Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
ANASTASIA INDAH WULANDARI 04.40.0094
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2009
Perpustakaan Unika ii Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
Pada Tanggal :
10 Juni 2009
Mengesahkan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Dekan,
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk, Yang terutama dan terkasih : Tuhan Yesus Kristus Keluargaku tercinta : bapak, Ibu, Kakak-kakakku, adikku dan eyangku
Perpustakaan Unika iv MOTTO
Memahami dan Mengenal Diri Sendiri Adalah Awal Langkah Menuju Kebijaksanaan. Tentukan Jalan Yang Kau Tuju Dalam Hidup Dan Berusahalah Terus Sampai Kau Tiba Disana. ( John C. Marwell)
Setiap kali ada hal sulit dan menantang menimpaku, itu menandai awal era baru dalam hidupku (Kimberly Kirberger)
(dikutip dari : Chicken Soup for the College Soul)
Perpustakaan Unika v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas anugerah, rahmat dan berkat-Nya membuat peneliti mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan lancar dari awal hingga akhir. Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, peneliti mengalami cukup banyak kesulitan, akan tetapi karena bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak maka kesulitan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, peneliti pada kesempatan kali ini ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada : 1. Ibu Th. Dewi Setyorini, S Psi, MSi selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang telah memberikan ijin atas surat-surat penelitian yang diajukan. 2. Bapak Drs. Haryo Goeritno, Msi selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh ketulusan, kesabaran, dan perhatian telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 3. Bapak Drs. Sumbodo Prabowo, MSi selaku Dosen Wali yang telah mendampingi selama menyelesaikan masa studi di Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. 4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UNIKA Soegijapranata Semarang yang telah memberikan pengajaran selama peneliti menjalani masa studi. 5. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang telah membantu dalam segala urusan administrasi dan surat ijin penelitian. 6. Bapak J oko Priyadi selaku Ketua RT 08 Perum Polri Durenan Indah Semarang yang telah membantu peneliti dalam memberikan ijin untuk penelitian. Perpustakaan Unika vi 7. Bapak dan Ibu tersayang yang senantiasa telah memberikan waktu, doa, dukungan, perhatian, semangat, materi, fasilitas, kasih sayang, serta nasihat yang sangat berharga bagi peneliti. 8. Mas Eko, Mas Heru dan Adikki Tia yang telah memberikan doa, semangat dan dukungannya. 9. Sahabat-sahabatku plus teman seperjuangan, Maya, Ardine, Galuh, Meydi, Aline, yang selalu berbagi dalam suka dan duka, serta saling memberikan semangat, kasih sayang, perhatian, kerjasama dan bantuan selama masa perkuliahan. 10. Sahabatku Wiwid, terimakasih tetap memberikan semangat dan doa. 11. Hendra, terimakasih buat cinta, doa, dorongan dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih telah memberi warna dalam kehidupanku. 12. Sahabat-sahabatku yang jauh disana, terimakasih telah memberikan doa dan semangat kepada peneliti. 13. Teman-teman diperpustakaan, terimakasih telah memberikan semangat kepada penulis. 14. Seluruh subyek penelitian ini yang telah meluangkan waktu untuk mengisi skala penelitian. 15. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan karya ilmiah ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu. Peneliti telah berusaha menyusun karya ilmiah ini dengan sebaik mungkin, tetapi peneliti menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata, peneliti berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Semarang, 27 Mei 2009
Peneliti
Perpustakaan Unika vii PENYESUAIAN DIRI WANITA SEBAGAI PACAR ANGGOTA POLRI DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI
Oleh : Anastasia Indah Wulandari
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJ APRANATA SEMARANG
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri. Subjek penelitian berjumlah 40 orang wanita yang sedang atau sudah pernah berpacaran dengan anggota Polri dan bertempat tinggal di Perum Polri Durenan Indah RT 08 Mangunharjo dengan pendidikan minimal SMA dan sudah berpacaran minimal 1 tahun. Data dikumpulkan dengan menggunakan Skala Penyesuaian diri wanita sebagai pacar Anggota Polri dan Kematangan emosi. Penelitian ini menggunakan Incidental Sampling. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Korelasi Product Moment, hasilnya diperoleh r xy =0,651 dengan p <0,01 yang berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri. Semakin tinggi kematangan emosi maka semakin tinggi pula penyesuaian diri wanita sebagi pacar anggota Polri. Sebaliknya, semakin rendah kematangan emosi maka semakin rendah pula penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Kata kunci : Penyesuaian diri, kematangan emosi, wanita yang menjadi pacar anggota Polri.
Perpustakaan Unika viii
DAFTAR ISI
HALAMAN J UDUL......i HALAMAN PENGESAHAN.......ii HALAMAN PERSEMBAHAN...... iii HALAMAN MOTTO.......iv HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH...........v ABSTRAKSI..............................................................................................vii DAFTAR ISI..............................................................................................viii DAFTAR TABEL.........................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN................................................................................xii BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1 A. Latar Belakang Masalah..........................................................1 B. Tujuan Penelitian...................................................................15 C. Manfaat Penelitian.................................................................15 1. Manfaat Teoritis.................................................................15 2. Manfaat Praktis..................................................................15 BAB II TINJ AUAN KEPUSTAKAAN..................................................16 A. Penyesuaian Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri.................................................16 1. Pengertian Penyesuaian Diri Wanita sebagai Pacar Anggota Polri.........................................................16 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri .....23 3. Aspek-aspek Penyesuaian Diri..........................................28 Perpustakaan Unika ix B. Kematangan Emosi.............. .................................................31 1. Pengertian Kematangan Emosi.............. ...........................31 2. Ciri-ciri Kematangan Emosi...................... ...............................32 C. Hubungan Antara Penyesuain Diri Wanita sebagai Pacar Anggota Polri dengan Kematangan Emosi ...........................34 D. Hipotesis................................................................................39 BAB III METODE PENELITIAN...........................................................41 A. Identifikasi Variabel Penelitian..............................................41 B. Definisi Operasional Variabel Penelitian...............................41 1. Penyesuaian Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri ...41 2. Kematangan Emosi.............. .............................................42 C. Populasi dan Teknik Sampling.............................................43 1. Populasi.............................................................................43 2. Metode Pengambilan Sampel............................................43 D. Metode Pengumpulan Data....................................................44 1. Skala Penyesuaian Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri ...................................................................................45 2. Skala Kematangan Emosi..................................................46 E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur......................................48 1. Validitas Alat Ukur............................................................48 2. Reliabilitas Alat Ukur........................................................48 F. Metode Analisis Data.............................................................49 BAB IV LAPORAN PENELITIAN........................................................50 A. Orientasi dan Kancah Penelitian............................................50 B. Persiapan Penelitian...............................................................52 Perpustakaan Unika x 1. Penyusunan Alat Uur.........................................................52 2. Perijinan Penelitian............................................................54 C. Pelaksanaan Pengumpulan Data............................................55 D. Validitas dan Reliabilitas.......................................................56 1. Validitas dan Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri Wanita sebagai Pacar Anggota Polri .............................................57 2. Validitas dan Reliabilitas Skala Kematangan Emosi.........58 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................61 A. Uji Asumsi.............................................................................61 1. Uji Normalitas Distribusi...................................................61 2. Uji Linieritas......................................................................62 B. Uji Hipotesis..........................................................................62 C. Pembahasan............................................................................63 BAB VI PENUTUP...................................................................................67 A. Kesimpulan............................................................................67 B. Saran......................................................................................67 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................69 LAMPIRAN.................................................................................................72
Perpustakaan Unika xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Blueprint Skala Penyesuaian Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri ............................................................................................46 Tabel 2 : Blue Print Skala Kematangan Emosi...........................................47 Tabel 3 : Sebaran Item Skala Penyesuaian Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri..............................................................................53 Tabel 4 : Sebaran Item Skala Kematangan Emosi......................................54 Tabel 5 : Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Penyesuaian Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri.......................................................57 Tabel 6 : Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Kematangan Emosi...........59
Perpustakaan Unika xii DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Skala Penelitian.....................................................................73 A-1 : Skala Penyesuain Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri......75 A-2 : Skala Kematangan Emosi............................................................78 Lampiran B : Data Penelitian.......................................................................81 B-1 : Skala Penyesuain Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri .....82 B-2 : Skala Kematangan Emosi............................................................85 Lampiran C : Data Item Valid.....................................................................88 C-1 : Penyesuaian Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri..............89 C-2 : Kematangan Emosi......................................................................91 Lampiran D : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas.......................................93 D-1 : Validitas dan Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri.......................................................94 D-2 : Validitas dan Reliabilitas Skala Kematangan Emosi.................101 Lampiran E: Uji Normalitas.......................................................................108 Lampiran F : Uji Linieritas........................................................................111 Lampiran G : Uji Hipotesis........................................................................113 Lampiran F : Surat-surat Penelitian...........................................................115 H-1 : Surat Ijin Penelitian...................................................................116 H-2 : Surat Keterangan Bukti Penelitian.............................................118
