Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pendidikan
1.1 Definisi
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi potensi pribadinya, yaitu rohani
(pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang
bertanggungjawab menetapkan cita cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan
organisasi pendidikan . Lembaga lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan
masyarakat (Ihsan Fuad, 2005).
Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan
manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut
mendidik. Menurut Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang
tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu
dewasa (Ahmadi Abu, 2003).
Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak
aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sebagai proses transformasi budaya,
pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari generasi satu ke
genari yang lain. Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan
sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik (Tirtarahardja et al., 2005).
Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan
pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang dewasa, dan bagi yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sudah dewasa atas usaha sendiri. Yang terakhir ini disebut pendidikan diri sendiri
(zelf vorming). Kedua-duanya bersifat alamiah dan menjadi keharusan. Bayi yang
baru lahir kepribadiannya belum terbentuk, belum mempunyai warna dan corak
kepribadian yang tertentu. Ia baru merupakan individu, belum suatu pribadi.
Untuk menjadi suatu pribadi perlu mandapat bimbingan, latihan-latihan, dan
pengalaman melalui bergaul dengan lingkungannya, khususnya dengan
lingkungan pendidikan (Tirtarahardja et al., 2005).
Bagi mereka yang sudah dewasa tetap dituntut adanya pengembangan diri
agar kualitas kepribadian meningkat serempak dengan meningkatnya tantangan
hidup yang selalu berubah. Dalam hubungan ini dikenal apa yang disebut
pendidikan sepanjang hidup. Pembentukan pribadi mencakup pembentukan cipta,
rasa, dan karsa (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang sejalan dengan
pengembangan fisik (Tirtarahardja, 2005).

1.2 Dasar dan Tujuan Pendidikan
Dasar adalah sesuatu yang dipakai sebagai landasan untuk berpijak, dan
dari sanalah segala aktifitas yang berdiri diatasnya (termasuk aktivitas
pendidikan) akan dijiwai atau diwarnainya, sedangkan tujuan adalah sesuatu yang
akan diraih dengan melakukan aktifitas tersebut (Ahmadi Abu, 20003).

1.3 Tujuan Pendidikan
Langeveld mengemukakan serangkaian tujuan pendidikan, yang saling
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bertautan sebagai berikut : tujuan umum, tujuan khusus, tujuan tak lengkap, tujuan
sementara, tujuan insidental, dan tujuan intermedier.
1). Tujuan Umum (tujuan lengkap, tujuan total)
Sebagaimana telah diuraikan di dalam usaha-usaha pendidikan, maka
tujuan umum pendidikan adalah kedewasaan anak didik. Hal ini berarti
bahwa semua aktifitas pendidikan seharusnya diarahkan ke sana, demi
tercapainya tujuan umum tersebut.
2). Tujuan Khusus (pengkhususan tujuan umum)
Untuk mencapai tujuan umum, kita perlu juga melewati jalan-jalan yang
khusus. Untuk mengkhususkan tujuan umum itu, kita dapat
mempergunakan beberapa pandangan dasar (prinsip) sebagai berikut :
a. Kita harus melihat kemungkinan - kemungkinan, kesanggupan
kesanggupan pembawaan, umur, dan jenis kelamin anak didik.
b. Kita harus melihat lingkungan dan keluarga anak didik.
c. Kita harus melihat tujuan anak didik dalam rangkaian kemasyarakatannya.
d. Kita harus melihat diri kita sendiri selaku pendidik.
e. Kita harus melihat lembaga tugas lembaga pendidikan dimana anak itu
dididik.
f. Kita harus melihat tugas bangsa dan umat manusia dewasa ini, dan disini.
Dengan adanya berbagai pandangan dasar tersebut, tujuan umum
pendidikan akan memperoleh corak yang khusus drngan tidak mengubah sifat
tujuan umum.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3). Tujuan tak lengkap (masih terpisah-pisah).
Ini adalah tujuan yang berkaitan dengan kepribadian manusia dari satu
aspek saja, yang berhubungan dengan nilai-nilai hidup tertentu. Misalnya
kesusilaan, keagamaan , keindahan, kemasyarakatan, pengetahuan, dan
sebagainya. Dari masing masing aspek itu mendapat giliran penanganan
dalam usaha pendidikan atau maju bersama-sama secara terpisah.
4). Tujuan sementara
Tujuan sementara ini adalah titik-titik perhatian sementara, yang
kesemuanya itu sebagai persiapan, untuk menuju kepada tujuan umum
tersebut, Misalnya : membiasakan anak suku bersih, tidak membuang air
kecil di sembarang tempat, membiasakan anak berbicara sopan, melatih
anak mengerjakan sesuatu yang bermanfaat.
5). Tujuan insidental.
Tujuan ini sesungguhnya adalah tujuan yang terpisah dari tujuan umum,
tetapi kadang-kadang mengambil bagian dalam nenuju ke tujuan umum.
Misalanya,anak kadang-kadang kita ajak makan bersama-sama (karena
merasa perlu), tetapi lain kali tidak. Anak kadang-kadang kita marahi
(karena melakukan kesalahan), tetapi lain kali tidak demikian.
6). Tujuan Intermedier.
Tujuan ini adalah tujuan yang berkaitan dengan penguasaan sesuatu
pengetahuan dan ketrampilan demi tercapainya tujuan sementara. Misalnya,
anak belajar membaca, menulis, matematika , berhitung (Dalmanto, 1959
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dalam Abu Ahmadi, 2003).

