Anda di halaman 1dari 7

Strategi dan Substansi Dakwah Rosulullah SAW Periode Madinah

Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan
taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Peristiwa hijrah Nabi
Muhammad SAW ini terjadi pada 12 Rabi`ul Awwal tahun pertama Hijrah, yang bertepatan dengan 28
Juni 621 Masehi. Hijrah adalah sebuah peristiwa pindahnya Nabi Muhammad Saw dari Mekkah ke
Madinah atas perintah Allah, untuk memperluas wilayah penyebaran Islam dan demi kemajuan Islam itu
sendiri. Pekerjaan besar yang dilakukan Rasulullah SAW dalam periode Madinah adalah pembinaan
terhadap masyarakat Islam yang baru terbentuk. Dasar-dasar kebudayaan yang diletakkan oleh
Rasulullah SAW itu pada umumnya merupakan sebuah nilai dan norma yang mengatur manusia dan
masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan peribadatan, social, ekonomi dan politik yang bersumber
dari Al-Quran dan Sunnah.
a. Dalam membina masyarakat Islam di Madinah strategi dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW
antara lain :
1) Mendirikan Masjid. Beliau dahulukan mendirikan masjid sebelum bangunan-bangunan lainnya
selain kediaman beliau sendiri, karena masjid mempunyai potensi yang sangat vital dalam menyatukan
umat dan menyusun kekuatan mereka lahir dan batin untuk membina masyarakat Islam atau daulah
Islamiyah berlandaskan semangat tauhid. Di masjid ini Rasulullah SAW mengobarkan semangat jihat di
jalan Allah SWT, sehingga kaum muslimin waktu itu belum begitu banyak tetapi rela mengorbankan
harta dan jiwa untuk kepentingan Islam. Di masjid pula beliau senantiasa mengajarkan doktrin tauhid
dan mengajarkan pokok-pokok ajaran Islam kepada kaum muhajirin dan ansor. Dan di dalam masjid pula
kaum muslimin mengadakan sholat berjamaah, mengadakan musyawarah untuk merundingkan
masalah-masalah yang di hadapi.
2) Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Ansor. Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak saudara
dan kampung halaman mereka, di pererat oleh beliau dengan mempersaudarakan mereka dengan kaum
Ansor karena kaum Ansor telah menolong mereka dengan ikhlas dan tidak memperhitungkan
keuntungan yang bersifat materi, melainkan hanya karena mencari keridhaan Allah SWT semata.
Sebagai contoh Abu Bakar dipersaudarakn dengan Harits bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib dengan Muadz
bin Jabal, Umar bin Khattab dengan Itbah bin Malik, begitu seterusnya tiap-tiap kaum Ansor
dipersaudaran dengan kaum Muhajirin. Dengan demikian kaum muhajirin yang bertahun-tahun
berpisah dengan keluarganya merasa tentram dan aman melaksanakan syariat agamanya. Di tempat
yang baru tersebut sebagian ada yang hidup berniaga ada yang bertani seperti (Abu Bakar, Utsman dan
Ali) mengerjakan tanah kaum Ansor. Dengan ikatan teguh ini Nabi Muhammad SAW dapat menyatukan
dengan ikatan persaudaraan Islam yang kuat yang terdiri dari berbagai macam suku dan kabilah ke
dalam satu ikatan masyaraka Islam yang kuat dengan semangat bergotong royong, senasib
sepenanggunan. Segolongan orang arab yang menyatakan masuk Islam dalam keadaan miskin
disediakan tempat tinggal dibagian masjid yang kemudian dikenal dengan nama Ashab
Shuffa. Keperluan hidup mereka dipikul bersama diantara Muhajirin dan Ansor.
