kontrak dalam satu wilayah
BPJ.
b. Diadakan pengujian rutin yang dapat menggambarkan mutu serta teknis
pengerjaan bahan dan pelaksanaan pekerjaan pada masing-masing lokasi
pekerjaan yang meliputi semua tahapan yaitu :
i. Produksi
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 9
ii. Pengerjaan.
c. Pengujian selama proses akhir meliputi di antaranya pengujian kepadatan,
ketebalan, kadar dan komposisi bahan yang dipakai, kekuatan maupun
daya dukung.
II.5 Ringkasan Proses Pengendalian Mutu Konstruksi Jalan
1. Penyerahan lokasi pekerjaan ke proyek.
2. Kontrak.
3. Surat Perintah Mulai Kerja.
4. Penyerahan Lokasi Pekerjaan Ke Kontraktor.
5. Rapat Pra Konstruksi ( PCM ) :
a. Jadual kerja.
b. Mobilisasi Sumber Daya.
c. Desain campuran.
d. Pematokan.
e. Tata kerja pengaujuan MC dan kelengkapannya.
6. Rekayasa Lapangan, Review design.
7. CCO / Addendum Kontrak.
8. Pembersihan, pengerjaan tanah dan persiapan tanah dasar, drainase dan
gorong-gorong.
9. Teknik konstruksi lapis pondasi bawah dan atas.
10. Teknik konstruksi permukaan.
11. Teknik konstruksi pekerjaan pelengkap dan penunjang akhir.
12. Pernyataan pekerjaan selesai 100 % dan final addendum kontrak.
13. Proses PHO pekerjaan.
14. Masa pemeliharaan pekerjaan
15. Proses FHO pekerjaan
16. Penyerahan kembali hasil pekerjaan ke Pembina jalan.
II.6 Peranan Pengendalian Mutu Pada Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan Tanah
Berbutir
10 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
Pengendalian pekerjaan-pekerjaan proyek dilaksanakan dengan cara melakukan
inspeksi, pengukuran dan pengujian (testing). Hal ini terdiri dari metode utama
pengendalian mutu dan keterampilan kerja serta pelaksanaan spesifikasi-
spesifikasi untuk konstruksi jalan serta pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan.
Pengendalian dan pengujian secara teratur, merupakan alat / cara yang diperlukan
untuk menghindari hasil yang tidak diterima, yang disebabkan oleh faktor-faktor
seperti keterampilan kerja yang jelek, perubahan sumber-sumber bahan bermutu
jelek, peralatan yang tidak sesuai atau tidak memadai dan kondisi yang merugikan
pekerjaan di lapangan, berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Dalam pemeliharaan maupun pembangunan jalan, hasil penelitian di Indonesia
maupun di Negara-negara lainnya dengan jelas menunjukkan bahwa pengendalian
mutu yang baik dapat sangat meningkatkan kinerja jalan. Sesungguhnya bahwa,
pengendalian mutu yang baik juga akan menghemat biaya lima sampai sepuluh
kali lipat dari pada menggunakan uang yang sama itu membuat lapisan bahan
yang lebih kuat atau lebih tebal.
Bila semua faktor ini dijadikan satu, kita akan menyadari betapa pentingnya
peranan petugas pengendali mutu dan jika ia bekerja dengan baik, ia dapat
menjadi salah stu seorang tenaga yang paling produktif untuk pembangunan
Nasional.
Ada dua fungsi utama dari percobaan pengendalian mutu berdasarkan kontrak dan
sangat penting bagi petugas pengendali mutu untuk memahami betul-betul
perbedaan antara kedua fungsi ini yaitu :
1. Pengendalian mutu bahan, yang diperlukan untuk menjamin bahwa bahan-
bahan yang diusulkan kegunaanya untuk pekerjaan lapisan pondasi jalan tanah
berbutir adalah sesuai dan memuaskan serta memenuhi persyaratan spesifikasi.
Hal ini penting karena bahan-bahan tersebut harus diperiksa dan diuji mutunya
(seperti batas-batas Atterberg, gradasi, CBR dan lain-lain). Sebelum
dimasukkan ke dalam pekerjaan dan dilaporkan kepada Direksi Teknik.
2. Pengendalian mutu pelaksanaan pekerjaan, yang dilaksanakan untuk menjamin
bahwa pekerjaan dari kontraktor yang telah diselesaikan memenuhi standar
perencanaan dan standar konstruksi yang telah ditetapkan. Hasil pekerjaan
tersebut (seperti tingkat pemadatan yang didapat dalam pondasi agregat dan
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 11
lain-lain). Diperlukan oleh Direksi Teknik untuk menentukan pekerjaan itu
diterima atau ditolak.
3. Pengendalian mutu pekerjaan memerlukan pengawasan (konsultan supervisi)
terus menerus selama pelaksanaan pekerjaan.
II.7 Tugas Dan Tanggung Jawab Pengendali Mutu
Pengendali mutu harus memastikan terhadap pelaksanaan pekerjaan kontraktor
semua pengujian-pengujian yang diperlukan menurut spesifikasi atau menurut
keperluan Direksi dilaksanakan secepat mungkin dan keputusannya dicatat dengan
sempurna, disimpan dan secepatnya diserahkan kepada Pengendali Mutu
Lapangan dan Direksi Pengawas Lapangan supaya pekerjaan yang berkualitas
jelek tidak diterima. Untuk mencapai tujuan di atas, pengendali mutu harus
melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut :
1. Mengawasi terus menerus teknisi kontraktor dalam melaksanakan persyaratan
pengujian yang telah ditentukan, pengawasan pengambilan bahan contoh,
ketelitian pengujian dan laporan.
2. Memberi petunjuk kepada kontraktor di mana contoh yang cocok harus
diambil dan menentukan bahwa frekwensi pengambilan contoh dan pengujian
telah mencukupi dan memenuhi persyaratan-persyaratan frekwensi yang di
tetapkan.
3. Menentukan semua pengujian-pengujian pada semua material dan pekerjaan
lapangan telah dicatat dengan sempurna oleh teknisi kontraktor ke dalam
laporan harian dan disimpan secara tersendiri dari kontraktor, simpanan
terpisah yang terdiri daripada semua laporan-laporan dan hasil-hasil pengujian
4. Memastikan bahwa teknisi kontraktor melaporkan hasil-hasil pengujian
dengan menggunakan formulir laboratorium yang standar.
5. Menyerahkan ringkasan laporan mingguan untuk semua hasil-hasil pengujian
kepada Direksi Pengawas Lapangan berikut saran-saran mengenai diterima
atau ditolaknya material pekerjaan, berdasarkan hasil pengujian dan
pengamatan prosedur yang dilaksanakan oleh teknisi kontraktor.
Sebagai pengendali mutu harus memberikan petunjuk kepada staf kontraktor
dalam pengambilan contoh dan terus juga bekerja sama dengan teknisi kontraktor
melakukan pengujian, dia harus diberikan surat kuasa dari Pemimpin Proyek
12 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
untuk menentukan bahwa dia bisa melaksanakan tugas degan efektif sebagai
wakil Direksi dalam hal-hal pengambilan contoh dan pengujian. Kontraktor adalah
bertanggung jawab dibawah ketetapan-ketetapan kontrak, untuk bekerjasama
dengan wakil yang diberi kuasa dari Direksi (yaitu pengendali mutu) dalam
melaksanakan pengujian-pengujian yang ditentukan. Pengendali mutu tidak harus
melakukan pekerjaan pengambilan bahan contoh atau pengujian, tetapi secara
seksama mengawasi teknisi kontraktor sewaktu mereka melaksanakan pekerjaan
dan harus melaporkan secepat mungkin kepada Direksi Lapangan atau Pemimpin
Proyek Jika :
a. Ketidak cukupan jumlah pengujian-pengujian yang telah dilakukan (yaitu
pengujian-pengujian kurang dari pada yang telah ditentukan dalam volume 3
spesifikasi dari dokumen kontrak).
b. Prosedur pengambilan contoh yang digunakan adalah salah.
c. Prosedur pengujian yang digunakan adalah salah.
d. Alat-alat laboratorium kontraktor di bawah standar yang sepantasnya atau
tidak mencukupi (yaitu jika tiap hal dari daftar lampiran, volume 3 dari
spesifikasi tidak dipunyai oleh laboratorium lapangan atau dipunyai tetapi
tidak berfungsi).
e. Pencatatan atau pelaporan untuk hasil-hasil pengujian adalah salah satu
dipalsukan dengan bebagai cara.
f. Pengendali mutu harus mendorong kontraktor untuk mengelola laboratorium
lapangan dengan cara yang efisien dan profesional, sehingga memberikan hasil
/ produk yang lebih tepat.
II.8 Pengendalian Mutu Pekerjaan Pondasi Jalan Berbutir
Aspek pengendalian mutu yang berhubungan dengan pekerjaan pondasi jalan
tanah berbutir dan kegiatan tertentu yang harus dilaksanakan meliputi sebelum,
selama dan setelah konstruksi pekerjaan pondasi jalan tanah berbutir.
Lapisan pondasi bawah dan pondasi atas adalah lapisan konstruksi yang berfungsi
sebagai pembagi beban lapis kedua yang berupa bahan berbutir yang terletak di
atas lapis tanah dasar (subgrade) yang telah dibentuk berupa embankment dan
dipadatkan serta langsung berada di bawah lapis pondasi atas perkerasan.
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 13
Pekerjaan subgrade sudah harus selesai / sempurna dilaksanakan sebelum peerjaan
subbase / base dimulai seperti batang melintang, kerataan memanjang, ketebalan
dan kepadatan.
Pengendalian mutu subase / base dilakukan dengan memeriksa sifat-sifat agregat
subase /dan base. Agregat biasanya diambil dari sumber bahan / quarry pada
lokasi sumber bahan dan pertama-tama yang harus dipelajari adalah keadaan
lapangan agar didapat contoh tanah yang kira-kira dapat mewakili. Agregat yang
berasal dari quarry dan tambahan batu pecah hasil dari lokasi pencampuran yang
memenuhi spesifikasi setela dilakukan pemeriksaan dan uji, sebagian harus
disimpan di Direksi Kit untuk mengecek apakah agregat yang diuji sesuai dengan
agregat yang diangkut kelapangan.
Macam pemeriksaan yang dilakukan terdiri dari :
1. Batas Atterberg
2. Indeks Plastisitas
3. Analisa Saringan untuk menentukan gradasi
4. CBR untuk menentukan daya dukung tanah
5. Kepadatan Laboratorium untuk menetapkan tingkat kepadatan lapangan
6. Sand Cone
II.9 Ringkasan Standar Pengujian Lapangan dan Laboratorium yang digunakan
pada pekerjaan Pondasi Jalan tanah Berbutir
Secara umum standar pengujian lapangan dan laboratorium mengandung
informasi tentang :
1. Ukuran benda uji
2. Nomor Pengujian Standar
3. Daftar Peralatan dan Bahan
4. Kekerapan pengujian
5. Metode uji
6. Lokasi
7. Rumus-rumus dan blangko pengujian
II.10 PENGUJIAN SUB BASE / BASE SEBELUMKONSTRUKSI
14 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
Semua bahan yang digunakan untuk subbase / base harus diperiksa terlebih dulu di
laboratorium untuk menentukan sifat-sifat teknisnya. Bahan yang diambil dari
sumber bahan untuk diperiksa harus mendapat persetujuan Direksi. Pengambilan
contoh bahan dari sumber bahan harus dihadiri oleh Direksi. Jenis pemeriksaan
yang dilakukan tergantung pada spesifikasi yang digunakan.