1.4 Lembaga Pendidikan
Menurut sifatnya pendidikan dibedakan menjadi :
a. Pendidikan informal, yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari
pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat.
Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga dalam pergaulan sehari-hari
maupun dalam pekerjaan, masyarakat, keluarga, organisasi.
b. Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur,
bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat.pendidikan ini
berlangsung di sekolah.
c. Pendidikan non formal, yaitu pemdidikan yang dilaksanakan secara tertentu
dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang kekat (dalam Abu
Ahmadi, 2003).
Pendidikan sebagai sebuah system terdiri dari sejumlah komponen, yaitu :
1) Sistem baru merupakan masukan mentah (raw input) yang akan diproses
menjadi tamatan (out put).
2) Guru dan tenaga nonguru, administrasi sekolah, kurikulum, anggaran
pendidikan, prasarana dan sarana merupakan masukan instrumental (instrumental
input) yang memungkinkan dilaksanakannya pemrosesan masukan mentah
menjadi tamatan.
3) Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar, kependudukan, politik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan keamanan negara merupakan faktor lingkungan atau masukan lingkungan
(environtmental input) yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh
terhadap berperannya masukan instrumental dalam pemrosesan masukan mentah
(Tirtarahardja et al., 2005).

1.5 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan
bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Tingkat pendidikan
sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi ( Ikhsan, 2005).
1).Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan
dasar pada prinsipnya merupakan pendidikan yang memberikan bekal dasar bagi
perkembangan kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk masyarakat. Karena
itu, bagi setiap warga negara harus disediakan kesempatan untuk memperoleh
pendidikan dasar. Pendidikan ini dapat berupa pendidikan sekolah ataupun
pendidikan luar sekolah, yang dapat merupakan pendidikan biasa ataupun
pendidikan luar biasa. Tingkat pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar.
2) Pendidikan Menengah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan
timbal-balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta dapat
mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan
tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah umum diselenggarakan
selain untuk mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan tinggi, juga
untuk memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah kejuruan diselenggarakan
untuk memasuki lapangan kerja atau mengikuti pendidikan keprofesian pada
tingkat yang lebih tinggi. Pendidikan menengah dapat merupakan pendidikan
biasa atau pendidikan luar biasa. Tingkat pendidikan menengah adalah SMP,
SMA dan SMK.
3) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang
bersifat akademik dan atau profesional sehingga dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia (
Ikhsan, 2005).
Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan
pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan
Tinggi terdiri dari Strata 1, Strata 1, Strata 3 ( Ikhsan, 2005).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.6 Hubungan Pendidikan dan Keluarga
Kelurga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah
kecil orang karena hubungan sedarah. Keluarga dapat membentuk keluarga inti
ataupun keluarga yang diperluas. Pada umumnya jenis kedualah yang banyak
ditemui dalam masyarakat Indonesia. Meskipun ibu merupakan anggota keluarga
yang mula-mula paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, namun
akhirnya seluruh anggota keluarga itu ikut berinteraksi dengan anak. Di samping
faktor iklim sosial itu, faktor-faktor lain dalam keluarga itu ikut pula
mempengaruhi tumbiuh kembang anak, seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran,
keadaan perumahan dsb. Dengan kata lain, tumbuh kembang anak dipengaruhi
oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarganya (Tirtarahardja et al., 2005).
Fungsi dan peranan keluarga, disamping pemerintah dan masyarakat,
dalam Sisdiknas Indonesia tidak terbatas hanya pendidikan keluarga saja, akan
tetapi keluarga ikut serta bertanggung jawab terhadap pendidikan lainnya.
Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang
diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya,
nilai moral, dan keterampilan. Pendidikan keluarga itu merupakan salah satu
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup
(Tirtarahardja et al., 2005).
Lingkungan keluarga sungguh-sungguh merupakan pusat pendidikan yang
penting dan menentukan, karena itu tugas pendidikan adalah mencari cara,
membantu para ibu dalam tiap keluarga agar dapat mendidik anak-anaknya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dengan optimal.. Keluarga juga membina dan mengembangkan perasaan sosial
anak seperti hidup hemat, hidup sehat, menghargai kebenaran, tenggang rasa,
menolong, hidup damai. Jelaslah bahwa lingkungan keluarga bukannya pusat
menanam dasar pendidikan watak pribadi saja, tetapi pendidikan sosial. Di dalam
keluargalah tempat menanam dasar pendidikan watak anak-anak (Tirtarahardja et
al., 2005).

