Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Bab 4 Perhitungan dan Penggambaran


Kelompok XI


27
BAB 4
PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN

4.1 Perhitungan Sudut Horisontal

4.1.1 Perhitungan Sudut Horisontal

Perhitungan sudut horisontal digunakan untuk mendapatkan besaran sudut dalam
poligon (), dengan adalah selisih nonius belakang (rata-rata) dengan nonius
muka (rata-rata).

Tabel 4.1. Contoh Perhitungan Sudut Horisontal
T
e
m
p
a
t

A
l
a
t

K
e
d
u
d
u
k
a
n

T
e
r
o
p
o
n
g

A
r
a
h

B
i
d
i
k
a
n

Bacaan Skala Lingkaran Mendatar
Sudut B
Sudut Ratarata
Sudut LB
I II Rata rata
o
'
o
'
o
'
o
'
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 B 2 000 00 00 000 00 00 000 00 00
130
130
130
29
32
35
35
32,5
30
B 5 130 34 10 130 25 00 130 29 35
LB 2 180 01 50 179 59 40 180 00 45
LB 5 310 38 20 310 34 10 310 36 15

Keterangan :
Kolom (1) : Tempat kedudukan alat ( 1,2,3,4,5 )
Kolom (2) : Kedudukan teropong
Dalam pembidikan ada kedudukan biasa (B) dan luar biasa (LB).
Bila visir berada di atas teropong berarti kedudukan biasa, dan bila
visir berada di bawah teropong berarti kedudukan luar biasa (LB).
Kolom (3) : Arah bidikan tempat titik bidik.
Kolom (4) : Bacaan lingkaran mendatar I berisi hasil pembacaan azimuth
(sudut mendatar pertama).
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Bab 4. Perhitungan dan Penggambaran
Kelompok XI
28

Kolom (5) : Bacaan lingkaran mendatar II berisi hasil pembacaan azimuth
(sudut mendatar kedua).
Kolom (6) : Bacaan skala lingkaran mendatar rata-rata, yaitu rata-rata sudut
bacaan pertama dan kedua.

Contoh : 2 B 5 ( arah bidikan 2 dan 5 dalam kedudukan biasa )
Bacaan 1 = 130
o
3410
Bacaan 2 = 130
o
2500
Rata-rata = 130
o
2935

Kolom (7) : Selisih sudut mendatar rata-rata antara kedudukan biasa dan luar
biasa serta sudut rata-rata antara biasa dan luar biasa (sudut dalam
poligon).

Contoh perhitungan:
- Biasa (B)

belakang
= 130
o
2935

muka
= 0
o

1
(B) =
belakang

muka

= 130
o
2935 0
o

= 130
o
2935
- Luar Biasa (LB)

belakang
= 310
o
3615

muka
= 180
o
0045

1
(LB) =
belakang

muka

= 310
o
3615 180
o
0045
= 130
o
3530

- Sudut
1
ratarata =
2
LB + B
1 1
) ( ) (

=
2
13035'30 + 13029'35

= 130
o
3232,5
Dengan cara yang sama diperoleh besarnya nilai sudut dalam poligon (|)
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Bab 4. Perhitungan dan Penggambaran
Kelompok XI
29

4.1.2 Pengukuran Jarak Mendatar

Dari pengukuran yang telah dilakukan didapat bacaan benang atas, benang bawah,
dan sudut zenith, sehingga dengan data-data tersebut dapat digunakan untuk
menentukan jarak antar titik poligon. Pengukuran dilakukan secara pergi dan
pulang, dengan masing masing pengukuran dibedakan atas stand I dan stand II,
yaitu dengan membedakan tinggi pesawat. Jarak antar poligon yaitu jarak rata-rata
dari ke empat cara penggunaan tersebut.

