Anda di halaman 1dari 8

Endah Kusumarini

8105112235

METODE PEMBELAJARAN YANG DAPAT MEMBANTU MAHASISWA EKONOMI
UNTUK MENJADI PEMECAH MASALAH YANG EFEKTIF

Bidang ekonomi menuntut mahasiswa untuk menggunakan pemikiran kritis dan memiliki
keterampilan dalam pemecahan masalah, namun sayangnya banyak mahasiswa tidak memiliki
kesempatan untuk mengembangkan keterampilan tersebut saat memasuki kelas ekonomi. Hal
tersebut cenderung karena mayoritas pengajar masih menggunakan metode pembelajaran
tradisional, yaitu dengan menulis di papan dan ceramah, dimana dalam prosesnya tidak dapat
membantu mahasiswa untuk berpikir logis dan jadi pemecah masalah yang efektif. Jurnal ini
menguji pengaruh kombinasi dari penggunaan dua metode pengajaran: pembelajaran kooperatif
dengan teknik think-pair-share dan soal-soal kaya konteks dalam pembelajaran mahasiswa yang
diterapkan pada kelas Ekonomi.
Tiga ekspektasi setelah penerapan metode ini adalah ; Pertama, mahasiswa memperoleh
metodologi melalui pemahaman teori. Kedua, mahasiswa mampu menjelaskan esensi masalah.
Ketiga, mahasiswa menjadi pemecah masalah yang efektif sehingga mereka membuat penilaian
yang tepat dan mengidentifikasi solusi untuk masalah.
Kebanyakan mahasiswa mengetahui teori, namun seringkali mereka tidak dapat
melakukan pemecahan masalah untuk dihubungkan dengan metodologi atau teori yang
diajarkan. Padahal seharusnya mahasiswa perlu dilibatkan dalam aktivitas kelas yang membantu
mereka untuk memahami hubungan antara pemecahan masalah dan teori, dan mengembangkan
kemampuan mereka berpikir logis seperti ekonom sehingga mereka dapat menjadi pemecah
masalah yang efektif.
Metodologi pengajaran tradisional diduga sebagai penyebab fenomena tersebut. Metode
pembelajaran trdisional yang lebih menekankan pada hafalan dibanding pemahaman,
mengutamakan hasil daripada proses dan pembelajaran terpusat pada pengajar. Sehingga dalam
proses belajar nalar mahasiswa tidak terlatih untuk memecahkan suatu permasalah ekonomi
nyata secara logis berdasarkan teori.
Endah Kusumarini
8105112235

Hal tersebut mendorong penulis untuk mengimplentasikan suatu kombinasi metode
pembelajaran baru yaitu dengan menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan teknik think-
pair-share dan soal-soal kaya konteks.
Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan
pembentukan kelompok yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang
efektif. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk memastikan bahwa setiap individu dalam
suatu kelompok mengembangkan dirinya atau keterampilan akademik dan sosialnya secara
maksimum (Bartlett 1995). Sehingga dari implementasi metode pembelajaran kooperatif
diharapkan dapat membantu mahasiswa:
(i) untuk mengubah gaya mereka belajar di kelas dari mendengarkan dan mencatat
diberikan oleh metode tradisional untuk kegiatan di mana mereka lebih
memperhatikan dan lebih aktif terlibat didalamnya,
(ii) untuk belajar bahwa pemecahan masalah yang terkait dengan teori (misalnya,
menghubungkan dua poin - harga dan pendapatan sesuai dengan kuantitas yang
diminta - dan membuat garis melalui teori - elastisitas).
(iii) untuk belajar berpikir logis dan menjelaskan gagasan, pikiran dan solusi logis untuk
meningkatkan kemampuan mereka,
(iv) untuk belajar menerapkan teori ekonomi untuk masalah ekonomi yang sebenarnya,
(v) untuk belajar dari mahasiswa lain dan untuk meningkatkan motivasi belajar,
(vi) belajar untuk bersenang-senang di bidang ekonomi

Teknik Think-Pair-Share
Teknik pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada mahasiswa untuk bekerja sendiri
serta bekerja sama dengan orang lain. Teknik think-pair-share efektif digunakan dalam
lingkungan pembelajaran kooperatif ketika mahasiswa mendapatkan solusi dan konsep yang
mendasarinya (Mills dan Cottell 2003).
Endah Kusumarini
8105112235