Perpustakaan Unika 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini pacaran merupakan hal yang biasa. Bahkan pacaran merupakan hal yang umum, dari anak kecil sampai orang tua mengenal pacaran, karena manusia selalu membutuhkan sesamanya. Sejak manusia dalam kandungan sampai dewasa bahkan sampai mati nantinya pasti akan membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Di Indonesia, masyarakat masih menjunjung tinggi nilai- nilai perkawinan dan keluarga, sehingga status single dirasakan tidak nyaman. Sorotan dari masyarakat, keluarga dan orang-orang terdekat tentang status single seseorang sangat membuat seseorang itu menjadi kurang nyaman. Bagi wanita yang masih single, hal ini dapat menjadi beban tersendiri dalam hidupnya. Hal ini membuat wanita untuk segera mencari pasangan atau lebih dikenal dengan sebutan mencari pacar. Menurut Harjana (2006, h.12) pacar adalah seorang laki-laki dan seorang perempuan yang menjalin hubungan khusus dan berkomitmen menjadi sepasang kekasih. Bagi seorang perempuan pacar adalah seorang laki-laki entah muda maupun tua, namun bagi seorang laki-laki pacar adalah seorang perempuan entah muda atau tua. Pacaran merupakan pertemuan antara pria dan wanita yang diawali dengan perkenalan, pendekatan kemudian berpacaran. Setiap Perpustakaan Unika 2
orang bebas menentukan siapa yang akan menjadi pacarnya. Dalam berpacaran tidak hanya sekedar berhubungan, saling berinteraksi, saling berbagi rasa dan pemikiran, atau saling mendukung dan membantu biasa. Dalam berpacaran juga harus bisa untuk saling menerima kekurangan dan kelebihan dari pasangan, agar terjadi kesesuaian, kecocokan, keterpaduan hati, pikiran, kehendak, dan cita-cita. Modal saling sesuai dan saling cocok itu, sepasang kekasih dapat saling memahami, mendukung dan membantu dalam mencapai kebahagiaan bersama serta mengatasi kesulitan-kesulitan dan masalah-masalah yang mereka jumpai saat berpacaran. Oleh karena itu dalam berpacaran, penyesuaian diri sangat diperlukan. Karena dalam berpacaran adalah memadukan dua pribadi yang berbeda, maka satu sama lain harus bisa menyesuaikan diri dengan pasangannya. Penyesuaian diri adalah proses yang meliputi respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha keras agar mampu mengatasi konflik dan frustrasi karena terhambatnya kebutuhan dalam diri sehingga tercapai keselarasan dan keharmonisan antara tuntutan dalam diri dan tuntutan diluar dirinya ( Fahmi, 1982, h.14). Selama masa berpacaran pasti akan menemukan berbagai masalah dari masalah yang terkecil sampai masalah yang terbesar sekalipun. Setelah memutuskan untuk memiliki pacar, maka akan masuk kedalam kehidupan pacar dan pacar akan masuk kedalam kehidupan. Agar bisa diterima dalam kehidupan pacar, maka harus melakukan penyesuaian diri dan harus saling mengerti terhadap pasangannya. Perpustakaan Unika 3
Pada umumnya seorang wanita dalam berpacaran selalu ingin diperhatikan dalam segala hal. Padahal yang ingin diperhatikan bukan hanya wanita tetapi pria pun ingin diperhatikan oleh pasangannya. Kebanyakan wanita tidak mau tahu situasi dan kondisi dari pacarnya. Sebagian besar wanita selalu menuntut agar keinginannya dituruti oleh pacarnya. Berpacaran merupakan hal yang sangat indah, dengan pacar bisa bercerita, jalan-jalan, bersenda gurau, mengungkapkan keluh kesah pada pacar sehingga beban dalam diri bisa berkurang. Setiap orang bebas menentukan siapa yang akan menjadi pacarnya, mereka bisa memilih pacar dari teman sebaya, teman sekolah, teman kuliah bahkan yang sudah bekerja dari pegawai negeri, pegawai swata, wiraswasta sampai Polisi. J ika seorang wanita memilih pacar dari kalangan sipil, mereka bisa bertemu sewaktu-waktu tanpa mengganggu tugas utama. Mereka mempunyai cukup banyak waktu sebab jam kerja mereka bisa dikatakan tetap dari pagi hingga sore dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 17.00 dari hari senin hingga jumat atau sabtu. Sehingga pada malam hari bisa digunakan untuk bertemu, melepas rindu, jalan-jalan, bercerita dan lain-lain. Maka segala keinginan wanita itu dapat terpenuhi. Selain itu dalam berpacaran tidak terikat oleh aturan-aturan dari pekerjaan . Maka dalam hal ini wanita tetap perlu melakukan penyesuaian diri, namun penyesuaian diri yang dilakukan wanita tersebut tidak terlalu berat. Wanita tersebut harus melakukan penyesuaian diri antar individu, yaitu antara wanita dan pacarnya. Perpustakaan Unika 4
Peneliti juga melakukan wawancara awal pada wanita yang memiliki pacar dari kalangan sipil, yang dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2008. Wanita tersebut bernama Dewi (nama samaran), mereka sudah berpacaran selama 3 tahun. Selama 3 tahun tersebut, pacarnya sudah memberitahukan tentang pekerjaannya. Pacarnya bekerja sebagai pegawai Negeri, yang jam kerjanya dari pukul 07.00 sampai pukul 15.00 dari hari Senin hingga Jumat. Selama 3 tahun, wanita tersebut tidak pernah mengeluh tentang pekerjaan pacarnya. Karena wanita tersebut hampir setiap hari bisa bertemu dengan pacarnya untuk melepas rasa rindu diantara mereka. Mereka menjalani pacaran seperti layaknya orang berpacaran pada umumnya. Setiap wanita tersebut meminta pacarnya untuk mengantar kesuatu tempat, pacarnya selalu bisa mengantarnya. Dalam berpacaranpun pernah terjadi perselisihan diantara mereka, namun perselisihan itu cepat selesai karena mereka bisa langsung bertemu untuk membicarakan perselisihan itu sehingga perselisihan itu cepat selesai. Wanita tersebut tidak mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dirinya dengan pekerjaan pacarnya, karena bagi wanita tersebut jam kerja pacarnya tidak mengganggu mereka dalam menjalin hubungan tersebut. Sebab mereka mempunyai cukup banyak waktu untuk bersama, selain itu mereka bisa melakukan malam mingguan seperti yang dilakukan sebagian besar orang dalam berpacaran. Bagi wanita tersebut yang terpenting adalah menyesuaikan dirinya dengan pribadi pacarnya agar dapat terjalin hubungan yang selaras. Perpustakaan Unika 5
J ika seorang wanita memilih pacar seorang anggota Polri, mereka tidak bisa bertemu setiap saat dan memenuhi keinginan dari pacarnya. Apabila saat itu mereka sedang bersama dan saat itu pula seorang anggota Polri tersebut mendapat perintah untuk melaksanakan tugas, maka saat itu juga seorang anggota Polri harus meninggalkan pacarnya dan menjalankan tugas yang telah diperintahkan oleh komandannya. Selain itu wanita yang memiliki pacar seorang anggota Polri, tidak memiliki banyak waktu untuk bisa bertemu dengan pacarnya. Bahkan wanita yang memiliki pacar seorang anggota Polri tidak mengenal istilah malam mingguan karena hampir seluruh waktunya hanya untuk pekerjaannya. Mereka harus bisa memanfaatkan sedikit waktu yang mereka punya untuk melepas rasa rindu. Bisa dikatakan anggota Polri bekerja selama 24 jam, dan tidak mempunyai banyak waktu untuk hal lainnya. Oleh karena itu wanita yang memiliki pacar seorang anggota Polri harus mau mengerti tugas seorang anggota Polri dan harus mendukung pacarnya untuk melaksanakan tugas yang harus dikerjakannya saat dibutuhkan. Wanita yang memiliki pacar anggota Polri harus mau menerima konsekuensi, dan wanita tersebut harus menghilangkan rasa cemburu, curiga, marah, dan prasangka negatif pada pacarnya. Bagi seorang anggota Polri bisa dikatakan bahwa pekerjaan adalah nomor satu dibandingkan dengan apapun. Karena pekerjaan anggota polri berbeda dengan pegawai atau karyawan lainnya. Adapun tugas dan peran anggota Polri adalah sebagai pelindung, penganyom dan Perpustakaan Unika 6
pelayan masyarakat yang mana sewaktu-waktu harus siap melayani atau menjalankan tugas dan perintah atasan yang dibebankan kepadanya tidak dapat ditolak. Karena sebagai anggota Polri harus siap setiap saat dan setiap waktu jika dibutuhkan untuk melaksanakan tugasnya ( Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Bintara Polri Di lapangan, 2002, h. 7). Dalam hal ini, penyesuaian diri merupakan modal utama yang harus dimiliki wanita yang memiliki pacar seorang anggota Polri. Dengan adanya penyesuaian diri tersebut, maka akan jarang terjadi perselisihan diantara mereka dan mereka akan saling percaya satu sama lain. Sebab seorang wanita yang mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik, dia akan mengerti tentang tugas dari anggota Polri dan tahu apa saja yang dikerjakan oleh pacarnya jika mereka tidak bisa bertemu. J ika selama masa berpacaran seorang wanita tidak mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik, ini akan menyusahkan dirinya apalagi jika dia telah menjadi istri seorang anggota Polri. Sebelum menjadi istri seorang anggota Polri, maka masa pacaran ini harus benar-benar digunakan untuk memahami kondisi, tugas dan peran dari anggota Polri. Gerungan (2004, h.58-60) berpendapat bahwa manusia itu senantiasa berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Ia biasanya mengubah dirinya agar sesuai dengan keadaan-keadaan baru di lingkungannya yang disebut penyesuaian diri autoplastis. Sedangkan dimana lingkungannya itu diubah oleh dirinya itu disebut penyesuaian diri aloplastis. Dalam hal ini, Perpustakaan Unika 7
wanitalah yang harus mengubah dirinya agar sesuai dengan lingkungan anggota Polri. Karena lingkungan anggota Polri tidak dapat diubah oleh siapapun dan seorang anggota Polri tidak dapat mengubah lingkungannya untuk disesuaikan dengan lingkungan seorang wanita yang menjadi pacarnya. Anggota polri merupakan aparat negara yang harus mengabdi kepada negara, sehingga wanitalah yang harus menyesuaikan dirinya sebagai pacar anggota Polri. Wanita yang menjadi pacar anggota polri harus mampu mengendalikan keinginannya untuk selalu bersama, sekalipun hal itu sangat sulit untuk dilakukan tetapi mau tidak mau seorang wanita harus merelakan pacarnya untuk menjalankan tugas sebagai anggota polri. Selain tugas anggota Polri yang begitu banyak, dalam berpacaran seorang anggota Polri tidak boleh berpegangan tangan saat mereka sedang menggunakan pakaian dinas. Pada kenyataannya wanita yang memiliki pacar seorang anggota Polri ada yang bisa menyesuaikan diri dengan baik, tetapi ada pula yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan baik. Hubungan berpacarannya pun berbeda antara wanita yang bisa menyesuaikan diri dengan wanita yang tidak bisa menyesuaikan diri. Berdasarkan data yang peniliti dapat, pada tanggal 24 Mei 2008 peneliti melakukan wawancara awal pada seorang wanita yang menjadi pacar seorang anggota Polri tetapi wanita tersebut tidak bisa melakukan penyesuaian diri dengan baik. Peneliti melakukan wawancara pada seorang wanita bernama X yang memiliki pacar Perpustakaan Unika 8
seorang anggota Polri. Mereka sudah cukup lama berpacaran. Mereka sudah berpacaran selama 4 tahun dan sampai sekarang pun mereka masih berpacaran, tetapi selama 4 tahun wanita tersebut tidak bisa menyesuaikan dirinya dengan lingkungan pacarnya yang sebagai anggota Polri, padahal sebelumnya pacarnya sudah memberikan pengertian tentang tugasnya sebagai anggota Polri. Selama berpacaran awalnya tidak ada masalah diantara mereka, tapi lama-kelamaan timbulah berbagai macam masalah diantara mereka. Sering wanita tersebut meminta pacarnya untuk datang ke rumahnya, padahal hari itu pacarnya sedang melaksanakan tugas yang tidak bisa ditinggal sampai akhirnya pacarnya tidak bisa datang lalu wanita tersebut marah-marah kepada pacarnya. Pacarnya pun berusaha untuk menjelaskan bahwa tugasnya tidak bisa ditinggalkan. Wanita tersebut meminta agar pacarnya harus datang sekarang juga dan tidak mau tahu bagaimana caranya, pacarnya harus datang menemui dia. Pacarnya akhirnya menolak untuk datang kerumah wanita tersebut karena pekerjaannya sangat penting. Wanita tersebut menuduh bahwa pacarnya tidak sayang padanya, sebenarnya pacarnya sangat sayang tetapi karena tugas, dia tidak bisa memenuhi semua keinginannya. Setiap keinginan wanita tersebut tidak dipenuhi, wanita tersebut selalu menuduh bahwa pacarnya memiliki pacar lain, tidak sayang, tidak perhatian, selalu mementingkan pekerjaannya dari pada dirinya. Sering terucap kata putus dari wanita tersebut karena pacarnya tidak bisa menyesuaikan dirinya dengan lingkungan wanita tersebut. Pacarnya pun selalu Perpustakaan Unika 9
berusaha mempertahankan hubungan tersebut, dan berjanji akan menyempatkan waktu buat wanita tersebut. Tugas seorang anggota Polri yang tidak bisa diubah, perselisihan seperti ini sering terjadi. Saat ini pacarnya mendapat tugas yang benar-benar sibuk dan padat, bahkan waktu untuk bertemu wanita tersebut menjadi sulit. Wanita tersebut tidak bisa menyesuaikan dirinya dengan keadaan pacarnya, wanita tersebut sampai meminta sang pacar untuk pindah dari tugas tersebut dan setiap pacarnya lepas dinas harus datang menemui wanita tersebut, kalau hal ini tidak dilakukan oleh pacarnya, maka wanita tersebut akan marah. Pacarnya harus menuruti semua kemauan wanita tersebut. Bahkan sempat terucap kata putus dari pacarnya, tetapi wanita tersebut tidak mau. Wanita tersebut berjanji akan menyesuaikan dirinya dengan pacarnya, namun pada kenyataannya sampai sekarang pun perselisihan itu masih terjadi karena wanita tersebut masih selalu menuntut pacarnya untuk memenuhi keinginannya. Peneliti juga melakukan wawancara pada seorang wanita yang mampu menyesuaikan dirinya sebagai pacar seorang anggota Polri, yang dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2008. Wanita tersebut berinisial N, dia sudah berpacaran selama 3 tahun dengan seorang anggota Polri. Selama 3 tahun itu, awalnya seorang wanita tersebut juga kurang memahami pekerjaan dari pacarnya yang menjadi anggota Polri. Pernah terjadi perselisihan diantara mereka, karena mereka jarang sekali bertemu sebab pacarnya sedang menjalankan Perpustakaan Unika 10