Tabel 4.2. Contoh Perhitungan dan Pengukuran Jarak Mendatar
Pengukuran Jarak Langsung Pengukuran Jarak Optis
Titik
Pergi Pulang
Rata-
rata
Titik B.Atas Sdt Vertikal
Jarak Datar
(BA-BB) x
100 sin Z
Rata-
rata
jarak
Dari Ke Dari Ke
B.
Bawah
Zenith
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 ) ( 10 )
1 2 52,96 52,90 52,93 St. I
1

2
1,60
90
o
0000 52,50
52,75
1,075
St. II
1

2
1,55
90
o
0000 53,00
1,02

Keterangan :
Kolom (1) : Tempat berdirinya alat
Kolom (2) : Tempat yang dibidik
Kolom (3) : Jarak mendatar berdasarkan pengukuran di lapangan (pergi dan
pulang)
Kolom (4) : Ratarata jarak mendatar

- Contoh perhitungan
Dari titik 1 ke titik 2
Pergi = 52,96 m
Pulang = 52,90 m
Ratarata =
2
90 , 52 96 , 52 +

= 52,93 m

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Bab 4. Perhitungan dan Penggambaran
Kelompok XI
30

Kolom (5) : Tempat berdirinya alat
Kolom (6) : Tempat yang dibidik
Kolom (7) : Bacaan benang atas dan benang bawah
Kolom (8) : Besar sudut zenith dan miring
Kolom (9) : Jarak mendatar dengan sumbu
D = (BA BB) x 100 sin Z

- Contoh perhitungan
Pengukuran jarak optis titik 1 dan titik 2 ( stand I )
BA = 1,60 m
BB = 1,075 m
Z = 90
o

D = (BA-BB) x 100 sin

Z


= (1,60 1,075 ) x 100 sin 90
o

= 52,50 m

Pengukuran jarak optis titik 1 dan titik 2 ( stand II )
BA = 1,55 m
BB = 1,02 m
Z = 90
o

D = (BA-BB) x 100 sin

Z


= (1,55 1,02) x 100 sin 90
o

= 53,00 m

Kolom (10) : Ratarata jarak mendatar dua titik.

2
) II stand D ( ) I stand D (
datar jarak rata - Rata
+
=

- Contoh perhitungan
Pengukuran rata-rata jarak datar titik 1 dan titik 2
Jarak datar stand I = 52,50 m
Jarak datar stand II = 53,00 m
Ratarata jarak datar =
2
53,00 52,50 +
= 52,75 m
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Bab 4. Perhitungan dan Penggambaran
Kelompok XI
31

4.1.3 Pengukuran Jarak Titik Poligon ke Pojok Bangunan

Pengukuran ini dilakukan terhadap pojok bangunan ditinjau dari satu atau lebih
dari titik poligon. Hal ini dimaksudkan untuk koreksi dalam penggambaran agar
diperoleh gambar yang benar. Pengukuran ini menggunakan theodolit 0 (T0)
dengan rumus :
D = (BA - BB) x 100 sin
2
z

Penggambaran dari titik 1
Dengan dasar
12
dan jarak d
12
, maka penggambaran titik dapat dilakukan.
Demikian selanjutnya sampai titik 5. Sudut merupakan sudut dalam poligon.

4.1.4 Perhitungan Titik Poligon

Agar lebih jelas dan mudah, cara dan perhitungan poligon sebagai kerangka peta
dapat disajikan dengan cara pengisian tabel koordinat sebagai berikut :

Tabel 4.3. Contoh Perhitungan Titik Poligon
No
Ttk
Sudut
Sudut Jurusan
(o)
Jarak
(D)
Ax =
D sin o
Ay =
D cos o
Koordinat
x Y
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 130
o
3232,5 291
o
530 52,4625 48,6823 19,5537
0,00 0,00
0
o
015 0,1157 0,1627
2 110
o
85 1
o
4510

26,2125 0,8018 26,2002
48,7980 19,7164
0
o
015 0,0578 0,0813

Keterangan :
Kolom (1) : Nomor titik dengan theodolit berdiri
Kolom (2) : Sudut dalam poligon ( ) dan koreksi sudut dalam ( fo )
muka nonius - belakang nonius = |
( ) ( ) o o o | f n
n
+ + = 180 2
0

