1. Tri Setyo Budiman, Wirausahawan Sukses Berkat Bakso
Ino Tri Setyo Budiman adalah seorang wirausahawan sukses asal Madura yang lahir pada 24 Juli 1961. Ia adalah seorang sarjana teknik kimia lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) tetapi lebih memilih untuk terjun di dunia wirausaha dengan membuka gerai bakso yang ia namakan Bakso Ino. Pria berumur 51 tahun ini sebenarnya memiliki jabatan yang cukup tinggi saat ia menjadi karyawan di sebuah perusahaan asal Amerika Serikat, yaitu William Russel Grace Company. Tri merupakan seorang manajer pemasaran yang kala itu digaji cukup besar dan mendapat beberapa fasilitas seperti tunjangan rumah dan mobil dinas. Tapi, ia malah memutuskan untuk pensiun dini dari perusahaan tersebut dan terjun ke dunia wirausaha yang mana harus ia bangun dari nol lagi. Berbekal uang pensiun dari perusahaan, Tri kemudian membuat sebuah gerobak bakso. Hal yang mengundang simpati sekaligus menggelitik adalah, saat ia mencoba menyalakan api dari kompor, gerobaknya ludes terbakar. Dengan tidak menyerah, ia membuat satu gerobak lagi dan lantas ia gunakan untuk berdagang bakso keliling. Hanya selang beberapa waktu kerja kerasnya membuahkan hasil, baksonya laris manis, sehingga Tri membuka outlet bakso pertamanya yang terletak di garasi rumahnya. Nama Ino yang dijadikan sebagai brand sendiri merupakan nama panggilan dari anaknya, Platinum. Tak lama setelah berdiri 1 outlet, Tri kembali mampu membuka beberapa cabang lagi. Tapi, ditengah karir usaha yang menanjak, pria bertubuh tinggi ini beberapa kali harus merasakan resiko pahitnya menjalankan roda bisnis. Seperti beberapa gerai yang harus ditutup karena kesalahannya dalam pemilihan lokasi bisnis. Akibatnya, ditahun 2001 Tri harus merugi 500 juta rupiah. Belum lagi ketidakcermatan menghitung biaya operasional membuatnya gagal meraih pendapatan yang sesuai perkiraan. Kerugian ini terjadi di beberapa gerainya yang berada di mall. Kerugian itu sendiri tak tanggung-tanggung, yaitu sebesar 750 juta rupiah. 2. Pengusaha Muda Pisang Ijo Raup Omzet Ratusan Juta Kini selera makan masyarakat Indonesia makin beragam. Tidak melulu makanan londo cepat saji yang sekarang kian merebak, penikmat kuliner juga mulai melirik makanan tradisional Nusantara. Salah satunya adalah pisang ijo asal Makassar, Sulawesi Selatan. Menu makanan dengan bahan dasar pisang berbalut tepung berwarna hijau ini sukses dipasarkan Riezka Rahmatiana. Perempuan muda berusia 24 tahun ini sanggup meraup omzet mencapai Rp 850 juta dari hasil jualan pisang ijo dengan merek dagang JustMine. Padahal, saat memulai usaha pada 2007, dia hanya merogoh koceknya Rp 2 juta. Modal tersebut kemudian habis dibelanjakannya untuk membuat etalase kecil serta bahan-bahan pembuat pisang ijo. Waktu buka usaha ini modalnya kecil. Hanya Rp 2 juta, ujarnya saat ditemui di sela-sela Expo Wirausaha Mandiri di Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu (23/1/2010). Riezka berkisah, kesuksesan diraihnya dengan penuh kerja keras. Awalnya, dia pernah menjadi anggota multilevel marketing (MLM). Karena tidak membuahkan hasil, Riezka beralih menjajal bisnis voucer pulsa yang akhirnya kandas juga. Tak patah arang, Riezka akhirnya banting setir dan mulai menggeluti usaha di bidang kuliner. Saat itu, dia merintis sebuah kafe di Bandung. Namun, lagi-lagi usahanya gagal. Akhirnya, pada tahun 2007 Riezka mulai melirik pisang dan berpikir untuk mengemasnya menjadi panganan yang digemari orang. Saat itu saya hanya berpikir, pisang itu kalau laku dijual enaknya dibikin apa. Akhirnya saya memutuskan untuk