tugas. Pacarnya pun memberi pengertian kepada wanita tersebut tentang tugas anggota Polri. Awalnya wanita tersebut kurang bisa menerima hal itu, karena dia tidak bisa merasakan pacaran seperti pacaran orang pada umumnya. Seiring berjalannya waktu wanita tersebut dapat menerima hal itu dan wanita tersebut menyadari bahwa ini konsekuensi yang harus dia terima sebagai pacar seorang anggota Polri. Akhirnya wanita tersebut mengerti dan wanita tersebut mulai menyesuaikan dirinya dengan pacarnya. Selama berpacaran pun mereka juga pernah mengalami sedikit perselisihan, namun mereka mempunyai dasar saling percaya dan mengerti akan tugas anggota Polri, maka perselisihan itu pun dapat diselesaikan saat itu juga. Selain itu sering pula terjadi pada saat itu mereka sedang berdua dan tiba-tiba pacarnya mendapat perintah untuk melaksanakan tugas, awalnya wanita tersebut sempat merasa kecewa dan marah tetapi karena itu adalah tugas yang harus dilakukan oleh pacarnya sebagai anggota Polri lama-kelamaan wanita tersebut dapat mengerti dan merelakan pacarnya untuk melaksanakan tugasnya. Karena sebelumnya pacarnya sudah memberikan pengertian tentang tugas yang harus dilakukan sebagai anggota Polri dan wanita tersebut mampu untuk menyesuaikan dirinya dengan baik, maka jika terjadi hal seperti itu sudah dianggap hal yang biasa oleh wanita tersebut. Wanita tersebut tidak merasa kecewa dan marah, saat pacarnya pergi untuk menjalankan tuganya sebagai anggota Polri. Perpustakaan Unika 11
Berdasarkan wawancara awal yang telah peneliti lakukan, wanita yang memiliki pacar seorang anggota Polri tidak bisa melakukan penyesuaian diri dengan baik. walaupun wanita tersebut sudah diberi pengertian oleh pacarnya tentang tugas-tugas seorang anggota Polri. Wanita tersebut kurang bisa menerima dan mengerti tentang tugas anggota Polri, sehingga wanita tersebut tidak bisa menyesuaikan dirinya dengan baik. Wanita tersebut selalu menuntut keinginannya, seperti bertemu dan mengantarkan ke suatu tempat. Apabila pacarnya tidak bisa memenuhi keinginannya karena sedang menjalankan tugasnya sebagai anggota Polri yang tidak bisa ditinggalkan, maka wanita tersebut selalu marah dan menuduh pacarnya mempunyai kekasih lain dan wanita tersebut cemburu jika keinginannya tidak dipenuhi. Padahal pacarnya saat itu benar-benar sedang bertugas dan tidak bisa ditinggalkan, pacarnya menjelaskan pada wanita tersebut tentang tugas yang sedang dilakukan tetapi wanita tersebut tidak mau mengerti dan sering terjadi salah paham. Walaupun demikian ada pula wanita yang dapat menyesuaikan dirinya sebagai pacar anggota Polri, karena pacarnya sudah memberi tahu tentang tugas-tugas yang harus dilakukan seorang anggota Polri dan wanita tersebut mau mengerti akan tugas- tugas seorang anggota Polri, dan wanita tersebut mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik. Sehingga wanita tersebut biasa menjalani pacaran itu tanpa ada rasa kecewa ataupun marah karena waktu untuk mereka bertemu hanya sedikit sebab pacarnya memiliki banyak tugas yang harus dikerjakannya. Perpustakaan Unika 12
Dari permasalahan yang ada dan berdasarkan wawancara awal yang telah peneliti lakukan, terdapat perbedaan antara wanita yang memiliki pacar dari kalangan sipil dan wanita yang memiliki pacar anggota Polri. Dari perbedaan tersebut maka peneliti tertarik pada wanita yang memiliki pacar anggota Polri. Sebab wanita yang memiliki pacar anggota Polri, penyesuaian diri benar-benar diperlukan. Wanita yang memiliki pacar anggota Polri tidak hanya melakukan penyesuaian diri antar individu saja, namun wanita tersebut harus mampu menyesuaikan dirinya dengan pekerjaan pacarnya sebagai anggota Polri. Sebab anggota Polri jam kerjanya selama 24 jam dan tidak ada hari libur. Sehingga selama berpacaran pasti akan jarang sekali bertemu dan wanita yang memiliki pacar seorang anggota Polri tidak mengenal istilah malam mingguan. Dimana ada waktu luang disitu akan digunakan untuk bertemu pacarnya walaupun hanya sebentar. Dari permasalahan itu maka dapat dilihat proses penyesuaian diri wanita tersebut. Pada penelitian ini wanita yang menjadi pacar anggota Polri masih dalam kategori remaja, dimana usia mereka antara 18-21 tahun. Secara global usia remaja berlangsung antara 12 sampai 21 tahun (Monks dkk, 1998, h.262). Masa remaja sebagai periode yang penting, yaitu masa yang paling labil dari pada masa yang lain, mulai membentuk karakteristik yang menetap atau permanen, mulai mengalami kematangan sebelum menuju ke masa dewasa. Oleh sebab itu dalam berpacaran, selain harus dapat melakukan penyesuaian diri dengan pasangan juga diperlukan kematangan Perpustakaan Unika 13
emosi agar tercapai keselarasan, keharmonisan dan kelanggengan sehingga dapat menyatukan dua pribadi yang berbeda. Seseorang dapat dikatakan matang atau dewasa secara penuh apabila menunjukkan kematangan psikologis secara umum yaitu kematangan moral, intelektual, kestabilan emosi dan mempunyai cita-cita yang realistis sebagai arah perilaku (Cole dikutip Widhihatmanto, 2001, h. 19). Menurut Chaplin ( 1995, h. 291) kematangan adalah keadaan telah mencapai suatu bentuk kematangan atau kedewasaan atau merupakan kematangan psikologis, perkembangan penuh dari inteligensi, proses-proses emosional dan sebagainya. Bila seseorang telah matang emosinya dan dapat mengendalikan emosinya, maka individu akan dapat berpikir secara matang, baik dan obyektif. Kematangan emosi menurut Chaplin (2006, h.165) adalah kecenderungan untuk mengadalkan tanggapan emosional yang matang sesuai dengan usia seseorang dan lingkungan masyarakatnya. Tanggapan emosional yang matang yaitu reaksi individu dalam menghadapi suatu rangsangan dari luar dan mampu mengantisipasi secara kritis situasi yang dihadapi. Individu dengan kematangan emosi yang tinggi menyadari bahwa sebagai makhluk sosial yang memiliki ketergantungan pada orang lain, ia tidak harus takut bahwa ketergantungan itu akan menyebabkan berbagai tantangan hidup ke depan. Pada wanita yang memiliki kematangan emosi yang baik, maka dirinya dapat menyesuaikan diri sebagai pacar anggota Polri Perpustakaan Unika 14
apa adanya tanpa ragu-ragu. Hal ini menjadi dilema pada wanita sebagai pacar anggota Polri, di satu sisi wanita tersebut harus bisa mengendalikan emosinya saat menghadapi berbagai masalah dalam berpacaran tetapi di satu sisi wanita tersebut harus menerima konsekuensi menjadi pacar anggota Polri dikarenakan tugas anggota Polri yang padat, maka wanita tersebut jarang sekali bertemu dengan pacarnya yaitu anggota Polri. Berdasarkan uraian di atas kematangan emosi adalah kemampuan individu dalam menggunakan emosinya dengan baik untuk menghadapi rangsangan dari luar dan mampu mengantisipasi situasi secara kritis. Wanita yang memiliki kematangan emosi yang baik, maka wanita tersebut dapat mengatasi masalahnya dengan baik serta dapat berfikir obyektif terhadap masalah yang dihadapinya. Hal tersebut berakibat pada dirinya bahwa wanita tersebut mampu untuk melakukan penyesuaian diri sebagai pacar anggota Polri dengan baik dan mereka dapat mencapai keselarasan dan keharmonisan dalam hubungan yang dijalani. Bertitik tolak dari fenomena tersebut muncul pertanyaan dari peneliti, apakah ada hubungan antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri?
Perpustakaan Unika 15
B. Tujuan Penelitian Pada penelitian ini tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri.
C. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi manfaat teoritis dan praktis : 1. Manfaat Teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan psikologi kesehatan mental, khususnya yang berkenaan dengan proses penyesuaian diri wanita dalam berpacaran dengan anggota Polri. 2. Manfaat Praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan untuk memperbaiki penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri dalam kaitannya dengan kematangan emosi.
Perpustakaan Unika 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyesuaian Diri Wanita sebagai Pacar Anggota Polri 1. Pengertian Penyesuaian Diri Wanita sebagai Pacar Anggota Polri Kehidupan merupakan proses penyesuaian diri yang berkesinambungan. Setiap hari individu selalu melakukan penyesuaian diri. Penyesuaian diri adalah interaksi yang berkelanjutan dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dari diri sendiri maksudnya adalah total kesiapan tubuh, tingkah laku, pikiran dan perasaan untuk menghadapi segala sesuatu setiap saat. Oranglain maksudnya adalah bahwa secara nyata mereka memiliki pengaruh terhadap mereka, sedangkan lingkungan adalah tanda- tanda, bau-bauan dan suara disekitar individu yang dijalani sebagai urusan individu.(Calhoun & Acocella, 1990, h. 13) Davidoff (1991, h. 176) mengatakan bahwa penyesuaian diri sebagai usaha untuk mempertemukan tuntutan diri sendiri dengan lingkungan. Sedangkan Gerungan (1991, h. 54) mendefinisikan penyesuaian diri dalam arti luas yaitu bersifat pasif, yaitu saat kegiatan individu ditentukan oleh lingkungan dan ada yang bersifat aktif, yaitu saat individu mempengaruhi lingkungan sesuai dengan keadaan dirinya. Pendapat Gerungan tidak jauh beda dengan pendapat Walgito (1991, h.57), penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk Perpustakaan Unika 17
dapat meleburkan diri dengan keadaan sekitarnya atau sebaliknya yaitu individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dalam diri individu agar sesuai dengan keinginan individu bersangkutan. Penyesuaian diri merupakan proses dinamika yang bertujuan mengubah kelakuan individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara dirinya dengan lingkungannya.(Fahmi, 1982, h. 14). Schneiders (dalam Pramadi dan Tyas, 1996, h. 334) mengartikan penyesuaian diri adalah proses yang meliputi respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha keras agar mampu mengatasi konflik dan frustrasi karena terhambatnya kebutuhan dalam diri sehingga tercapai keselarasan dan keharmonisan antara tuntutan dalam diri dan luar dirinya. Manusia itu senantiasa berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam usaha penyesuaian dirinya dengan suatu lingkungan hidup yang asing baginya. Ia biasanya mengubah dirinya sesuai dengan keadaan-keadan baru dilingkungannya yang disebut penyesuaian diri autoplastis. Sedangkan dimana lingkungannya itu diubah oleh dirinya itu disebut penyesuaian diri aloplastis.(Gerungan, 2004, h.58-60) Chaplin (1999, h.11) mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah variasi dalam kegiatan organisme untuk mengatasi suatu hambatan dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan serta menegakkan hubungan yang harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial. Perpustakaan Unika 18
Berdasarkan uraian diatas, penyesuaian diri adalah suatu interaksi yang dilakukan antara satu individu dengan individu yang lain untuk mengatasi konflik dan frustrasi sehingga dapat mempertemukan tuntutan diri sendiri dengan lingkungan serta mampu mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau sebaliknya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), wanita adalah perempuan dewasa kaum putri (dewasa). Wanita adalah sosok manusia ciptaan Tuhan yang merupakan bagian dari tubuh seorang pria. Wanita merupakan seorang perempuan.Wanita remaja berumur 12 tahun hingga 20 tahun, sedangkan wanita dewasa adalah wanita yang berumur 21 tahun sampai dengan 60 tahun. Kehidupan psikososial dewasa muda makin kompleks dibandingkan dengan masa remaja karena selain bekerja, mereka akan memasuki kehidupan pernikahan, untuk memebentuk keluarga baru ( Agoes Dariyo, 2003, h.105). Sebelum memasuki kehidupan pernikahan, dewasa muda harus mencari dan menemukan calon pasangan hidup yang tepat untuk dijadikan pasangan dalam pernikahan. Sebelum mereka menentukan pasangan hidupnya, terlebih dahulu mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria berbeda dalam menentukan calon pasangan hidupnya. Terlebih pada wanita, mereka akan lebih selektif dalam menentukan calon pasangan hidupnya terutama Perpustakaan Unika 19
dalam hal pekerjaan. Wanita dewasa pasti akan memilih calon pasangan hidupnya yang sudah bekerja, karena pekerjaan merupakan sikap awal yang akan dijadikan sebagai persiapan memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Ada wanita yang memilih pacar untuk dijadikan pasangan hidupnya bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, wiraswasata, pengusaha, anggota Polri. Menurut Harjana (2006, h.21) pengertian pacar adalah seorang perempuan dan laki-laki yang memiliki hubungan khusus dengan komitmen sebagai sepasang kekasih. Dengan pacar tidak hanya sekedar saling berhubungan, saling berinteraksi, saling berbagi rasa dan pemikiran, atau saling mendukung dan saling membantu biasa. Berpacaran merupakan hal yang sangat indah, dengan pacar bisa bercerita, jalan-jalan, bersenda gurau, mengungkapkan keluh kesah pada pacar sehingga beban dalam diri bisa berkurang. Selain itu, setiap orang yang memiliki pacar harus mampu untuk menyesuaikan diri karena mereka berasal dari dua pribadi yang berbeda. Ada wanita yang memilih pacar dari kalangan anggota Polri. Anggota POLRI merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.( Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Bintara Polri Di Lapangan, 2002, h. 13). Polisi yang setiap hari dihadapkan pada Perpustakaan Unika 20