1.7 Tripusat Pendidikan
Lembaga pendidikan ialah badan usaha yang bergerak dan bertanggung
jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak didik. Dalam garis
besarnya, ada 3 (tiga) pusat yang bertanggung jawab atas terselenggaranya
pendidikan terhadap anak-anak didik menurut para tokoh pendidikan , antara lain :
1). Dr, MJ. Langeveld mengemukakan tiga macam lembaga pendidikan :
a. Keluarga
b. Negara
c. Gereja
2). Ki Hajar Dewantara yang nama aslinya R.M. Soewardi Soerjaningrat,
Mengemukakan Sistem Tricentra dengan menyatakan :
Di dalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat
pendidikan yang amat penting baginya yaitu : alam keluarga, alam perguruan
dan alam pergerakan pemuda.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ketiga pusat itu kini dikenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan yang meliputi:
a. Keluarga
b. Sekolah
c. Masyarakat

2. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang.
2.1. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan ini bertujuan untuk mengelompokkan atau individu
yang diinginkan, bagaimana individu itu berfikir, berbuat sabagai suatu unit
pengetahuan yang telah diberikan. Adapun tingkat pengetahuan tersebut :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham tentang objek atau materi harus dapat
menjelaskan dan menyebutkan.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria- kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2003).