memasarkan pisang ijo, katanya. Yang unik, Riezka yang asal Mataram, Nusa Tenggara Barat, ini mengaku belum pernah sekali pun menyambangi Makassar. Kunci keberhasilan mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikai Universitas Padjadjaran ini sebenarnya terletak pada kreativitasnya mengembangkan makanan pisang ijo dalam berbagai aneka rasa. Dari pisang ijo tradisional dikembangkan dengan campuran vla yang ditambahkan dengan berbagai rasa, vanila, cokelat, keju, hingga durian. Bandingkan dengan pisang ijo makassar yang hanya berbungkus terigu berwarna hijau pandan plus lamuran vla ditambah sirup sebagai pemanis. Ada juga yang dilumuri bubur sumsum dan es batu. Harga pisang ijo JustMine dipasarkan Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per porsi. Semangkuk pisang ijo ini menjadi makanan yang digemari banyak orang. Buktinya, saat Expo Wirausaha Mandiri hari ini, ratusan pengunjung tidak henti-hentinya menyerbu stan pisang ijo ini. Bahkan, dalam hitungan jam, stok pisang ijo milik Riezka ludes. 3. Kisah Sukses Victor Pemilik Teh Kempot Usia muda bukanlah penghalang seseorang untuk menjadi pengusaha sukses. Victor Giovan Raihan asal kota Malang yang masih berusia 18 tahun telah membuktikannya. Dengan mengusung nama Teh Kempot, bisnis minuman teh cepat saji yang dirintisnya mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Berawal dari keisengan Victor meracik teh yang dicampur dengan susu fermentasi, ternyata hasilnya diminati banyak orang. Lalu kenapa Victor tertarik dengan bisnis minuman cepat saji? Karena menurutnya, perkembangan bisnis tersebut sangat bagus dan memiliki prospek jangka panjang. Saat haus, orang pasti akan mencari minuman yang enak, serta mempunyai rasa yang berbeda dengan minuman lainnya. Selain itu, dilihat dari cara pembuatan, Victor mengatakan tidak terlalu sulit untuk membuat aneka minuman cepat saji. Bahan-bahannya mudah didapat, dan yang paling penting keuntungan yang diraih cukup besar. Untuk memulai bisnisnya, Victor mengeluarkan modal 3 juta yang berasal dari pinjaman orang tua. Pertama Victor membuka 1 outlet, lalu berkembang dan setelah mempunyai beberapa outlet, Victor bisa mengantongi penghasilan paling sedikit Rp 2 juta per bulan dari 1 outlet miliknya. Biasanya kalau sedang ramai, 1 outlet bisa lebih dari 2jt, kata Victor. Awal mula kata Kempot yaitu ketika Victor terinspirasi dari cara orang saat minum teh menggunakan sedotan. Bila sedang haus, konsumen akan menyedot sampai pipinya kempot. Victor sampai saat ini telah membuka 10 outlet yang diurusnya sendiri, dan 17 outlet lain yang merupakan hasil kerjasama dengan mitranya. Victor menjelaskan, jika ada yang tertarik untuk bekerja sama di bisnisnya, cukup membayar Rp 3,5 juta, sudah menerima 1 gerobak ditambah 100 cup gelas kemasan dan alat masak. Sementara ini, mitra kerjasamanya paling banyak di Malang, dua mitra yang lain di Palembang dan Jakarta. Orang tua Victor mendukung penuh apa yang dilakukan putranya. Mereka percaya, dengan membuka usaha sendiri, dapat melatih Victor menjadi pribadi mandiri, tidak bergantung pada orang lain. Victor mengaku, dalam sehari jumlah daun teh kering yang dibutuhkan untuk produksi mencapai 20 kg, kurang lebih sekitar 70 gelas, dan menghabiskan 4 kg gula sehari per outlet. Harapan Victor, di tahun depan bisa membuka outlet baru supaya keuntungan yang dihasilkan dari bisnisnya bertambah. Mengenai masalah dana untuk memperluas bisnis teh cepat sajinya, Victor enggan meminjam bank atau kredit, karena menurut dia dengan modal pribadi dan pinjaman orangtua sudah lebih dari cukup.