tugas yang tidak menentu dan berhadapan langsung dengan masyarakat sangat mutlak memiliki kestabilan emosi yang baik (Tabah, 1991, h. 23). Menurut Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Bintara POLRI Di Lapangan (2002, h. 13) Peran yang diberikan pada Polri didasarkan pada legalitas Undang-Undang, yang karenanya merupakan kewajiban untuk dijalankan oleh seluruh anggota Polri disatu sisi dan ada pula kewajiban untuk dipatuhi oleh masyarakat disisi yang lain. Agar peran tersebut dapat dijalankan dengan benar, maka anggota Polri memiliki tugas dan peran, yaitu : a. Pelindung adalah anggota Polri yang memiliki kemampuan memberikan perlindungan bagi warga masyarakat sehingga terbebas dari rasa takut, bebas dari ancaman atau budaya, serta merasa tenteram dan damai. b. Pengayom adalah anggota Polri yang memiliki kemampuan memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, dorongan, ajakan, pesan dan nasehat yang dirasakan bermanfaat bagi warga masyarakat guna terciptanya rasa aman dan tenteram. c. Pelayan adalah anggota Polri yang dalam setiap langkah pengabdiannya dilakukan secara bermoral, beretika, sopan ramah dan proporsional. Pemaknaan dari peran pelindung, pengayom dan pelayan seyogyanya tidak hanya tampil dalam setiap langkah kegiatan apapun yang dilakukan oleh personil Polri berkaitan dengan tugasnya, melainkan juga dalam setiap perilaku kehidupannya Perpustakaan Unika 21
sehari-hari. Tampilan perilaku dimaksud akan tergantung pula kepada integritas pribadi masing-masing anggota Polri, untuk bisa dilaksanakan secara sadar, baik dan tulus. Pada intinya perilaku yang ditampilkan dapat berwujud sebagai: a. Pelindung :berikan bantuan kepada warga masyarakat yang merasa terancam dari gangguan fisik atau psikis tanpa perbedaan perlakuan. b. Pengayom :dalam setiap kiprahnya, mengutamakan tindakan yang bersifat persuasive dan edukatif. c. Pelayan :layani masyarakat dengan kemudahan cepat, simpatik, ramah dan sopan, serta tanpa pembebanan biaya yang tidak semestinya. Menurut Tabah (1991, h. 26) mengatakan bahwa untuk menjadi polisi yang baik harus memenuhi minimal lima syarat, yaitu: a. Memiliki motivasi yang baik. b. Memiliki latar belakang pendidikan yang baik. c. Memiliki pengalaman lapangan yang baik. d. Memiliki stabilitas emosional yang baik. e. Memiliki kesejahteraan hidup yang baik. Dalam Polri terdapat berbagai macam fungsi teknis, diantaranya sabhara, lalu lintas, reserse, intelijen keamanan, bina mitra dan bimbingan masyarakat. Anggota Polri harus selalu siaga jika sewaktu-waktu diperlukan untuk melaksanakan tugasnya. Perpustakaan Unika 22
Wanita yang memilih pacar dari anggota tidak hanya melakukan penyesuaian diri dengan pribadi pacarnya saja, tetapi juga wanita tersebut juga harus melakukan penyesuaian diri dengan pekerjaannya pacarnya sebagai seorang anggota Polri. Wanita yang memiliki pacar seorang anggota Polri siap melakukan segala sesuatunya sendiri, karena tugas anggota Polri hampir selama 24 jam. Seorang wanita yang berpacaran dengan seorang anggota Polri, awalnya mereka menjalani pacaran dengan penuh kebahagiaan tanpa hambatan tetapi setelah berjalan selama 1 bulan maka akan muncul permasalahan-permasalahan yang mereka alami. Wanita yang memiliki pacar seorang anggota Polri tidak bisa berpacaran seperti pada umumnya orang berpacaran. Wanita yang memiliki pacar seorang anggota Polri tidak mengenal istilah malam mingguan, karena jam kerja seorang anggota Polri hampir setiap jam tugas tersebut selalu menunggu karena tugas anggota Polri sebagai pelayan masyarakat dalam segala bidang, baik keamanan maupun lalu lintas.. Apabila wanita tersebut pada saat itu ingin bertemu tetapi pacarnya tidak bisa bertemu karena ada tugas yang harus dikerjakannya, maka mau tidak mau wanita tersebut harus menerima keadaan tersebut. J adi dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri adalah upaya yang dilakukan oleh seorang wanita yang memiliki hubungan khusus dengan seorang aparat negara agar dapat mencapai keselarasan dan keharmonisan Perpustakaan Unika 23
diantara mereka berdua sehingga tidak terjadi kesalahpahaman diantara mereka.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri menurut Chauhan (dalam Anggraini, 2002, h. 24) adalah sebagai berikut : a. Keadaan fisik Keadaan fisik individu merupakan faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri, karena keadaan sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi penyesuaian diri yang baik. b. J enis kelamin Lingkungan memberikan perbedaan perlakuan terhadap pria dan wanita. Pria mendapat kebebasan yang lebih aktif, cenderung lebih bebas menentang peraturan dan norma dalam masyarakat, sedangkan wanita lebih banyak mengikuti kebiasaan yang berlaku. c. Lingkungan Keadaan lingkungan sosial dan lingkungan keluarga yang baik, damai, tenteram, penuh penerimaan dan mampu memberikan perlindungan kepada anggota-anggotanya akan melancarkan proses-proses penyesuaian diri. d. Pendidikan Tingkat pendidikan dan inteligensi individu mempengaruhi penyesuaian diri. Individu yang memiliki tingkat pendidikan Perpustakaan Unika 24
yang tinggi dan memiliki inteligensi yang tinggi cenderung dapat melaksanakan proses penyesuaian diri dengan lancar dibandingkan dengan individu dengan tingkat pendidikan dan inteligensi rendah. e. Kebudayaan Kebudayaan merupakan faktor yang membentuk watak dan tingkah laku individu supaya dapat menyesuaikan diri dengan baik atau justru akan membentuk individu yang sulit untuk menyesuaikan diri. f. Agama Faktor agama akan mempengaruhi kelancaran proses penyesuaian diri, sebab agama akan memberi suasana yang tenteram secara psikologis bagi individu, sehingga dapat digunakan untuk mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan psikis lainnya. g. Psikologis Faktor psikologis merupakan faktor yang mempengaruhi dalam penyesuaian diri, sebab keadaan mental yang sehat merupakan syarat untuk tercapainya penyesuaian diri yang baik. Kelancaran dalam proses perkembangan individu akan menyebabkan adanya kematangan individu yang bersangkutan, karena dengan adanya kematangan tersebut menunjukkan bahwa individu yang bersangkutan sudah mampu menyelaraskan dorongan-dorongan internalnya dengan tuntutan lingkungan. Perpustakaan Unika 25
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri menurut Kartono (1989, h.29) adalah : a. Kondisi dan konstitusi fisik. Keadaan fisik dan system tubuh ikut mempengaruhi diri sebab sistem tubuh yang baik merupakan syarat terwujudnya penyesuaian diri yang sehat. b. Kematangan intelektual, sosial, moral dan emosi. Kematangan intelektual, sosial, moral dan emosi merupakan keadaan yang akan membantu penyesuaian diri, karena dengan adanya kematangan diri tersebut menunjukkan bahwa individu sudah mampu menyelaraskan tuntutan dalam dan luar dirinya. c. Determinan psikologis. Keadaan psikologis yang berupa pengalaman, trauma, emosi, dan kesukaran belajar, kebiasaan, penentuan diri, frustasi, konflik dan saat-saat kritis akan mempengaruhi penyesuaian diri seseorang. d. Kondisi lingkungan dan keluarga. Keadaan lingkungan yang damai, tenteram, penuh penerimaan, pengertian dan mampu memberikan perlindungan kepada anggota-anggotanya merupakan lingkungan yang akan memperlancar proses penyesuaian diri tersebut tidak hanya meliputi lingkungan sosial saja, melainkan juga lingkungan keluarga. Keadaan keluarga yang harmonis memegang peranan yang penting bagi individu Perpustakaan Unika 26
dalam melakukan penyesuaian diri, karena apabila hubungan individu dengan anggota-anggota keluarga tidak harmonis maka usaha untuk melakukan penyesuaian diri mengalami hambatan. e. Tingkat religiusitas dan kebudayaan. Tingkat religiusitas dan kebudayaan mempengaruhi kelancaran proses penyesuaian diri individu. Sebab tingkat religiusitas merupakan faktor yang akan memberikan suasana psikologik yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan psikis lainnya. Dengan kata lain religiusitas dapat membantu individu dalam mengatasi ketegangan-ketegangan sehingga individu dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik, sedangkan kebudayaan suatu masyarakat merupakan faktor yang membentuk watak dan tingkah laku individu yang sulit menyesuaikan diri. Fahmi (1997, h.27) menyebutkan faktor-faktor pokok dalam penyesuaian diri adalah: a. Pemuasan kebutuhan pokok dan kebutuhan pribadi. Apabila kebutuhan-kebutuhan pokok tidak terpenuhi maka akan terjadi ketegangan yang akan mendorong untuk berusaha memenuhinya. Semakin lama suatu kebutuhan tidak terpenuhi semakin bertambah ketegangan dalam diri individu. Keadaan ini akan berakhir apabila kebutuhan terpenuhi jika suasana lingkungan dan sosial tidak memungkinkan terpenuhinya kebutuhan individu akan mencari jalan untuk memenuhinya, Perpustakaan Unika 27
bahkan mungkin dengan jalan yang tidak wajar atau tidak dapat diterima masyarakat. Ketika individu berbuat menyimpang maka dengan sendirinya terganggulah proses penyesuaian diri manusia, yang berhasil memenuhi kebutuhannya dengan baik disebut manusia yang berkepribadian tidak sombong atau bermental sehat. b. Kebiasaan dan keterampilan. Kecakapan dan kepribadian terbentuk pada tahap-tahap pertama dari kehidupan. Oleh karena itu dapat dikatakan penyesuaian diri sebenarnya adalah hasil dari semua pengalaman dan pencocokan yang dilalui individu yang mempengaruhi cara mempelajari berbagai jalan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan bergaul dengan orang lain dalam kehidupannya. c. Pengenalan diri. Pengenalan orang akan dirinya merupakan salah satu syarat pokok dalam penyesuaian diri dengan baik. Pengenalan orang akan dirinya mengandung dua segi, yaitu : 1. Penerimaan diri. Penerimaan diri yang baik akan mendorong seseorang untuk melakukan penyesuaian diri dengan anggota masyarakat dan akan membawa pada kesuksesan yang sesuai dengan kemampuannya orang yang tidak menerima dirinya akan berhadapan dengan keadaan Perpustakaan Unika 28
frustasi yang menjadikannya tidak berdaya dan gagal, atau dengan kata lain penyesuaian dirinya buruk. 2. Kelincahan . Kelincahan adalah kecepatan orang dalam bereaksi terhadap perasang baru dengan cara yang sesuai. Orang yang kaku, tidak lincah dan tidak dapat menerima perubahan yang terjadi atas dirinya. Berdasarkan pendapat tokoh diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah kondisi dan konstitusi fisik, kematangan intelektual, sosial, moral dan emosi, determinan psikologis, kondisi lingkungan dan keluarga, tingkat religius dan kebudayaan.
3. Aspek-aspek Penyesuaian Diri Menurut Schneiders (dalam Pramadi dan Tyas, 2004, h.27) aspek-aspek penyesuaian diri yang sehat yaitu : a. Absence of excessive emotionality Terhindar dari ekspresi emosi yang berlebih-lebihan, merugikan, atau kurang mampu mengontrol diri. b. Absence of psychological menchanisme Terhindar dari mekanisme-mekanisme psikologis, seperti rasionalisasi, agresi, kompensasi dan sebagainya. c. Absence of the sense of personal frustration Terhindar dari perasaan frustrasi atau perasaan kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhannya. Perpustakaan Unika 29
d. Rational deliberatioan and self-direction Memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional, yaitu mampu memecahkan masalah berdasarkan alternatif- alternatif yang telah dipertimbangkan secara matang dan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil. e. Ability to learn Mampu belajar, mampu mengembangkan kualitas dirinya, khususnya yang berkaitan dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah sehari-hari. f. Utilizatioan of past experience Mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu, bercermin ke masa lalu, baik yang terkait dengan keberhasilan maupun kegagalan untuk mengembangkan kualitas hidup yang lebih baik. g. Realistic, objective attitude Bersikap objektf dan realistik, mampu menerima kenyataan hidup yang dihadapi secara wajar, mampu menghindari, merespon situasi atau masalah secara rasional, tidak disadari oleh prasangka buruk atau negatif. Aspek-aspek penyesuaian diri menurut Darlega (1978,h. 61) adalah sebagai berikut : a. Kemampuan untuk menerima kenyataan yang ada. b. Kemampuan untuk tidak mengulangi kesalahan pada masa lalunya. Perpustakaan Unika 30
c. Kemampuan untuk memilih pekerjaan yang dapat memuaskan dirinya dan sesuai dengan kemampuan serta minat yang dimilikinya. d. Kemampuan untuk bekerjasama dan hidup bersama dengan individu lain dalam suasana menyenangkan. e. Kemampuan untuk dapat mengendalikan luapan emosinya sehingga tidak mudah marah, tidak mudah iri, tidak mudah mengalami ketakutan dan kecemasan dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap konflik. f. Kemampuan untuk menerima diri sendiri apa adanya. g. Kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain. Aspek-aspek kemampuan penyesuaian diri menurut Schneiders ( dalam Pramadi dan Tyas, 1996, h. 240) meliputi: a. Aspek Self Knowledge dan Self Insight, yaitu kemampuan mengenal kelebihan dan kekurangan. b. Aspek Self Objective dan Self Acceptance, yang mengarah pada objektivas diri dan penerimaan diri. c. Aspek Self Developmental dan Self Control, yang mendasari pengembangan diri dengan mengarah diri pada pemikiran, kebiasaan, emosi, sikap dan tingkah laku yang sesuai. d. Aspek Satisfaction in Work, menunjukkan aktivitas kerja merupakan pengalaman yang memuaskan. Dari beberapa urian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek- aspek penyesuaian diri wanita adalah Absence of excessive emotionality, Absence of psychological menchanisme, Absence of Perpustakaan Unika 31
the sense of personal frustration, Rational deliberatioan and self- direction, Ability to learn, Utilizatioan of past experience, Realistic, objective attitude.