3. Makanan Tambahan pada Bayi Suku Mandailing
Wilayah Mandailing merupakan bagian dari kabupaten Tapanuli Selatan.
Luas daerah ini adalah 18.896,50 km atau sekitar 26,37% dari luas provinsi
Sumatera Utara (Parlaungan R, 2002). Dari segi budaya, Mandailing berada
sepanjang jalan raya lintas Sumatera di daerah Tapanuli Selatan dan Mandailing
Natal, sekitar 40 km dari Padang Sidempuan ke selatan dan sekitar 150 km dari
Bukit tinggi ke utara.
Kebudayaan Mandailing merupakan bagian dari kebudayaan inti batak.
Sebagaimana dengan masyarakat batak lainnya, orang Mandailing
memperhitungkan hubungan keturunan patrilineal. Tiap-tiap desa di Mandailing
mempunyai sebuah balai desa, tempat pelaksanaan sidang-sidang pengadilan dan
sidang-sidang adat lainnya. Meskipun secara adat, Mandailing merupakan bagian
dari adat utama batak, adat Mandailing sudah banyak dipengaruhi oleh agama
islam.
Budaya Mandailing didukung oleh suku Mandailing yang terbagi ke
dalam beberapa marga dibagi atas garis keturunan ayah. Marga-marga Mandailing
meliputi : Nasution, lubis, Pulungan, Rangkuti, Batubara, Daulae, Matondang,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Parinduri, Hasibuan.
Masyarakat Mandailing memiliki acara adat dalam pemberian makanan
tambahan kepada seorang bayi yang baru saja lahir. Makanan tambahan yang
diberikan kepada bayi seperti nasipisang, bubur bayi, dan air tajin. Pemberian
makanan tambahan dilakukan keluarga karena perasaan khawatir anak lapar,
keyakinan ingin anak gemuk dan cepat besar.
Terdapat berbagai jenis makanan tambahan yang diberikan kepada bayi,
yakni : susu botol, bubur bayi, nasi tim, dan nasi pisang, Dalam sehari bayi diberi
makan tambahan bervariasi, ada yang memberikan 1 kali di pagi hari, 2 kali : pagi
dan siang, dan juga 3 kali sehari : pagi, siang dan malam.
Apabila dikaitkan dengan ASI eksklusif, persepsi suku mandailing itu
masih banyak yang salah tentang ASI eksklusif. Masyarakat mandailing
beranggapan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak baik untuk bayi, karena
masyarakat lebih percaya dengan budayanya dan kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan dari generasi sebelumnya.
Biasanya pada saat bayi berusia 0-6 bulan sudah diberikan makanan
pendamping seperti air tajin, teh manis dan nasi bubur. Oleh karena itu
masyarakat mandailing jarang memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan
bahkan tidak memberikan ASI (Pandapotan,2005).
Menurut tradisi yang dahulu seorang bayi tidak boleh dibawa keluar
rumah sebelum upacara turun tanah diselenggarakan bagi bayi tersebut. Upacara
itu disebut paijur daganak atau paijur tano. Upacara ini diselenggarakan setelah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


anak berumur beberapa minggu. Upacara diawali dengan mengupa-ngupa
(menepung tawari) sang bayi dengan ibunya dengan menghidangkan seekor ayam
jantan yang digulai dilengkapi dengan sebuah telur ayam rebus. Kemudian ibu
dan sang bayi diberi makan sekenyang-kenyangnya dan sang bayi disusui pula
sampai kenyang oleh ibunya (Parlaungan R, 2002).

3. Makanan Tambahan
3.1 Definisi
Makanan tambahan pada bayi adalah makanan atau minuman yang
mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak berusia 6-24 bulan untuk
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes RI, 2006). Makanan tambahan
adalah memberi makanan lain selain ASI oleh karena ASI merupakan makanan
alami pertama untuk bayi dan harus diberikan tanpa makanan tambahan sekurang-
kurangnya sampai usia enam bulan (WHO,2003). Makanan tambahan atau
pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi ,
diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi
selain dari ASI (Dinkes propinsi, 2006). Makanan tambahan pada bayi adalah
makanan tambahn bayi yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6-24
bulan (Krisnatuti, 2000).
Makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol,
sebagai penambah kekurangan ASI atau susu pengganti (PASI) (Husaini, 2001).
Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat
pada periode ini (Ariani, 2008).
Menurut Depkes RI (2004) menyatakan bahwa makanan tambahan atau
makanan pendamping ASI (MP- ASI) adalah makanan yang diberikan kepada
bayi disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai
umur 6-24 bulan , dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan
tambahn keluarga, pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara
bertahap baik bentuk maupun jumlah . Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan
kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MP-ASI.
Istilah untuk makanan pendamping ASI bermacam-macam yakni
makanan pelengkap, makanan tambahan , makanan padat ,makanan sapihan ,
weaning food, makanan peralihan , beiskot (istilah dalam bahasa Jerman yang
berarti makanan selai dari susu yang diberikan pada bayi). Keseluruhan istilah ini
menunjukkan pada pengertian bahwa ASI maupun pengganti ASI (PASI) untuk
berangsur diubah ke makanan keluarga atau orang dewasa (Depkes RI, 2004).