Dengan : E| = jumlah sudut dalam poligon
o
0
= azimuth awal
o
n
= azimuth ke-n (akhir)
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Bab 4. Perhitungan dan Penggambaran
Kelompok XI
32

n = jumlah titik poligon
fo = koreksi sudut

- Contoh perhitungan
E| = 540115
E| = (n-2) x 180 + fo
540115 = ( 5-2) x 180 + fo
fo = + 0115

- Besar koreksi tiap sudut
" 15 ' 0 0 -
5
15 1 0 -

n
f -
' ' ' O
= =

- Perhitungan sudut dalam ( | ) terkoreksi :

1
= 130
o
3232,5 0
o
015 = 130
o
3217,5

2
= 110
o
85 0
o
015 = 110
o
750

3
= 94
o
437,5 0
o
015 = 94
o
4252,5

4
= 101
o
3230 0
o
015 = 101
o
3215

5
= 103
o
50 0
o
015 = 103
o
445

Kolom (3) : Sudut jurusan (o ) terkoreksi

+ =
+
180
) , 1 ( ) 1 , ( n n n n n


- Contoh perhitungan
o
12
= 291
o
530
o
23
= o
12


( 180 +
2
) = 291
o
530 180
o
110
o
750 = 1
o
4510
o
34
= o
23
+

( 180
3
) = 1
o
4510 + 180
o
94
o
4252,5 = 87
o
217,5
o
45
= o
34
+

( 180
4
) = 87
o
217,5 + 180
o
101
o
3215 = 165
o
302,5
o
51
= o
45
+

( 180
5
) = 165
o
302,5 + 180
o
103
o
445 = 242
o
2517,5


Kolom (4) : Jarak datar ( D ) diperoleh dari pengukuran sipat datar
- Dari pengukuran sipat datar diperoleh data sebagai berikut :
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Bab 4. Perhitungan dan Penggambaran
Kelompok XI
33

D
12

=
2
52,5 52,75+
=

52,4625 m
D
23
= 26,2125 m
D
34
= 65,75 m
D
45
= 37,0941 m
D
51
= 30,0125 m
D
= 211,5316 m

Kolom (5) : Penambahan jarak optis (Ax) dan koreksi absis (f(x))
o sin D x = A x .
D
D
- f(x) =
Dengan :
Ax = penambahan jarak optis
o = sudut jurusan
D = jarak antar titik poligon
ED = jumlah jarak antar titik poligon
EAx = jumlah penambahan jarak ke sumbu x

- Contoh perhitungan
- Perhitungan x
Ax
12
= D
12
x sin o
12

= 52,4625 x sin 291
o
530 = 48,6823 m
Ax
23
= 26,2125 x sin 1
o
4510 = 0,8018 m
Ax
34
= 65,75 x sin 87
o
217,5 = 65,6622 m
Ax
45
= 37,0941 x sin 165
o
302,5 = 9,2872 m
Ax
51
= 30,0125 x sin 242
o
2517,5 = 26,6024 m
EAx = 0,4665 m

Perhitungan f(x)
fx
1
=
4665 , 0
211,5316
52,4625

= 0,1157 m
fx
2
=
4665 , 0
211,5316
26,2125

= 0,0578 m
fx
3
=
4665 , 0
211,5316
65,75

= 0,1450 m
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Bab 4. Perhitungan dan Penggambaran
Kelompok XI
34

fx
4
=
4665 , 0
211,5316
37,0941

= 0,8018 m
fx
5
=
4665 , 0
211,5316
30,0125

= 0,0662 m

Kolom (6) : Penambahan jarak optis (Ay) dan koreksi ordinat (f(y))
o os c D y = A y .
D
D
- f(y)=
Dengan :
Ay = penambahan jarak optis
o = sudut jurusan
D = jarak antar titik poligon
ED = jumlah jarak antar titik poligon
EAy = jumlah penambahan jarak ke sumbu y

