Anda di halaman 1dari 4

Waktu Kerja, Istirahat dan Cuti

Operasioanl setiap perusahaan akan berbeda antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lain, hal tersebut bisa saja terjadi karena adanya penerapan
peraturan yang berbeda. Menyikapi perbedaan tersebut maka Pemerintah melalui
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengeluarkan banyak peraturan
ketenagakerjaan yang pada akhir tujuannya adalah mensejahterakan karyawan
dengan tetap menjaga agar produsktivitas perusahaan tetap terjaga. Salah satu
peraturan dari sekian banyak peraturan ketenagakerjaan yang sering menjadi
polemic adalah masalah Waktu Kerja, Istrahat dan Cuti Karyawan.

Penerapan peraturan ketenagakerjaan tentang Waktu Kerja, Istirahat dan cuti
karyawan untuk beberapa bidang pekerjaan secara khusus ada yang sudah diatur
dan ada juga yang belum diatur oleh Pemerintah.

Aturan Pemerintah yang mengatur tentang Waktu Kerja secara jelas sudah diatur
pada Undang Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pada pasal 77
mengatur sebagai berikut :
1. Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja
2. Waktu kerja yang dimaksud adalah :
a. 7 jam sehari dan 40 jam dalam satu minggu untuk 6 hari kerja
b. 8 jam sehari dan 40 jam dalam satu minggu untuk 5 hari kerja
Waktu tersebut adalah waktu kerja wajib/regular. Bagi perusahaan yang
memepekerjakan karyawan melebihi jam kerja tersebut wajib membayar kerja
lembur sebagaimana dicantumkan dalam UU No 13/2003 pasal 78, sedangkan
untuk perhitungan dan ketentuannya diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No 102 tahun 2004.

Sedangkan untuk peraturan mengenai waktu istirahat dan cuti karyawan juga
diatur dalam UU No 13/2003 sebagaimana yang tercantum pada pasal 79
menyebutkan bahwa :
1. Pengusaha wajib memberikan waktu istirahat can cuti kepada karyawan.
2. Waktu istirahat dan cuti yang dimaksud adalah :
a. Istirahat antar jam kerja (kita mengenalnya dengan sebutan jam istirahat)
b. Istirahat mingguan
c. Cuti Tahunan minimal 12 hari
d. Istirahat panjang selama 2 (dua) bulan


4 (empat) macam waktu istirahat dan cuti tersebut adalah peraturan minimal yang
harus ada pada sebuah perusahaan yang mempekerjakan karyawan. Untuk
beberapa perusahaan akan menerapakan tambahan peraturan cuti selain cuti
tahunan dan istirahat panjang, yaitu cuti lapangan. Lama dan periode pelaksanaan
cuti lapangan untuk tiap perusahaan berbeda tergantung kepada sector usahanya.
Untuk perusahaan yang bergerak pada sector usaha perkebunan, biasanya
menerapkan system cuti sesuai UU No 13/2003 pasal 79 tersebut, dimana karyawan
hanya akan mendapatkan cuti setelah bekerja 1 (satu) tahun berturut-turut selama
12 hari dan tidak ada cuti lapangan. Atau ada juga yang menerapkan selain cuti
tahunan juga menerapkan cuti lapangan yang jangka waktunya adalah setelah
bekerja selama 6 (enam) bulan berhak mendapatkan cuti lapangan selama 12 (dua
belas) hari, tergantung bagaimana management mengatur waktu periode cutinya.

Salah satu peraturan mengenai waktu istirahat dan cuti karyawan yang sudah
diatur adalah yang bekerja pada Sektor Usaha Energi dan Sumber Daya Mineral
serta pada Sektor Usaha Pertambangan Umum. Dalam peraturan yang dikeluarkan
oleh Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tersebut mengatur jelas mengenai waktu
istirahat karyawan setelah melakukan pekerjaan untuk jangka waktu tertentu.
Peraturan tersebut adalah :
1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP.234/MEN /2003
tentang Waktu kerja dan Istirahat pada Sektor Usaha Energi dan Sumber Daya
Mineral pada Daerah Tertentu.

Pada Kepmen ini, perusahaan yang bergerak dalam sector usaha bidang Energi dan
Sumber Daya Mineral termasuk didalamnya adalah perusahaan jasa penunjangnya
dapat menerapkan salah satu atau beberapa waktu kerja sesuai pasal 2 sebagai
berikut :
No
Jam kerja
per hari
Jam kerja
per minggu
Hari kerja
per periode
A 7 40 jam 6 hari per minggu
B 8 40 jam 5 hari per minggu
C 9 Maximum 45 jam 5 hari per periode kerja
D 10 Maximum 50 jam 5 hari per periode kerja
E 11 Maximum 55 jam 5 hari per periode kerja
F 9 Maximum 63 jam 7 hari per periode kerja
G 10 Maximum 70 jam 7 hari per periode kerja
H 11 Maximum 77 jam 7 hari per periode kerja
I 9 Maximum 90 jam 10 hari per periode kerja
J 10 Maximum 100 jam 10 hari per periode kerja
K 11 Maximum 110 jam 10 hari per periode kerja
L 9 Maximum 126 jam 14 hari per periode kerja
M 10 Maximum 140 jam 14 hari per periode kerja
N 11 Maximum 154 jam 14 hari per periode kerja