Material yang ada mungkin terdiri dari 2 atau 3 jenis gradasi, oleh karena itu harus
dilakukan pencampuran bahan agar spesifikasi tercapai sehingga dapat ditentukan
komposisi (presentase) masing-masing bahan.
a) Pembuatan lapis pondasi atas kelas A dan kelas B
Lapis pondasi atas kelas A adalah agregat batu pecah disaring dan digradasi
yang merupakan batu pecah keras dan bersih serta semuanya lolos saringan
37,5 mm.
Lapis pondasi bawah kelas B juga meliputi agregat kasar yang tertahan pada
saringan 4,75 mm bilamana dihasilkan dari kerikil tidak kurang dari 50 %
terhadap berat, merupakan partikel-partikel yang memiliki paling sedikit satu
bidang pecah. Agregat halus lolos saringan 4,75 mm dan terdiri dari kerikil
halus dan pasir alami atau debu crusher. Prosentase berat agregat tipis / pipih
(perbandingan tebal dengan panjang lebih dari 1 : 5) maksimum 5 %.
Gradasi lapis pondasi Kelas A dan B harus memenuhi syarat-syarat spesifikasi
menurut gradasi persen berat yang lolos adalah :
Tabel : II.2.
ASTM (mm) KelasA Kelas B
2 50 100
1 37,5 100 88 - 95
1 25,0 79 - 85 70 - 85
3/8 9,50 44 - 85 30 - 65
# 4 4,75 29 - 44 25 - 55
# 10 2,0 17 - 30 15 - 40
# 40 0,425 7 - 17 8 - 20
# 200 0,075 2 - 8 2 - 8
b) Jenis-jenis pengujian sebelum konstruksi pekerjaan LPA dan LPB meliputi :
1. Analisa saringan dari agregat halus dan kasar
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 15
2. Batas Cair
3. Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah
4. Keausan dari agregat kasar berukuran kecil dengan Mesin Los Angeles
5. Hubungan kelembaban kepadatan dari tanah dengan penumbuk seberat
4,54 kg dan tinggi 457 mm.
6. Karakteristik agregat
7. Kepadatan tanah ditempat dengan metode kerucut pasir
8. CBR
Sifat-sifat lapis pondasi agregat :
Tabel : II.3.
Sifat-sifat Kelas A Kelas B
Abrasi dari Agregat Kasar 0 40 % 0 40 %
Indeks Plastisitas 0 6 0 10
Hasil kali Indeks Plastisitas dengan %
lolos ayakan No. 200
Maks 25 -
Batas Cair 0 25 0 35
Bagian yang Lunak 0 5 % 0 5 %
CBR Min 90 % Min 35 %
II.11 PENGUJIAN SUB BASE / BASE SELAMA KONSTRUKSI
1. Bahan yang di angkut ke lapangan haruslah bahan yang sesuai dengan
spesifikasi. Bahan yang tidak sesuai tidak boleh dicampur dengan bahan yang
sudah sesuai spesifikasi. Bahan yang terlanjur dihampar / dipadatkan harus
dibongkar dan diganti dengan material yang sesuai dengan spesifikasi serta
dipadatkan kembali.
2. Penghamparan harus dibuat lebih tebal dari tebal padat rencana dan
disesuaikan dengan bentuk melintang jalan yang diperiksa dengan mal
lengkung. Tebal hamparan dapat mencapai 1,2 1,5 tebal padat.
3. Lapis pondasi agregat harus dibawa ke tempat pada badan jalan sebagai
campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang
disyaratkan. Kelembaban dalam bahan harus tersebar secara merata.
16 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
4. Masing-masing lapisan harus dihampar pada satu operasi pada tingkat yang
merata yang akan menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi
yang disyaratkan. Bila lebih dari satu lapis akan dipasang, lapis-lapis tersebut
harus diusahakan sama tebalnya.
5. Lapis pondasi agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode
yang disetujui yang menyebabkan segregasi dari partikel agregat kasar dan
partikel agregat halus. Material yang segregasi harus diperbaiki atau dibuang
dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.
6. Tebal minimum lapisan gembur yang untuk setiap lapisan konstruksi harus
dua kali lipat ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal maksimum lapisan
gembur tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi
Teknik.
II.12 PENGUJIAN SUB BASE / BASE SETELAH KONSTRUKSI
1. Pengecekan bentuk melintang permukaan dengan mal lengkung atau mal
miring tiap 5 10 meter. Bentuk permukaan harus sesuai dengan rencana.
2. Pengecekan kerataan memanjang permukaan dengan mal datar.
3. Pengecekan Kepadatan Lapangan.
Pengecekan kepadatan lapangan umumnya dilakukan menggunakan sand cone
dengan interval berselang tidak lebih dari setiap 200 meter panjang permukaan
subbase / base dan letak titik pemeriksaan di buat zig-zag. Setiap kepadatan
lapangan dibuat harus 100 % kepadatan laboratorium, apabila d lapangan
belum 100 % kepadatan laboratorium, harus dilakukan pemadatan ulang.
4. Pemeriksan Visual.
Pemeriksaan visual dilakukan untuk mengecek apakah terdapat bagian-bagian
lembek, genangan-genangan air, tonjolan-tonjolan besar dan lain-lain. Apabila
terdapat bagian-bagian lembek harus dibongkar dan dipadatkan kembali.
5. Bagian-bagian pekerjaan subbase / base yang telah selesai harus dilindungi
misalnya terhadap lalu-lintas yang lewat, mencegah terjadi kerusakan pada
subbase / base. Sebaiknya subbase / base yang sudah selesai dikerjakan, harus
ditutup segera dengan base / lapis permukaan untuk mencegah kerusakan pada
subase / base.
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 17
6. Pemeriksaan uji petik gradasi, Atterberg dan CBR lapangan terhadap hasil
produk yang telah padat terhampar di lokasi jika diperlukan.
II.13 PEMADATAN
Pada pembuatan timbunan untuk jalan raya, dam dan banyak struktur teknik
lainnya, tanah yang lepas (renggang) haruslah dipadatkan untuk :
a) Meningkatkan berat volumenya.
b) Meningkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan daya
dukung pondasi di atasnya.
c) Mengurangi besarnya penurunan / compressbility tanah yang diinginkan dan
meningkatkan kemantapan lereng timbunan (embankments).
d) Memperkecil pengaruh air terhadap tanah.
Pemadatan adalah suatu proses di mana udara pada pori-pori tanah dikeluarkan
dengan salah satu cara mekanis. Proses pemadatan berlainan sama sekali dengan
proses konsolidasi dan kedua istilah tersebut tidak dapat dicampur adukkan. Cara
mekanis yang dipakai untuk memadatkan tanah untuk memadatkan tanah
bermacam-macam dilapangan biasanya dipakai cara menggilas dan di
laboratorium dipakai cara memukul. Penggilas besi berpermukaan halus(smooth-
wheell rollers) dan penggilas getar (vibratory rollers) adalah alat-alat yang umum
digunakan di lapangan untuk pemadatan tanah. Mesin getar dalam (vibroflot) juga
banyak digunakan untuk pemadatan tanah berbutir (granular soil) sampai ke dalam
yang cukup besar dari permukaan tanah. Cara pemadatan tanah dengan sistim ini
disebut vibroflotation (pemampatan getar apung).
1. Prinsip-prinsip Pemadatan Umum
Tinglat pemadatan tanah diukur dari berat volume kering tanah yang
dipadatkan. Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan,
air terebut akan berfungsi sebagai unsur pembasah (pelumas) pada partikel-
partikel tanah. Karena adanya air, partikel-partikel tanah tersebut akan lebih
mudah bergerak dan bergeseran satu sama lain dan membentuk kedudukan
yang lebih rapat / padat. Untuk usaha pemadatan yang sama, berat volume
kering tanah akan naik bila kadar air dalam tanah (pada saat dipadatkan)
meningkat. Bila kadar airnya ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha
pemadatan yang sama, maka berat jumlah padat dalam tanah persatuan volume
juga meningkat secara bertahap pula. Setelah mencapai kadar air tertentu,
18 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
adanya penambahan kadar air justru cenderung menurun berat volume kering
dari tanah. Hal ini di sebabkan karena air tersebut kemudian menempati ruang-
ruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat ditempati oleh partikel-partikel
padat dari tanah. Kadar air di mana harga berat volume kering maksimum
tanah dicapai disebut kadar air optimum.
Percobaan-percobaan di laboratorium yang umum dilakukan untuk
mendapatkan berat volume kering maksimum dan kadar air optimum adalah
Proctor Compaction test.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepadatan.
Pada pembahasan pemadatan tanah menunjukkan bahwa kadar air mempunyai
pengaruh yang besar terhadap tingkat kepadatan yang dapat dicapai oleh suatu
tanah. Disamping kadar air, faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi
pemadatan tanah adalah :
a. Kadar air
b. Jenis tanah
c. Usaha pemadatan
d. Tebal lapisan tanah yang dipadatkan
e. Intensitas tekanan yang dihasilkan alat pemadat
f. Luasan muka tanah di mana tekanan pemadat bekerja
II.14 Pengujian Pemadatan Pekerjaan Sub Base dan Base
1. Uji Proctor Standar (Standard Proctor Test)
Pada uji Proctor, tanah dipadatkan dalam sebuah cetakan silinder bervolume
1/30 ft (= 943,3 cm). Diameter cetakan tersebut adalah 4 inch (= 101,6 mm).
Selama percobaan di laboratorium, cetakan itu dikelem pada sebuah pelat
dasar dan di atasnya diberi perpanjangan (juga berbentuk silinder). Tanah
dicampur air dengan kadar air yang berbeda-beda dan kemudian dipadatkan
dengan menggunakan penumbuk khusus. Pemadatan tanah tersebut dilakukan
dalam 3 lapisan (dengan tebal tiapan kira-kira 1,0 inch) dan jumlah tumbukan
adalah 25 kali setiap lapisan. Berat penumbuk adalah 5,5 lb (= 2,5 kg) dan
tingi jatuh sebesar 12 inch (= 304,8 mm). Untuk setiap percobaan, besar dari
tanah yang dipadatkan tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 19
Di mana :
W = Berat tanah yang dipadatkan di dalam cetakan
V(m) = Volume cetakan (= 1/30 ft = 943,3 cm)
Juga pada setiap percobaan besarnya kadar air dalam tanah yang dipadatkan
tersebut dapat ditentukan di laboratorium. Bila kadar air tersebut diketahui,
berat volume kering d dari tanah tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Di mana w (%) = Presentase kadar air
Harga d dari persamaan rumus tersebut dapat digambarkan terhadap kadar air
untuk mendapatkan berat volume kering maksimum dan kadar air optimum.
