Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

PENGANTAR REKAYASA
INFRASTRUKTUR

Catherine Delfani / 1662316







FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN
LINGKUNGAN
Daftar Isi
Tujuan...
Daftar Isi
Pokok Masalah..
Solusi
Apa yang terjadi jika solusi diatas gagal?................................
Kesimpulan..














Tujuan

Tujuan dari tugas yang diberikan ini adalah untuk
memperkenalkan peran infrastruktur dalam kehidupan dan
peradabaan masyarakat. Mahasiswa diminta untuk berpikir kritis
terhadap permasalahan-permasalan dalam kehidupan dan
peradaban manusia. Mahasiswa juga diminta untuk
mengidentifikasi akar dari permasalahan yang ada dan tantangan
teknis serta social yang harus dihadapi.












Pokok masalah

Terdapat dua desa. Desa pertama, bisa kita namakan Desa A , berada pada
hulu sungai. Masyarakat di desa ini menggunakan air dari sungai tersebut untuk
keperluan rumah tangga dan industri pengolahan tepung yang menghasilkan limbah
buangan cair dan udara (bau). Sementara desa lainnya, kita namakan Desa B, berada
pada hilir sungai, mengandalkan air dari sungai untuk keperluan rumah tangga sehari-
hari serta mengairi sawah dan lading penduduknya.


DE





Masyarakat di dua desa yang bertetangga ini tengah menghadapi masalah
dengan sumber air, sungai yang melalui dua desa tersebut. Permasalahannya adalah
Desa B mengeluh karena sungai yang dijadikan untuk keperluan rumah tangga,
menjadi tidak layak untuk dipakai karena air sungai tersebut telah mengandung
limbah yang disebabkan dari industri pengoahan tepung tapioca yang berada pada
Desa A. Padahal air sungai itu, digunakan Desa B untuk keperluan rumah tangga
sehari-hari, serta mengairi sawah dan lading penduduknya. Padahal, air yang tercemar
itu bisa mengakibatkan banyak hal negatif untuk Desa B. Masyarakat Desa B dapat
terkena berbagai macam penyakit akibat dari penggunaan air sungai yang tercemar.