- Contoh perhitungan
- Perhitungan y
Ay
12
= D
12
x cos o
12

= 52,4625 x cos 291
o
530 = 19,5537 m
Ay
23
= 26,2125 x cos 1
o
4510 = 26,2002 m
Ay
34
= 65,75 x cos 87
o
217,5 = 3,3973 m
Ay
45
= 37,0941 x cos 165
o
302,5 = 35,9127 m
Ay
51
= 30,0125 x cos 242
o
2517,5 = 13,8947 m
EAy = 0,6562 m

Perhitungan f(y)
fy
1
=
) 6562 , 0 (
211,5316
52,4625

= 0,1627 m
fy
2
=
) 6562 , 0 (
211,5316
26,2125

= 0,0813 m
fy
3
=
) 6562 , 0 (
211,5316
65,75

= 0,2039 m
fy
4
=
) 6562 , 0 (
211,5316
37,0941

= 0,1150 m
fy
5
=
) 6562 , 0 (
211,5316
30,0125

= 0,0931 m
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Bab 4. Perhitungan dan Penggambaran
Kelompok XI
35


Kolom (7) : Koordinat titik poligon ( sb x )

1 n 1 - n n
fx x x x

+ A + =
n


- Contoh perhitungan
x
1
= 0,0 m
x
2
= x
1
+ Ax
12
+ fx
1
= 0,0 + (48,6823) + (0,1157) = 48,7980 m
x
3
= x
2
+ Ax
23
+ fx
2
= 48,7980 + 0,8018 + (0,0578) = 48,0540 m
x
4
= x
3
+ Ax
34
+ fx
3
= 48,0540 + 65,6622 + (0,145) = 17,4632 m
x
5
= x
4
+ Ax
45
+ fx
4
= 17,4632 + 9,2872 + (0,8018) = 26,6686 m
x
1
= x
5
+ Ax
51
+ fx
5
= 26,6686 + (26,6024) + (0,0662) = 0,0 m

Kolom (8) : Koordinat titik poligon ( sb y )

1 n 1 - n n
fy y y y

+ A + =
n


- Contoh perhitungan
y
1
= 0,0 m
y
2
= y
1
+ Ay
12
+ fy
1
= 0,0 + 19,5537 + 0,1627 = 19,7164 m
y
3
= y
2
+ Ay
23
+ fy
2
= 19,7164 + 26,2002 + 0,0813 = 45,9980 m
y
4
= y
3
+ Ay
34
+ fy
3
= 45,9980 + 3,3973 + 0,2039 = 49,5992 m
y
5
= y
4
+ Ay
45
+ fy
4
= 49,5992 + (35,9127) + 0,1150 = 13,8016 m
y
1
= y
5
+ Ay
51
+ fy
5
= 13,8016 + (13,8947) + 0,0931 = 0,0 m

Jadi, koordinat titik poligon
Titik 1. ( 0 ; 0) m
2. (48,7980 ; 19,7164) m
3. (48,0540 ; 45,9980) m
4. (17,4632 ; 49,5992) m
5. (26,6686 ; 13,8016) m

4.1.5 Pengukuran Beda Tinggi
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Bab 4. Perhitungan dan Penggambaran
Kelompok XI
36


Tabel 4.4. Pengukuran Sipat Datar Memanjang
WP = Water Pass
Keterangan :
Kolom (1) dan (7) : Letak titik-titik dengan rambu berada
Kolom (2) : Data hasil percobaan waterpass ke rambu muka dan
belakang dan data benang tengah ( stand II )
Contoh :
Stand I : BT belakang = 1,525 m
BT muka = 1,415 m
Stand II : BT belakang = 1,440 m
BT muka = 1,330 m

Kolom (3) : Data hasil bacaan benang atas (BA) dan benang bawah
(BB) untuk rambu muka dan belakang alat pada stand I.
Contoh :
Rambu belakang BA = 1,655 m
BB = 1,395 m
Rambu muka BA = 1,545 m
BB = 1,285 m