Langkah-langkah teknik Think-Pair-Share :
















Teknik think-pair-share terbukti efektif karena :
1. mahasiswa mendapatkan solusi dan konsep yang mendasari mereka di lingkungan
pembelajaran kooperatif
2. mudah untuk belajar dan mudah digunakan, dan mudah menciptakan suasana yang lebih
santai daripada menelepon pada individu (Millis dan Cottell 2003).
3. mahasiswa memiliki waktu yang berharga untuk memikirkan pertanyaan sebelum diskusi
dimulai setiap (Sherman 1994; Millis dan Cottell 2003)

TAHAP 1 ; Think
Guru mengajukan isu yang berhubungan dengan materi yang
dibahas (menggunakan soal -soal kaya konteks) Kemudian
mahasiswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut
secara individu untuk beberapa saat
TAHAP 2 ; Pair
Mahasiswa dipasang-pasangkan untuk membahas masalah
. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok
membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka
dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling
benar, paling meyakinkan, atau paling unik.
TAHAP 3 ; Share
Mahasiswa mendiskusikan sebuah jawaban atas
permasalahan yang mewakili jawaban kelompok kepada
seluruh kelas untuk melaporkan hasil diskusinya.
Endah Kusumarini
8105112235

Melalui teknik ini, mahamahasiswa diharapkan memiliki pemahaman yang lebih baik
dari lingkungan sekitarnya dan lebih termotivasi untuk belajar. Saya juga berharap bahwa teknik
think-pair-share akan membantu mahasiswa untuk dapat berpikir kritis karena rekan pertanyaan
dipandu, yang merupakan teknik yang sangat mirip dengan berpikir-pair-share, sangat efektif
dalam meningkatkan pemikiran kritis (Raja 2003).
Soal-Soal Kaya Konteks
Soal-soal kaya konteks pada dasarnya adalah sebuah cerita pendek yang mencakup alasan
untuk pengajuan pertanyaan tentang benda nyata atau peristiwa. Pernyataan masalah tidak selalu
eksplisit mengidentifikasi variabel yang tidak diketahui. Informasi lebih lanjut dapat tersedia
daripada yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah. Soal-soal kaya konteks dirancang untuk
memusatkan perhatian mahasiswa pada kebutuhan untuk menggunakan pengetahuan konseptual
mereka untuk menganalisis masalah kualitatif (Heller et al 1992a) dan secara luas dikenal
sebagai salah satu metode pengajaran yang paling efektif (Heller et al 1992; Heller et al 1992b,
TIP 2009)
Soal-soal kaya konteks bertujuan untuk : Pertama, ia dirancang untuk memusatkan
perhatian mahasiswa pada kebutuhan untuk menggunakan pengetahuan konseptual mereka untuk
menganalisis masalah kualitatif (Heller et al 1992a). Kedua, mendorong mahasiswa untuk
berlatih menggunakan strategi pemecahan masalah yang ditentukan (Heller dkk 1992a, 1992b
Heller et al). Setelah penerapan metode ini diharapkan akan membantu mahasiswa untuk
menerapkan teori ekonomi untuk masalah ekonomi sebenarnya lebih praktis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk berpikir logis.