Masalah pada limbah cair buangan industri tepung tapioka tersebut
dapat memberikan dampak buruk bagi masyarakat dan lingkungan yang ada di desa
hilir sungai yang juga menggunakan air dari aliran yang sama dan juga bagi
masyarakat desa hulu itu sendiri. Bagi masyarakat yang ada di desa hilir yang
memanfaatkan air sungai tersebut untuk keperluan sehari-hari dan juga mengaliri
sawah dan ladang penduduknya, hal ini sangat merugikan mereka karena air yang
mereka ambil berasal dari sungai di hulu dan ternyata di hulu bercampur dengan
limbah buangan dari pabrik tepung tapioka. Jika air yang tercemar ini digunakan
untuk keperluan sehari-hari seperti keperluan MCK (Mandi, Cuci, Kakus), maka akan
membahayakan masyarakat di desa hilir karena air yang mereka pakai mengandung
limbah buangan yang juga mengandung zat-zat berbahaya yang dapat menyebabkan
penyakit yang biasanya berupa penyakit kulit, baik yang ringan maupun yang parah.
Jika digunakan untuk mengaliri sawah dan ladang, maka kemungkinan yang dapat
terjadi adalah tanaman-tanaman di sawah dan ladang akan mati karena air yang
mengalirinya terkontaminasi zat-zat berbahaya sehingga masa panen akan terganggu
dan menyebabkan terganggunya perekonomian masyarakat di desa hilir. Sungai
tersebut juga akan tercemar sehingga membuat kualitas air di sungai tersebut
memburuk. Juga, jika limbah buangan ini diteruskan dibuang ke sungai, bukan hanya
masyarakat di desa hilir yang akan terkena imbasnya, tetapi juga akan mengganggu
lingkungan seepanjang sungai tersebut mengalir. Bisa saja desa lain selain desa hilir
yang juga terhubung dengan sungai tersebut mengalami hal serupa dengan yang
dialami di desa hilir karena airnya yang tercemar.
Selain itu, masalah lain ada pada limbah gas yang dibuang dari pabrik tapioka
tersebut yang menyebabkan udara di sekitarnya menjadi bau. Hal ini dapat
menyebabkan tercemarnya udara bersih di lingkungan baik di desa hulu maupun di
desa hilir. Lingkungan akan menjadi tidak nyaman jika udara yang seharusnya bersih
dan segar beralih menjadi kotor dan bau dan mengganggu kehidupan masyarakat
sekitarnya.
Oleh karena itu diperlukan suatu penanganan yang tepat untuk mengatasi masalah
pada sungai, karena sungai tersebut merupakan penunjang kehidupan masyarakat
kedua desa tersebut. Sebelum mencari solusi untuk masalah ini, kita harus terlebih
dahulu untuk mengidentifikasi akar permasalahan dan tantangan teknis serta social
yang harus dihadapi.
Pertama-tama, dari segi infrastuktur, Terjadi kesalahan infrastruktu dari kedua
desa ini. Pada awalnya seharusnya tidak boleh ada dua desa, yang satu merada di hulu
sungai dan yang satu di hilir. Hal ini berakibat desa yang berada di hilir sungai,
mendapatkan air yang sudah tercemar akibat digunakan oleh desa yang berada di hulu
sungai.
Kedua, seharusnya Desa A yang berada di hulu sungai, pabriknya tidak
membuang limbah sembarangan ke sungai. Karena air sungai yangsudah tercampur
limbah ini, akan terkena zat-zat kimia berbahaya yang dapat merugikan masyarakat di
Desa B.
Ketiga, kurang adanya kerjasama dari kedua desa untuk menyelesaikan
masalah ini. Seharusnya, sebelum dibentuknya kedua desa ini, mereka harus
berunding terlebih dahulu,. Karena penggunaan air sungai yang sama, tentu saja jika
air sudah tercemar oleh Desa A, hanya tersisa air yang tercemar untuk Desa B.












Solusi
Ada banyak solusi yang bisa dilakukan. Antara lain:
1. Solusi pertama
membangun aliran baru untuk memisahkan aliran sungai yang melalui daerah hulu
dengan aliran sungai yang melalui daerah hilir agar limbah buangan dari pabrik
pengolahan tapioka yang ada di hulu sungai tidak tercampur dengan aliran air
yang akan dipakai oleh masyarakat di desa hilir untuk kebutuhannya. Pembagian
aliran ini dapat dilakukan di daerah sebelum melewati desa di bagian hulu agar air
bersih yang mengalir bisa dibagi untuk desa di hulu dan desa di hilir sehingga
keduanya dapat menggunakan sumber air yang bersih. Namun, penanganan ini
kurang tepat karena limbah tetap saja akan dibuang ke aliran sungai walaupun
tidak melewati desa bagian hilir serta harus mencari tempat untuk membangun
aliran sungai yang baru karena jika tidak ada tempat, maka tidak bisa mengalirkan
air bersih sedangkan untuk mengalirkan air bersih, diperlukan area yang cukup
besar agar air yang dialirkan bisa mencukupi kebutuhan masyarakat di daerah hilir.

2. Solusi kedua
mengubah sumber air bagi masyarakat di desa hilir sungai. Dengan solusi ini,
masyarakat desa hilir tidak harus memakai air yang terkontaminasi oleh limbah
dari pabrik pengolahan tepung tapioka, namun mereka juga harus mencari sumber
air baru yang juga bisa menyokong kebutuhan air untuk kehidupan masyarakat di
desa hilir. Namun hal ini sangat sulit dilakukan karena kesulitan dalam mencari
sumber lain untuk dipakai masyarakat di desa hilir serta harus mencari cara lain
untuk mengalirkan sumber air itu ke daerah desa di hilir sungai. Oleh karena itu,
solusi ini sulit untuk diterapkan sebagai solusi pemecahan masalah ini karena
diperlukan solusi yang cepat dan tepat guna agar masalah kedua desa tersebut
dapat cepat selesai dan tidak merugikan salah satu pihak.