B. Kematangan Emosi 1. Pengertian Kematangan Emosi Menurut Hurlock (1994, h. 213) kematangan emosi dapat diartikan sebagai tingkah laku yang dimiliki oleh individu sesuai dengan taraf perkembangan emosinya. Seseorang dianggap telah mencapai kematangan emosi bila mampu mengontrol dan mengendalikan emosinya sesuai dengan taraf emsoinya. Pendapat ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Walgito (1984, h. 42) yang mengatakan bahwa seseorang yang telah mencapai kematangan emosi dapat mengendalikan emosinya dan diharapkan individu berpikir secara baik dan melihat persoalan secara obyektif. Meichati (1983, h. 8) mengatakan bahwa kematangan emosi merupakan kesanggupan untuk menghadapi tekanan hidup baik yang berat maupun yang ringan. Dalam keadaan emosi yang baik, individu yang stabil emosinya menunnjukkan sikap yang positif dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Kematangan emosi dapat diperoleh dengan dua cara yaitu pertama dengan mengendalikan lingkungan dengan tujuan supaya emosi yang tidak menyenangkan dapat cepat dimbangi dengan emosi yang menyenangkan, dan yang kedua adalah dengan membantu individu Perpustakaan Unika 32
mengembangkan toleransi terhadap emosinya. Individu yang stabil dapat memberikan reaksi yang stabil pula, tidak berubah dari emosi yang satu ke emosi yang lain (Hurlock, 1994, h. 230). Menurut Davidoff (1991, h. 49) kematangan emosi merupakan kemampuan individu untuk dapat menggunakan emosinya dengan baik, menyalurkan emosinya pada hal-hal yang bermanfaat dan bukan menghilangkan emosi yang ada dalam dirinya. Seseorang yang telah mencapai kematangan emosi dapat mengendalikan emosinya dan diharapkan individu tersebut akan mampu berpikir secara baik dan melihat persoalan-persoalan yang ada secara obyektif (Walgito, 1984, h.42). sedangkan menurut Maslow (dalam Bischat, 1969, h. 37) kematangan emosi adalah kemampuan individu dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dan dapat menyebabkan kecemasan. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi adalah merupakan kemampuan individu dalam menggunakan emosinya dengan baik dan dapat menyalurkan emosinya pada hal-hal yang bermanfaat dalam menghadapi tekanan hidup baik yang berat maupun yang ringan. 2. Ciri-ciri Kematangan Emosi Maslow (dalam Bischot, 1969, h. 127) menyebutkan beberapa ciri dari kematangan emosi, yaitu: a. Bersikap realistis, mampu mengambil sikap dan keputusan akan suatu hal dengan tepat. Perpustakaan Unika 33
b. Menerima diri sendiri dan orang lain seperti apa adanya. c. Mempunyai spontanitas, mampu bertingkah laku yang wajar dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan berlangsung. d. Tidak tergantung pada orang lain dan mementingkan privacy serta mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa harus tergantung pada orang lain. e. Menyadari adanya perbedaan pendapat dalam mencapai tujuan dan mementingkan nilai-nilai etik dan moral dalam mencapai tujuan hidup. f. Kreatifitas tinggi, mampu berinovasi dan berimprovisasi. g. Memikirkan kesejahteraan orang banyak, mampu berempati dengan sesamanya dan mampu bergaul denga orang lain dari kelas sosial yang lebih rendah. h. Mempunyai rasa humor yang baik, tetapi tetap serius, mudah bercanda dan tetap menjaga nilai-nilai kesopanan dalam bercanda. i. Senang tantangan dan petualangan baru. Sedangkan menurut Walgito (1984, h. 43), ada beberapa ciri dari individu yang matang emosinya, diantaranya yaitu : a. Menerima keadaan dirinya maupun keadaan orang lain sesuai dengan keadaan obyeknya. b. Pada umumnya tidak tergesa-gesa dalam menghadapi sesuatu dan dapat mengatur jalan pikirannya, dapat memberikan tanggapan stimulus yang mengenainya. Perpustakaan Unika 34
c. Dapat mengendalikan emosinya dan ekspresi emosinya dengan baik. d. Dapat berpikir secara obyektif sehingga akan bersikap sabar, penuh pengertian dan cukup mempunyai toleransi yang baik. e. Mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak mudah putus asa dan mampu menghadapi masalah dengan penuh pengertian. Dari berbagai uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri dari kematangan emosi yaitu : a. Mampu menerima keadaan dirinya sendiri dan keadaan orang lain apa adanya. b. Mampu mengendalikan emosinya dan ekspresi emosinya dengan baik c. Mampu berpikir obyektif dan realistis, penuh pengertian dan memiliki kemampuan untuk mengambil sikap akan suatu hal. d. Memikirkan kesejahteraan orang banyak, mampu berempati dengan sesamanya dan mampu bergaul dengan orang lain. e. Mempunyai tanggung jawab yang baik, tidak mudah putus asa dan mampu menghadapi masalah dengan penuh pengertian.
C. Hubungan Antara Penyesuaian Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri Dengan Kematangan Emosi Memutuskan untuk menjalin hubungan khusus dan berkomitmen menjadi sepasang kekasih merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap orang. Sebab masyarakat Indonesia masih Perpustakaan Unika 35
menjunjung tinggi nilai-nilai perkawinan dan keluarga, sehingga status single dirasakan tidak nyaman. Terlebih pada wanita yang masih single, hal ini dapat menjadi beban tersendiri dalam hidupnya. Hal ini membuat wanita untuk segera mencari pasangan. Dalam berpacaran terdapat dua individu yang berbeda laki-laki dan perempuan yang memiliki sifat, kebudayaan, pendidikan, latar belakang bahkan minat yang berbeda pula. Dan dalam berpacaran perbedaan-perbedaan yang ada disatukan. Apabila dalam berpacaran pria dan wanita tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap perbedaan- perbedaan yang ada maka akan timbul berbagai masalah dalam berpacaran. Menurut Harjana (2006, h.12) pacar adalah seorang laki-laki dan seorang perempuan yang menjalin hubungan khusus dan berkomitmen menjadi kekasih. Pacaran merupakan pertemuan antara pria dan wanita yang diawali dengan perkenalan, pendekatan kemudian berpacaran. Sehingga dalam berpacaran sangat diperlukan penyesuaian diri. Penyesuaian diri adalah proses yang meliputi respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha keras agar mampu mengatasi konflik dan frustasi karena terhambatnya kebutuhan dalam diri sehingga tercapai keselarasan dan keharmonisan antara tuntutan dalam diri dan tuntutan diluar dirinya ( Fahmi, 1982, h.14). Dalam Dariyo (2003, h. 176-177) menyesuaikan diri dengan pasangan bukanlah masalah yang mudah, seringkali mereka menemukan berbagai hambatan karena sebelumnya mereka memiliki latar belakang yang berbeda. Namun dengan mereka memiliki Perpustakaan Unika 36
kesamaan dalam hal hobi, asal daerah atau agama, diperkirakan mengurangi sedikit hambatan-hambatan, sehingga akan mempermudah mereka untuk melakukan penyesuaian diri. Maka komunikasi yang efektif dan efisien dengan pacar sangatlah diperlukan agar tercipta hubungan yang rukun, damai dan langgeng sampai melangkah ke pernikahan. Dalam berpacaran, masing-masing individu harus mempunyai sikap rendah diri, mau mengalah, jujur, terbuka, menerima perbedaan, saling mengerti dan mau memaafkan apabila terjadi kesalahan dalam hubungan yang mereka jalani. Oleh sebab itu penyesuaian diri sangatlah diperlukan dalam setiap hubungan pacaran. Terlebih pada wanita yang memiliki pacar seorang anggota Polri, penyesuaian diri merupakan modal utama yang dimiliki oleh setiap wanita. Disamping menyesuaikan diri dengan pribadi pacarnya, wanita tersebut juga harus menyesuaikan diri dengan pekerjaan pacarnya. Seorang wanita yang memiliki hubungan khusus dengan seorang aparat negara memiliki upaya agar dapat mencapai keselarasan dan keharmonisan diantara mereka berdua sehingga tidak terjadi kesalahpahaman diantara mereka. Seorang wanita yang memiliki pacar anggota Polri harus dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik. Sebab tugas seorang anggota Polri adalah sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarat, sehingga sebagian besar waktunya hanya untuk melaksanakan tugas. Suatu kemampuan yang dimiliki setiap wanita yang menjadi pacar anggota Polri untuk dapat melakukan penyesuaian diri seperti Perpustakaan Unika 37
dapat mengerti tugas dari seorang anggota Polri, mampu berfikir positif akan semua yang dilakukan pacarnya sebagai anggota Polri, mampu memahami kondisi fisik pacarnya, tidak boleh ada rasa curiga dan yang terpenting harus mampu menempatkan dirinya sebagai pacar anggota Polri. Wanita yang memiliki pacar anggota POLRI dapat menyesuaikan dirinya terhadap situasi dan kondisi serta tugas anggota POLRI. Karena tugas anggota POLRI berbeda dengan pegawai atau karyawan lainnya. Seorang anggota Polri harus siap melayani atau menjalankan tugas dan perintah atasan dan tugas yang dibebankan kepadanya tidak dapat ditolak. Sebagai anggota POLRI harus siap setiap saat dan setiap waktu jika dibutuhkan untuk melaksanakan tugasnya. Dalam berpacaran anggota POLRI tidak bisa setiap saat bertemu dan memenuhi keinginan pasangannya. Oleh karena itu wanita tersebut harus mau mengerti tugas seorang anggota POLRI dan merelakan pacarnya untuk melaksanakan tugasnya. Selama masa berpacaran pasti akan menemukan berbagai masalah dari masalah yang terkecil sampai masalah yang terbesar sekalipun. Setelah memutuskan untuk memiliki pacar, maka akan masuk kedalam kehidupan pacar dan pacar akan masuk kedalam kehidupan individu tersebut. Agar bisa diterima dalam kehidupan pacar, maka individu harus melakukan penyesuaian diri dan harus saling mengerti terhadap pasangannya. Dan permasalahan tersebut tidak jarang mengganggu bahkan mempengeruhi emosi dari wanita tersebut. Ada yang dapat menyelesaikan masalah dengan pemikiran Perpustakaan Unika 38
yang matang dan mampu mengontrol emosinya dengan baik, namun ada juga yang tidak mampu berpikir dengan baik dan obyektif dan lebih dipengaruhi oleh emosi. Menurut Kartono (1992, h. 182) wanita lebih cepat bereaksi dengan penuh ketegangan, lebih cepat berkecil hati, bingung, takut dan cemas. Hal ini disebabkan karena emosinya. Akan tetapi jika menghadapi bahaya yang benar-benar laten, apalagi jika bahaya tersebut mengancam keselamatan pacarnya atau orang yang dicintainya, dalam menghadapi bahaya tersebut biasanya wanita bersikap tabah dan kuat. Sehubungan dengan hal ini, tampaknya seperti terdapat kontradiksi-kontradiksi pada kehidupan perasaan wanita, yaitu ada kalanya bersikap mudah tegang dan cemas, akan tetapi juga bisa tabah, berani dan keras. Dalam hal ini, kematangan emosi wanita tersebut sangat diperlukan. Bila wanita tersebut telah matang emosinya dan dapat mengendalikan emosinya dengan baik maka diharapkan dapat menyelesaikan segala permasalahan dalam hidupnya dengan baik, dengan berpikir secara obyektif. Untuk mencapai kematangan emosi, individu harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosi. Adapun salah satu caranya adalah dengan membicarakan masalah pribadinya dengan orang lain (Hurlock, 1993, h. 213). Emosi memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan, karena emosi sendiri mempengaruhi penyesuaian diri dan sosial (Gunarsa, 1986, h. 105). Perpustakaan Unika 39
Dalam kehidupan sehari-hari emosi memegang peranan yang sangat besar dan terkadang lebih berpengaruh daripada pikiran, sehingga segala bentuk perilaku menjadi tidak terkontrol dan sering mendatangkan berbagai permasalahan. Karena terkadang emosi lebih berpengaruh dari pikiran, maka dengan keadaan yang demikian ini akan memungkinkan emosi menjadi tidak stabil dan terkadang juga menjadi tidak terkendali. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri. Seseorang yang memiliki kematangan emosi yang tinggi, maka seseorang tersebut dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik pula. Wanita yang sedang menghadapi masalah yang terjadi dalam hidupnya, terutama saat wanita tersebut sedang mengahadapi permasalahan dalam hubungan dengan pacarnya dan wanita tersebut dapat mengatasi permasalahannya dan mampu berpikir obyektif, maka wanita tersebut memiliki kematangan emosi yang baik sehingga wanita tersebut mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik. Wanita tersebut dapat menempatkan posisinya dalam menghadapi permasalahan sehingga wanita tersebut mampu menerima kekurangan yang ada pada diri pacarnya. Nampak bahwa kematangan emosi sangatlah diperlukan oleh seorang wanita yang menjadi pacar anggota Polri dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dalam berpacaran sehingga nantinya wanita tersebut mampu menyesuaikan diri dengan pacarnya dan pekerjaan pacaranya sebagai anggota Polri dengan baik.
Perpustakaan Unika 40
D. Hipotesis Berdasarkan uraian diatas peneliti mengajukan hipotesa yaitu : Ada hubungan yang positif antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri. Artinya bahwa semakin tinggi kematangan emosi maka akan semakin tinggi pula penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri, dan sebaliknya .
Perpustakaan Unika 41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian Untuk menguji hipotesis penelitian sebelumnya akan dilakukan identifikasi variabel-variabel yang akan diperlukan dalam penelitian. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel tergantung : Penyesuaian Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri. 2. Variabel bebas : Kematangan Emosi.
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Salah satu langkah yang harus dilakukan dalam penelitian untuk menghindari salah pengertian mengenai data yang dikumpulkan serta menghindari kesesatan dalam menentukan alat pengumpulan data, maka batasan operasional variabel penelitian perlu dikemukakan. Penelitian ini menggunakan batasan operasional sebagai berikut : 1. Penyesuaian Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri Penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri adalah upaya yang dilakukan oleh seorang wanita yang memiliki hubungan khusus dengan seorang aparat negara agar dapat mencapai keselarasan dan keharmonisan diantara mereka berdua sehingga tidak terjadi kesalahpahaman diantara mereka dan dalam Perpustakaan Unika 42
menyatukan perbedaan pandangan, pendapat dan kebiasaan. Untuk mengukur penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri digunakan skala yang disusun untuk dapat mengungkap penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri berdasarkan Absence of excessive emotionality, Absence of psychological menchanisme, Absence of the sense of personal frustration, Rational deliberatioan and self-direction, Ability to learn, Utilizatioan of past experience, Realistic, objective attitude. Skor penyesuaian diri dapat dilihat dari jumlah skor total skala, yaitu bahwa semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan semakin baik kemampuan wanita untuk menyesuaikan diri sebagai pacar anggota Polri, sedangkan semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin tidak mampu untuk menyesuaikan diri dalam perkawinan. 2. Kematangan Emosi Kematangan emosi merupakan kemampuan individu dalam menggunakan emosinya dengan baik dan dapat menyalurkan emosinya pada hal-hal yang bermanfaat dalam menghadapi tekanan hidup baik yang berat maupun yang ringan. Tinggi rendahnya kematangan emosi pada wanita yang menjadi pacar anggota Polri tercermin melalui skor skala yang diperoleh individu dari skala kematangan emosi yang disusun berdasarkan ciri-ciri kematangan emosi yaitu a).mampu menerima keadaan dirinya sendiri dan keadaan orang lain apa adanya, b).mampu mengendalikan emosinya dan ekspresi emosinya dengan baik, c).mampu berpikir obyektif dan realistis, penuh pengertian dan memiliki kemampuan untuk mengambil sikap akan suatu hal, Perpustakaan Unika 43
d).memikirkan kesejahteraan orang banyak, mampu berempati dengan sesamanya dan mampu bergaul dengan orang lain, e).mempunyai tanggung jawab yang baik, tidak mudah putus asa dan mampu menghadapi masalah dengan penuh pengertian. Semakin tinggi skor kematangan emosi maka semakin baik kematangan emosinya. Sedangkan semakin rendah skor kematangan emosi maka semakin buruk kematangan emosinya.