Endah Kusumarini
8105112235

Karakteristik Perkuliahan dan Implementasi
Tidak ada prasyarat untuk implementasi metode ini. Metode ini diterapkan pada kelas
dengan 20 sampai 25 mahasiswa. Tidak ada pembatasan jumlah mahasiswa . Setiap mahasiswa
memiliki meja dan kursi yang dapat dipindahkan. Sebelum mempraktekkan metode ini pengajar
membuat instrumen penilaian yang disebut sebagai empat elemen kunci *)
Implementasi dimulai dengan metode pembelajaran kooperatif, kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok dengan empat anggota (6-7 kelompok). Kemudian, masing-masing
kelompok ditugaskan mengerjakan soal-soal kaya konteks, dan diperintahkan untuk
menggunakan teknik think-pair-share dan bekerja sama untuk penugasan tersebut.
Sebelum mengimplementasikan metode tersebut, tujuan pembelajaran harus disampaikan
kepada mahasiswa. Pengajar memberikan instruksi tertulis, yang menjelaskan tujuan, deskripsi
latihan (worksheet), dan bagaimana tugas dilaksanakan. Mahasiswa diberi waktu 1-2 menit
untuk membacanya sebelum mulai menjelaskan tugas.
Di awal kegiatan pengajar membantu mahasiswa mengembangkan pemikiran logis dalam
melakukan pembelajaran mengambil proses bertahap dan menjelaskan bagaimana mereka
sampai pada kesimpulan mereka sehingga mereka menjadi pemecah masalah yang efektif
Selanjutnya itu dibentuk kelompok berdasarkan undian yang teknisnya dirancang oleh
pengajar Mahasiswa diberikan lembar kerja. Pengajar bertugas mengontrol mahasiswa agar
mengerjakan worksheet secara berkelompok sesuai dengan tekhnik think-pair-share . Lalu
mahasiswa diminta untuk menunjukkan dan menjelaskan semua langkah-langkah yang mereka
butuhkan untuk sampai pada setiap jawaban ketika mereka melaporkan solusi permasalahan
yang berasal dari analisis kelompok,
Pengajar mematikan lampu kelas untuk menghentikan kegiatan. Tiap kelompok
menyerahkan masing-masing lembar kerja dab ditugaskan untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya, termasuk menjelaskan dimana mereka menemui kebuntuan dalam mengerjakan
soal dan bagaimana cara mereka menemukan solusi. Lalu setelah sesi presentasi selesai, pengajar
membagikan jawaban lembar kerja pada akhir pertemuan (atau pada pertemuan berikutnya)


Endah Kusumarini
8105112235

Hasil
Pada awal kegiatan atau pada proses berpikir secara individual, kelas cenderung lebih
tenang karena mahasiswa masih bingung dengan jenis tugas baru yang diberikan oleh pengajar.
Berbeda ketika memasuki periode pair-share, mahasiswa tampak lega karena mereka bisa
bekerja dengan pasangan atau anggota kelompok untuk mengatasi masalah itu. Meskipun pada
awal masa pair-share mahasiswa masih kurang aktif mendiskusikan dengan pasangannya
tentang masalah yang terkait dengan soal dan lebih cenderung menanyakan teknis pengerjaan
soal.
Di tengah waktu "pair-share, mahasiswa tidak malu lagi mengemukakan pendapatnya
dengan membahas masalah secara berkelompok. Dalam proses ini terlihat bahwa mahasiswa
mulai dapat berpikir secara logis dengan melakukan proses bertahap dalam mencari solusi
permasalahan.
Pada kegiatan akhir pengajar mengumpulkan lembar kerja dan menemukan bahwa
jawaban kelompok umumnya masih mengarah pada ketidakpastian. Penilaian kinerja didasarkan
pada empat elemen kunci *). Kinerja rata-rata untuk setiap pertanyaan dari soal-soal kaya
konteks selama empat semester adalah sekitar 60% untuk "Data apa yang diperlukan", sekitar
55% untuk "Proses bertahap", dan sekitar 60% untuk "Kesimpulan.
Satu kelompok yang dapat mengambil langkah bertahap dan menjelaskannya secara logis
merupakan bagian yang mengesankan. Kebutuhan pemenuhan tugas sebanyak 2 halaman
rekomendasi, memaksa masing-masing kelompok untuk menjelaskan jawaban mereka secara
bertahap.
Pengamatan lain menunjukkan bahwa empat elemen kunci telah secara baik diterapkan di
setiap kelas. Setiap mahasiswa mengambil perannya masing-masing seperti perekam, penanya,
dan perangkum. Adanya ketergantungan positif terlihat dari implementasi metode tersebut.
Akuntabilitas individu adalah terlibat karena setiap mahasiswa diminta untuk menjalani proses
"think-pair-share", ia secara acak dipilih dari kelompok untuk melaporkan sebuah jawaban akhir,
dan tindak lanjut kuis diambil secara individual. Akhirnya, mengingat bahwa masing-masing
kelompok bekerja untuk masalah bersamaan, bagian bersama jawaban dan menghasilkan
Endah Kusumarini
8105112235

jawaban akhir untuk worksheet, interaksi simultan juga dimasukkan. Penggabungan sukses dari
empat elemen kunci dalam pembelajaran kooperatif membantu meningkatkan keterlibatan
mahasiswa secara berkelanjutan dalam kegiatan kelas. Seminggu setelahnya dilakukan kuis yang
memiliki konteks yang sama dengan sebelumnya, tujuan kuis ini adalah untuk melihat apakah
mahasiswa dapat mentransfer pemahaman mereka dari konsep inti hingga penerapannya di kasus
nyata.

