Anda di halaman 1dari 3

Tahukah Anda Pola Pengaman Sistem Distribusi Tenaga Listrik di I ndonesia?

Ada empat pola pengaman sistem distribusi yang telah diterapkan di Sistem
Distribusi Tenaga Listrik di Indonesia. Perbedaan pola-pola tersebut didasarkan
atas jenis pentanahan sistem (pentanahan titik netral trafonya). Pada dasarnya ada
4 macam macam pentanahan titik netral trafo yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :

Pola I , untuk sistem distribusi dengan Pentanahan dengan Tahanan Tinggi (High
Resistance) :
Tujuan Pengamanan dengan Pola Pengamanan ini adalah untuk mengutamakan
keselamatan umum dan keselamatan peralatan(karena mengurangi besar arus
gangguan terutama arus urutan negatif yang menyebabkan trafo panas) itu sendiri,
sehingga meskipun dengan saluran udara masih layak memasuki daerah
perkotaan. Ciri-cirinya sebagai berikut.
Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 3 kawat dengan pentanahan Netral
melalui tahanan tinggi 500 ohm
Karena tahanannya tinggi, maka arus gangguannya rendah(+/- 25 A)
Diperlukan rele yang sensitif(mahal) untuk dapat mendeteksi arus
gangguan yang kecil.
Pola ini diterapkan di Jawa Timur
Level tegangan di isolasi lebih tinggi
Pola 1 Pengaman Sistem Distribusi
Proteksi terpasang:
PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder)
Dilengkapi dengan OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa
Dilengkapi dengan Directional Ground Fault Relay (DGFR) untuk
membebaskan gangguan fasa-tanah
PBO (Penutup Balik Otomatis)/Recloser dikoordinasikan dengan SSO
(Sectionalizer)/AVS (Automatic Vacuum Switch) dan Pengaman Lebur
(PL) jenis Fuse Cut Out (FCO)

Pola II , untuk sistem distribusi dengan Pentanahan Langsung (Solid Grounding)
yaitu sistem distribusi dengan pentanahan secara langsung, mengutamakan faktor
ekonomi, sehingga dengan saluran udara elektrifikasi dapat dilaksanakan di luar
kota sampai ke daerah yang terpencil. Ciri-cirinya sebagai berikut.
Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 4 kawat dengan pentanahan Netral
secara langsung
Kawat Netral ditanahkan di setiap tiang sepanjang JTM dan JTR,
dipergunakan sebagai netral bersama TM & TR (Common Neutral)
Karena tahanannya sangat kecil, maka arus gangguannya besar, sehingga
diperlukan rele yang dapat bekerja dengan cepat
Pola ini diterapkan di Jawa Tengah dan DIY
Pola 2 Pengaman Sistem Distribusi
Proteksi terpasang :
PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder)
Dilengkapi dengan OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.
Dilengkapi dengan GFR untuk membebaskan gangguan fasa-tanah.
PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman Lebur (PL) jenis FCO

Pentanahan Langsung pada Sistem
Distribusi

Pola III, untuk sistem distribusi dengan Pentanahan dengan Tahanan Rendah (Low
Resistance)
dimaksudkan untuk memperoleh hasil optimum dari kombinasi antara faktor
ekonomi dan keselamatan umum, dan jaringan dapat mempergunakan saluran
udara bagi daerah luar kota maupun kabel bagi daerah padat dalam kota. Ciri-
cirinya sebagai berikut.
Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 3 kawat dengan pentanahan Netral
melalui tahanan rendah 40 ohm untuk SUTM atau 12 Ohm untuk SKTM.
Pola ini diterapkan di Jawa Barat, DKI dan Luar Jawa.
Karena tahanannya relatif rendah, maka arus gangguannya relatif tinggi,
sehingga diperlukan rele yang dapat bekerja dengan cepat.
Pola 3 Pengaman Sistem Distribusi
Proteksi terpasang:
PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder)
Dilengkapi dengan OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.
Dilengkapi dengan GFR untuk membebaskan gangguan fasa-tanah.
PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman Lebur (PL) jenis Fuse
Cut Out (FCO).
Pada sistem Spindle dengan saluran kabel, pengamannya dengan rele arus
lebih tanpa penutup balik (atau di blok) dan atau pelebur.

Pola IV , untuk sistem distribusi dengan Pentanahan Mengambang / tidak ditanahkan
(Floating)
untuk saat ini sudah tidak digunakan di PLN karena ketika terjadi gangguan tanah
arus gangguan terlalu kecil sehingga tidak terdeteksi oleh relai proteksi. Ciri-
cirinya sebagai berikut.
Sistem distribusi 6 KV fasa tiga , 3 kawat dengan pentanahan
mengambang atau netral tidak ditanahkan (Floating).
Pola ini pernah ada dan terakhir diterapkan di Sulawesi dan Sumatera
Selatan/ Jambi. Karena sistem 6 KV telah diganti menjadi 20 KV, maka
pola IV ini sudah tidak dikembangkan lagi.

Anda mungkin juga menyukai