C. Populasi Dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi Salah satu langkah yang perlu diambil dalam melaksanakan sebuah penelitian adalah menentukan populasi. Hadi (1995, h. 70) mengatakan bahwa populasi merupakan sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Ciri-ciri populasi dalam penelitian ini adalah wanita,sudah pernah dan sedang berpacaran dengan anggota Polri, pendidikan minimal SMA, usia 18- 21 tahun, minimal sudah berpacaran selama 1 tahun. 2. Metode Pengambilan Sampel Sampel penelitian adalah sejumlah individu dari populasi yang hendak diteliti (Hadi, 1995, h. 70). Pada penelitian ini sampel yang akan diambil menggunakan teknik incidental sampling. Dalam teknik sampling ini yang dijadikan anggota sampel adalah individu yang kebetulan dijumpai di tempat-tempat tertentu dan memiliki ciri-ciri populasi yang sama. Anggota populasi yang kebetulan tidak dijumpai sama sekali tidak diperhatikan dan tidak diperhitungkan kedalam sampel (Hadi, 1987, h. 227) Perpustakaan Unika 44
D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala. Skala adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh subyek penelitian. Metode ini berdasarkan pada laporan diri sendiri atau self report atau setidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi individu. Sebagaimana yang telah diungkapkan diatas, maka skala yang digunakan dalam penelitian ini bersifat langsung, yaitu daftar pertanyaan langsung diberikan pada responden. Adapun skala pertama yang disebut dalam penelitian ini adalah skala untuk mengungkap penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri dan skala kedua adalah skala yang digunakan untuk mengungkap kematangan emosi. Alternatif pilihan jawaban dalam skala penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri dan kematangan emosi yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi empat yaitu : SS : J awaban yang menyatakan bahwa pernyataan yang diajukan sangat sesuai dengan keadaan subyek. S : J awaban yang menyatakan bahwa pernyataan yang diajukan sesuai dengan keadaan subyek. TS : J awaban yang menyatakan bahwa pernyataan yang diajukan tidak sesuai dengan keadaan subyek. STS : J awaban yang menyatakan bahwa pernyataan yang diajukan sangat tidak sesuai dengan keadaan subyek. Perpustakaan Unika 45
Sistem penilaian skala penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri dan skala kematangan emosi bergerak dari satu sampai empat. Pernyataan yang tergolong favourable, subyek akan memperoleh skor 4 jika menjawab sangat sesuai (SS), nilai 3 jika menjawab sesuai (S), nilai 2 jika menjawab tidak sesuai (TS), dan nilai 1 jika menjawab sangat tidak sesuai (STS). Pernyataan yang tergolong unfavourable, subyek akan memperoleh skor 4 jika menjawab sangat tidak sesuai (STS), nilai 3 jika menjawab tidak sesuai (TS), nilai 2 jika menjawab sesuai (S), dan nilai 1 jika menjawab sangat sesuai (SS). 1. Skala Penyesuaian Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri Skala penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri disusun berdasarkan aspek-aspek penyesuaian diri yaitu : a. Absence of excessive emotionality b. Absence of psychological mechanisme c. Absence of the sense of personal frustration d. Rational deliberatioan and self-direction e. Ability to learn f. Utilizatioan of past experience g. Realistic, objective attitude
Perpustakaan Unika 46
Tabel 1. Blueprint Skala Penyesuaian Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri Ciri-ciri Favourable Unfavourable Total Absence of excessive emotionality 2 2 4 Absence of psychological mechanisme 2 2 4 Absence of the sense of personal frustration 2 2 4 Rational deliberatioan and self-direction 2 2 4 Ability to learn 2 2 4 Utilizatioan of past experience 2 2 4 Realistic, objective attitude 2 2 4 J umlah 14 14 28
2. Skala Kematangan Emosi Skala kematangan emosi disususn berdasarkan aspek-aspek kematangan emosi yaitu : a. Mampu menerima keadaan dirinya sendiri dan keadaan orang lain apa adanya. b. Mampu mengendalikan emosinya dan ekspresi emosinya dengan baik. c. Mampu berpikir obyektif dan realistis, penuh pengertian dan memiliki kemampuan untuk mengambil sikap akan suatu hal dengan tepat. d. Memikirkan kesejahteraan orang banyak, mampu berempati dengan sesamanya dan mampu bergaul dengan orang lain. Perpustakaan Unika 47
e. Mempunyai tanggung jawab yang baik, tidak mudah putus asa dan mampu menghadapi masalah dengan penuh pengertian. Skala yang akan disajikan tersebut dibedakan menjadi dua kelompok item (pernyataan), yaitu item favourable dan item unfavourable. Item favourable yaitu item yang sesuai dengan pernyataan, sedangkan item yang unfavourable yaitu item yang bertentangan dengan pernyataan yang sebenarnya. Tabel 2. Blueprint Skala Kematangan Emosi Ciri-ciri Favourable Unfavourable Total Mampu menerima keadaan dirinya sendiri dan keadaan orang lain apa adanya 3 3 6 Mampu mengendalikan emosinya dan ekspresi emosinya dengan baik 3 3 6 Mampu berpikir berpikir obyektif dan realistis, penuh pengertian dan memiliki kemampuan untuk mengambil sikap akan suatu hal 3 3 6 Memikirkan kesejahteraan orang banyak, mampu berempati dengan sesamanya dan mampu bergaul dengan orang lain 3 3 6 Mempunyai tanggung jawab yang baik, tidak mudah putus asa dan mampu menghadapi masalah dengan penuh pengertian 3 3 6 J umlah 15 15 30
Perpustakaan Unika 48
E. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas Alat Ukur Anastasi dan Urbina (1997, h. 85) menyatakan bahwa validitas sebuah tes menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes itu bisa mengukur. Validitas alat ukur pada penelitian ini menggunakan validitas item. Suryabrata (2000, h. 41) mengartikan validitas item adalah derajat kesesuaian antara sesuatu soal dengan perangkat soal-soal lain, ukuran validitas soal adalah korelasi antara skor pada soal itu dengan skor pada perangkat soal (item total correlation). Upaya untuk memperoleh koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya pada skala kematangan emosi dan penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri digunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan program Statistical Packages for Social Science (SPSS) Release 13.0. Upaya untuk menghindari over estimate (angka korelasi yang kelebihan bobot), rumus korelasi tersebut perlu di koreksi dengan menggunakan teknik korelasi part whole dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program Statistical Packages for Social Science (SPSS) Release 13.0. 2. Reliabilitas Alat Ukur Reliabilitas sering diartikan kepercayaan, keterandalan dan keajegan. Meskipun reliabilitas sering diartikan dalam bermacam- macam konsep, akan tetapi ide dasar yang terdapat pada konsep Perpustakaan Unika 49
reliabilitas adalah tingkat kepercayaan dari hasil pengukuran (Azwar, 2006, h.63). Pengujian terhadap reliabilitas alat ukur dengan menggunakan koefisien alpha yang dikemukakan oleh Cronbach dengan menggunakan alat Bantu computer dengan program Statistical Packages for Social Science (SPSS) Release 13.0. Alasan digunakan formulasi Alpha Cronbath adalah karena hasil reliabilitas yang diperoleh dapat lebih cermat dan mendekati hasil sebenarnya (Azwar, 1986, h. 28).
F. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri digunakan teknik analisis korelasi korelasi Product Moment dari Pearson dengan program Statistical Packages for Social Science (SPSS) Release 13.0.
Perpustakaan Unika 50
BAB IV LAPORAN PENELITIAN
A. Orientasi dan Kancah Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Semarang. Semarang adalah ibukota Provinsi J awa Tengah yang terletak di pesisir pantai utara pulau J awa dengan posisi 110 derajat 235779 BT dan 110 derajat 2770 BT. Lintang 6 derajat 556 LS dan 6 derajat 5818 LS. Kota ini terletak sekitar 485 km sebelah timur J akarta, atau 308 km sebelah barat Surabaya. Semarang berbatasan dengan Laut J awa di utara, Kabupaten Demak di Timur, Kabupaten Semarang di selatan, dan Kabupaten kendal di barat. Kota Semarang secara administratif terdiri atas 16 kecamatan yang terbagi dalam sejumlah kelurahan dan desa. Kecamatan yang ada yaitu Banyumanik, Candisari, Gajahmungkur, Gayamsari, Genuk, Gunung Pati, Mijen, Ngalian, Pedurungan, Semarang Barat, Semarang Selatan, Semarang Tengah, Semarang Timur, Semarang Utara, Tembalang dan Tugu. Di kecamatan Tembalang terdapat sejumlah kelurahan, salah satunya Kelurahan Mangunharjo. Kelurahan Mangunharjo terletak diantara kelurahan Sambiroto dan kelurahan Bukit Kencana J aya. Di kelurahan Mangunharjo terdapat 6 RW dan masing-masing RW terdiri dari 10 RT. Peneliti melakukan penelitian di Perum Polri Durenan Indah RT 08 RW VI kelurahan Mangunharjo. Di RT 08 terdapat 45 Kepala Keluarga, yang rata-rata bekerja sebagai anggota Perpustakaan Unika 51
Polri dan PNS Polri. Menurut data dari ketua Rt 08 ada sebanyak 35 orang kepala keluarga yang bekerja sebagai anggota Polri dan 10 orang kepala keluarga bekerja sebagai PNS Polri. Di RT 08 ini setiap satu bulan sekali selalu ada pertemuan bapak-bapak, ibu-ibu dan remaja. Status sosial ekonomi di Perum Polri Rt 08 ini termasuk dalam keluarga sederhana dan menengah dan orang-orang dilingkungan Perum Polri Durenan Indah ini sangat ramah. Penelitian ini menggunakan subyek yaitu wanita yang sedang atau sudah pernah berpacaran dengan seorang anggota Polri, pendidikan minimal SMA dan sudah berpacaran minimal 1 tahun dengan pertimbangan bahwa pada masa ini merupakan masa untuk melakukan penyesuaian diri. Selain ciri-ciri diatas, ada pula ciri-ciri lain yang digunakan yaitu wanita yang berdomisili di Perum Polri Durenan Indah RT 08 RW VI Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, dengan pertimbangan : 1. Belum pernah diadakan penelitian sebelumnya di Perum Polri Durenan Indah RT 08 mengenai penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri ditinjau dari kematangan emosi. 2. Lokasi penelitian mudah dijangkau, sehingga memudahkan pelaksanaan penelitian serta menghemat waktu dan tenaga. 3. Subyek dengan ciri-ciri yang dibutuhkan untuk penelitian dapat ditemukan pada perum Polri tersebut.
Perpustakaan Unika 52
B. Persiapan Penelitian Hal-hal yang dipersiapkan oleh penulis untuk melaksanakan penelitian adalah : 1. Penyusunan Alat Ukur Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri yang memuat aspek-aspek penyesuaian diri yaitu Absence of excessive emotionality, Absence of psychological menchanisme, Absence of the sense of personal frustration, Rational deliberatioan and self- direction, Ability to learn, Utilizatioan of past experience, Realistic, objective attitude. Setiap bentuk penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri dalam skala ini mempunyai item-item yang berupa pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Tiap item mempunyai 4 pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Sebaran item skala Penyesuaian Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini :
Perpustakaan Unika 53
Tabel 3. Sebaran Item Skala Penyesuaian Diri Wanita sebagai Pacar Anggota Polri.
Aspek-aspek Nomor Item Total Favourable Unfavourable Absence of excessive emotionality 1,15 8,22 4 Absence of psychological mechanisme 2,16 9,23 4 Absence of the sense of personal frustration 3,17 10,24 4 Rational deliberatioan and self-direction 4,18 11,25 4 Ability to learn 5,19 12,26 4 Utilizatioan of past experience 6,20 13,27 4 Realistic, objective attitude 7,21 14,28 4 J UMLAH 14 14 28
Alat ukur yang kedua adala skala kematangan emosi yang memuat ciri-ciri, yaitu mampu menerima keadaan dirinya sendiri dan keadaan orang lain apa adanya, mampu mengendalikan emosinya dan ekspresi emosinya dengan baik, mampu berpikir obyektif dan realistis, penuh pengertian dan memiliki kemampuan untuk mengambil sikap akan suatu hal dengan tepat, memikirkan kesejahteraan orang banyak, mampu berempati dengan sesamanya dan mampu bergaul dengan orang lain, mempunyai tanggung jawab yang baik, tidak mudah putus asa dan mampu menghadapi masalah dengan penuh pengertian. Tiap item mempunyai 4 pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Perpustakaan Unika 54
Sebaran item skala Kematangan Emosi dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini : Tabel 4. Sebaran Item Kematangan Emosi Ciri-ciri Nomor Item Total Favourable Unfavourable Mampu menerima keadaan dirinya sendiri dan keadaan orang lain apa adanya 1,11,21 6,16,26 6 Dapat mengendalikan emosinya dan ekspresikan emosinya dengan baik 2,12,22 7,17,27 6 Mampu berpikir obyektif dan realistis, penuh pengertian dan memiliki kemampuan untuk mengambil sikap akan suatu hal dengan tepat
3,13,23
8,18,28
6 Memikirkan kesejahteraan orang banyak, mampu berempati dengan sesamanya dan mampu bergaul dengan sesamanya
4,14,24
9,19,29
6 Mempunyai tanggung jawab yang baik, tidak mudah putus asa dan mampu menghadapi masalah dengan penuh pengertian
5,15,25
10,20,30
6 J UMLAH 15 15 30
2. Perijinan Penelitian Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan penelitian adalah mendapat ijin dari pihak-pihak atau instansi- instansi terkait. Sehubungan dengan surat tersebut diatas dan sesuai dengan prosedur yang ada maka sebelum melakukan penelitian penulis mengajukan permohonan kepada Dekan Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata. Surat pengantar ijin penelitian yang Perpustakaan Unika 55
dikeluarkan Dekan Fakultas Psikologi dengan nomor 658/B.7.3/FP/IV/2009, tanggal 29 April 2009 ditujukan kepada ketua RT 08 Perum Polri Durenan Indah Mangunharjo Tembalang Semarang. Setelah mendapat surat penelitian dari Dekan Fakultas Psikologi dan mendapat ijin dari ketua Rt 08, penelitian dapat dilakukan pada tanggal 1-8 Mei 2009. setelah melakukan penelitian, ketua Rt 08 mengeluarkan surat keterangan bahwa peneliti telah melakukan penelitian tentang Penyesuaian Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri ditinjau dari Kematangan Emosi.