Kolom (4) : Hasil perhitungan jarak
100 x ) BB - BA ( = D
Contoh :
Jarak ke belakang = ( BA belakang BB belakang ) x 100
T
i
t
i
k

B. Tengah ( BT )
Stand I
Stand II
Benang Atas ( BA )
Benang Bawah (BB)
(BA + BB) = 2 x BT
Jarak Beda
Tinggi
Rata-rata
Beda
Tinggi
Titik
Belakang Muka Belakang Muka E Db (m) E Dm (m)
(1) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 )
1
1,525 1,415
1,665 1,545
26 26

0,11


0,11
1
WP

WP
1,440 1,330
0,11
2 1,395 1,285 2
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Bab 4. Perhitungan dan Penggambaran
Kelompok XI
37

= ( 1,655 1,395 ) x 100
= 26 m
Jarak ke muka = ( BA muka BB muka ) x 100
= ( 1,545 1,285 ) x 100
= 26 m

Kolom (5) : Beda tinggi antara 2 titik yang diberi rambu ( belakang
dan muka ) dapat berharga positif atau negatif. Berharga
positif apabila titik di muka pesawat lebih tinggi daripada
titik di belakang pesawat. Serta bernilai negatif apabila titik
di belakang pesawat lebih tinggi daripada titik di muka
pesawat.
Contoh :
Beda tinggi stand I = BT belakang BT muka
= 1,525 1,415
= 0,11 m

Beda tinggi stand II = BT belakang BT muka
= 1,440 1,330
= 0,11m

Kolom (6) : Rata-rata beda tinggi antara stand I dan stand II
Contoh :
( )
2
0,11 0,11
h
+
= A
= 0,11 m

Pengukuran sipat datar memanjang ini dilakukan 2 kali yaitu pergi (dari titik 1 ke
5) dan pulang ( dari titik 5 ke 1 ).

4.1.6 Pengukuran Tampang Melintang

Tabel 4.5. Hitungan Sipat Datar Memanjang
No Beda Tinggi Koreksi Tinggi Titik Jarak TP Catatan
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Bab 4. Perhitungan dan Penggambaran
Kelompok XI
38

Pergi Pulang
Rata-
rata
( m ) ( m ) (cm)
(1) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 )
1
0,11
0,0865
0,113
0,0815
0,1115
0,084
0,0039
100,0
52,3
26,05

2 100,1154
3 100,2033

Keterangan :
Kolom (1) : Tempat titik ukur
Kolom (2) : Beda tinggi antara waktu pergi pulang dan ratarata beda tinggi
Contoh :
Beda tinggi titik 1 dan 2
AH Pergi = 0,11
AH Pulang = 0,113
Beda tinggi rata rata =
2
pulang H pergi H A + A

=
2
0,113 0,11+

= 0,1115 m

Kolom (3) : Besar koreksi beda tinggi
n
h EA
= tinggi beda koreksi
Dengan :
EAh = jumlah keseluruhan rata-rata beda tinggi
n = jumlah titik poligon
Contoh :
EAh = 0,0195
n = 5
m 0039 , 0
5
) 0195 , 0 - ( -
tinggi beda koreksi = =
Kolom (4) : Tinggi titik poligon
H
n
= h
(n-1)
+ Ah
(n-1,n)
+ koreksi beda tinggi

Tinggi titik 1 (h
1
) = 100 m
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Bab 4. Perhitungan dan Penggambaran
Kelompok XI
39

Contoh :
h
1
= 100 m
h
2
= Ah
12
+ koreksi beda tinggi + h
1
= 0,1115 + 0,0039 + 100 = 100,1154 m
h
3
= 0,084 + 0,0039 + 100,1154 = 100,2033 m
h
4
= 1,06475 + 0,0039 + 100,2033 = 101,27195 m
h
5
= 1,65025 + 0,0039 + 101,27195 = 99,6256 m
h
1
= 0,3705 + 0,0039 + 99,6256 = 100 m

Kolom (5) : Jarak ratarata antar titik poligon saat pulang dan pergi
Dari hasil perhitungan diperoleh :
D
12
=
( ) ( ) | |
2
5 , 26 1 , 26 26 26 + + +