Prosedur pelaksanaan Uji Proctor Standar telah dirinci dalam ASTM Test
Designation D - 698 dan dalam AASHTO Test Designation T-99.
Untuk kadar air tertentu, berat volume kering secara teoritis didapat bila pada
pori-pori tanah tidak ada udaranya lagi, yaitu pada saat di mana derajat
kejenuhan tanah sama dengan 100 %. Jadi berat volume kering maksimum
(teoritis pada suatu kadar air tertentu dengan kondisi zero air voids (pori-pori
tanah tidak mengandung udara sama sekali) dapat ditulis sebagai :
Di mana :
zav = berat volume pada kondisi zero air void
w = berat volume air
e = angka pori
Gs = berat spesifik butiran padat tanah
Untuk keadaan tanah jenuh 100 %, e = wGs, Jadi :
=
W
V(m)
d =

w (%)
100
1 +
zav =
Gs
1 + e
20 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
Di mana w = kadar air
Untuk mendapat variasi dari zav terhadap kadar air, gunakanlah prosedur
berikut :
a. Tentukan berat spesifik butiran tanah
b. Cari berat volume air (w)
c. Tentukan sendiri berapa harga kadar air w,misalnya ; 5%, 10%,
15%.....dan seterusnya.
d. gunakanlah persamaan rumus di atas untuk mencari zav dari kadar-kadar
air tersebut.
2. Percobaan Proctor Modified (Modified Proctor Test).
Cara melakukan ini tidak banyak berbeda dengan cara melakukan percobaan
standard. Cetakan yang dipakai sama dan banyaknya pukulan pada setiap
lapisan juga sama. Tetapi di sini berat alat pemukul lebih besar yaitu 10 pound
dan tinggi jatuhnya 18 inch. Juga di sini tanah dipadatkan dalam 5 lapisan.
Dari grafik yang khas hasil dari penggabaran kedua macam percobaan tersebut
dapat dibuat suatu garis zero air voids line. Atau garis derajat kejenuhan 100
%.
Garis ini adalah hubungan teoritis antara berat isi kering dengan kadar air
bilamana derajat kejenuhan adalah 100 % , yaitu bila pori tanah sama sekali
tidak mengandung udara. Garis tersebut dapat dihitung dengan memakai
rumus:
Garis tersebut berguna sebagai petunjuk pada waktu digambarkan grafik hasil
percobaan pemadatan. Garis pemadatan tidak boleh memotong garis zero air
zav =
Gs w
1 + wGs
w
w +
Gs
1
=
D =
G. w
1 + wG
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 21
voids line ini, dan pada kadar air yang tinggi mestinya menjadi sejajar dengan
garis tersebut.
II.15 Pengujian Pemadatan Lapis Agregat Pondasi Bawah danPondasi Atas di
Lapangan
1. Pemadatan
Pemadatan dilakukan lapis demi lapis maksimum 20 cm dengan peralatan
yang sesuai, agar tercapai kepadatan yang diinginkan.
Pemadatan dilakukan sekitar kadar air optimum ( W opt 1,5 % ), tetapi
sebaiknya pada kadar air W opt + 1,5 %.
Pengaturan kadar air dilakukan dengan sprinkle truk sehingga dapat diketahui
jumlah kadar air.
Penggilasan dimulai dari tepi ke tengah ( center line ) pada jalan lurus,
penggilasan mulai dari bagian terendah ke bagian yang tertinggi untuk
tikungan.
2. Pengujian
a) Jumlah dari data pendukung pengujian yang diperlukan untuk persetujuan
awal dari bahan akan seperti yang diperintahkan Direksi Teknik, tetapi
akan mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan, paling sedikit tiga
contoh yang mewakili dari sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih
untuk mewakili mutu rentang / sebaran dari bahan yang cenderung akan
diperoleh dari sumber tersebut.
b) Menyusul persetujuan mengenai mutu dari bahan lapis pondasi agregat
yang diusulkan, seluruh rentang pengujian, bahan yang dilakukan
selanjutnya harus diulangi atas pertimbangan Direksi Teknik, dalam hal
tampak perubahan bahan atau sumbernya atau metode produksinya.
c) Suatu program pengujian pengendalian mutu bahan secara rutin harus
dilaksanakan untuk pengendalian ketidak seragaman bahan yang dibawa
ketempat pekerjaan. Cakupan pengujian harus seperti yang diperintahkan
oleh Direksi Teknik, tetapi unutk setiap 1000 meter kubik bahan yang
diproduksi paling sedikit meliputi tidak kurang dari lima ( 5 ) pengujian
gradasi partikel, lima ( 5 ) indeks plastisitas, satu ( 1 ) penentuan
22 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
kepadatan kering maksimum menggunakan AASHTO metode D.
Pengujian CBR harus dilakukan sewaktu-waktu tertentu sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
d) Kepadatan dan kadar air dari bahan yang dipadatkan harus secara rutin
ditentukan, menggunakan AASHTO T 191. Pengujian harus dilakukan
sampai kedalaman menyeluruh dari lapisan tersebut pada lokasi yang
ditetapkan oleh Direksi Teknik, tetapi tidak boleh berselang dari 200
meter.
II.16 Peralatan Pekerjaan Pemadatan Lapangan yang sesuai untuk Lapis Agregat
Pondasi Bawah dan Atas
Untuk pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi jalan tanah berbutir secara keseluruhan
sejak pengambilan bahan di quarry sampai dengan diselesaikannya lapis pondasi
padat terhampar meliputi ;
a) Di quarry dan lokasi pencampuran :
1. Dump truck / truck
2. Loader / Excavator
3. Stone Crusher Plant
b) Di lokasi penghamparan dan pemadatan ( lapangan )
1. Dump truck / truck
2. Truck tangki air ( Water tank ) / Truck Sprinkler
3. Motor Grader
4. Pemadat roda besi
5. Pemadat roda karet
Hampir semua pemadatan tanah dilakukan dengan penggilasan ( roller ).
Jenis penggilas yang paling umum dipakai adalah :
i. Penggilas besi berpermukaan halus ( penggilas bentuk drum )
Penggilas besi berpermukaan halus cocok untuk meratakan permukaan
tanah dasar ( subgrade ) dan untuk pekerjaan penggilasan akhir pada
timbunan tanah pasir atau lempung. Penggilas tipe ini dapat memadatkan
100 % luasan muka tanah yang dilalui roda dengan tekanan kontak antara
tanah dan roda sebesar antara 45 sampai 55 psi ( antara 310 sampai 380
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 23
kN/m ). Penggilas tipe ini tidak cocok untuk pekerjaan yang tingkat
pemadatan yang tinggi pada lapisan yang tebal.
ii. Penggilas ban karet ( angin )
Penggilas ban karet dalam banyak hal masih lebih baik dari pada penggilas
besi berpermukaan halus. Penggilas ban karet ini pada dasarnya
merupakan sebuah kereta bermuatan berat dan beroda karet yang tersusun
dalam beberapa baris. Baris-baris ban karet ini berjarak dekat satu sama
lain di mana pada setiap baris ban terdapat empat sampai enam buah ban.
Tekanan kontak di bawah ban berkisar antara 85 sampai 100 psi. ( 585
sampai 690 kN/m ), dan baris-baris ban tersebut memadatkan antara 70
sampai 80 % luasan tanah yang dilalui penggilas. Penggilas ban karet ini
dapat digunakan pada pemadatan tanah pasir dan tanah lempung.
Pemadatan dicapai dari kombinasi antara tekanan dan kneading action
(pemadatan dengan meremas-remas).
iii. Penggilas kaki kambing
Penggilas kaki kambing adalah berupa silinder ( drum ) yang mempunyai
banyak kaki-kaki yang menjulur keluar dari drum. Kaki-kaki ini
mempunyai luas proyeksi penampang sekitar 4 sampai 13 inc (1380
sampai 6900 kN/ m). pada waktu pemadatan di lapangan, mula-mula pada
awal lintasan bagian tanah yang dipadatkan ialah bagian sebelah bawah
dari lift. Pada lintasan-lintasan berikutnya barulah tanah dibagian tengah
dan atas dari lift ikut dipadatkan.
iv. Penggilas getar
Penggilas getar sangat berfaedah untuk pemadatan tanah berbutir ( pasir,
kerikil dan sebagainya ). Alat getar dapat saja dipasang pada penggilas besi
berpermukaaan halus, penggilas ban karet, atau pada penggilas kaki
kambing untuk menghasilkan getaran pada tanah. Getaran dihasilkan dari
berputarnya suatu beban yang tidak sentris.
v. Penggilas besi berporos dua permukaan halus tanggung / getar
Penggilas besi berporos dua permukaan tanggung / getar sangat efektif
dalam pemadatan tanah berbutir bila ruang gerak yang tersedia tanggung
ukurannya. Mesin penggilas ini terutama digunakan pada tempat-tempat
dimana suang geraknya tetapi tetap leluasa untuk penggilas getar yang
24 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
besar seperti untuk pelebaran jalan yang sempit, bahu jalan sempit,
penambahan perkerasan luas tanggung dan terpencar.
vi. Pemadat plat getar dioperasikan dengan tangan ( stamper )
Pelat penggetar yang dioperasikan dengan tangan sangat efektif dalam
pemadatan tanah berbutir bila ruang gerak yang tersedia sangat terbatas.
Model pelat penggetar seperti ini ada yang dilengkapi dengan mesin yang
dapat menggetarkan beberapa plat sekaligus. Mesin seperti ini dapat
digunakan di tempat-tempat dimana ruang geraknya lebih leluasa tetapi
tidak cukup leluasa untuk penggilas getar yang besar.
METODOLOGI PENELITIAN
Persiapan
1. Sebelum menentukan tempat pengambilan material sirtu (pasir batu),
pertama kali kita lakukan adalah survey beberapa quarry secara visual
kualitas dan volume sudah mencukupi untuk kebutuhan material di proyek.
Kualitas jenis bahan bisa diprediksi kekerasan dan keausannya dari
pengalaman pada pengujian.
2. Menentukan lokasi (base camp) untuk penyimpanan material sebelum diolah
maupun sesudah diolah.
3. Pembangunan mesin pemecah batu (stone crusher) untuk memecah batu
secara mekanis untuk mendapatkan keseragaman gradasi, ukuran maksimum
butiran pecah bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 25
III.3 Pemisahan Sirtu dan Batu Pecah dari Stone Crusher
Pemasangan screen pada mulut jaw, ukuran screen di sesuaikan dengan
kebutuhan, untuk pembuatan agregat kelas A dipakai screen 1 1/2 inch, dan
untuk agregat kelas B screen yang digunakan 2 inch. Material yang lolos bisa
dinamakan material sirtu (rounded Material), dan bagian yang tertahan akan
jatuh di Jaw untuk di pecah sesuai ukuran yang kita inginkan. Artinya bahwa
material hasil dari stone crusher menjadi dua stock pile yaitu pile sirtu dan pile
batu pecah.