C. Pelaksanaan Pengumpulan Data Peneliti menggunakan sistem try out terpakai dalam penelitian, yaitu pengambilan data hanya dilakukan sekali dan digunakan untuk uji coba skala sekaligus sebagai data penelitian. Dari hasil data yang diperoleh, digunakan untuk mencari validitas dan kemudian item-item yang valid digunakan untuk uji reliabilitas. Alasan menggunakan sistem skala try out terpakai adalah sulitnya mencari subyek yang bersedia dan waktu. Penelitian dilakukan pada tanggal 1-8 mei 2009 di RT 08 Perum Polri Durenan Indah, dengan dilakukan pada 40 wanita yang sudah pernah atau sedang berpacaran dengan seorang anggota polri sebagai subyek penelitian. Metode yang digunakan dalam pengambilan subyek penelitian ini adalah dengan metode incidental Perpustakaan Unika 56
sampling. Anggota sampel adalah individu yang kebetulan dijumpai peneliti saat mengadakan penelitian, asalkan ada hubungannya dengan tema penelitiannya ( Winarsunu, 2002, h.15). Dalam penelitian ini penyebaran skala dilakukan oleh peneliti sendiri. Pelaksanaan pengumpulan data (pembagian skala) dilakukan dengan cara mengunjungi setiap rumah yang dijumpai oleh peneliti di RT 08. pada saat penyebaran skala, ada beberapa wanita yang menolak untuk mengisi skala tersebut dengan alasan malu dan ada beberapa yang bersedia mengisi skala yang diberikan pengertian tentang jaminan akan kerahasiaan data. Pengambilan skala yang sudah diisi pada hari yang sama dilakukanya penelitian dan ada beberapa skala yang diambil pada keesokan harinya. Alasan skala tersebut ditinggal karena subyek malu untuk mengisi dihadapan peneliti. Dari 40 eksemplar skala penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri dan 40 skala kematangan emosi yang disebar, semua skala kembali dalam keadaan yang baik, sehingga skala tersebut dapat diskor.
D. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Perhitungan validitas dan reliabilitas dilakukan dengan korelasi Product Moment dari Pearson yang kemudian di korelasi dengan rumus Part Whole dan reliabilitas alat ukur dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach yang diolah dengan menggunakan bantuan komputer program Statistical Packages For Social Sciences (SPSS) versi 13.0. Perpustakaan Unika 57
1. Validitas Dan Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri Wanita sebagai Pacar Anggota Polri Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas terhadap skala penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri, diperoleh hasil bahwa dari 28 item yang ada, terdapat 21 item valid dan 7 item gugur dengan taraf signifikasi 5 % dengan koefisien validitas item yang valid bergerak antara 0,309 sampai dengan 0,598. Hasil uji validitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D-1. Koefisien korelasi alpha skala penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri sebesar 0,845.
Tabel 5. Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Penyesuaian Diri Wanita Sebagai Pacar Anggota Polri Aspek-aspek Nomor Item Total Favourable Unfavourable Valid Gugur Absence of excessive emotionality 1,15 8*,22 3 1 Absence of psychological mechanisme 2,16 9,23 4 - Absence of the sense of personal frustration 3,17* 10,24* 2 2 Rational deliberatioan and self-direction 4,18 11*,25* 2 2 Ability to learn 5*,19 12,26 3 1 Utilizatioan of past experience 6,20* 13,27 3 1 Realistic, objective attitude 7,21 14,28 4 - J UMLAH 14 14 21 7 Perpustakaan Unika 58
Keterangan : Nomor dengan tanda * : Item yang gugur
2. Validitas Dan Reliabilitas Skala Kematangan Emosi Berdasarkan hasil perhitungan terhadap skala kematangan emosi, diperoleh hasil bahwa dari 30 item terdapat 22 item yang valid dan 8 item yang gugur dengan taraf signifikasi 5 % dengan koefisien yang berkisar antara 0,312 sampai dengan 0,607. hasil uji validitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D-2. Koefisien korelasi alpha skala kematangan emosi sebesar 0,831.
Perpustakaan Unika 59
Tabel 6. Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Kematangan Emosi Ciri-ciri Nomor Item Total Favourable Unfavourable Valid Gugur Mampu menerima keadaan dirinya sendiri dan keadaan orang lain apa adanya 1,11*,21* 6*,16,26* 2 4 Dapat mengendalikan emosinya dan mengekspresikan emosinya dengan baik 2,12,22 7,17,27 6 - Dapat berpikir obyektif dan realistis, penuh pengertian dan memiliki kemampuan untuk mengambil sikap akan suatu hal dengan tepat 3*,13,23 8,18,28 5 1 Memikirkan kesejahteraan orang banyak, mampu berempati dengan sesamanya dan mampu bergaul dengan orang lain 4,14*,24* 9,19,29 4 2 Mempunyai tanggung jawab yang baik, tidak mudah putus asa dan mampu menghadapi masalah dengan penuh pengertian 5,15,25 10*,20,30 5 1 J UMLAH 15 15 22 8
Perpustakaan Unika 60
Keterangan : Nomor dengan tanda * : Item yang gugur Setelah dilakukan uji coba dan uji validitas serta uji reliabilitas diperoleh alat ukur dengan skor yang dipergunakan untuk analisis data pengujian hipotesis dan ditabulasikan seperti yang ada pada lampiran D.
Perpustakaan Unika 61
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Asumsi Uji asumsi ini meliputi uji normalitas berfungsi untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran item. Sedangkan, uji linieritas yang berfungsi untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. 1. Uji Normalitas Distribusi Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan program Statistical Packages for Social Science (SPSS) Windows Release 13.0. Hasil pengujian diperoleh : 1. Pengujian data variable penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri diperoleh nilai uji Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,609 (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa variabel Penyesuaian Diri Wanita sebagai Pacar Anggota Polri tersebut berdistribusi normal. Perhitungan dari uji normalitas ini dapat dilihat pada lampiran E. 2. Pengujian data variabel kematangan emosi diperoleh nilai uji Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,648 (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa variabel kematangan emosi tersebut berdistribusi normal. Perhitungan dari uji normalitas ini dapat dilihat pada lampiran E. Perpustakaan Unika 62
2. Uji Linieritas Pengujian linieritas hubungan diuji dengan menggunakan prosedur Curve Estimation pada program Statistical Packages for Social Science (SPSS) windows release 13.0. menunjukkan bahwa hubungan antara data variabel kematangan emosi dan data variabel penyesuaian diri wanita sebgai pacar anggota Polri membentuk garis linier dengan nilai F Linier =28,001 dengan p < 0,05. perhitungan uji linieritas ini dapat dilihat pada Lampiran F.
B. Uji Hipotesis Setelah diketahui bahwa data yang diperoleh memenuhi syarat uji asumsi, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan teknik Analisis Korelasi Product Moment. Uji hipotesis dilakukan dengan program Statistical Packages for Social Sciences (SPSS). Hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi antara kematangan emosi dan penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri didapatkan r xy =0,651 dengan p <0,01 yang berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri. Sumbangan efektif kematangan emosi terhadap penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri adalah sebesar 42, 38 %. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran G.
Perpustakaan Unika 63
C. Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang diajukan, diperoleh bahwa hipotesis diterima, yaitu ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri. Hal ini dapat dilihat dari nilai r Product Moment Pearson sebesar 0,651 (p<0.01). hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi kematangan emosi maka semakin tinggi juga penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri dan sebaliknya, semakin rendah kematngan emosi maka semakin rendah juga penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Penelitian ini menunjukkan bahwa wanita sebagai pacar anggota Polri yang memiliki kematangan emosi yang tinggi akan memiliki penyesuaian diri yang tinggi. Sebaliknya wanita sebagai pacar anggota Polri yang memiliki kematangan emosi yang rendah akan memiliki penyesuaian diri yang rendah pula. Kematangan emosi yang dimiliki pada wanita yang menjadi pacar anggota Polri akan memiliki penyesuaian diri. Ciri-ciri kematangan emosi yang dimiliki individu dapat berupa mampu menerima keadaan diri sendiri dan orang lain, dapat mengendalikan dan mengekspresikan emosi dengan baik, dapat mengambil sikap, berpikir obyektif dan realistis, mampu berempati dengan sesamanya, mempunyai tanggung jawab yang baik. Individu yang memiliki kematangan emosi yang tinggi mengalami hal yang positif dalam kehidupannya, dapat berpikir secara baik dan obyektif dan Perpustakaan Unika 64
mampu mengendalikan emosinya dengan baik dalam kehidupannya dibandingkan dengan individu yang memiliki kematangan emosi yang rendah. Kematangan emosi memiliki peranan yang sangat besar dan terkadang lebih berpengaruh daripada pikiran, dalam menghadapi suatu permasalahan. Kematangan emosi yang dimiliki dapat menunjukkan kedewasaan seseorang. Sejalan dengan pendapat Walgito (1984, h.41) salah satu ciri kedewasaan seseorang dilihat dari segi psikologik yaitu apabila seseorang telah dapat mengendalikan emosinya, dan dengan demikian dapat berpikir secara baik, dan dapat menempatkan persoalan sesuai dengan keadaan yang seobyektif-obyektifnya. Ditambahkan menurut Hurlock (1994, h. 42) yang mengatakan bahwa kematangan emosi seseorang dapat terlihat apabila individu dapat menilai secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya. Kematangan emosi yang dimiliki dapat membuat seseoarang mampu mengendalikan emosinya dengan baik, berpikir secara matang, secara baik dan obyektif. Hal ini dapat membantu seorang wanita untuk mampu menyesuaikan dirinya sebagai pacar anggota Polri. Kematangan emosi ternyata memberikan sumbangan efektif terhadap penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri sebesar 42,38%. Keadaan ini menunjukkan bahwa penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri dipengaruhi oleh kematangan emosi sebesar 42.38%. Sedangkan 57,62% yang lain dipengaruhi oleh faktor lain. Perpustakaan Unika 65
Mean empirik untuk variable penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri sebesar 65,83 dan mean hipotetik sebesar 52,5 dengan SD hipotetik 10,5 maka ME terletak antara Mh +1 SD dan Mh +2SD. Hasil ini menunjukkan bahwa wanita sebagai pacar anggota Polri memiliki penyesuaian diri yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa subyek penelitian mampu melakukan penyesuaian diri sebagai pacar anggota Polri dengan sangat baik. Kemudian diperoleh hasil mean empirik untuk kematangan emosi sebesar 69,55 dan mean hipotetik sebesar 55 dengan SD hipotetik 11 berarti ME berada diantara Mh +1 SD dan Mh +2SD. Hal ini menunjukkan bahwa kematangan emosi yang dimiliki wanita sebagai pacar anggota Polri berada pada taraf tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa subyek penelitian memiliki kematangan emosi yang tinggi. Berdasarkan wawancara awal yang telah peneliti lakukan, terdapat subyek yang mampu menyesuaikan diri dengan baik dan apa pula yang tidak mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik. Namun berdasarkan hasil penyebaran skala dan hasil penghitungan skala, ternyata subyek mampu melakukan penyesuaian diri dengan sangat baik dan memiliki kematangan emosi yang baik pula. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi kematangan emosi subyek maka akan semakin tinggi pula penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri. Penelitian ini tidak lepas dari beberapa kelemahan. Walaupun hipotesis penelitian ini terbukti namun penelitian ini masih Perpustakaan Unika 66
membutuhkan banyak perbaikan. Adapun kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Peneliti menggunakan metode try out terpakai sehingga memungkinkan adanya hal-hal yang mencemari atau mengotori hasil penelitian ini. Hal ini disebabkan subyek masih dihadapkan pada skala yang belum dibersihkan dari item-item yang gugur. b. Tempat tinggal subyek merupakan asrama Polisi, selain itu sebagian besar orang tua subyek juga seorang anggota Polri sehingga subyek sudah mengetahui konsekuensi yang harus dihadapi sebagai pacar anggota Polri. c. Adanya kesamaan aspek pada skala penyesuaian diri dengan skala kematangan emosi, sehingga menjadi ada tumpang tindih akibatnya korelasi yang diperoleh tinggi.
Perpustakaan Unika 67
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Ada hubungan yang positif antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri. Hal ini berarti semakin tinggi kematangan emosi maka semakin tinggi pula penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri dan sebaliknya semakin rendah kematangan emosi maka semakin rendah pula penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri. Dengan demikian hipotesis diterima. Sumbangan efektif kematangan emosi terhadap penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri sebesar 42,38%.