= 52,3 m
D
23
= 26,05 m
D
34
= 65,50 m
D
45
= 36,70 m
D
51
= 29,95 m

Kolom (6) : Tinggi pasak

4.2 Pengukuran Titik Detail

Tabel 4.6. Tabel Pengukuran Situasi Dan Titik Detail
No Titik
T
i
n
g
g
i

A
l
a
t

Rambu
bacaan
Sudut Jarak Tinggi
T
i
n
g
g
i

d
i

A
t
a
s

(
0
,
0
)

Ctt
T
e
m
p
a
t

A
l
a
t

T
e
m
p
a
t

y
a
n
g

D
i
t
i
n
j
a
u

B
.

T
e
n
g
a
h

B
.

A
t
a
s

B
.

B
a
w
a
h

A
z
i
m
u
t
h

Z
e
n
i
t
h

M
i
r
i
n
g

O
p
t
i
s

D
a
t
a
r

B
e
d
a

T
i
n
g
g
i

+

(
m
)

B
e
d
a

T
i
n
g
g
i


-

(
m
)

C
t
t

G
a
m
b
a
r

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15


Keterangan :
Kolom 1 : Tempat alat berdiri
Kolom 2 : Nomor titik yang dibidik
Kolom 3 : Tinggi alat ( pesawat )
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Bab 4. Perhitungan dan Penggambaran
Kelompok XI
40

Kolom 4 : Bacaan rambu tengah
Kolom 5 : Bacaan benang atas
Kolom 6 : Bacaan benang bawah
Kolom 7 : Bacaan azimuth
Kolom 8 : Bacaan zenith tiap detail
Kolom 9 : Bacaan sudut miring
Kolom 10 : Jarak optis ( jarak miring antara titik poligon dengan titik detail )
J
m
= ( BA - BB ) x 100 x sin z

Dengan :
J
m
= jarak optis
BA = bacaan benang atas
BB = bacaan benang bawah
z = sudut zenith
Contoh :
Tempat alat 1, tempat yang ditinjau A
BA = 1,335 m
BB = 1,14 m
z = 90
0

J
m
= (1,335 1,14) x 100 x sin 90
0

= 19,50 m

Kolom 11 : Jarak mendatar / rantai ( jarak datar antara titik poligon dengan
titik detail )
( ) z sin 100 BB - BA Jd
2
=
Dengan :
J
d
= jarak mendatar
BA = bacaan benang atas
BB = bacaan benang bawah
z = sudut zenith
Contoh :
Tempat alat 1, tempat yang ditinjau A
BA : 1,335 m
BB : 1,14 m
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Bab 4. Perhitungan dan Penggambaran
Kelompok XI
41

z : 90
0

J
d
= (1,335 1,14) x 100 x sin
2
90
0

= 19,50 m

Kolom 12 dan 13 : Beda tinggi antara titik poligon dengan titik detail.
( ) BT i m BB BA H + 50 = A 2 sin
Dengan :
AH = beda tinggi antara titik poligon dengan titik detail
BA = bacaan benang atas
BB = bacaan benang bawah
BT = bacaan benang tengah
m = sudut miring
i = tinggi alat
Contoh :
Tempat alat 1 tempat yang ditinjau A
BA = 1,335 m
BB = 1,14 m
BT = 1,237 m
m = 0
o

i = 1,45 m
H = (1,335 1,14) x 50 sin
2
0
o
+ 1,45 1,237
= 0,213 m

Kolom 14 : Tinggi di atas titik nol.
AH + = poligon titik tinggi h
Contoh :
h
A
= tinggi titik 1 + H
= 100 + 0,213
= 100,213 m

Kolom 15 : Catatan dan sketsa gambar situasi sesuai kondisi di lapangan.