3) Perjanjian Perdamaian dengan kaum Yahudi. Guna menciptaka suasana tentram di kota baru bagi
Islam (Madinah), Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian persahabatan dan perdamaian dengan
kaum Yahudi yang berdiam di dalam dan di sekeliling kota Madinah. Inilah salah satu perjanjian yang
diperlihatkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai seorang ahli politikus yang ulung yang belum pernah
dilakukan oleh para nabi-nabi terdahulu. Diantara isi perjanjian yang dibuat oleh Nabi SAW dengan
kaum Yahudi antara lain :
a) Bahwa kaum Yahudi hidup damai bersama-sama kaum muslimin; kedua belah fihak bebas memeluk
dan menjalankan agamanya masing-masing.
b) Kaum muslimin dan kaum Yahudi wajib tolong menolong untuk melawan siapa saja yamg
memerangi mereka. Orang Yahudi memikul belanja mereka sendiri begitu pula kaum muslimin juga
memikul belanja mereka sendiri.
c) Kaum muslimin dan kaum yahudi wajib nasehat menasehati, tolong menolong, melaksanakan
kebajikan dan keutamaan.
d) Bahwa kota Madianah adalah kota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat dengan
perjanjian itu. Kalau terjadi perselisihan antara kaum Yahudi dengan kaum Muslimin, maka urusannya
hendaklah diserahkan kepada Allah dan Rasullullah SAW.
e) Bahwa siapa saja yang tinggal di dalam atau di luar kota Madinah wajib dilindungi keamanan dirinya,
kecuali orang-orang yang zalim dan bersalah, sebab Allah SWT menjadi pelindung orang-orang yang baik
dan berbakti.
Perjanjian politik yang dibuat oleh Nabi Muhammada SAW tersebut telah menjamin kemerdekaan
beragama dan menjamin kehormatan jiwa dan harta dari golongan yang bukan Islam. Ini adalah
merupakan peristiwa yang baru dalam dunia politik dan peradaban manusia. Sebab waktu itu diberbagai
pelosok dunia masih terjadi perkosaan dan perampasan hak-hak asasi manusia.
4) Meletakkkan dasar-dasar Politik, Ekonomi dan Sosial untuk masyarakat Islam. Karena masyarakat
Islam telah terwujud, maka Rasulullah SAW menentukan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat Islam
yang baru terwujud itu, baik dalam bidang politik, ekonomi, social maupun yang lainnya. Hal ini
disebabkan karena dalam periode perkembangan agama Islam di Madinah inilah telah turun wahyu
Allah SWT yang mengandung perintah berzakat, berpuasa, dan hukum-hukum yang bertalian dengan
pelanggaran atau larangan, jinayat (pidana) dan lain-lain. Dengan ditetapkannya dasar-dasar politik,
ekonomi, social dan lainnya, maka semakin teguhlah bentuk-bentuk masyarakat Islam, sehingga
semakin hari pengaruh agama Islam di kota Madinah semakin bertambah besar.
5) Memelihara dan mempertahankan masyarakat Islam.Jumlah orang-orang yang mengakui
kerasulan Muhammad SAW bertambah dengan amat cepat, sehingga dalam waktu yang sangat singkat
kekuatan Islam sudah mulai diperhitungkan oleh orang-orang yang tidak menyukainya. Ada tiga
kekuatan yang secara nyata memusuhi agama baru ini yaitu : orang-orang Yahudi, orang-orang munafik,
dan orang-orang Quraiys dengan sekutunya.
a) Rongrongan Kaum Yahudi.
Orang Yahudi sejak sebelum masehi sudah hidup di Madinah, mereka terdiri dari 3 suku yaitu Bani
Qainuqa, Bani Quraidhah dan Bani Nadzir. Mereka semua mempercayai akan kedatangan nabi akhir
zaman sebagaimana dijelaskan dalam kitab suci mereka. Akan tetapi ketika nabi yang ditunggu-tunggu
itu datang, mereka mengingkarinya karena mereka menduga dan menghendaki bahwa nabi yang
ditunggu-tunggu itu berasal dari golongan mereka yaitu keturunan Israel. Apalagi setelah bangsa Arab
memeluk agama Islam mendahului mereka. Kekecewaan mereka sudah tak bias disembunyikan lagi.