3. Solusi Ketiga
Dengan membuat aliran sungai baru untuk mengalirkan limbah buangan dari
pabrik tepung tapioka. Hal ini serupa dengan solusi pada poin pertama, namun
jika pada poin pertama, dibangun aliran sungai baru untuk membagi air bersih di
kedua desa, pada solusi ini, dibangun aliran sungai baru untuk membuang limbah
buangan dari pabrik pengolahan tepung tapioka ke tempat lain agar tidak melewati
daerah di desa bagian hilir. Memang, tempat yang diperlukan tidak perlu sebesar
tempat untuk membangun aliran sungai yang baru karena hanya diperlukan
saluran untuk mengalirkan limbah tersebut, namun tetap saja, seperti masalah
sebelumnya, limbah yang dibuang akan tetap terbuang ke tempat lain dan malah
bisa membahayakan lingkungan lain selain di kedua desa tersebut. Oleh karena itu
hal ini juga akan menimbulkan masalah baru untuk desa-desa lain.

4. Solusi Keempat
dengan membangun sistem pengolahan limbah dan mengalirkan limbah yang
sudah diolah menjadi ramah lingkungan. Limbah dari pabrik pengolahan tepung
tapioka harus diolah di sistem pengolahan limbah sehingga walaupun ada limbah
yang akan dialirkan ke sungai, tetapi limbah tidak lagi mengandung zat-zat
berbahaya sehingga aman digunakan oleh masyarakat yang berada di desa di hilir
sungai. Oleh karena itu, menurut saya, solusi ini adalah solusi yang paling tepat
karena mengatasi langsung pada akar permasalahan dan tepat guna, serta tidak
perlu menghabiskan tempat untuk membuat aliran sungai yang baru. Sekalipun
perlu dibangun saluran pembuangan hasil olahan limbah, tempat yang diperlukan
tidak perlu sebesar tempat yang dibutuhkan oleh aliran sungai karena air yang
dibuang dari hasil pengolahan tidak sebanyak air yang dibutuhkan oleh
masyarakat di desa hilir sehingga hanya perlu dibuat suatu saluran yang cukup
menampung debit air yang dikeluarkan, bisa dengan membuat saluran pipa bawah
tanah agar tidak menghabiskan tempat yang terlalu banyak.

5. Solusi kelima
Kemudian masalah pada pembuangan gas buangan dari pabrik pengolahan tepung
tapioka tersebut. Gas buangan dari pabrik tepung tapioka tersebut memang tidak
terlalu berbahaya seperti limbah cari yang dibuang dari pabrik, namun gas
buangan tersebut berbau tidak sedap sehingga tetap saja mengganggu lingkungan
sekitar dan membuat udara di lingkungan sekitar tersebut tidak sehat dan juga
tidak segar. Oleh karena itu perlu pula dibangun sistem pengolahan gas buangan
sebelum gas tersebut dibuang dari pabrik. Dengan dibangunnya sistem
pengoalahan gas buangan, maka setidaknya gas yang dibuang dari pabrik tidak
berbau dan mengurangi kandungan zat-zat berbahaya yang mungkin terkandung
dalam gas buangan pabrik tersebut. Dengan itu pula, kualitas udara di lingkungan
sekitar menjadi lebih baik dan gas buangan dari pabrik tidak mengganggu
lingkungan sekitarnya walaupun gas tersebut dibuang ke udara bebas.
