4.3 Penggambaran

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Bab 4. Perhitungan dan Penggambaran
Kelompok XI
42

4.3.1 Penggambaran Titik Poligon

Dalam penggambaran titik poligon, prosedur yang diikuti adalah :
a. Menyiapkan scale paper, yaitu kertas gambar yang diberi kerangka koordinat
berupa milimeter block dengan ukuran sesuai kebutuhan.
b. Penggambaran / plotting dari titik poligon mula-mula dari titik poligon yang
diketahui koordinat. Biasanya dengan milimeter block dengan ukuran sesuai
kebutuhan.
c. Plotting poligon pada kertas kalkir dengan jarak grid 10 cm.

4.3.2 Penggambaran Titik Detail

Penggambaran titik detail dimulai dari titik ikat, yaitu titik poligon. Dari titik ikat
digambar titik - titik dengan cara :
a. Dari pemancaran 1 titik ikat ini kita tarik garis lurus antara titik detail yang
mempunyai azimuth yang sama.
b. Penggambaran titik tersebut cukup berdasarkan jarak azimuth hasil
pengukuran ( tidak perlu menggunakan data koordinat ).
c. Jika detail berupa bangunan, maka harus diperhitungkan sketsa bangunan
tersebut dari lapangan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan.
d. Jika detail merupakan titik tinggi yang nantinya akan digunakan untuk
penggambaran garis kontur, maka sebaiknya langsung dituliskan ketinggianya
agar lebih efektif.
e. Menggambar peta dengan menentukan kedudukan garis kontur yang sudah
diplotkan terlebih dahulu dengan cara interpolasi linear. Interval kontur yang
ditentukan adalah 1 m untuk medan mendatar.




4.3.3 Penggambaran Tampak Memanjang

Penggambaran tampak memanjang dimulai dari titik yang telah diketahui
ketinggiannya, kemudian digambar titik-titik lain dengan jarak dan ketinggian
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Bab 4. Perhitungan dan Penggambaran
Kelompok XI
43

yang sudah diketahui dari perhitungan. Dari titik satu ke titik lain di hubungkan
dengan satu garis. Garis inilah yang merupakan pendekatan dari bentuk muka
bumi sepanjang garis poligon.

4.3.4 Penggambaran Cross Section

Dari hasil pengukuran dan perhitungan data didapat ketinggian tiap titik bantu
sepanjang poligon melintang dengan titik 1 sebagai titik acuan yang telah
diketahui ketinggiannya. Kemudian digambarkan titik-titik tersebut dengan
ketinggian dan jarak hasil perhitungan. Dari titik lainnya dihubungkan dengan
satu garis. Garis tersebut merupakan pendekatan dari bentuk permukaan bumi
sepanjang garis potongan melintang.

4.3.5 Penggambaran Garis Kontur

Proses akhir pembuatan peta adalah menentukan letak kedudukan garis kontur di
antara titik tinggi yang telah diplot lebih dahulu. Untuk itu dilakukan interpolasi
secara linear diantara dua titik sesuai dengan interval kontur yang telah dipilih.
Setelah garis kontur ditarik dengan jelas, semua angka-angka tinggi dihapus
kecuali harga-harga tertentu saja yang masih tercantum elevasinya lalu
digambarkan pada kertas kalkir. Pada tiap garis kontur-garis kontur tersebut
dipertebal untuk mempermudah kepentingan praktis.

Langkah-langkah penggambaran garis kontur :
1. Menyiapkan garis kontur dilengkapi peta.
2. Memplotting titik-titik poligon dengan skala.
3. Menggambar titik-titik detail dengan skala menggunakan busur dan penggaris.
4. Menentukan bangunan-bangunan yang ada di lapangan.
5. Garis kontur lereng yang curam akan terlihat rapat.
6. Garis kontur yang landai akan terlihat jarang.
7. Garis kontur tidak berpotongan satu sama lain.
8. Sepanjang garis kontur tidak akan terletak diantara garis kontur yang lebih
tinggi maupun yang lebih rendah kecuali perpendekan tertentu.

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Bab 4. Perhitungan dan Penggambaran
Kelompok XI
44

Anda mungkin juga menyukai