Anda di halaman 1dari 10

BAB IX : AKHLAK BERPAKAIAN, BERHIAS DAN BERTAMU

I. Pendahuluan

Fenomena manusia modern, khususnya remaja Islam dalam mengikuti
gaya berpakaian, dengan memakai jilbab dan busana yang khas. Jilbab dan
busana yang khas yang biasanya disebut jilbab gaul dan busana gaul atau jilbab
dan busana selebritis, kapan mulainya tidak dapat dipastikan, yang jelas mode
ini muncul di awal dekade 90-an, atau menjelang milenium ketiga di saat media
elektronik dan media cetak lainnya naik daun di Indonesia. Era ini memberikan
kebebasan mengekspresikan segala ide yang cenderung kebablasan. Secara
naluri, siapa yang tidak tertarik dengan pakaian ketat seperti banyak dipakai
saat ini (Ali Imran: 14).

Jilbab dan busana gaul adalah bentuk kawula muda yang menuntut
kebebasan berpakaian. Sebagai seorang muslim, mereka tidak man
menanggalkan jilbab dan busananya, tetapi juga tidak man ketinggalan zaman.
Sementara mode pakaian modern umumnya didominasi gaya barat yang
notabene Amerika dan Eropa, yang bentuk dan pola fashion diidentikkan
dengan gaya hidup. Tak heran jika dalam mengerjakan hal apapun, selain ada
"rambu-rambu" yang namanya fashion atau mode. Mereka tidak mengikuti mode
pakaian tertentu untuk kegiatan tertentu pula, diidentikkan manusia terbelakang.
Sementara itu Amerika dan Eropa dikenal dengan gaya pakaian buka-bukaan
sebagai cermin kebebasan itu sendiri atau mereka menganggapnya sebagai hak
asasi manusia (HAM). Namun itulah kultur barat yang jika diterapkan di
Indonesia yang memilki kultur berbeda, jelas sangat kont ras terlebih lagi bagi
kaum muslimin yang menjunjung tinggi akhlak, moral, dan sopan santun
berpakaian. Memang mode mereka sangat bertolak belakang.

II. Uraian Materi
A. Tata cara berpakaian/berhias
Berpakaian atau menutup aurat bagi seorang muslim adalah suatu
kewajiban. Kriteria pakaian bukanlah berdasarkan kepantasan atau mode yang
lagi trend, melainkan berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah. Jika kedua sumber
hukum Islam ini telah memutuskan suatu hukum, maka seorang muslim dan
muslimah terlarang membantahnya. Allah berfirman dalam QS. Al Ahzab: 36;

Artinya : "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi
perempuan yang mukmin apabila Allah dan Rasul-Nya telalt menetapkan suatu
ketetapan akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.`
Barang siapa mendurhakai Allah dan rasul -Nya, maka sungguhlah dia telah
sesat, sesat yang nyata. "

Para perancang mode boleh saja bilang bahwa hasil rancangannya itu
adalah pakaian muslim/muslimah, tetapi jika tidak memenuhi syarat
sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah, maka pakaian itu bukanlah pakaian
muslim/muslimah. Syaikh Muh. Nashiruddin At Albani dalam bukunya "Jilbab Al
Mar'ah Al Muslimah fiAl Kitabi was Sunnati" mengharuskan delapan syarat
pakaian muslim dan muslimat:
1. Menutup seluruh badan selain yang dikecualikan (QS. An Nur: 31).
2. Bukan berfungsi sebagai perhiasan (QS. Ahzaab: 33).
3. Kainnya harus tebal tidak tipis (HR. Abu Dawud)
4. Harus longgar dan tidak ketat, sehingga tidak menggambarkan sesuatu dari
tubuhnya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits yang artinya sebagai
berikut:
"Rasulullah Saw memberiku baju Quthbiyyah yang tebal (biasanya tipis) yang
merupakan baju yang dihadiahkan Al Kaalabi kepada beliau. Baju itu pun aku
pakaikan pada isteriku. Nabi saw, bertanya kepadaku; meugapa kamu tidak
memakai baju Quthbiyyah? aku menjawab: aku pakaikan baju itu pada isteriku. Nabi
Saw menjawab; perintahkanlah ia agar memakai baju dalam dibalik Quthbiyyah itu,
karena aku khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya. "
(HR. Al Baihaqi, Ahmad, Abu Dawud).
5. Tidak diberi wewangian atau parfum bagi wanita.
6. Tidak menyerupai laki-laki atau sebaliknya.
7. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir.
8. Bukan libassyurah (pakaian popularitas/meraih gengsi di tengah orang banyak).
Dari prinsip dasar tersebut perlu dipahami pula tentang ketentuan aurat
dalam Islam. Aurat laki-laki muslim, terutama dalam salat adalah menutup
fisiknya dari pusar hingga lutut, sedangkan bagi perempuan muslimah adalah
seluruh tubuhnya/fisiknya kecuali muka dan telapak tangan. Bahkan Allah Swt
menganjurkan berpakaian yang indah disetiap memasuki masjid (QS. Al A'raaf:
31).

a. Tujuan Berpakaian
Islam mengidentikkan pakaian bagi manusia adalah sebagai pelindung,
yaitu melindungi mereka dari berbagai bahaya yang mungkin muncul (QS. Al
Ahzab: 59). Sebaliknya, bangsa Barat mengidentikkan pakaian sebagai mode
atau trend yang justru harus bisa merangsang pihak lawan jenisnya sehingga
mereka bisa menikmati keindahan tubuhnya lewat mode pakaian yang
dikenakannya. "Bahkan berprinsip bahwa keindahan tubuh adalah anugerah,
mengapa harus ditutup-tutupi."
Jika kedua pandangan ini digabungkan, jelas sangat kont ras dan tidak
ada kesesuaian. Maka jika ditelusuri lebih jauh, munculnya pakaian yang tidak
Islam adalah sebagai akibat infiltrasi atau perembesan budaya pakaian barat
terhadap kaum muslimin. Sekadar contoh: ragam kosmetika dan alat kecantikan
menjamur untuk para wanita, semua itu bertujuan agar para wanita muslimah
membuka auratnya. Untuk itu sebagai seorang muslimin berkewajiban memakai
pakaian yang memenuhi syarat syari'ah sebagaimana yang telah dijelaskan.
Dengan demikian, Islam tidaklah alergi terhadap mode dan gaya, asalkan
prinsip dasar berpakaian telah dipenuhinya. Adapun tujuan berpakaian menurut
Islam adalah:
1. Menutup aurat dan sebagai perhiasan (QS. Al A'raaf: 26) Memelihara diri dari
panas dan bahaya lain (QS. An Nahl: 81).
2. Beribadah kepada Allah Swt (QS. Al A'raaf: 31).
3. Menghindari godaan syetan (QS. Al A'raaf: 27).
4. Dikenal sebagai muslimah dan terhindar dari gangguan (QS. Al Ahzab: 59).
5. Untuk memperoleh rida Allah.

b. Kriteria/Ketentuan busana/berbusana (bukan antara suami-istri)
1. Bagi wanita tidak menampakkan perhiasan dan menutup dada (QS. An Nun 31).
2. Bagi wanita menutup seluruh tubuh selain muka dan tangan kecuali dihadapan
orang-orang tertentu (QS. Al Ahzab: 59, HR. Abu Dawud dari 'Aisyah, HR Thabrani
dll.).
3. Bagi pria tertutup minimal antara lutut dan pusar dan wanita tidak terlalu tipis hingga
tembus pandang terhadap bagian badannya yang menjadi aurat (HR. Abu Dawud
dan Ahmad).
4. Tidak menyerupai wanita (bagi pria) dan sebaliknya (HR. Tirmidzi).
5. Tidak terlalu ketat hingga membentuk lekuk tubuh terutama bagi kaum wanita (HR.
Bukhari Muslim).
6. Tidak terlalu panjang hingga menyapu tanah (HR. Tirmidzi).
7. Indah, bersih,dan sedap dipandang (Al hadits).
8. Bersih (HR. Bukhari).
9. Tidak merangsang yang dapat mengarah kepada zina.
c. Pedoman berhias
1. Berhias merupakan naluri alamiah
Rasulullah Saw dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim: "Sepuluh hal yang termasuk fithrah adalah mencukur kumis, memotong
kuku, menyela (mencuci) jari-jemari, memanjangkan jenggot, syiwak, istinsyaq
(memasukkan air ke hidung), mencabut bulu ketiak, mencukur rambut
kemaluan, intiqashul mad (istinja') dan khitan." (HR. Bukhari Muslim)

2. Larangan mencukur dan menyambung rambut
Tidak diperbolehkan bagi seorang wanita untuk mencukur rambutnya
kecuali karena suatu hal yang mengharuskan itu, dan tidak juga menyambung
rambutnya, baik dengan rambut sendiri maupun rambut orang lain. Imam
Bukhari meriwayatkan dari `Aisyah, Asma, Ibnu Mas'ud, Ibnu Umar, dan Abu
Hurairah: sabda Nabi Saw;
"Rasulullah melaknat wanita yang menyambung rambut atau minta
disambungkan rambutnya. (HR Bukhari)
Kemudian dalam hadits lain disebutkan:
Dari Asma' Binti Abu Bakar Ash Shidiq, dia menceritakan pernah ada seorang
laki-laki datang kepada Rasulullah Saw seraya bertanya: "Wahai Rasulullah,
aku mempunyai isteri yang terserang penyakit sehingga rambutnya rontok,
apakah berdosa jika menyambungnya, beliau menjawab; "Allah melaknat wanita
yang menyambung rambutnya dan wanita yang meminta disambungkan
rambutnya. "(HR. Mutafaqun Alaih)

3. Memulai segala sesuatu yang baik dengan sebelah kanan
"Rasulullah Saw suka memulai sesuatu dengan sebelah kanan,
mengambil dan memberi dengan tangan kanan, dan beli au dalam segala
urusannya senang memulai dengan sebelah kanan." (HR. Nasa'i)

4. Larangan membuat tato dan merenggangkan gigi.
Rasulullah Saw bersabda: "Allah melaknat wanita yang membuat tato pada
kulitnya dan wanita yang meminta tato, yang mencukur al isnya dan yang minta
direnggangkan giginya untuk mempercantik diri, yang mereka semua mengubah
ciptaan Allah." (HR. Mutafaqun `Alaih)

5. Diperbolehkan memakai pakaian sutera bagi wanita
Dari Anas RA. "Aku pernah melihat pada diri Zainab binti Rasulullah Saw
baju sutera yang bergaris. " (HR. Bukhari)
6. Larangan menjulurkan pakaian
Dari Abdullah bin Umar RA. Rasulullah pernah bersabda: "Barang siapa
yang menyeret/menarik pakaiannya karena sombong, niscaya Allah tidak akan
memandangnya, lalu Ummu Salamah bertanya; bagaimana kaum wanita harus
membuat ujung pakaiannya? Rasulullah menjawab: hendaklah mereka
menurunkan pakaian mereka sejengkal (dari pertengahan betis), selanjutnya
Ummu Salamah bertanya: kalau begitu kaki mereka tetap tampak? Rasulullah
menjawab: hendaklah mereka menurunkan satu hasta dan tidak melebihinya.
"(HR.Nasa'i)

7. Dimakruhkan wanita memperlihatkan perhiasan yang dipakainya
Hendaklah kaum muslimah mengetahui bahwa diperbolehkannya wanita
memakai perhiasan dari emas dan perak, namun perlu diketahui, bahwa tidak
boleh memperlihatkan perhiasan emas yang dipakainya.

8. Tidak diperbolehkan memakai wangi-wangian yang tercium aromanya oleh
orang lain.
Dari Ghanim bin Qais, dari Abu Musa Al Asy'ari RA, menceritakan,
Rasulullah Saw bersabda; "Setiap wanita mana saja yang memakai wangi -
wangian lalu dia berjalan melewati suatu kaum supaya mereka mencium bau
wanginya itu, berarti dia telah berzina. " (HR. Ahmad, An Nasa'i, Abu Dawud
dan Tirmidzi)
9. Diperbolehkan bagi wanita memakai kutek
Diperbolehkan bagi kaum wanita untuk memakai kutek, hal ini didasarkan
pada hadits dari Aisyah RA, dia menceritakan; "Ada seorang wanita yang
menyodorkan sebuah kitab dengan tangannya kepada Rasulullah Saw, lalu
beliau menarik tangannya sendiri, lalu wanita itu mengatakan, wahai Rasulullah
aku menyodorkan tanganku kepadamu dengan sebuah kitab tetapi engkau tidak
mengambilnya. Beliau pun bersabda; sesungguhnya aku tidak mengetahui
apakah itu tangan perempuan atau laki-laki. Ia adalah tangan perempuan, ujar
perempuan itu. Seandainya aku seorang perempuan, niscaya aku akan
merubah kukumu dengan daun pacar. " (HR Abu Dawud dan Nasa'i)

10. Tidak diperbolehkan memakai pakaian tipis
Dari Abdullah bin Umar RA, aku pernah mendengar Rasulullah Saw
bersabda "Pada akhir nanti, akan ada beberapa orang laki -laki yang menaiki
pelana, mereka singgah di beberapa pintu masjid, sementara wanita-wanita
mereka berpakaian tetapi telanjang, di atas kepala mereka terdapat sesuatu
seperti punuk unta yang miring. Laknat bagi mereka, karena mereka terlaknat
"(HR. Ibnu Hibban)

11. Perintah untuk berjilbab
Allah Swt berfirman dalam QS. Al Ahzab: 59 yang diwajibkan kepada
seluruh wanita muslimah dituntut untuk menjalankan perintah berjilbab tanpa
pengecualian. Jilbab harus memenuhi beberapa syarat;
a. harus menutupi seluruh badan kecuali wajah dan kedua telapak tangan
b. tidak dimasukkan hiasan bagi dirinya
c. harus lapang dan tidak sempit, sehingga tidak menggambarkan bentuk
tubuhnya
d. tidak memperlihatkan sedikitpun bagian kaki wanita
e. yang dikenakan itu tidak sobek dan tidak menyerupai laki -laki

12. Tabarruj
Tabarruj berarti berhias dengan memperlihatkan kecantikan dan
menampakkan keindahan tubuh dan kecantikan wanita kepada suaminya; Allah
Swt melarang tabarruj melalui dua ayat dalam Al Qur'an, perhatikan dalam QS.
An Nuur: 60, Al Ahzab: 33.
Rasulullah pernah bersabda: "Wanita dilarang berhias untuk selain suaminya.
"(HR. Ahmad, Abu Dawud dan Nasa'i)
Jika seorang wanita berhias dimaksudkan untuk selain suaminya, maka
akan timbul fitnah dan madharat besar, seperti problematika yang kita alami di
zaman modern sekarang, karena berhias untuk selain suami termasuk tabarruj
dan dapat mengundang nafsu birahi laki -laki.

B. Bertamu Beserta Adapnya
Bertamu ada aturan dan caranya. Tamu yang baik tentu akan
memperhatikan peraturan atau cara yang telah ditetapkan sesuai dengan
tuntunan agama, baik mengenai waktu bertamu maupun cara menempatkan diri
(sopan santun) dalam bertamu. Bertamu hendaknya memperhatikan
keperluan/keadaan orang yang akan menerima tamu, yaitu sedang dalam
keadaan longgar. Jadi hendakuya jangan bertamu pada waktu penerima tamu
sedang banyak pekerjaan, sedang tidur atau sedang makan.
Memang tamu itu harus dihormati, tetapi situasi tersebut perlu
dipertimbangkan oleh orang-orang yang bertamu, agar terhindar dari hal -hal
yang mengecewakan. Berapa lama sebaiknya bertamu? Tidak ada peraturan
yang pasti, biasanya bergantung pada keperluannya. Artinya, jika keperluan itu
sudah cukup, hendaklah segera pulang. Rasulullah Saw bersabda memberikan
patokan secara umum, bahwa bertamu itu paling lama 3 hari, Sabda Rasulullah
Saw: Artinya: "bertamoa itu tiga hari. " (Mutafaq `alaih) Bertamu lebih dari tiga
hari dapat merepotkan tuan rumah (penerima tamu), apalagi tuan rumah dalam
keadaan kesempitan, artinya tidak mempunyai cukup rezeki untuk menjamu
tamu. Keadaan tersebut akan merepotkan tuan rumah. Gangguan perasaan
yang timbul, tentu harus sama-sama dihindari.

Sopan Santun Menerima Tamu
Menerima tamu dengan baik adalah ciri orang yang beriman. Rasulullalh
bersabda yang artinya "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaknya menghormati tamunya." (HR. Bukhari Muslim). Kita harus yakin
bahwa tamu yang datang akan membawa barokah sendiri, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Rasulullah Saw bersabda: "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir hendaknya memuliakan tamunya." (HR. Bukhari) Menghormati tamu
berarti kita harus melakukan hal-hal berikut:
1. Sambutlah tamu yang datang dengan muka manis dan penuh hormat, walaupun
kita dalam keadaan kurang.
2. Sambutlah tamu dengan:
a. Gapuh; kegembiraan hati atas kedatangannya, jawablah salamnya, songsonglah
kedatangannya dan jabatlah tangannya.
b. Saguh; menciptakan suasana keakraban dan persaudaraan yang ikhlas dan
semarak. Pandai-pandailah mencari topik pembicaraan dan menciptakan suasana
hangat.
c. Lungguh; disuruh duduk pada tempat yang telah disediakan.
d. Suguh; memberikan jamuan/suguhan berupa makanan atau minuman. Jika perlu
tanyakan dulu pada tamu mau minum teh, air putih atau kopi? Ajaklah bicara, jangan
didiamkan saja hingga ia meninggalkan ruang tamu, itu tidak suguh namanya.
3. Ketika berbicara tanyalah beberapa hal yang tidak menyinggung
kedatangannya, seperti nanti malam mau tidur di mana?
4. Jika tamu akan pulang, nyatakan perasaan menyesal atas kedatangan yang
singkat, dan ucapkan terima kasih telah dikunjungi serta agar tidak bosan untuk
berkunjung ke rumah kita.
5. Bila yang datang tamu terhormat, pembesar, ulama, atau tamu istimewa, kita
boleh memberikan sambutan yang lebih istimewa sebagai penghormatan
kepadanya, sepanjang tidak berlebihan dan batas kewajaran.
6. Pedoman Bertamu ke Rumah Orang Lain :
Dalam QS. An Nuur: 27-28 Allah menjelaskan agar orang beriman tidak
boleh memasuki rumah orang lain sebelu
-
in meminta izin dan membeii salam
kepada penghunir.ya. Jika tuan rumah tidak mengizinkan masuk atau
mengatakan: "kembali sajalah" atau sudah tiga kali berturut -turut memberi
salam tidak ada jawaban atas penghuni rumah, maka hendaklah kamu kembali,
itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Anda mungkin juga menyukai