Lihat Q.S. Al-Baqoroh : 89. Mereka memang pernah mengikat perjanjian dengan kaum muslimin, akan
tetapi tidak dilandasi dengan ketulusan hati yang jujur dan mereka mengira bahwa kaum muslimin
adalah kelompok yang lemah yang tidak akan mampu menghadapi kekuatan kafir Quraiys. Mereka
terkejut ketika Rasulullah SAW dan para pengikutnya berhasil memporak-porandakan tentara Quraiys
dalam perang Badar 17 Ramadhan 2 H.
b) Rongrongan orang-orang Munafik.
Keberadaan orang-orang munafik tidak bisa di abaikan begitu saja sebagai ancaman yang sangat
membahayakan. Pengaruh mereka memang tidak begitu besar, namun apabila dibiarkan bisa
menimbulkan malapetaka yang merugikan perjuangan umat Islam. Sekalipun mereka mengaku beriman
kepada Rasulullah SAW, namun acap kali mereka menghalang-halangi orang lain masuk Islam. Ketika
Rasulullah SAW bersiap menghadapi perang Uhud, kaum munafik keluar dari barisan yang dipersiapkan
atas hasutan Abdullah bin Ubai, pemimpin mereka. Mereka juga mengadakan hubungan baik dengan
kaum Yahudi dan pernah menjanjikan bantuan kepada Bani Quraidhah sewaktu yang disebut terakhir ini
menghianati kaum muslimin.
c) Rongrongan kafir Quraisy dan sekutunya.
Sikap permusuhan kafir Quraiys terhadap Islam tidak berhenti dengan kepindahan Rasulullah SAW dan
para sahabatnya ke Madinah. Atas sikap mereka itu Allah SWT menurunkan ayat yang mengizinkan
umat Islam mengangkat senjata untuk membela diri, karena mereka sungguh dianiaya (biannahum
dzulimu), lihat Q.S. Al-Ahzab : 39-40. Ini adalah ayat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT mengenai
perang. Ayat ini menjadi alasan bagi Rasulullah SAW untuk membentuk pasukan yang dipersiapkan
untuk terjun ke medan pertempuan. Pasukan yang pertama dibentuk adalah untuk berjaga-jaga
menghadapi serangan dari suku-suku Badui dan kafir Quraiys serta sekutunya. Orang yang boleh
diperangi adalah orang yang telah merampas hak, baik harta maupun jiwa dan menghalangi untuk
beriman kepada Allah SWT dan melaksanakan ajarannya (lihat Q.S. Al-Baqoroh : 190-191). Perang
sebagai jawaban atas permusuhan kafir Qurisy terjadi pertama kali dilembah Badar pada tanggal 17
Ramadhan 2 H. Dalam Al-Quran peristiwa ini disebut dengan yaumul furqon, yakni hari pemisah antara
yang hak dan yang bathil. Kendatipun pasukan Islam jauh lebih kecil (sekitar 300 orang) namun berhasil
meraih kemenangan dari pasukan kafir Quraiys yang jumlahnya sekitar 1000 orang. Hal ini membuat
orang-orang Yahudi geram dan kecewa. Mereka mulai menunjukkan sikap tidak bersahabat dengan
orang muslim dan berusaha menusuk dari belakang. Sementara itu kafir Quraiys berusaha membalas
kekalahan dengan mempersiapkan 3000 pasukan dengan perbekalan dan persenjataan yang lengkap
berangkatlah menuju kota Madinah. Turut ambil bagian dalam pasukan kafir ini adalah suku Arab
Tihamah, Kinanah, Bani Harist, Bani Haun dan Bani Musthaliq. Pada bulan Syaban 3 H terjadilah perang
Uhud, dalam peperangan ini kaum muslimin menderita kekalahan akibat keluarnya sebagian pasukan
muslimin yang diprovokasi oleh orang munafik bernama Abdullah bin Ubay sehingga kaum muslimin
yang berjumlah 1000 orang tinggal kurang lebih dua pertiganya. Dalam peperangan ini dari kaum
muslimin yang gugur sebagai syuhada 70 orang, termasuk paman Nabi SAW yang bernama Hamzah bin
Abdul Muthalib. Kesempatan ini membuat kesempatan orang Yahudi bani Nadzir untuk menghancurkan
kaum muslimin. Mereka berusah membunuh Rasulullah SAW, namun gagal sehingga mereka di usir dari
Madinah. Pada bula syawal 5 H kurang lebih 14.000 tentara kafir termasuk 4000 kafir Quraiys di bawah
pimpinan Abu Sofyan menyerbu Madinah. Menghadapi serbuan ini Rasulullah SAW memilih bertahan di
kota. Atas saran Salman Al-Farisi kaum muslimin membuat parit-parit di setiap lorong untuk masuk ke
kota Madinah. Tidak ada pilihan lain bagi kafir untuk mengepung kota Madinah. Akan tetapi setelah 25
hari pengepungan, perasaan jenuh mulai muncul terutama pada kelompok-kelompok yang tidak
mempunyai kepentingan karena yang jelas punya kepentingan adalah kaum kafir dan orang Yahudi.