3.2 Tujuan dan Manfaat Pemberian Makanan Tambahan
Tujuan pemberian makanan tambahan adalah untuk mencapai
pertumbuhan, perkembangan yang optimal, menghindari terjadinya kekurangan
gizi, mencegah resiko malnutrisi, defisiensi mikronutrien (zat besi, zink, kalsium,
vitamin A, vitamin C, dan folat), anak mendapatkan makanan ekstra yang
dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan enegi dengan nutrient, memelihara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan bila sakit, membantu perkembangan
jasmani dan rohani, psikomotor, mendidik kebiasaan yang baik, tentang makan
dan memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan
keadaan fisiologis bayi (Husaini, 2001).
Pemberian makanan tambahan pada bayi juga bertujuan untuk melengkapi
ASI (mixed feeding) dan diperlukan setelah kebutuhan energi dan dan zat-zat gizi
tidak mampu dipenuhi dengan pemberian ASI saja. Pemberian makanan tambahan
tergantung jumlah ASI yang dihasilkan oleh ibu dan keperluan bayi yang
bervariasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya diantaranya untuk
mempertahankan kesehatan serta pemulihan kesehatan setelah sakit, untuk
mendidik kebiasaan makan yang baik mencakup penjadwalan waktu
makan,belajar menyukai, memilih dan dapat merugikan karena tumbuh kembang
bayi akan terganggu (Sembiring, 2009). Pertumbuhan dan perkembangan bayi
yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat
badan anak (Krisnatuti, 2000).
Pemberian makanan tambahan merupakan suatu proses pendididkan, bayi
diajar mengunyah dan menelan makanan padat, jika makanan tidak diberi pada
saat kepandaian mengunyah sedang muncul, maka mengajar kepandaian ini
dimasa berikutnya akan lebih sukar. Pengenalan pemberian makanan lebih mudah
sebelum gigi keluar, gusi bayi bengkak dan sakit maka akan sulit memberikan
makanan tambahan (Suhardjo,1999).
Indikator bahwa bayi siap untuk menerima makanan padat : kemampuan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa disangga,
menghilangnya refleks menjulurkan lidah, bayi mampu menunjukkan
keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut, lalu memajukan
anggota tubuhnya ke depan untuk menunjukkan ketertarikan pada makanan
(Ariani,2008).
Makanan tambahan pada bayi bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat
gizi bayi, penyesuaian kemampuan alat cerna dalam menerima makanan
tambahan dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga selain
untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi (Suhardjo,1999). Pemberian
makanan tamabahan dilakaukan secara bertahap untuk mengembangkan
kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta menerima bemacam-macam
makanan. Pemberian makanan tambahan harus bervariasi, dari bentuk bubur cair
ke bentuk buburkental, sari buah,buah segar, makanan lumat, makanan lembek
dan akhirnya makanan padat (Sulistijani, 2001).

3.3 Jenis Makanan Tambahan
Makanan dapat dibuat sendiri di rumah dengan cara memodifikasi
makanan keluarga yang kaya energi dan nutrient. Biskuit dan buah merupakan
makanan tambahn yang pertama bagi bayi, biskuit yang diberikan oleh bayi harus
biskuit yang khusus untuk bayi karena kandungan tepung dan susu yang ada
dalam biskut mudah larut yang sesuai untuk bayi (Nadesul, 2005).
Cara memberikan makanan tambahan bagi bayi adalah dari makanan itu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berbentuk cairan dan kental lalu bertahap menjadi keras, seiring dengan proses
dan umur juga perkembangan bayi, sehingga usus bayi pun terlatih dengan
sendirinya terhadap makanan yang diterimanya. Adapun jenis-jenis makanan
tambahan (Chintia, 2008) :
a. Makanan lunak yaitu semua makanan yang termasuk yang disajikan
dalam bentuk halus dan diberikan pada bayi yang pertama
kali.misalnya bubur susu dan sari buah.
b. Makanan lembek yaitu makanan peralihan dari makanan lunak
kemakanan biasa seperti nasi tim.
c. Makanan biasa yaitu makanan yang termasuk yang disajikan adalah
makanan orang dewasa seperti nasi.
Selain itu makanan yang dibuat sendiri di rumah dengan cara
memodifikasi makanan keluarga yang kaya energi dan nutrien. Makanan
tambahan dapat juga berupa makanan yang setengah jadi yang dijual di toko-toko
yang merupakan produk hasil teknologi yang komposisi zat-zat gizi yang
didalamnya disesuaikan dengan kebutuhan bayi terhadap pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatan bayi (Suhardjo, 1999).
Makanan padat pertama yang diberikan kepada anak haruslah mudah
dicerna. Dan bukanlah makanan yang mempunyai risiko alergi yang tinggi.
Jangan tergiur untuk menambahkan gula atau garam pada makanan bayi. Biarkan
rasanya hambar, biarkan anak merasakan rasa asli dari makanan tersebut karena
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


garam dapat mengancam ginjal bayi. Sementara gula dapat membuat bayi anda
kelak menyukai makanan manis, sehingga dapat merusak giginya (Luluk, 2005).