III.4 Pengujian Bahan dan Pembuatan JMF
Sampling bahan / material hasil dari mesin pemecah batu bersama-sama teknisi
proyek, konsultan supervisi dan kontraktor untuk diuji kualitas, dan penentuan
komposisi masing-masing. Macam-macam pengujiannya adalah:
1) Tes Abrasi material kasar
2) Analisa Saringan
3) Pemeriksaan Specific Grafity (SPGR), dan penyerapan air (Absorption).
4) Penentuan komposisi
5) Pemeriksaan batas-batas Atterberg
6) Pemeriksaan bagian yang lunak
7) Pemeriksaan kepadatan laboratorium
8) Pemeriksaan CBR laboratorium
Dan untuk menghitung kemampuan produksi dilakukan pengujian /
pengukuran:
a) Kalibrasi volume produksi
b) Berat isi material
III.5 Pencampuran Agregat A dan Agregat B
Setelah JMF selesai dan disetujui oleh Proyek, Konsultan Supervisi dan
Kontraktor, maka dipakailah komposisi hasil percobaan (JMF). Pencampuran
bahan unutuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan di lokasi
instalasi pemecah batu atau pencampur yang di setujui, dengan menggunakan
pemasok mikanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus
dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar. Untuk metode
26 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
pencampuran yang dipakai adalah perbandingan volume mengingat perlatan
untuk pencampuran (blending) yang dipakai adalah bucket loader. Kedua fraksi
agregat itu ditakar, dicampur dan diaduk dengan loader untuk mendapatkan
keseragaman gradasi. Penyimpanan material disarankan tidak melebihi
ketinggian 5 meter untuk mencegah terjadinya segregasi. Dalam kondisi apaun
tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.
III.6 Pengujian Agregat A dan B Sebelum Dibawa Ke Lapangan
Material bisa dibawa ke lapangan apabila sudah dilakukan kontrol pengujian
bersama teknisi proyek, konsultan supervisi dan kontraktor. Pengujian bisa
dilakukan sejak volume campuran 200 m, namun ketentuan yang ada tidak
lebih dari 1000 m sudah dilakukan pengujian di antaranya :
1) Analisa Saringan (sebanyak 5 kali pengujian)
2) Indeks Plastisitas (sebanyak 5 kali pengujian)
3) Pengujian Kepadatan Laboratorium (sebanyak 5 kali pengujian)
4) Pengujian CBR kalau diperintahkan oleh Direksi
III.7 Pengiriman Material
Jika uji kontrol sudah memenuhi syarat spesifikasi material sudah siap di angkut
ke lapangan. Untuk pengiriman material menunggu konfirmasi dari Direksi
lapangan untuk memastikan lokasi penempatan dan volume yang akan dikirim.
Dari base camp campuran material dinaikkan dengan loader ke atas dump truck
dan dikirim ke lapangan sesuai dengan lokasi dan formasi yang sudah
dipersiapkan.
III.8 Penghamparan dan Pemadatan
Material yang didrop di lapangan dihampar dengan alat motor grader dengan
ketebalan dan kemiringan yang direncanakan. Setiap lapis harus dihampar pada
suatu operasi dengan tekanan merata agar menghasilkan tebal padat yang
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 27
diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih satu
lapis maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya. Tebal padat
minimum untuk setiap lapisan tidak kurang dari dua kali ukuran terbesar agregat
lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm. Pemadatan
harus dilakukan hanya bila kadar air berada dalam rentang 3 % dibawah kadar
optimum sampai 1 % di atas kadar aiar optimum. Untuk langkah awal perlu
dilakukan percobaan pemadatan untuk mengetahui persentase penurunan
gembur menjadi padat. Dengan kapasitas alat yang dipakai juga dicoba untuk
mengetahui jumlah lintasan alat tersebut agar mencapai kepadatan minimum 100
%. Penghamparan selanjutnya sudah mempunyai acuan lintasan pemadatan dan
penghamparan gembur. Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi
dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, pada bagian yang
bersuperelevasi penggilasan dimulai dari bagian yang terendah dan bergerak
sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus
dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut
terpadatkan secara merata. Jika ada lokasi yang tidak dapat di jangkau dengan
pemadat besar, maka dilaksanakan dengan alat pemadat yang disetujui oleh
Direksi.
III.9 Pengujian Kepadatan Lapangan
Setelah selesai pemadatan, langkah selanjutnya pengecekan elevasi memanjang
dan melintang, apakah sudah memenuhi dari ketebalan rencana. Apabila masih
kurang atau lebih supaya dilakukan perbaikan. Jika dari pengukuran elevasi
sudah mencukupi bisa dilanjutkan dengan pengujian kepadatan lapangan dengan
kerucut pasir (sand cone). Pengujian harus dilakukan sampai seluruh kedalaman
lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak
berselang lebih 200 meter.
Apabila hasil kepadatan tidak masuk maka perlu pengerjaan ulang, dan jika
sudah memenuhi syarat kontraktor bisa mengajukan pekerjaan selanjutnya.
III.10 Pelaporan
28 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
Untuk semua hasil pengujian dilaporkan dalam format standar sesuai dengan
jenis pengujiannya. Proyek, konsultan supervisi dan kontraktor masing-masing
harus punya arsip data pengujian yang telah dilaksanakan. Dan menyatakan
bahwa kualitas pekerjaan yang sudah di uji memenuhi syarat dan bisa diterima
dengan melaporkaan hasil pemeriksaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan Abrasi
Pemeriksaan ini untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan
dengan mempergunakan mesin Los Angeles. Keausan tersebut dinyatakan dengan
perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan no. 12 terhadap berat semula,
dalam persen.
1. Perlatan :
a) Mesin Los Angeles.
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan
diameter 71 cm (28) panjang dalam 50 cm (20). Silinder bertumpu pada
dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada proses mendatar.
Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji. Penutup lubang
terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu.
Dibagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 8,9
cm (3,56).
b) Sarigan no. 12 dan saringan-saringan lainya seperti tercantum dalam daftar
:
Tabel : IV. 1.
Ukuran saringan Berat dan gradasi benda uji (gram)
Lewat
(mm)
Tertahan
(mm)
A B C D E F G
76,2 63,5 2500
63,5 50,8 2500
50,8 38,1 5000 5000
38,1 25,4 1250 5000 5000
25,4 19,05
1250
5000
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 29
19,05 12,7
1250
2500
12,7 9,51
1250
2500
9,51 6,35 2500
6,35 4,75 2500
4,75 2,36 5000
Jumlah bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat bola (gram)
5000
25
4584
25
3330
20
2500
25
5000
25
5000
25
5000
25
c) Timbangan, dengan ketelitian 5 gram.
d) Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1) dan berat masing-
masing antara 390 445 gram.
e) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
5)C.
2. Benda uji :
a) Berat dan gradasi benda uji sesuai dengan tabel IV.1.1b)
b) Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (110 5)C
sampai berat tetap.
3. Cara melakukan :
a) Benda uji dan bola-bola baja dimasukkan kedalam mesin Los Angeles.
b) Putar mesin dengan kecepatan 30 33 rpm, 500 putaran untuk gradasi A,
B, C dan D ; 1000 putaran untuk gradasi E, F dan G.
c) Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring
dengan saringan no. 12. butiran yang tertahan diatasnya dicuci bersih,
slanjutnya dikeringkan dalam oven suhu (110 5)C sampai berat tetap.
4. Perhitungan :
Keausan =
a = berat benda uji semula (gram)
b = berat benda uji tertahan saringan no. 12 (gram)
5. Pelaporan :
Keausan dilaporkan sebagai bilangan bulat dalam persen.
a b
a
x 100 %
30 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
6. Catatan :
IV.2 Pemeriksaan Gumpalan Lempung dan Butiran Mudah Pecah Dalam Agregat
Pemeriksaan ini untuk mengetahui kadar lempung yang menggumpal dan bahan
yang mudah pecah sehingga menjadi ukuran lebih kecil dari ukuran semula.
1. Peralatan :
a) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
5)C.
b) Saringan ukuran ; 1, 1, , , no. 4, no. 16, no. 20, no. 200.
c) Talam.
d) Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
yang ditimbang.
2. Benda uji :
Bahan yang sudah mengalami pengujian analisa saringan lolos saringan no.
200.
3. Cara melakukan :
a) Keringkan material yang tertahan no. 200 dalam oven (110 5)C hingga
berat tetap.
b) Material dipisahkan dan timbang sebagai berikut :
Lolos 1 tertahan 1 = 5000 gram
Lolos 1 tertahan = 3000 gram
Lolos tertahan = 2000 gram
Lolos tertahan no. 4 = 1000 gram
Lolos no. 4 tertahan no. 16 = 100 gram
c) Rendam material dalam pan hingga (24 4) jam.
d) Remas-remas batu tersebut dengan ujung jari kemudian saring dengan
saringan masing-masing : no. 4, no. 4, no.4, no.8, no. 20.
e) Keringkan material dalam oven (110 5)C hingga berat tetap.
f) Timbang dan catat beratnya.
4. Perhitungan :
a b
a
x 100 %
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 31
Gumpalan lempung dan =
Material mudah pecah
a = berat benda uji semula (gram)
b = berat benda uji tertahan saringan yang ditentukan (gram)
5. Pelaporan :
Gumpalan lempung dan material mudah pecah dilaporkan sebagai bilangan
bulat dalam persen.
6. Catatan:
IV.3 Analisa Saringan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.
1. Peralatan :
a) Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
b) Satu set Saringan ; 2 ; 1 1/2 ; 1 ; 3/8 ; # 4 ; # 10 ; # 40 ; # 200 (standar
ASTM)
c) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
5)C.
d) Alat pemisah contoh.
e) Mesin pengguncang saringan.
f) Talam-talam
g) Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.
2. Benda Uji :
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat. Kebutuhan
jumlah berat contoh minimum disesuaikan dengan ukuran gradasi maksimum
yang ditentukan pada tabel Lampiran A.
3. Cara melakukan
a) Benda uji dikeringkan didalan oven dengan suhu (110 5)C, sampai berat
tetap.
b) Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling
besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau
mesin pengguncang selama 15 menit
32 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
4. Perhitungan :
Prosentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan
terhadap berat total benda uji.
IV.4 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
Pemeriksaan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat jenis kering permukaan
jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu (apparent) dari agregat
kasar.
1. Peralatan :
a) Keranjang kawat ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm (no. 6 atau no. 8) dengan
kapasitas kira-kira 5 kg.
b) Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan.
Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu
tetap.
c) Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
d) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
5)C.
e) Alat pemisah contoh.
f) Saringan no. 4.
2. Benda uji :
Agregat yang tertahan saringan no. 4 diperoleh dari alat pemisah contoh atau
cara perempat, sebanyak kira-kira 5 kg.
3. Cara melakukan :
a) Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang
melekat pada permukaan.
b) Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 105C. sampai berat tetap.
c) Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1 3 jam, kemudian timbang
dengan ketelitian 0,5 gram (Bk).
d) Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 4 jam.
e) Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air
pada permukaan hilang (SSD), untuk butiran yang besar pengeringan harus
satu persatu.