Pada saat yang sama seorang pemimpin Arab Nuaim bin Masud menghadap Rasulullah SAW dan
menyatakan masuk Islam. Tepat pada saat yang menyulitkan kaum muslimin, datanglah badai padang
pasir yang mematikan disertai hujan lebat yang menyapu bersih kemah dan perbekalan mereka (lihat
Al-Ahzab : 9). Akhirnya terpaksa mereka kembali dan menyelamatkan diri tanpa membawa apa-apa
(lihat Al-Ahzab : 25). Perang ini dikenal dengan nama perang Khandaq, karena kaum muslimin
menggunakan parit (khandaq) untuk pertahanan mereka. Dikenal pula dengan sebutan perang Ahzab
karena musuh yang menyerang madinah terdiri dari berbagai golongan yang bersekutu (Al-Ahzab).
Dalam perang ini gugur 6 sahabat Rasululllah SAW termasuk Saad bin Muadz, mereka gugur sebagai
syuhada. Demikian kaum muslimin mempertahankan diri dan serangan yang dilakukan tetap tidak
keluar dari kerangka mempertahankan diri.
Fase perjuangan setelah Perang Ahzab. Pada bulan Dzulqodah 6 H Rasulullah SAW beserta 10.000
orang sahabatnya berangkat ke Makkah untuk menunaikan umroh dan haji. Mereka sudah mengenakan
pakaian ihrom sejak berangkat dan membawa hewan-hewan yang akan disembelih di Mina agar tidak
dicurigai oleh kaum Quraisy. Akan tetapi kafir Quraisy tidak menghendaki kaum muslimin memasuki
kota Makkah, karena apapun alasannya berarti itu kemenangan bagi kaum muslimin. Oleh karena itu
kafir Quraiys mengirim pasukan di bawah pimpinan Khalid bin Walid untuk menghadang kaum muslimin.
Kaum muslimin dapat menghidari pertemuan dengan pasukan Khalid bin Walid dengan menempuh jalan
lain, sehingga ketika masuk bulan haram mereka sudah sampai di Hudaibiyah, beberapa mil dari kota
Makkah.Rasulullah SAW bermusyawrah dengan para sahabatnya kemudian mengutus Usman bin Affan
untuk menemui kaum kafir Quraisy guna menyampaikan maksud kedatangan mereka ke Makkah. Akan
tetapi Usman bin Affan malah di tahan oleh mereka dan muncul desas desus bahwa Usman mau di
bunuh. Rasulullah SAW dengan para sahabatnya mengadakan sumpah setia untuk berperang sampai
tercapai kemenangan. Sumpah setia ini terkenal dengan nama Baiah Ar-Ridwan (sumpah yang diridhai
Allah SWT). Sumpah ini menggetarkan nyali kaum musyrikin Quraiys sehingga Usman bin Affan
dibebaskan dan mereka mengutus Suhail bin Amr untuk mengadakan perjanjian dengan kaum muslimin.
