Sejarah dan Pentingnya K3 ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja )
Sejarah berkembangnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dimulai dari pesatnya industri dan dunia usaha saat ini sangat dipengaruhi oleh adanya proses dan perkembangan global dibidang ekonomi dan perdagangan. Globalisasi tersebut akan mempengaruhi arah dan kebijakan pembangunan dan struktur ekonomi negara-negara berkembang termasuk diantaranya adalah Indonesia. Pada awal abad 18 dan pada saat terjadinya Revolusi Industri, Beardini Ramazini menulis Discourse on Disease of Workers. Dikenal sebagai bapak pengobatan pekerja, dia menggambarkan penyebab dari penyakit akibat kerja yang terjadi pada kimiawan yang bekerja di laboratorium. Revolusi Industri juga melanda Amerika Serikat, undang-undang yang umum pada saat itu menguntungkan para pengusaha dan manajer, dan nyatanya tidak ada kompensasi untuk penyakit atau cidera serta tidak ada standard yang disetujui untuk keselamatan tempat kerja. Namun demikian, ketika cidera semakin meningkat, usaha pertama terhadap kompensasi dimulai di Massachusetts dengan Employers Liability Law pada tahun 1887. Namun demikian pada banyak kasus, usaha kompensasi ditolak dengan berbagai alasan legal jika pengusaha dapat menunjukkan bahwa pekerja lalai atau memberikan kontribusi terhadap penyebab kecelakaan. Dalam tahun 1970, Occupational Safety and Health Act (OSHA) yang bersejarah disahkan dan menjadi undang-undang federal yang efektif pada tahun 1971. Keselamatan dan kesehatan kerja menjadi elemen penting pada sebagian besar industri manufakturing. Standard-standard telah dimulai dan manajemen telah mengetahui bahwa keuntungan operasi secara langsung terpengaruh ketika pekerja mengalami lost time karena cidera yang disebabkan kerja. Usaha penanganan keselamatan kerja di Indonesia dimulai pada tahun 1847 sejalan dengan pemakaian mesin uap untuk keperluan industri oleh pemerintah Hindia Belanda yang pengawasannya ditujukan untuk pencegahan kebakaran, belum tertuju pada perlindungan tenaga kerja yang berasal dari orang-orang yang dijajah, karena hal ini dianggap bukan merupakan suatu kepentingan masyarakat oleh pemerintah yang menjajah. Pada tanggal 28 Pebruari 1852 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan STBL. No. 20 yang mengatur tentang pelaksanaan keselamatan kerja pada pemakaian pesawat uap, yang pelaksanaannya diserahkan pada instansi DIENST VAN HET STOOMWEZEN yang sekaligus pelaksanaan pengawasannya sudah tertuju pada perlindungan tenaga kerja. Pada tahun 1905 dengan STBL No. 521 oleh pemerintah Hindia Belanda dikeluarkan peraturan tentang keselamatan kerja dengan nama"VEILIGHIED REGLEMENT" atau disingkat VR, yang diperbarui pada tahun 1910 STBL. No. 406 Dan selanjutnya dikeluarkan Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan Khusus yang terakhir pada peride ini adalah peraturan Menteri Tenaga Kerja RI. No. 65 Tahun 1969 tentang Penyelenggaraan Kursus/Latihan Kader Keselamatan Kerja. Pemerintah telah berusaha untuk mengembangkan dan membudayakan K3. Dengan makin membudayakan K3 dikalangan masyarakat industri, diharapkan kondisi kerja makin baik sehingga mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.