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 33
f) Timbang benda uji kering-permukaan jenuh (Bj).
g) Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangkan batunya untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya dalam air (Ba).
Ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25C).
4. Perhitungan :
a) Berat jenis (Bulk Specific Grafity) =
b) Berat jenis kering-permukaan jenuh =
(Saturated Surface Dry)
c) Berat jenis semu (Apparent Specific Grafity) =
d) Penyerapan (Absorption) =
Bk = berat benda uji kering oven, (gram).
Bj = berat benda uji kering-permukaan jenuh, (gram).
Ba = berat benda uji kering-permukaan jenuh didalam air, (gram).
5. Pelaporan :
Hasil dilaporkan dalam bilangan desimal sampai dua angka dibelakang koma.
6. Catatan :
Bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan beton
dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air aslinya maka tidak perlu
pengeringan dengan oven.
IV.5 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Pemeriksaan untuk menentukan berat jenis (bulk),berat jenis kering permukaan
jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu (apparent) dari agregat
halus.
1. Peralatan :
a) Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.
b) Piknometer dengan kapasitas 500 ml.
c) Kerucut terpancung (cone), diameter bagian atas (40 3) mm, diameter
bagian bawah (90 3) mm dan tinggi (75 3) mm dibuat dari logam tebal
minimum 0,8 mm.
Bk
Bj - Ba
Bj
Bj - Ba
Bk
Bk - Ba
Bj - Bk
Bk
x 100 %
34 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
d) Batang penumbuk yang mempunyai penumbuk rata, berat (340 15)
gram. Diameter permukaan penumbuk (25 3) mm.
e) Saringan no. 4.
f) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
5)C.
g) Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1C.
h) Talam.
i) Bejana tempat air.
j) Pompa hampa udara (vacuum pump) atau tungku.
k) Air suling.
l) Desikator.
2. Benda uji :
Agregat yang lolos saringan no. 4 diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara
perempat, sebanyak 1000 kg.
3. Cara melakukan :
a) Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 5)C, sampai berat
tetap. Yang dimaksud dengan berat tetap adalah keadaan berat benda uj
selama tiga kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan
selang waktu 2 jam berturut-turut, tidak akan mengalami perubahan, kadar
air lebih besar daripada 0,1 %. Dinginkan pada suhu ruang, kemudian
rendam dalam air selama (24 4) jam.
b) Buang air perendam hati-hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan
agregat diatas talam, keringkan diudara panas dengan cara membalik-
balikkan benda uji. Lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan kering-
permukaan jenuh.
c) Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji
kedalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk sebanyak
25 kali, angkat kerucut terpancung. Keadaan kering-permukaan jenuh
tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak.
d) Segera setelah tercapai keadaan kering-permukaan jenuh masukkan 500
gram benda uji kedalam picnometer. Masukkan air suling sampai
mencapai 90 % isi picnometer, putar sambil diguncang sampai tidak
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 35
terlihat gelembung udara didalamnya. Untuk mempercepat proses ini dapat
dipergunakan pompa hampa udara, tetapi harus diperhatikan jangan sampai
ada air yang ikut terisap, dapat juga dilakukan dengan merebus
picnometer.
e) Rendam picnometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian
perhitungan kepada suhu standar 25C.
f) Tambahkan air sampai mencapai tanda batas.
g) Timbang picnometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram
(Bt).
h) Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 5)C
sampai berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam desikator.
i) Setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (Bk).
j) Tentukan berat picnometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna
penyesuaian dengan suhu standar 25C (B).
4. Perhitungan :
k) Berat jenis (Bulk Specific Grafity) =
l) Berat jenis kering-permukaan jenuh =
(Saturated Surface Dry)
m) Berat jenis semu (Apparent Specific Grafity) =
n) Penyerapan (Absorption) =
Bk = berat benda uji kering oven, (gram).
B = berat picnometer berisi air, (gram).
Bt = berat picnometer berisi benda uji dan air, (gram).
500 = berat benda uji dalam keadaan kering-permukaan jenuh, (gram).
5. Pelaporan :
Hasil dilaporkan dalam bilangan desimal sampai dua angka dibelakang koma.
6. Catatan :
Bk
(B + Bk Bt)
(500 Bk)
Bk
x 100 %
500
(B + 500 Bt)
Bk
(B + 500 Bt)
36 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
IV.6 Berat Isi Agregat
Pemeriksaan ini untuk menentukan berat isi agregat halus, kasar atau campuran.
Berat isi adalah perbandingan berat dan isi.
1. Peralatan :
a) Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh.
b) Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
c) Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat
sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
d) Mistar perata (straight edge).
e) Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang.
2. Benda uji :
Masukkan contoh agregat kedalam talam, keringkan dalam oven dengan suhu
(110 5)C, sampai berat tetap dan gunakan sebagai benda uji.
3. Cara melakukan :
a) Berat isi lepas.
i. Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
ii. Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan
butir-butir, dari ketinggian maksimum 5 cm diatas wadah dengan
menggunakan sendok atau sekop sampai penuh.
iii. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
iv. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2).
v. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 W1).
b) Berat isi padat agregat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1) dengan
cara penusukan.
i. Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
ii. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap
lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali secara
merata. Pada pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai pada
lapisan bawah tiap tiap lapisan.
iii. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
iv. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2).
v. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 W1).
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 37
c) Berat isi padat agregat ukuran butir antara 38,1 mm (1) sampai 101,6
mm (4) dengan cara penggoyangan.
i. Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
ii. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
iii. Padatkan setiap lapisan dengan cara menggoyang-goyangkan wadah
seperti berikut :
a) Letakkan wadah diatas tempat yang datar, angkatlah salah satu
sisinya kira-kira setinggi 5 cm kemudian lepaskan.
b) Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan. Padatkan setiap lapisan
sebanyak 25 kali setiap sisi.
iv. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
v. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2).
vi. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 W1).
4. Perhitungan :
V = isi wadah (cm)
5. Pelaporan :
Laporkan berat isi agregat dalam satuan gram/cm
6. Catatan :
Wadah sebelum digunakan harus dikalibrasi untuk mengetahui volumenya.
IV.7 Pemeriksaan Batas-batas Atterberg
Pemeriksaan ini untuk menentukan kadar air suatu tanah pada batas cair. Batas
cair ialah kadar air batas dimana suatu suatu tanah berobah dari keadaan cair
menjadi keadaan plastis.
1. Peralatan :
a) Alat batas cair standard.
b) Alat pembuat alur (grooving tool).
c) Sendok dempul.
d) Pelat kaca 45 x 45 x 0,9 cm.
e) Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
f) Cawan kadar air minimal 4 buah.
Berat isi agregat =
W3
V
gram/cm
38 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
g) Spatula dengan panjang 12,5 cm.
h) Botol tempat air suling.
i) Air suling.
j) Oven, yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi sampai
(110 5)C.
2. Benda uji :
a) Jenis-jenis tanah yang tidak mengandung batu dan hampir semua
butirannya lebih halus dari saringan 0,42 mm (no. 40). Dalam hal ini benda
uji tidak perlu dikeringakan dan tidak perlu disaring dengan saringan 0,42
mm (no. 40).
b) Jenis-jenis tanah yang mengandung batu, atau banyak mengandung butiran
yang lebih kasar dari saringan 0,42 mm (no. 40). Keringkan contoh di
udara sampai bisa disaring. Ambil benda uji yang lewat saringan 0,42 mm
(no. 40).
3. Cara melakukan :
a) Letakkan 100 gram benda uji yang sudah dipersiapkan didalam pelat kaca
pengaduk.
b) Dengan menggunakan spatula, aduklah benada uji tersebut dengan
menambah air suling sedikit demi sedikit, sampai homogen.
c) Setelah contoh menjadi campuran yang merata, ambil sebagian benda uji
ini dan letakkan diatas mangkok alat batas cair, ratakan permukaannya
sedemikian sehingga sejajar dengan dasar alat, bagian yang paling tebal
harus 1 cm.
d) Buatlah alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkok itu,
dengan menggunakan alat pembuat alur (grooving tool) melalui garis
tengah pemegang mangkok dan simetris. Pada waktu membuat alur posisi
alat pembuat alur (grooving tool) harus tegak lurus permukaan mangkok.
e) Putarlah alat sedemikian, sehingga mangkok naik / jatuh dengan kecepatan
2 putaran per detik. Pemutaran ini dilakukan terus sampai dasar alur benda
uji bersinggungan sepanjang kira-kira 1,25 cm dan catat jumlah
pukulannya waktu bersinggungan.
f) Ulangi pekerjaan (c) sampai dengan (e) beberapa kali sampai diperoleh
jumlah pukulan yang sama, hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan apakah
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 39
pengadukan contoh sudah betul-betul merata kadar airnya. Jika ternyata
pada 3 kali percobaan telah diperoleh jumlah pukulan sama, maka
ambillah benda uji langsung dari mangkok pada alur, kemudian masukkan
kedalam cawan yang telah dipersiapkan. Maka periksalah kadar airnya.
g) Kembalikan benda uji di atas kaca pengaduk, dan mangkok batas cair
dibersihkan. Benda uji diaduk kembali dengan merobah kadar airnya.
Kemudian langkah (b) sampai (f) minimal 3 kali berturut-turut dengan
variasi kadar air yang berbeda, sehingga akan diperoleh perbedaan jumlah
pukulan sebesar 8 10.
4. Perhitungan :
Hasil-hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air yang
bersangkutan kemudian digambarkan dalam bentuk grafik. Jumlah pukulan
sebagai sumbu mendatar dengan skala logaritma, sedang besarnya kadar air
sebagai sumbu tegak dengan skala biasa.
5. Pelaporan :
Catatlah pada formulir laboratorium, benda uji yang diperiksa dalam keadaan
asli atau telah kering udara, disaring atau tidak. Hasil dilaporkan sebagai
bilangan bulat.
6. Catatan :
a) Alat-alat yang skan dipakai harus diperiksa dulu sebelum dipakai dan
harus dalam keadaan bersih dan kering.
i. Periksa tinggi jatuh mangkok alat batas cair apakah sudah tepat 1,0 cm
mangkok ini harus bersih, kering dan tidak goyang.
ii. Alat pembuat alur harus bersih, kering dan tidak aus.
iii. Cawan kadar air yang akan dipakai diberi tanda kemudian ditimbang
untuk menentukan beratnya.
b) Beberapa jenis lempung akan mengalami kesulitan untuk diaduk dan
kadang-kadang jika terlalu banyak atau lama pengadukannya akan berubah
sifat. Agar pengadukan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih
cepat, maka adukan disimpan dulu dan ditutup dengan kain basah atau
contoh yang telah disiapkan direndam dulu selama 24 jam.
c) Beberapa jenis tanah lempung menunjukkan bahwa pada waktu pemukulan
ternyata bersingungan alur disebabkan karena kedua bagian massa tanah
40 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
diatas mangkok bergeser terhadap permukaan mangkok, sehingga jumlah
pukulan yang didapat lebih kecil. Jumlah pukulan yang betul adalah jika
proses berhimpitnya dasar alur disebabkan massa tanah seolah-olah
mengalir dan bukan karena bergeser. Kalau ternyata terjadi pergeseran,
maka percobaan harus diulangi beberapa kali dengan kadar air berbeda,
dan kalau masih terjadi pergeseran ini maka harga batas cair ini tidak dapat
diperoleh.
d) Selama berlangsungnya percobaan pada kadar air tertentu benda uji tidak
boleh dibiarkan mengering atau terjadi perubahan kadar air.
e) Untuk memperoleh hasil yang teliti, maka jumlah pukulan diambil antara
40 30, 30 20, 20 10, sehingga akan memperoleh 3 titik.
f) Alat pembuat alur Casagrande dipergunakan untuk tanah kohesive. Alat
pembuat alur ASTM untuk tanah yang kepasiran.