3.4 Makanan Tambahan Yang Baik
Makanan tambahan yang baik adalah makanan yang kaya energi, protein
dan mikronutrient (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan
fosfat), bersih dan aman, tidak dad bahan kimia yang berbahaya atu toksin, tidak
ada potongan tulang atas bagian yang keras yang membuat bayi tersedak, tidak
terlalu panas tidak pedas atau asin, mudah dimakan bayi, disukai bayi, mudah
disiapkan dan harga terjangkau (Rosida, 2004).


3.5 Waktu Yang Tepat Memberikan Makanan Tambahan
Air Susu Ibu (ASI) memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat
gizi yaitu untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai berumur enam bulan, sesudah
itu ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan bayi. Makanan tambahn mulai
diberikan umur 6 bulan satu hari. Pada usia ini otot dan saraf didalam mulut bayi
cukup berkembang untuk mengunyah, menggigit, menelan makanan dengan
mengendalikan lidahnya dengan baik, mulai tumbuh gigi, suka memasukkan
sesuatu dalam mulutnya dan berminat terhadap rasa yang baru (Rosida, 2004).
Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian makanan tambahan
pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai berikut (Ariani, 2008) :
a. Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat ini. Makanan
tersebut dapat menggantikan ASI, jika makanan diberikan maka anak akan minum
ASI lebih sedikit dan ibu pun memproduksinya lebih sedikit sehingga akan lebih
sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
b. Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit sehingga risiko
infeksi meningkat.
c. Risiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih
ASI.
d. Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, buburnya
berkuah atau berupa sup karena mudah dimakan bayi, makanan ini memang
membuat lambung penuh tetapi memberikan nutrient sedikit.

e. Ibu mempunyai risiko lebih tinggi untuk hamil kembali.
Akibat dari kurang menyusui dan risiko pemberian makanan tambahan terlalu
lambat :
a. Anak tidak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan mengisi
kesenjangan energi dan nutrient.
b. Anak berhenti pertumbuhannya atau tumbuh lambat.
c. Pada anak risiko malnutrisi dan deficiency mikro nutrient meningkat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 1.1 Daftar Pemberian Makanan Bayi
Umur Jumlah
Pemberian dalam
sehari (kali)
0-6 bulan
6-8 bulan
ASI
ASI
Bubur susu
Nasi tim saring


1
1
6-8 bulan ASI
Buah
Bubur susu
Nasi tim dihaluskan

1
1
2
10-12 bulan


12-24 bulan
ASI
Buah
Nasi tim
ASI
Nasi tim atau
Makanan
Makanan kecil

1
3

3
1
Sumber Husaini, 2001



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.6 Resiko Pemberian Makanan Tambahan Pada Usia Kurang Dari
Enam Bulan
Resiko pemberian makanan tambahan pada usia kurang dari enam bulan
berbahaya karena bayi belum memerlukan makanan tamabahan pada saat usia ini,
jika diberikan makanan tamabahan akan dapat menggantikan ASI dimana bayi
akan minum ASI lebih sedikit dan ibu memproduksinya akan berkurang maka
kebutuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi dan faktor pelindung dari ASI menjadi
sedikit, kemungkinan terjadi resiko infeksi meningkat (Rosida, 2004).
Makanan tambahan yang dibuat sendiri atau buatan pabrik cenderung
mengandung kadar natrium klorida (NaCl) tinggi akan menambah beban ginjal.
Belum matangnya sistem kekebalan dari usus bayi pada umur dini, dapat
menyebabkan alergi terhadap makanan tambahan, komponen-komponen alamiah
yang terdapat dalam makanan tambahan seperti gula dapat menyebabkan
kebusukan pada gigi dan gangguan pencernaan pada bayi serta kegemukan.










UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai