Anda di halaman 1dari 4

Assayidah Rafidlah Al Aslamiyah

E2012003
DIV FISIOTERAPI

PATOFISIOLOGI DAN PROBLEMATIKA STOKE

Stroke atau Cerebrovascular Accident (CVA) merupakan gangguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai
arteri otak (Wilson, 2002).
Menurut WHO, stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global
secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah otak.

Dalam istilah awam, stroke adalah serangan otak yang terjadi secara tiba-tiba dengan
akibat kematian atau kelumpuhan sebelah bagian tubuh secara sederhana.Stroke terjadi jika
aliran darah ke otak terputus, otak kita sangat tergantung pada pasokan darah yang
berkesimbungan, yang dialirkan oleh arteri (pembuluh nadi). Jika pasokan darah berhenti akibat
pembekuan darah atau pecahnya pembulu darah, sedikit atau banyak akan terjadi kerusakan pada
otak yang tidak dapat diperbaiki (infark otak). Dampaknya adalah fungsi kontrol bagian tubuh
oleh daerah otak yang terkena stroke tersebut akan hilang atau mengalami gangguan dan dapat
mengalami kematian (Vitahealth, 2006).
Secara sederhana stroke akut didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya
aliran darah ke otak kerena sumbatan (stroke iskemik) atau pendarahan (stroke hemoragik)
(Junaidi, 2011). Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti kerena aterosklerotik atau
bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah, melalui proses aterosklerosis.
Sedangkan pada stroke hemoragik (pendarahan), pembuluh darah pecah sehingga aliran darah
menjadi tidak normal dan darah yang keluar merembes masuk kedalam suatu daerah di otak dan
merusaknya (Junaidi, 2011).


Patofisiologi stroke hemoragik (iskemia) dan non hemoragik:

1. Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau
embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding
pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi
berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark
pada jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri
karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang
cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya
dinding pembuluh darah oleh emboli.
2. Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan
subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan.
Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan
menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga
timbul kematian.
Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat
menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut
menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

Problematika yang akan dihadapi fisioterapi pada penderita akibat stroke akut sangat
bervariasi bergantung pada topis lesi dan derajat beratnya lesi. Problematika yang terjadi
menurut klasifikasi dari WHO yang dikenal dengan International Classification of Function and
Disabilitty (ICF) yang terdiri atas impairment, functional limitation, dan participation
restriction.


Pada kondisi Gangguan Pembuluh Darah Otak atau Stroke, problem yang sering timbul
oleh pasien biasanya :
1. Adanya kelemahan otot pada bagian anggota gerak tubuh yang terkena
2. Adanya gangguan keseimbangan
3. Adanya gangguan postur
4. Adanya gangguan pernafasan
5. Adanya atropi.
6. Adanya gangguan kemampuan fungsional

1. Impairment
Impairment merupakan gangguan pada jaringan pada penderita stroke sebagai gangguan
kapasitas fisik maupun pisikologis yang cukup berat. Pasien mengalami keadaan yaitu adanya:
1) Abnormalitas tonus otot, karena adanya kerusakan sistem saraf sehingga menimbulkan
kekakuan yang bersifat spastik.
2) Pola sinergis biasanya selalu terdapat dengan spastisitas dan saling mempengaruhi.
3) Potensial terjadinya komplikasi tirah baring pada sistem pernapasan, karena tirah baring yang
lama akan menyebabkan penumpukan cairan dalam paru.
2. Fungsional Limitation
Functional limitation merupakan ketidak mampuan pasien dalam beraktivitas
fungsional.Dalam hal ini karena tidak mampu menggerakkan anggota tubuh yang lumpuh
misalnya lengan dan tungkai, untuk perawatan diri dan ketidakmampuan berjalan. Aktivitas
lengan misalnya makan, minum, menyisir rambut, gosok gigi dan mengambil sesuatu akan
menjadi terganggu, sedangkanaktivitas tungkai misalnya jongkok, berdiri dan berjalan.

3. Participation Restriction (Disability)
Participation restriction atau disability merupakan ketidak mampuan melakukan
aktivitas sosial dan berinteraksi dengan lingkungan. Sehingga kondisi tadi akan membatasi atau
menghalangi penderita untuk berperan normal baik sebagai anggota keluarga atau masyarakat.
Keadaan yang terakhir ini disebut disability. Dengan adanya permasalahan di atas, maka akan
membatasi pasien untuk berperan serta secara normal dalam keluarga dan lingkungan
masyarakat.

Referensi :
Yayan adi sumaryana, 2011, patofisiologi stroke (diakses pada tgl 19 september 2014)
Ade irawan, 2013, problematika stroke ditinjau dari fisioterapi (diakses pada tgl 19 september 2014)
Aji kristianto wijaya, 2012. Patofisiologi stoke akibat thrombus (diakses pada tgl 19 september 2014)

Anda mungkin juga menyukai