Apa akbat jika solusi diatas gagal??
Apabila upaya-upaya tersebut gagal dilakukan karena beberapa hal, misalnya
kurangnya dana ataupun kurangnya kerjasama antara kedua desa untuk bersama-sama
membangun sistem pengolahan limbah, maka ada konsekuensi yang harus ditanggung
oleh kedua desa tersebut, bahkan mungkin masalahnya malah akan meluas menjadi ke
desa-desa lain yang juga dialiri oleh sungai tersebut. Pertama, apabila upaya untuk
menanggulangi masalah limbah gagal dilakukan, maka masyarakat di desa bagian
hilir sungai akan kekurangan sumber air bersih, dimana air bersih adalah salah satu
infrastruktur penunjang yang sangat penting. Kekurangan air bersih tersebut akan
menimbulkan terhambatnya beberapa kegiatan sehari-hari masyarakat di desa bagian
hilir sungai, misalnya pada penggunaan air untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi,
cuci, dan kakus. Tetap menggunakan air yang tercemar untuk kebutuhan sehari-hari
akan menimbulkan banyak penyakit seperti penyakit kulit yang bisa juga menjadi
parah. Hal ini tentu saja akan merugikan masyarakat di desa bagian hilir sungai.
Kedua, air sungai tersebut juga merupakan sumber utama untuk mengaliri
sawah dan ladang di desa bagian hilir sungai. Jika air yang mengandung limbah ini
tetap digunakan untuk mengaliri sawah dan ladang, maka akan mengganggu tanaman
di sawah dan ladang sehingga masa panen bisa terganggu atau bahkan tanaman di
sawah dan ladang bisa mati. Hal ini tentu akan memengaruhi persediaan makanan dan
ekonomi masyarakat di desa bagian hilir.
Ketiga, jika air sungai yang terkontaminasi ini tetap dialirkan begitu saja,
maka ada kemungkinan bahwa desa atau tempat/tempat lain yang juga dilewati oleh
aliran sungai ini dan juga menggunakan air sungai ini untuk berbagai kebutuhan juga
akan mengalami hal yang serupa dengan hal yang dialami oleh desa di bagian hilir
sungai. Dan yang terakhir, jika masalah ini tidak segera diselesaikan, bisa juga
memunculkan masalah pada hubungan sosial kedua desa karena pihak desa bagian
hilir sungai merasa dirugikan dengan keberadaan pabrik pengolahan tepung tapioka
yang membuang limbahnya sembarangan ke sungai.


Kesimpulan
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya masalah-masalah baru yang
disebabkan oleh tidak dilaksanakannya upaya-upaya penanganan masalah limbah di
sungai tersebut, harus ada kerja sama dan komunikasi yang baik dan tepat untuk
merundingkan rencana upaya penanganan masalah air bersih di sungai tersebut untuk
mencari dana, sumber daya manusia, serta perencanaan pembangunan sistem
pengolahan limbah yang baik untuk mempercepat proses perbaikannya. Hal pertama
yang sangat darurat adalah pembangunan sistem pengolahan limbah di sungai terlebih
dahulu, karena limbah yang dialirkan ke sungai sembarangan akan langsung
memengaruhi desa di bagian hilir karena mereka sangat bergantung pada air dari
aliran sungai yang sama dengan di desa bagian hulu. Setelah itu bisa disusul atau
dilakukan juga secara bersama-sama pembangunan sistem pengolahan limbah gas
buangan agar udara bau yang dihasilkan dari pabrik pengolahan tepung tapioka
tersebut tidak mencemari lingkungan yang dapat mengganggu masyarakat di desa
hulu maupun di desa hilir karena baunya yang tidak sedap. Jika pembangunan sistem-
sistem pengolahan limbah tersebut sudah dilakukan, maka sumber masalah sudah
diatasi dari akarnya sehingga tidak menimbulkan masalah baru bagi kedua pihak desa
hulu dan desa hilir.

Anda mungkin juga menyukai