Sedangkan untuk waktu istirahat ditetapkan sebagaimana tercantum dalam pasal 5,
bahwa Perusahaan dengan waktu kerja point C s.d N waktu istirahatnya adalah :
a. Perbandingan waktu kerja dengan waktu istirahat adalah 2:1 untuk satu periode
kerja
b. Maksimal 14 hari kerja terus menerus, istirahat minimal 5 hari.

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-15/MEN/VII /2005
tentang Waktu kerja dan Istirahat pada Sektor Usaha Pertambangan Umum pada
Daerah Operasi Tertentu.

Perusahaan yang bergerak dibidang Pertambangan Umum, termasuk didalamnya
adalah perusahaan jasa penunjang dapat menerapkan sebagaimana pasal 2 :
a. Kepmen No 234/2003 tersebut diatas, atau
b. Periode kerja maksimal 10 minggu berturut-turut bekerja akan mendapatkan waktu
istirahat 2 minggu berturut-turut. Dimana dalam setiap 2 minggu kerja, terdapat 1
hari istirahat.
c. Waktu kerja paling lama adalah 12 jam sehari, tidak termasuk jam istirahat.

Berdasar kepada kedua peraturan menteri tersebut, perusahaan yang bergerak
dalam sector usaha Energi, Sumber Daya Mineral dan Pertambangan Umum
menerapkanya dengan system yang berbeda tetapi tetap berpedoman kepada isi
yang terdapat didalamnya. Ada perusahaan yang menerapkan sytem waktu
istirahat tersebut dituangkan menjadi cuti lapangan secara periodik, dengan periode
kerja 8:2 , 7:2, 4:1 dan masih banyak lagi. Pada system 8:2 misalnya, hal ini berarti
bahwa karyawan bekerja 8 minggu terus menerus dan akan mendapatkan cuti 2
minggu berturut-turut.

Ada juga perusahaan yang menerapkan waktu kerja melebihi dari 10 minggu (70
hari kerja), misalnya 17 minggu (120 hari kerja) dengan 16 hari cuti, dan setiap 6 hari
kerja 1 hari istirahat. Dalam kasus ini, perusahaan tetap menggunakan dasar
perhitungan cuti lapangan dengan perhitungan waktu istirahat 10:2 sesuai Permen
No. 15/2005 dimana pada kalkulasi perhitungannya adalah sama dengan pada
perhitungan 10 minggu kerja 2 minggu istirahat dan tiap 2 minggu ada 1 hari
istirahat.

Secara umum, banyak sekali peraturan cuti dan waktu istirahat yang berlaku di
perusahaan, tergantung bagaimana perusahaan menerapkan waktu cuti dengan
mempertimbangkan produksi, produktivitas, efektif dan efisiensi perusahaan. Dari
banyaknya peraturan cuti di tiap perusahaan, ada 3 hal pokok yang menjadi dasar :
1. Waktu kerja wajib/regular adalah 40 jam kerja seminggu, apakah 6 hari kerja atau 5
hari kerja. Kelebihan jam kerja akan dihitung lembur sesuai Kepmen No 102/2004
2. Setiap karyawan wajib mendapatkan Cuti Tahunan diluar Cuti Lapangan
sebagaimana dimaksud dalam UU No 13/2003 Pasal 79, meskipun dalam
penerapannya ada beberapa perusahaan yang dapat menggabungkan pelaksanaan
cuti tahunan dengan cuti lapangan ada juga yang tidak.
3. Perusahaan yang menerapkan Cuti Lapangan pada Sektor Usaha Energi, Sumber
Daya Mineral dan Pertambangan Umum akan mendasarkan peraturan cuti
lapangan pada Kepmen No 234/2003 dan Permen No 15/2005

Yang manakah peraturan cuti lapangan dan cuti tahunan pada perusahaan ditempat
Anda bekerja? Silahkan Anda sendiri yang menilai, baik ataukah tidak peraturan
waktu kerja, istirahat dan cuti. Yang perlu diingat adalah, setiap Anda
melaksanakan cuti baik cuti tahunan ataukah cuti lapangan, manfaatkan waktu
tersebut dengan sebaik-baiknya dengan orang-orang terbaik dalam hidup Anda.
Karena Anda bekerja, hasil kerja Anda adalah untuk diberikan kepada orang terbaik
dalam hidup Anda.

Anda mungkin juga menyukai