Kesimpulan
Penerapan metode pembelajaran tradisional dianggap tidak efektif dalam
mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemecah masalah yang efektif. Melalui
penerapan kombinasi pembelajaran kooperatif dengan teknik think-pair-share dan soal-soal kaya
konteks ditemukan beberapa hasil positif, diantaranya :

Pertama, perilaku mahasiswa di dalam kelas berubah, yaitu, mahasiswa terlibat aktif
dalam kegiatan kelas diamati. Setelah mahasiswa berpasangan dan membentuk sebuah
kelompok, mereka secara positif berpartisipasi dalam kegiatan ini. Mereka tidak lagi malu dalam
diskusi: Mereka berbicara dan mendengarkan pasangan mereka atau anggota kelompok lainnya,
dan membahas masalah. Kedua, pertanyaan yang diajukan siswa ke pengajar berubah menjadi
lebih logis dalam konteks pemecahan masalah. Mahasiswa memainkan peran mereka sejalan
dengan empat elemen kunci sebagai salah satu anggota kelompok. Ini mahasiswa dibantu untuk
terlibat dalam kegiatan ini. Keempat, mahasiswa memahami masalah lebih baik dan kinerja
mereka dari tugas ditingkatkan dalam kuis yang diadakan satu minggu setelah kegiatan.

Adanya implikasi positif dari penerapan gabungan metode tersebut tentunya merupakan
dorongan bagi seorang pengajar untuk terus mengembangkan dan berinisiatif dalam
menggabungkan berbagai metode pembelajaran untuk melatih nalar mahasiswa agar menjadi
pemecah masalah yang efektif. Meskipun efektivitas kombinasi pembelajaran kooperatif dengan
teknik think-pair-share dan soal-soal kaya konteks tersebut tentunya masih belum sempurna
karena dalam prakteknya masih ada beberapa mahasiswa yang mengalami ketertinggalan,
fenomena tersebut merupakan pekerjaan rumah tersendiri bagi seorang pengajar.
Endah Kusumarini
8105112235

*) Empat Elemen Kunci
Elemen Kunci Deskripsi
Ketergantungan Positif Mahasiswa mengembangkan rasa bahwa mereka
bertanggung jawab untuk belajar satu sama lain dalam
kelompok (Cooper 2003), yaitu, dapat disusun dengan
memiliki tujuan bersama, berbagi sumber daya,
penghargaan bersama, dan peran yang saling
melengkapi dan sukses siswa tergantung pada
keberhasilan siswa lain dalam kelompok (Bartlett
1995).
Juga, mahasiswa tidak dapat sendirian menyelesaikan
tugas (Kagan 2003).
Oleh karena itu, dua individu yang sama-sama
memiliki ketergantungan positif satu sama lain saling
membantu (Kagan dan Kagan 1994).
Akuntabilitas Individual

Setiap mahasiswa diharuskan untuk tampil di depan
rekan sekelompoknya (Kagan 2003).
Hal ini membuat setiap anggota bertanggung jawab
dalam pembelajarannya sendiri (Kagan dan Kagan
1994).
Siswa dinilai secara individual mengenai penguasaan
isi perkuliahan, nilai pelajaran siswa harus didasarkan
pada tes individual-selesai, kertas dan tugas lainnya
(Cooper 2003).

Partisipasi yang Sama

Setiap mahasiswa tampil dengan tenggang waktu yang
sama (Kagan 2003).
Rangkaian pemahaman individual (dengan pasangan)
disampaikan, masing-masing mendapat giliran untuk
menggambarkan satu kejadian yang harus dilakukan,
yaitu, semua siswa dalam kelompok melakukan hal
yang sama atau elemen yang memastikan bahwa setiap
siswa mendapat giliran nya (Kagan dan Kagan 1994).

Inteksi Simultan Hal ini terjadi di ruang kelas ketika ada lebih dari satu
peserta aktif pada satu waktu, dan meningkatkan
jumlah mahasiswa yang secara aktif terlibat di setiap
waktu dan jumlah mahasiswa yang aktif dalam satuan
waktu tertentu (Kagan dan Kagan 1994).

Anda mungkin juga menyukai