IV.8 Percobaan Pemadatan Modified
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan
kepadatan tanah dengan memadatkan didalam cetakan silinder berukuran tertentu
dengan menggunakan alat penumbuk 4,54 kg (10 lbs) dan tinggi tatuh 45,7 cm
(18).
Pemeriksaan kepadatan dibagi dalam 4 cara sebagai berikut :
Cara A : Cetakan diameter 102 mm (4) bahan lewat saringan 4,75 mm (no.4)
Cara B : Cetakan diameter 152 mm (6) bahan lewat saringan 4,75 mm (no.4)
Cara C : Cetakan diameter 102 mm (4) bahan lewat saringan 19 mm ()
Cara D : Cetakan diameter 152 mm (6) bahan lewat saringan 19 mm ()
Bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan maka ditetapkan cara A atau D.
1. Peralatan :
a) Cetakan diameter 102 mm (4) kapasitas 0,000943 0,000008 m (0,333
0,0003 cu.ft) dengan diameter dalam 101,6 0,406 mm (4,000 0,016)
tinggi 116,43 0,1270 mm (4,584 0,005).
b) Cetakan 152 mm (6) kapasitas 0,002124 0,000021 m (0,07500
0,00075 cu.ft) dengan diameter dalam 152,4 0,6609 mm (6,000
0,024) tinggi 116,43 0,1270 mm (4,584 0,005).
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 41
Cetakan-cetakan harus dari logam yang mempunyai dinding teguh dan
dibuat sesuai dengan ukuran di atas. Cetakan harus dilengkapi dengan
leher sambungan, dibuat dari bahan yang sama dengan tinggi lebih kurang
60 mm (2 ) yang dipasang kuat-kuat dan dapat dilepaskan.
Cetakan-detakan yang telah dipergunakan beberapa lama sehingga tidak
memenuhi syarat toleransi di atas, masih dapat dipergunakan bila toleransi
tersebut tidak dilampaui lebih dari 50 %.
c) Alat penumbuk :
i. Alat penumbuk tangan dari logam yang mempunyai permukaan
tumbuk rata, diameter 50,8 0,127 mm (2,000 0,005), toleransi
0,013 mm (0,005) dan berat 4,5359 0,0081 kg. Alat penumbuk
dilengkapi dengan selubung yang bisa mengatur tinggi jatuh secara
bebas setinggi 457,2 1,524 mm.
ii. Dapat juga dipergunakan alat penumbuk mekanis, dari logam yang
dilengkapi alat pengontrol tinggi jatuh bebas 457,2 1,524 mm di atas
permukaan.
Alat penumbuk harus mempunyai permukaan tumbuk yang rata
berdiameter 50,8 0,127 mm (2,000 0,005) dan berat 4,5359
0,0081 kg.
d) Alat pengeluar contoh.
e) Timbangan kapasitas kira-kira 11,5 kg dengan ketelitian sampai 5 gram.
Neraca kapasitas minimal 1 kg dengan ketelitian 0,1 gram.
f) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
5)C.
g) Alat perata dari besi (straight edge) panjang 25 cm, salah satu sisi
memanjang harus tajam dan sisi lain datar (0,01 % dari panjang).
h) Saringan 50 mm (2), 19 mm () dan 4,75 mm (no.4).
i) Talam, alat pengaduk dan sendok.
2. Benda uji :
a) Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam keadaan
lembab, keringkan contoh tersebut sehingga menjadi gembur.
42 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
Pengeringan dapat dilakukan di udara atau dengan alat pengering lain
dengan suhu tidak melampaui 60C. Kemudian gumpalan tanah tersebut
ditumbuk tetapi butir aslinya tidak pecah. Untuk cara D tanah yang sudah
dihancurkan disaring dalam saringan 19 mm ().
b) Benda uji dibagi menjadi 6 bagian, tiap-tiap bagian dicampur dengan air
yang ditentukan dan diaduk sampai merata. Penambahan air diatur
sehingga didapat beda-beda uji sebagai berikut :
i. 3 contoh dengan kadar air kira-kira dibawah kadar air optimum
ii. 3 contoh dengan kadar air kira-kira diatas kadar air optimum
Penambahan kadar air dari benda uji masing-masing antara 1 3 %.
c) Masing-masing benda uji dimasukkan kedalam kantong plastik dan
disimpan selama 12 jam atau sampai kadar airnya merata.
3. Cara melakukan metode D :
a) Timbang cetakan diameter 152 mm (6) dan keping alas dengan ketelitian
5 gram (B1 gram).
b) Cetakan, leher dan keping alas dipasang menjadi satu, dan tempatkan pada
landasan yang kokoh.
c) Ambil dari salah satu dari keenam contoh, diaduk dan dipadatkan didalam
cetakan dengan cara sebagai berikut :
Jumlah tanah yang dipergunakan harus tepat sehingga tinggi kelebihan
tanah yang disyaratkan setelah leher dilepas tidak lebih dari 0,5 cm.
Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk modified 4,54 kg (10 lbs)
dengan tinggi jatuh 45,7 mm (18). Tanah dipadatkan dalam 5 bagian dan
tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan 56 tumbukan.
d) Potong kelebihan tanah dari bagian keliling leher, dengan pisau dan
lepaskan leher sambung.
e) Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan tanah sehingga betul-
betul rata dengan permukaan cetakan.
f) Timbang cetakan berisi benda uji beserta keping alas dengan ketelitian 5
gram (B2 gram).
g) Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan alat
pengeluar benda uji (extruder) dan potong sebagian kecil dari contoh pada
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 43
keseluruhan tingginya untuk pemeriksaan kadar air. Tentukan kadar air
(W) benda uji sesuai dengan SNI 03-1971-1990
4. Perhitungan :
a) Hitung berat isi basah dengan mempergunakan rumus :
= berat isi basah (gr/cm).
B1 = berat cetakan + keping alas (gr).
B2 = berat cetakan + keping alas dan benda uji (gr).
V = isi cetakan (cm).
b) Hitung berat isi basah dengan mempergunakan rumus :
= berat isi kering (gr/cm).
W = kadar air (%)
5. Pelaporan :
Gambarkan grafik berat isi tanah kering terhadap kadar air dari hasil
percobaan. Kemudian gambarkan sebuah kurva yang halus, yang paling
mendekati dengan titi-titik yang digambarkan dantentukan berat isi kering
maksimum dan kurva tersebut dengan ketelitian 0,01 gram/cm. Kadar air
yang sesuai dengan berat isi kering maksimum ini adalah kadar air optimum
dan harus dicatat dengan ketelitian 0,5 %. Setelah diketahui Wopt dan d
maksimum gambarlah zero air voids line dengan rumus :
d = berat isi kering (gr/cm).
G = berat jenis agregat (gr/cm).
d = berat isi kering (gr/cm).
W = kadar air (%)
Grafik pemadatan tidak boleh memotong zero air voids line dan pada harga
kadar air yang tinggi menjadi sejajar dengan garis tersebut.
Laporan harus mencantumkan :
B2 B1
V
=
(gr/cm)
+ 100
100 + W
=
(gr/cm)
G. w
1 + G .W
=
(gr/cm)
44 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
a) Cara yang dipergunakan (cara A, B, C atau D).
b) Bila cara C dan D yang dipergunakan apakah bahan tertahan saringan 19
mm () dibuang atau diganti.
6. Catatan :
a) Tanah yang telah dipadatkan dapat dipergunakan lagi untuk percobaan bila
butir tanah tidak pecah akibat penumbukan.
b) Untuk cara C dan D bila diinginkan supaya prosentase bahan kasar lewat
saringan 50 mm(2) dan tertahan 4,75 mm (no. 4) dipertahankan sama
seperti keadaan aslinya di lapangan, maka material yang tertahan saringan
19 mm () harus diganti sebagai berikut :
Bahan yang lewat saringan 50 mm (2) dan tertahan saringan 19 mm ()
diganti dengan bahan yang lewat 19 mm () tertahan saringan 4,75 mm
(no. 4) dengan jumlah yang sama. Bahan pengganti di ambil dari sisa.
IV.9 Pemeriksaan CBR Laboratorium
Pemeriksaan ini untuk menentukan CBR (California Bearing Ratio) perbandingan
antara beban penetrasi suatu bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan
penetrasi yang sama, agregat yang dipadatkan dilaboratorium pada kadar air
tertentu.
1. Peralatan :
a) Mesin penetrasi (loading machine) berkapasitas sekurang-kurangnya 4,45
ton ( 10.000 lbs) dengan kecepatan penetrasi sebesar 1,27 mm (0,05) per
menit.
b) Cetakan logam berbentuk silinder dengan diameter dalam 152,4 0,6609
mm (6 0,0026) dengan tinggi 177,8 0,13 mm (7 0,005). Cetakan
harus dilengkapi dengan leher sambung dengan tinggi 50,8 (2) dan
keeping atas logam yang berlubang-lubang dengan tebal 9,53 mm() dan
diameter lubang tidak lebih dari 1,59 mm(1/16).
c) Piringan pemisah dari logam (spacer disk) dengan diameter 150,8 mm (5
15/16) dan tebal 61,4 mm (2,416).
d) Alat penumbuk sesuai dengan cara pemadatan SNI 03-1743 -1989
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 45
e) Alat pengukur pengembangan (swell) yang terdiri dari keeping
pengembangan yang berlubang-lubang dengan batang pengatur, tripod
logam, dan arloji penunjuk.
f) Keping beben dengan berat 2,27 kg (5 pound), diameter 194,2 mm (5 7/8)
dengan lubang tengah diameter 54,0 mm (2 1/8).
g) Torak penetrasi dari logam berdiameter 49,5 mm (1,95), luas 1935 mm
(3 inc) dan panjang tidak kurang dari 101,6 mm (4).
h) Satu buah arloji beban dan satu buah arloji pengukur penetrasi.
i) Peralatan lain seperti talam, alat perata , tempat untuk merendam.
j) Alat timbang sesuai SNI 03-1743 -1989
2. Benda uji :
Benda uji harus dipersiapkan menurut cara pemeriksaan kepadatan SNI 03-
1743-1989
a) Ambil contoh kira-kira seberat 5 kg atau lebih untuk tanah dan 5,5 kg
untuk campuran tanah agregat.
b) Kemudian campur bahan tersebut dengan air sampai kadar optimum atau
kadar air lain yang dikehendaki.
c) Pasang cetakan pada keeping alas dan timbang. Masukkan piringan
pemisah (spacer disk) diatas keeping alas dan pasang kertas saring
diatasnya.
d) Padatkan bahan tersebut didalam cetakan sesuai dengan cara B atau D dari
pemeriksaan pemadatan SNI 03-1743 -1989. Bila benda uji akan direndam
periksa kadar airnya sebelum dipadatkan. Bila benda uji tersebut tidak
direndam, pemeriksaan kadar air dilakukan setelah benda uji dikeluarkan
dari cetakan.
e) Buka leher sambung dan ratakan dengan alat perata. Tambal lubang-
lubang yang mungkin terjadi pada permukaan karena lepasnya butir-butir
kasar dengan yang lebih halus. Keluarkan piringan pemisah, balikkan dan
pasang kembali cetakan barisi benda uji pada keping alas dan timbang.
f) Untuk pemeriksaan CBR langsung, benda uji ini telah siap untuk diperiksa.