B. Saran 1. Bagi wanita yang menjadi Pacar anggota Polri Bagi wanita yang menjadi pacar anggota Polri dan memiliki kematangan emosi yang tinggi maka harus tetap dipertahankan, agar penyesuaian dirinya pun tetap tinggi sehingga hubungan yang mereka jalani tetap berjalan dengan baik. Perpustakaan Unika 68
Untuk mempertahankan hubungan tersebut, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempertahankan suatu hubungan, yaitu: a. Mampu menerima keadaan dirinya sendiri dan keadaan orang lain apa adanya. b. Dapat mengendalikan emosinya dan mengekspresikan emosinya dengan baik c. Dapat berpikir obyektif dan realistis, penuh pengertian dan memiliki kemampuan untuk mengambil sikap akan suatu hal dengan tepat. d. Memikirkan kesejahteraan orang banyak, mampu berempati dengan sesamanya dan mampu bergaul dengan orang lain. e. Mempunyai tanggung jawab yang baik, tidak mudah putus asa dan mampu menghadapi masalah dengan penuh pengertian. 2. Bagi peneliti lain Bagi peneliti lain dapat meneliti topik yang sama dengan situasi dan kondisi yang berbeda. Dan disarankan agar peneliti mengkaji lebih dalam faktor-faktor lebih banyak lagi yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri wanita sebagai pacar anggota Polri, seperti kondisi dan konstitusi fisik, kematangan intelektual, sosial, moral dan emosi, determinan psikologis, kondisi lingkungan dan keluarga, tingkat religius dan kebudayaan.
Perpustakaan Unika 69
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, W.A. 2002. Penyesuaian Diri dalam Perkawinan Ditinjau Dari Kematangan Emosi. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi UNIKA Soegijapranata.
Azwar, S. H. 1997. Reliabilitas Dan Validitas : Interpretasi dan Komputasi. Yogyakarta : Liberty.
Bischot, L. J . 1969. Adult Psychology of Adjustment and Human Effectiveness. Tokyo. McGraw- Hill Kogakuba Ltd.
Bruno, F. J . 1989. Kamus Kunci Istilah Psikologi. Yogyakarta : Kanisius.
Chaplin. 1999. Kamus Lengkap Psikologi. Alih bahasa : Kartono. K. J akarta : Raja Grafindo Persada.
Dariyo, Agoes. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. J akarta: PT. Grasindo Anggota Ikapi.
Darlega, V.I, J anda, L.H. 1978. Personal Adjustment The Psychology Of Every day Live. New J ersey: General Leaning Press.
Davidoff, L. 1991. Psikologi suatu Pengantar : Jilid 2. Alih bahasa : Mari J aniayi. J akarta : Erlangga.
Perpustakaan Unika 70
Fahmi, M. 1997. Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat. Diterjemahkan oleh Zakinan Drajat. J akarta: Bulan Bintang.
Helmi, A.F. 1994. HIDUP DI KOTA SEMAKIN SULIT: Bagaimana strategi adaptasi dalam situasi kepadatan social?. Buletin Psikologi. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Tahun II, Nomor 2. (h.2)
Hurlock, E. B. 1994. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih Bahasa : Istiwidayanti dan Soejarwo. J akarta : Erlangga.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1988. J akarta: Balai Pustaka.
Kartono, K. Andari, J . 1989. Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Dalam Islam, Cetakan 6. Bandung: CV Mandar Maju.
Meichati, S. 1983. Kesehatan Mental. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta.
Monks, F.J . Knoers, A.M.P. Haditono, Siti Rahayu. 1998. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Perpustakaan Unika 71
Pgs. Deputi Pendidikan dan Latihan Kapolri. 2002. Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas BINTARA Polri Di Lapangan. J akarta
Pramadi, A., Ratnaningtyas, J ohannita. 1996. Hubungan Pola Relasi Remaja dan Orangtua dengan Kemampuan Penyesuaian diri di Lingkungan Sosial pada Mahasiswa Semester II. Anima. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Vol XI, No.13 (h.329-343).
Sterly, E. 2004. Penyesuaian Diri Remaja Putri Terhadap Lawan J enis Ditinjau dari Keharmonisan dengan Ayah. Skripsi (Tidak Diterbitkan) Semarang: Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata.
Tabah, A. 1991. Menatap Dengan Mata Hati Polisi Indonesia. J akarta: CV.Sahabat.
Walgito, B. 1991. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Cetakan Kedua. Yogyakarta: Andi Offset.
Winarsunu, T. 2002. Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM
Perpustakaan Unika 72
LAMPIRAN
Perpustakaan Unika 73
LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN
Perpustakaan Unika 74
Pendidikan : Usia : Berpacaran dengan anggota Polri : ( sudah pernah / sedang *) Lama berpacaran : tahun.
Keterangan : (*) coret yang tidak sesuai
PETUNJUK PENGISIAN 1. Baca dan pahamilah setiap pernyataan dengan seksama 2. Pilihlah pernyataan yang sesuai dengan apa yang anda pikirkan. 3. Berilah tanda silang ( ) pada kolom jawaban yang tersedia. 4. Kriteria jawaban terdiri dari: SS : J ika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan anda S : J ika pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan anda TS : J ika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan anda STS : J Ika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan anda 5. Semua jawaban dianggap benar 6. Kerahasiaan jawaban dijamin sepenuhnya oleh peneliti 7. Apabila Anda telah selesai mengerjakan, periksa kembali jawaban Anda dan jangan sampai ada pernyataan yang terlewat 8. Bila Anda melakukan kesalahan dalam memilih jawaban, Anda cukup memberikan tanda sama dengan (=) pada pilihan jawaban yang salah, kemudian memberikan tanda silang ( ) pada pilihan jawaban yang benar.
~ Terima Kasih dan Selamat Mengerjakan ~
Perpustakaan Unika 75
LAMPIRAN A-1 SKALA PENYESUAIAN DIRI WANITA SEBAGAI PACAR ANGGOTA POLRI
Perpustakaan Unika 76
SKALA 1 No. PERNYATAAN SS S TS STS 1. Saya mampu mengontrol diri saat sedang berjalan dengan pacar saya yang berstatus anggota Polri.
2. Saya mampu menerima konsekuensi sebagai pacar anggota Polri.
3. Saya tidak akan kecewa apabila pacar saya tidak datang kerumah karena dia harus bertugas.
4. Bila saya dengan pacar saya sedang ada masalah, saya langsung menyelesaikannya berdua.
5. Saya mendukung pacar saya di dalam melaksanakan tugas sebagai anggota Polri.
6. Dalam berpacaran saya selalu melihat pengalaman- pengalaman yang pernah terjadi.
7. Saya mampu menerima kesibukan pacar saya sebagai anggota POLRI.
8. Biarpun pacar saya menggunakan pakaian dinas Polri, saya tetap memeluk pada waktu berjalan di depan umum.
9. Saya selalu berpikiran negatif tentang pacar saya jika pacar saya tidak datang kerumah.
10. Saya akan frustasi apabila pacar saya selalu mementingkan pekerjaannya.
11. Saya dan pacar senantiasa melanggar apa yang sudah menjadi kesepakatan.
12. Saya tidak akan merubah sikap saya sekalipun pacar saya tidak menyukaianya.
13. Saya tidak akan bercermin pada masa lalu bila terjadi permasalahan dengan pacar saya.
14. Saya selalu curiga pada pacar saya jika alasannya selalu melaksanakan tugas.
15. Saya dapat mengendalikan diri dalam menjalin hubungan dengan pacar saya yang anggota Polri.
16. Walaupun pacar saya sibuk menjalankan tugasnya sebagai anggota Polri, saya selalu berusaha untuk mengerti pekerjaannya.
17. Saya tidak akan menuntut pacar saya untuk memenuhi keinginan saya.
Perpustakaan Unika 77
18. Apabila terdapat ada perbedaan pendapat dengan pacar saya, saya berusaha agar tidak terjadi pertengkaran.
19. Saya mampu memahami tugas-tugas pacar saya sebagai anggota Polri.
20. Saya dan pacar saya selalu berusaha untuk tidak mengalami kegagalan.
21. Saya bisa menerima bila pacar saya tiba-tiba membatalkan janji dengan saya, karena kesibukannya sebagai anggota POLRI.
22. Saya akan tetap marah jika pacar mengecewakan saya, meskipun dia masih berpakaian dinas.
23. Saya selalu marah jika dalam 1 minggu pacar saya tidak menemui saya karena menjalankan tugas sebagai anggota Polri.
24. Saya benci pada pacar saya apabila pacar saya menolak keinginan saya.
25. Apabila saya sedang ada masalah dengan pacar, saya selalu membiarkan masalah ini selesai dengan sendirinya.
26. Saya tidak bisa menerima kebiasaan pacar saya yang tidak menepati janji, sekalipun alasannya sedang melaksanakan tugas.
27. Kalau tidak ada keharmonisan dengan pacar saya, lebih baik putus.
28. Saya tidak bisa menerima konsekuensi saya sebagai pacar anggota Polri.
Perpustakaan Unika 78
LAMPIRAN A-2 SKALA KEMATANGAN EMOSI
Perpustakaan Unika 79
SKALA 2
No. PERNYATAAN SS S TS STS 1. Saya mampu menerima kekurangan orang lain. 2. Saya selalu sabar dalam menghadapi permasalahan yang terjadi dalam hidup saya.
3. Dalam menyelesaikan suatu masalah, saya selalu melihat pendapat dari beberapa sudut pandang orang lain.
4. Saya dapat bergaul dengan siapa saja di lingkungan tempat tinggal saya.
5. Saya tidak mudah putus asa saat menghadapi suatu permasalahan yang sulit.
6. Saya tidak suka dengan kekurangan yang ada pada diri saya.
7. Saya akan langsung memarahi orang yang telah menyinggung perasaan saya.
8. Saya selalu ragu-ragu dalam bertindak. 9. Saya termasuk orang yang kurang bisa berempati terhadap orang lain.
10. Saya selalu mengabaikan tugas yang telah diberikan kepada saya.
11. Saya tidak mempermasalahkan baik-buruknya orang lain.
12. Saya adalah orang yang mampu mengendalikan emosi dengan baik.
13. Saya mampu menerima masukan dari orang lain. 14. Saya suka menolong orang yang sedang kesusahan. 15. Saya dapat menyelesaikan tanggung jawab yang diberikan kepada saya dengan baik.
16. Saya tidak bisa menerima orang yang tidak baik kepada saya.
17. Saya selalu menunjukkan ekspresi yang tidak menyenangkan, jika sedang ada masalah.
18. Saya selalu bimbang terhadap keputusan yang telah saya buat.
19. Saya selalu bertindak sesuka hati tanpa memikirkan perasaan orang lain.
20. Saya tidak bisa menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin.
Perpustakaan Unika 80
21. Saya mampu menerima keadaan diri saya apa adanya.
22. Saya selalu berusaha untuk bersikap wajar saat sedang ada masalah.
23. Saya mampu mengambil sikap tegas terhadap suatu permasalahan.
24. Dalam bertindak saya selalu memikirkan perasaan orang lain.
25. Apabila saya sedang ada masalah, saya berusaha untuk menghadapi masalah tersebut dengan hati yang tenang.
26. Saya selalu menilai orang dari status ekonominya. 27. Saya akan marah tanpa harus ditunda-tunda, jika ada orang yang mengkritik pendapat saya.
28. Dalam menghadapi masalah, saya tidak bisa berpikir obyektif.
29. Saya sulit akrab saat dengan orang lain. 30. Saya selalu cepat menyerah saat menghadapi suatu masalah.
Perpustakaan Unika 81
LAMPIRAN B DATA PENELITIAN
Perpustakaan Unika 82
LAMPIRAN B-1 SKALA PENYESUAIAN DIRI WANITA SEBAGAI PACAR ANGGOTA POLRI
item tidak valid : cetak tebal dan garis bawah r 5% =0,30
Perpustakaan Unika 108
LAMPIRAN E UJI NORMALITAS
Perpustakaan Unika 109
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 40 40 69.55 65.83 6.528 7.031 .102 .096 .102 .082 -.098 -.096 .648 .609 .796 .852 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Kematangan Emosi Penyesuaian Diri Test distribution is Normal. a. Calculated from data. b.
Graph 80 75 70 65 60 55 Kematangan Emosi 7 6 5 4 3 2 1 0 F r e q u e n c y 5 7 2 6 5 3 6 3 2 1 Mean =69.55 Std. Dev. =6.528 N =40
Perpustakaan Unika 110
Graph 80 75 70 65 60 55 50 Penyesuaian Diri 7 6 5 4 3 2 1 0 F r e q u e n c y 5 5 4 4 5 2 7 3 2 2 1 Mean =65.82 Std. Dev. =7.031 N =40
Perpustakaan Unika 111
LAMPIRAN F UJI LINIERITAS
Perpustakaan Unika 112
Curve Fit
Variable Processing Summary 40 40 0 0 0 0 0 0 0 0 Number of Positive Values Number of Zeros Number of Negative Values User-Missing System-Missing Number of Missing Values Penyesuaian Diri Dependent Kematangan Emosi Independent Variables
Model Summary and Parameter Estimates Dependent Variable: Penyesuaian Diri .424 28.001 1 38 .000 17.035 .702 .452 15.269 2 37 .000 151.099 -3.242 .029 .450 15.147 2 37 .000 104.671 -1.235 .000 .000 Equation Linear Quadratic Cubic R Square F df1 df2 Sig. Model Summary Constant b1 b2 b3 Parameter Estimates The independent variable is Kematangan Emosi.
Descriptive Statistics 69.55 6.528 40 65.83 7.031 40 Kematangan Emosi Penyesuaian Diri Mean Std. Deviation N
Correlations 1 .651** .000 40 40 .651** 1 .000 40 40 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N Kematangan Emosi Penyesuaian Diri Kematangan Emosi Penyesuaian Diri Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). **.