Perjanjian inilah yang kemudian terkenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyahyang pokok-pokok isinya
antara lain :
a) Segala permusuhan kedua belah fihak dihentikan selama 10 tahun.
b) Setiap orang Quraiys yang datang kepada kaum muslimin tanpa seijin walinya harus di tolak dan
dikembalikan.
c) Setiap orang Islam yang menyerahkan diri kepada fihak Quraiys tidak akan dikembalikan.
d) Setiap kabilah yang ingin bersekutu dengan kaum Quraiys maupun dengan kaum muslimin tidak
boleh dihalang-halangi oleh salah satu fihak.
e) Kaum muslimin tidak boleh memasuki kota Makkah pada tahun itu, namun diberi kesempatan
pada tahun berikutnya dengan syarat tidak membawa senjata kecuali pedang dalam sarungnya dan
tidak boleh tinggal di Makkah lebih dari 3 hari.
Dalam peristiwa ini Rasulullah SAW menunjukkan kemampuannya sebagai seorang politikus yang pandai
berdeplomasi. Perjanjian ini menunjukkan pengakuan Quraiys terhadap eksistensi kaum muslimin dan
ini berarti kemenangan bagi umat Islam. Sepintas lalu perjanjian tersebut memang berat sebelah dan
merugikan kaum muslimin. Akan tetapi selama gencatan senjata banyak tokoh Qurays yang masuk Islam
seperi Kholid bin Walid, Amr bin Ash dan Usman bin Thalhah. Selama genjatan senjata berlangsung,
Rasulullah SAW mulai mendakwahkan Islam kepada kabilah-kabilah Arab lainnya, dan mengirimkan
surat kepada Kaisan Romawi, Kisra Persia, Gubernur Yaman, Kaisan Habsyi, Gubernur Ghassaniah (Basro
di bawah kekuasaan Romawi) dan gubernur Mesir. Kisra dari Persia dengan keangkuhannya merobek-
robek surat dari Rasulullah SAW dan menghina serta mengusir pembawanya. Dalam pada itu Harits bin
Umar yang di utus Rasulullah SAW kepada Gubernur Ghassaniyah di tolak dengan kasar dan kemudian di
bunuh. Penghinaan yang dilakukan Gubernur Ghassaniyah dan pembunuhan atas Harits bin Umar
memicu berkorbannya perang Mutah. Dalam perang ini panglima muslim Zaid bin Haritsah gugur
sebagai syahid. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh Abdullah bin Ruwahah namun iapun gugur.
Demikian pula Jafar bin Abi Thalib yang menggantikan Abdullah gugur di tangan tentara Romawi. Khalid
bin Walid yang tampil menggantikan Jafar, dengan naluri seorang panglima berpengalaman memberi
komando kepada pasukannya supaya mundur dan kembali ke Madinah. Ini terjadi pada tahun 8 H.
Peristiwa ini menyadarkan kepada kaum muslimin bahwa di utara ada musuh yang tidak bisa di
remehkan. Pada tahun ketika terjadi perang Mutah orang-orang Quraiys membantu sekutu mereka
Bani Bakar yang berselisih dengan Bani Khuzaah (sekutu kaum muslimin).
Tindakan ini berarti melanggar perjanjian Hudaibiyah. Menanggapi sikap kaum Quraiys ini pada 10
Ramadhan 8 H, Rasulullah SAW memimpin 10.000 pasukan berangkat berangkat menuju Makkah. Ketika
pasukan besar itu berkemah di dekat kota Makkah, Abbas bin Abdul Muthalib datang menyatakan
keIslamannya, disusul Abu Sofyan pemimpin besar Quraiys yang sudah kandas dengan ambisinya.
Setelah Abu Sofyan menyerah, Rasulullah SAW memerintahkan pasukannya untuk memasuki kota
Makkah lewat 4 penjuru. Dengan demikian Makkah jatuh ke tangan kaum muslimin tanpa perlawanan
sama sekali. Patung-patung dan berhala di sekeliling Kabah mereka hancurkan kemudian mereka
thawaf mengelilingi Kabah dan kemudian turunlah QS. Al-Isro : 81. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 20
Ramadhan 8 H. Inilah yng disebut dengan Fathul Makkah. Dengan pembebasan kota Makkah bukan
berarti musuh Islam sudah lenyap, kabilah-kabilah di sekitar Makkah seperti Badui, kaum Masehi di
Najran, dan beberapa kabilah yang terdiri dari Hawazin, Tsaqif, Jusyam, Nasr, Saad bin Bakar dan Bani
Hilal membentuk persekutuan baru untuk menyerang kaum muslimin. 10.000 pasukan dari Madinah +
2.000 dari Makkah segera disiapkan untuk menyerang para komplotan sebelum mereka menyerang.