Bila dikehendaki CBR yang direndam (soaked CBR) harus dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
46 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
i. Pasang keping pengembangan di atas permukaan benda uji dan
kemudian pasang keping pemberat yang di kehendaki (seberat 4 kg
[10 lbs]) atau sesuai dengan keadaan beban perkerasan.
Rendam cetakan beserta beban di dalam air sehingga air dapat meresap
dari atas maupun dari bawah .
Pasang tripod beserta arloji pengukur pengembangan. Catat pembacaan
pertama dan biarkan benda uji selama 96 jam.
Permukaan air selama perendaman harus tetap (kira-kira 2,5 cm di atas
permukaan permukaan benda uji).
Tanah berbutir halus atau berbutir kasar yang dapat melakukan adu
lebih cepat dapat direndam dalam waktu yang lebih singkat sampai
pembacaan arloji tetap. Pada akhir perendaman catat pembacaan dan
pengembangan.
ii. Keluarkan cetakan dari bak air dan miringkan selama 15 menit
sehingga air bebas mengalir habis. Jagalah agar selama pengeluaran air
permukaan benda uji tidak terganggu.
iii. Ambil beban dari keping alas, kemudian cetakan bersama isinya
ditimbang. Benda uji CBR yang direndam telah siap untuk diperiksa.
3. Cara melakukan :
a) Letakkan keping pemberat diatas permukaan benda uji seberat minimal 4,5
kg (10 pound) atau sesuai dengan beban perkerasan.
b) Untuk benda uji yang direndam beban harus sama dengan beban yang
dipergunakan waktu perendaman.
Letakkan pertama-tama keping pemberat 2,27 kg (5 pound) untuk
mencegah mengembangnya permukaan benda uji pada bagian lubang
keping pemberat. Pemberat selanjutnya dipasang setelah torak disentuhkan
pada permukaan benda uji.
c) Kemudian atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji
beban menunjukkan beban permulaan sebesar 4,5 kg (10 pound).
Pembebanan permulaan ini diperlukan untuk menjamin bidang sentuh
yang sempurna antara torak dengan permukaan benda uji.
Kemudian arloji penunjuk beban dan arloji pengukur penetrasi dinolkan
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 47
d) Berikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi
mendekati kecepatan 1,27 mm/menit.
Catat pembacaan pembebanan pada penetrasi 0,312 mm (0,00125), 0,62
mm (0,025), 1,25 mm (0,05), 0,187 mm (0,075), 2,5 mm (0,10), 3,75
mm (0,15), 5 mm (0,20), 7,5 mm (0.30), 10 mm (0,40) dan 12,5 mm
(0,50).
e) Catat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum
terjadi sebelum penetrasi 12,50 mm (0,50).
f) Keluarkan benda uji dari cetakan dan tentukan kadar air dari lapisan atau
benda uji setebal 25,4 mm.
g) Pengambilan benda uji untuk kadar air dapat diambil dari seluruh
kedalaman bila diperlukan kadar air rata-rata. Benda uji untuk pemeriksaan
kadar air sekurang-kurangnya 100 gram untuk tanah berbutir halus atau
sekurang-kurangnya 500 gram untuk tanah berbutir kasar.
4. Perhitungan :
a) Pengembangan (swell) ialah perbandingan antara perubahan tinggi selama
perendaman terhadap tinggi benda uji semula dinyatakan dengan prosen.
b) Hitung pembebanan dalam kg (lbs), dan gambarkan grafik beban terhadap
penetrasi. Pada beberapa keadaan permulaan dari kurva beban cekung
akibat dari ketidak teraturan permukaan atau sebab-sebab lain. Dalam
keadaan ini titik nol-nya harus dikoreksi.
c) Dengan menggunakan harga-harga beban yang sudah dikoreksi pada
penetrasi 2,54 mm (0,1) dan 5,08 mm (0,2) hitung harga CBR dengan
cara membagi beban standar masing-masing 70,31 kg/cm (1000 psi) dan
105,47 kg/cm (1500 psi) dan kalikan dengan 100 harga CBR diambil
harga pada penetrasi 2,54 mm (0,1). Umumnya harga CBR diambil pada
penetrasi 0,1. Bila harga yang didapat pada penetrasi 5,08 mm(0,2)
ternyata lebih besar pecobaan itu diulangi.
Apabila percobaan ulangan ini masih tetap menghasilkan nilai CBR pada
penetrasi 5,08 mm lebih besar dari nilai CBR pada penetrasi 2,54 mm
(0,10) maka harga CBR diambil harga pada penetrasi 5,08 mm (0,20).
Bila beban maksimum dicapai pada penetrasi sebelum 5,08 mm (0,20)
48 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
maka harga CBR diambil dari beban maksimum dengan beban standar
yang sesuai.
5. Pelaporan :
Laporan harus mencantumkan hal-hal seperti berikut :
a) Cara yang dipakai untuk mempersiapkan dan memadatkan benda uji.
Cara B atau D menurut pemadatan SNI 03-1743 -1989.
b) Keadaan benda uji (direndam atau tidak direndam).
c) Berat isi kering uji sebelum direndam.
d) Berat kering benda uji setelah direndam.
e) Kadar air benda uji ( % ) sebelum dan sesudah pemadatan.
f) Kadar air setelah perendaman yang diambil dari lapisan atas benda uji
setebal 25,4 mm (1) atau rata-rata.
g) Pengembangan (swell) dalam persen.
h) Harga CBR (direndam atau tidak direndam) dalam persen.
6. Catatan:
a) Bila dikehendaki harga CBR dapat diperiksa pada kadar air pada berat isi
kering yang berlainan.
b) Untuk menentukan CBR rencana ada beberapa cara diantaranya :
i. Cara menurut buku Penetapan Tebal Perkerasan Bina Marga 0/PD/BM.
ii. Cara AASHTO T - 193 - 74
c) Berat isi kering dihitung dengan kadar air pada waktu perendaman.
d) Bila dikehendaki nilai CBR pada penetrasi 7,5 mm (0,30), 10,0 mm
(0,40) dan 12,5 mm (0,50) bagi besarnya beban pada penetrasi yang
bersangkutan masing-masing dengan 5700 : 6900 dan 7800 pound dan
kalikan dengan 100.
IV.10Tes Kepadatan Lapangan dengan Sand Cone
Pemeriksaan ini untuk menentukan kepadatan di tempat dari lapisan tanah atau
perkerasan yang telah dipadatkan. Alat yang di uraikan di sini hanya terbatas
untuk tanah mengandung butir kasar tidak lebih dari 5 cm.
1. Peralatan :
a) Botol transparan untuk tempat pasir dengan isi lebih kurang 4 liter.
b) Corong Kalibrasi pasir diameter 16,51 cm.
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 49
c) Pelat untuk corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan lubang
bergaris tengah 16,51 cm.
d) Satu buah timbangan dengan kapasitas 20 kg ketelitian sampai 1,0 gram.
e) Satu buah timbangan dengan kapasitas 311 kg ketelitian sampai 0,01 gram.
f) Pasir bersih keras, kering dan bisa mengalir bebas tidak mengandung
bahan pengikat dan bergradasi lewat saringan no. 10 (2 mm) dan tertahan
pada saringan no. 200 (0,075 mm).
g) Peralatan kecil yaitu ; palu, sendok, kuas, pahat dan peralatan untuk
mencari kadar air.
2. Benda uji :
Titik lokasi pengujian pekerjaan timbunan.
3. Cara melakukan :
a) Menentukan isi botol pasir :
i. Timbang alat (botol + corong) = (W1 gram)
ii. Letakkan alat dengan botol di bawah, bukalah kran dan isi dengan air
sampai penuh di atas kran. Tutuplah kran dan bersihkan kelebihan air.
iii. Timbanglah alat yang terisi pasir = (W2 gram), berat air = isi botol
pasir
iv. Lakukan langkah ii dan iii tiga kali dan ambil harga rata-rata dari
ketiga hasil. Perbedaan pengukuran tidak boleh lebih dari 3 cm.
b) Menentukan berat isi pasir :
i. Letakkan alat dengan botol dibawah pada dasar yang rata, tutup kran
dan isi corong pelan- pelan dengan pasir.
ii. Bukalah kran, isi botol sampai penuh dan dijaga agar selama pengisian
corong selalu terisi paling sedikit setengahnya.
iii. Tutup kran, bersihkan kelebihan pasir di atas kran dan timbang = (W3
gram).
c) Menentukan berat pasir dalam corong :
i. Isi botol pelan-pelan dengan pasir secukupnya dan timbang = (W4
gram)
ii. Letakkan alat dengan corong di bawah pada plat corong, pada dasar
yang rata dan bersih.
iii. Buka kran pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir.
50 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
iv. Tutup kran, dan timbanglah alat berisi sisa pasir = ( W5 gram)
v. Hitunglah berat pasir dalam corong = (W4-W5 gram).
d) Menentukan berat isi tanah :
i. Isi botol dengan pasir secukupnya.
ii. Ratakan permukaan tanah yang akan diperiksa. Letakkan pelat corong
pada permukaan yang telah rata tersebut dan kokohkan dengan paku di
keempat sisinya.
iii. Galilah lubang sedalam minimal 10 cm (tidak melampaui tebal satu
hamparan padat).
iv. Seluruh hasil tanah galian dimasukkan kedalam kaleng yang tertutup
yang telah diketahui beratnya = (W9 gram) dan timbang kaleng dan
tanah (W8 gram).
v. Timbang alat dengan pasir didalamnya = (W6 gram).
vi. Letakkan alat pada tempat (ii), corong ke bawah di atas pelat corong
dan buka kran pelan-pelan sehingga pasir masuk kedalam lubang.
Setelah pasir berhenti mengalir tutup krankembali dan timbang alat
dengan sisa pasir (W7 gram).
vii. Ambil tanah sedikit dari kaleng untuk menentukan kadar air W %.
4. Perhitungan :
a) Isi botol = berat air = (W2 W1) cm.
b) Berat isi pasir = p =
c) Berat pasir dalam corong = (W4 W5) gram.
d) Berat pasir dalam lubang = (W6 W7) (W4 W5) = W10 gram.
e) Isi lubang =
f) Berat tanah = W8 W9 gram.
g) Berat isi tanah = =
h) Berat isi kering tanah = d lap =
i) Derajat kepadatan di lapangan = D =
(W3 W1)
(W2 W1)
Gram.