Ketika pasukan kaum muslimin melewati jalan-jalan sempit di sela-sela bukit Hunain pegunungan
Tihamah tiba-tiba diserang dengan membabi buta hingga membuat pasukan kaum muslimin sempat
kocar kacir. Kemudian Rasullullah SAW berdiri ditemani tidak kurang dari 100 sahabat termasuk Abu
Bakar, Umar, Ali dan Abbas memberikan komando untuk melakukan serangan balik dan akhirnya musuh
dapat taklukkan. Sisa-sisa musuh yang kalah melarikan diri ke Thaif termasuk pemimpin mereka Malik
bin Auf dan bertahan di benteng kota yang terkenal sangat kuat. Kaum muslimin mengepung benteng
itu beberapa waktu lamanya namun tidak berhasil. Akhirnya Rasulullah SAW kembali ke Jaronah dan
tetap memblokir daerah sekitarnya. Pada saat itulah kabilah Hawazin menyerah dan menyatakan masuk
Islam, begitu juga penduduk Thaif yang menderita akibat blokade kaum muslimin juga menyatakan
masuk Islam.
Pada bulan Rajab 9 H bertepatan dengan bulan oktober 630 M. Rasulullah SAW mempersiapkan
pasukan untuk menghadapi tentara Romawi di utara. Karena medan yang dituju amat jauh dan musuh
yang dihadapi sangat kuat dan terlatih maka Rasulullah SAW membentuk pasukan khusus yang
dinamakan Jaisyul Usroh, (Laskar Saat Kesulitan) karena pada waktu sedang terjadi musim panas dan
di Madinah sedang musim panen. Seluruh biaya perang di tanggung oleh beberapa sahabat yang kaya
seperti Abu Bakar mendermakanseluruh hartanya, Utsman mendermakan 300 unta dan uang 1000
dinar. Pasukan Romawi yang semula akan menyerang tentara Islam, mundur kembali ke negerinya
setelah melihat betapa besar jumlah pasukan lawan yang dipimpin Rasulullah SAW dan pahlawan-
pahlawan padang pasir yang tak kenal mundur. Kaum muslimin tidak mengejar mereka tetapi berkemah
di Tabuk. Oleh karena itu peristiwa itu dikenal dengan namaperang Tabuk.

Sesudah Islam mencapai kemenangan hampir diseluruh jazirah Arab hanya kabilah-kabilah yang
terpencar-pencar yang belum menganut Islam. Ketika pemuka-pemuka kabilah itu mengetahui bahwa
Makkah sudah di kuasai oleh kaum muslimin, mereka menyadari tidak mungkin lagi ada kekuatan yang
mampu memerangi kaum muslimin. Oleh Karen itu, sejak tahu 9 H (630/631 M) para utusan kabilah-
kabilah Arab datang berbondong-bondong menghadap Rasulullah SAW menyatakan masuk Islam.
Mereka itu antara lain Bani Tsaqif dari Thaif, Bani Asad dari Najd, Bani Tamim disusul kemudian oleh
utusan dari Yaman dan sekitarnya pada tahu 10 H. Oleh Karena itu tahun ini disebut tahun perutusan
atau Am Al-Wufud. Demikianlah Islam telah merata diseluruh jazirah Arab setelah Rasulullah SAW
berjuang lebih dari 20 tahun. Bangsa Arab yang sebelumnya berpecah belah dan selalu bermusuhan, kini
bersatu di bawah seorang pemimpin dan bernaung di bawah satu panji yaitu panji Islam.


Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah SAW, di Madinah
( Tugas Agama Islam )





Dibuat Oleh : Aditya Riyanto (2)
X IPA 4

Anda mungkin juga menyukai