W10
p
= V e cm.
W8 W9
V e
gram/ cm.

100 + W
x 100 % gram/cm
d lap
d lab
x 100 %
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 51
5. Catatan :
a) Dalam menentukan pemeriksaan ini jangan sampai ada getaran-getaran.
b) Dalam pengisian pasir baik kedalam wadah pasir maupun kedalam lubang,
harus dilakukan pelan-pelan agar pasir tidak memadat setempat.
c) Penentuan berat isi pasir ( IV.9 4b) dilakukan pada setiap penggantian
jenis pasir yang baru atau apabila pasir tersebut telah lama dipergunakan
(kotor).
d) Kepadatan maksimum laboratorium harus dikoreksi terhadap fraksi kasar
tertahan saringan # 4
IV.11KADAR AIR TANAH
Pemeriksaan ini untuk menentukan kadar air tanah.
Yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang
terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah tersebut dinyatakan dalam
persen.
1. Peralatan :
a) Oven, yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi sampai
(110 5)C.
b) Cawan kedap udara dan tidak berkarat, dengan ukuran yang cukup. Cawan
dapat terbuat dari gelas atau logam, misalnya alumunium.
c) Neraca :
i. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
ii. Neraca dengan ketelitian 0,1 gram
iii. Neraca dengan ketelitian 1 gram
iv. Desikator.
2. Benda uji :
Benda uji yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air tergantung pada
ukuran butiran maksimum dari contoh yang diperiksa dengan ketelitian seperti
daftar tabel : IV. 2.
Ukuran butir maksimum Jumlah benda uji minimum Ketelitian
1000 gram 1 gram
52 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
Lewat saringan No. 10 100 gram 0,1 gram
Lewat saringan No. 10 1 gram 0,01 gram
3. Cara melakukan :
a) Benda uji yang mewakili tanah yang diperiksa ditempatkan dalam cawan
yang bersih, kering dan diketahui beratnya.
b) Cawan dan isinya kemudian ditimbang dan berat dicatat.
c) Tutup cawan kemudian dibuka dan cawan ditempatkan dioven atau
pengering lainnya paling sedikit 4 jam (untuk oven) atau sampai berat
konstan.
d) Cawan ditutup kemudian didinginkan dalam desikator.
e) Setelah dingin ditimbang dan beratnya dicatat.
4. Perhitungan :
Kadar air dapat dihitung sebagai berikut :
Berat cawan + tanah basah = W1 gram
Berat cawan + tanah kering = W2 gram
Berat cawan kosong = W3 gram
Berat air = (W1 W2) gram
Berat tanah kering = (W2 W3) gram
Kadar air =
5. Pelaporan :
Kadar air dilaporkan dalam persen dengan ketelitian satu angka dibelakang
koma.
6. Catatan :
a) Jika tidak terdapat oven pengering, maka pelaksanaan pengeringan dapat
dilakukan dengan cara :
i. Jika benda uji yang akan diperiksa kadar airnya tidak mengandung
bahan organik atau bahan yang mudah terbakar, maka pengeringan
dapat dilakukan diatas kompor atau dibakar langsung setelah disiram
dengan spirtus. Penimbangan dan pengeringan dilakukan berulang-
ulang, setelah 3 kali penimbangan terakhir telah tercapai berat yang
konstan.
W1 W2
W2 W3
x 100 %
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 53
ii. Jika benda uji yang akan diperiksa mengandung bahan yang mudah
terbakar, maka tidak boleh dilakukan pengeringan dengan cara
dibakar dengan spirtus, tapi harus dikeringkan dengan kompor
dengan temperatur tidak lebih dari 60C.
b) Untuk masing-masing contoh tanah harus dipakai cawan-cawan yang
diberi tanda dan tidak boleh sampai tertukar.
c) Untuk tiap benda uji harus dipakai minimal 2 cawan sehingga kadar air
dapat diambil rata-rata.
d) Agar pengeringan dapat berjalan sempurna, maka susunan benda uji
didalam oven harus diatur sehingga pengeringan tidak terganggu, serta
saluran udara harus dibuka.
Ringkasan hasil analisa agregat kelas A
Tabel : IV.3.
JENIS PENGUJIAN HASIL
PENGUJIAN
SPESIFIKASI PERSYARATAN
1. Abrasi 28.22 % 40 % (maks) Memenuhi
2. Gumpalan lempung 2.54 % 5 % (maks) Memenuhi
54 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
3. Gradasi :
Saringan 1,5
Saringan 1
Saringan 3/8
Saringan #4
Saringan #10
Saringan #40
Saringan #200
100 %
83.02 %
50.62 %
39.44 %
22.71 %
13.78 %
5.42 %
100
79 85
44 58
29 44
17 30
7 17
2 8
Memenuhi
4. Berat jenis 2.7 gr/cc -
5. Berat isi
Sirtu
Batu pecah
1.512 gr/cc
1.49 gr/cc
-
-
6. Indeks Plastis 0 % 0 6 % Memenuhi
7. Proctor Modified
Kepadatan kering maksimum
Kadar air optimum
2.04 gr/cc
9.7 %
-
-
8. CBR 104 % 90 % Memenuhi
9. Kepadatan Lapangan
Lapis I Kiri (rata-rata)
Lapis II Kiri(rata-rata)
Lapis I Kanan(rata-rata)
Lapis II Kanan(rata-rata)
101.17 %
101.04 %
101.13 %
100.48 %
100 % (min) Memenuhi
Ringkasan hasil analisa agregat kelas B
Tabel : IV.4.
JENIS PENGUJIAN HASIL
PENGUJIAN
SPESIFIKASI PERSYARATAN
1. Abrasi 28.22% 40 % (maks) Memenuhi
2. Gumpalan lempung 2.98% 5 % (maks) Memenuhi
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 55
3. Gradasi :
Saringan 2
Saringan 1,5
Saringan 1
Saringan 3/8
Saringan #4
Saringan #10
Saringan #40
Saringan #200
100 %
89.60 %
75.37 %
45.51 %
36.38 %
23.05 %
14.10 %
3.21 %
100
88 95
70 85
30 65
25 55
15 40
8 20
2 8
Memenuhi
4. Berat jenis 2.69 gr/cc - Memenuhi
5. Berat isi
Sirtu
Batu pecah
1.507 gr/cc
1.46 gr/cc
-
-
6. Indeks Plastis 0 % 0 10 % Memenuhi
7. Proctor Modified
Kepadatan kering maksimum
Kadar air optimum
1.91 gr/cc
11.6 gr/cc
-
-
8. CBR 73.5 % 35 % Memenuhi
9. Kepadatan Lapangan
Lapis I Kiri (rata-rata)
Lapis II Kiri(rata-rata)
Lapis I Kanan(rata-rata)
Lapis II Kanan(rata-rata)
101.36 %
101.11 %
101.16 %
101.09 %
100 % (min) Memenuhi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan. Mengingat waktu pelaksanaan proyek yang sangat terbatas, surat
perijinan untuk penambangan di daerah sungai sangat sulit dikabulkan, maka
ditentukan tempat penambangan di lokasi kecamatan Ngoro kabupaten Mojokerto,
56 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
yang berbatasan dengan kecamatan Gempol kabupaten Pasuruan.Untuk
memperkecil dampak penambangan sirtu terhadap lingkungan, quarry yang
diambil adalah daerah perbukitan.
V.2 Dari hasil penambangan sirtu, yang belum bisa memenuhi persyaratan gradasi dan
sifat-sifat agregat A dan B perlu pemprosesan yaitu pencampuran sirtu dengan
batu pecah yang sudah mendapat rekomendasi komposisi dari laboratorium yang
sebelumnya sudah melakukan percobaan mix desain untuk mencapai gradasi dan
sifat-sifat yang ditentukan oleh spesifikasi. Dari hasil penelitian tersebut didapat
komposisi cmpuran agregat di antaranya :
Tabel : V.1.
Aggregate klas A Sirtu Batu pecah
Perbandingan berat (ton) 7 3
Perbandingan volume (m) 10,584 4,47
Aggregate klas B Sirtu Batu pecah
Perbandingan berat (ton) 7 3
Perbandingan volume (m) 10,549 4,38
V.3 Untuk mengetahui atau kontrol mutu material yang paling utama sekali adalah
abrasi agregat kasar tidak melebihi 40 %. Yang kedua adalah gumpalan lempung
dan material mudah pecah tidak melebihi 5 %. Kemudian hasil racikan percobaan
gradasi untuk bisa berada didalam amplop gradasi yang ditentukan. Kemudian
diikuti pengujian kepadatan dan CBR laboratorium supaya mengetahui daya
dukungnya. Untuk kelanjutan kontrol campuran bisa dilakukan pengecekan
gradasi bahan dasar dan material campuran supaya mengetahui perubahan gradasi
material lebih awal untuk tetap pada kontrol gradasi mix desain.
V.4 Penerapan pelaksanaan akan mudah dan mencapai mutu yang diharapkan apabila
pengendali mutu betul-betul selektif terhadap material yang akan digunakan.
Untuk pengambilan material diupayakan tidak terlalu banyak lokasi pengambilan
(quarry), dengan maksud menjaga keseragaman material. Untuk pekerjaan
pencampuran komposisi harus menyerupai atau mendekati pada pekerjaan job
mixed formula yang sudah disetujui Direksi Pekerjaan. Supaya mendapatkan sifat-
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 57
sifat yang sama dengan pengujian sebelumnya, dan akhirnya akan mempermudah
pelaksanaan pemadatan pada saat kondisi kadar air optimum.
Dengan Komposisi Sirtu dan Batu Pecah berbanding 70 : 30 didapat sifat-sifat
material agregat A dan B pada Tabel V.2.
Sifat- sifat Agregat Kelas A Agregat Kelas B
Abrasi ( % ) 28.22 28.22
Bagian yang lunak ( %
)
2.98 2.98
Indeks Plastisitas ( % ) 0 0
Kepadatan kering Maksimum (gr/cc) 2.04 1.91
Kadar air Optimum (%) 9.7 11.6
CBR (%) 104 73.5
Kepadatan Lapangan (%) > 100 > 100
REFERENSI
1. Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No.01/MN/BM/1976, Departemen Pekerjaan
Umum dan Tenaga Listrik Direktorat Jenderal Bina Marga. Bina Marga (1976).
2. Pondasi Jalan jilid 2 Materi Pelatihan Berkelanjutan Bidang Kebinamargaan, Ir.
Rudy Setyawan (1999)
3. Spesifikasi Umum (buku 3) Proyek Pembangunan Jalan Mlirip Jampirogo,
Departemen Pekerjaan Umum Badan Penelitian dan Pengembamgan PU, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Jalan. Bina Marga (2006).
4. Standard Specifications for Transportation Materials and Methods Sampling
and Testing Part 1 spesifications adopted by The American Association of State
Highway and Transportation Officials.
58 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14

Anda mungkin juga menyukai