Anda di halaman 1dari 14

xxxi

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian








3.2 Definisi Operasional

1. Epilepsi
Jenis epilepsi yang akan diambil kira dalam penelitian ini adalah:
a. Epilepsi jenis serangan parsial
b. Epilepsi jenis serangan umum

2. Gambaran pada EEG
Gambaran yang diambil pada semua gambaran EEG oleh pasien epilepsi,
termasuk jenis gelombang dan lokasi di mana terjadinya epilepsi.
a. Jenis gelombang
b. Lokasi gelombang

3.2.1. Cara ukur
Informasi didapat daripada rekam medis.

3.2.2. Alat ukur
Rekam medis.

3.2.3. Skala Pengukuran
Nominal
Gambaran pada
electrocencephalography (EEG)

Pasien epilepsi

Universitas Sumatera Utara
xxxii
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk melihat gambaran
pada electroencephalography (EEG) pada jenis epilepsi. Penelitian ini
dilakukan dengan mengumpul data yaitu gambaran EEG pada jenis-jenis
epilepsi.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilakukan berdasarkan data yang didapat dari Rumah
Sakit Haji Adam Malik, Kota Medan.

4.2.2 .Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan bermula 2008-2010.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 110 orang penderita
epilepsi di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Kota Medan pada tahun
2008-2010.

4.3.2. Sampel Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada penderita epilepsi yang datang untuk
mendapat rawatan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Kota Medan yaitu
total sampling adalah seluruh populasi yaitu 110 orang.
Kriteria inklusi adalah semua pesakit epilepsi di Rumah Sakit Umum
Haji Adam Malik yang telah dilakukan EEG yaitu 110 orang.


Universitas Sumatera Utara
xxxiii
4.4. Teknik pengumpulan data
Data pada penelitian ini akan dilakukan dengan mendapatkan rekam
medis daripada Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Kota Medan. Data pada
penelitian ini adalah data primer, yaitu kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri
oleh peneliti. Di sini, datanya adalah gambaran EEG dan jenis epilepsi. Data ini juga
akan dalam bentuk kualitatif, bermaksud data yang menjelaskan sifat, yaitu
gambaran EEG dan jenis epilepsi. Data yang akan diambil juga jika dikelompokkan
dan tingkat pengukurannya adalah data pada skala nominal. Skala nominal
bermaksud pengukuran yang paling lemah tingkatnya, terjadi apabila atau lambing-
lambang lain digunakan untuk menklasifikasikan objek pengamatan. Urutan, jarak
antara kelompok dan perbandingan antara kelompok semua tidak data ditentukan.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang didapat daripada rekam medis, yaitu gambaran EEG pasien
epilepsi akan dibanding dengan jenis epilepsi. Data lalu dikelompokkan mengikuti
jenis epilepsi gambaran EEG menurut jenis epilepsi diteliti. Data dimasukkan
kedalam Microsoft Excel dan ditabulasi. Frekuensi penderita epilepsi berdasarkan
jenis kelamin, kelompok umur, tipe epilepsi dicari. Frekuensi jenis epilepsi
berdasarkan jenis gelombang dan lokasi gelombang juga dicari. Dikira juga
frekuensi kelompok umur berdasarkan jenis gelombang. Selain itu, dikelompok
frekuensi gelombang abnormal dan normal berdasarkan kelompok umur.












Universitas Sumatera Utara
xxxiv
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah sebuah
rumah sakit pemerintah yang dikelola pemerintah pusat dengan Pemerintah
Daerah Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit ini terletak di lahan yang luas
di pinggiran kota Medan. RSUP. H. Adam Malik mulai berfungsi dengan
pelayanan rawat jalan sejak tanggal 17 Juni 1991. Mulai tanggal 2 Mei 1992,
rumah sakit ini turut menyediakan pelayanan rawat inap.
RSUP. H. Adam Malik Medan berdiri sebagai rumah sakit kelas A
sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Sebagai Rumah
Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991,
RSUP. H. Adam Malik Medan juga sebagai Pusat Rujukan wilayah
Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Naggroe Aceh
Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Pada tahun 1993, Pusat Pendidikan
Fakultas Kedokteran USU Medan dipindahkan ke rumah sakit ini secara
resmi.

5.1.2. Deskripsi Karakterisktik Responden
Informasi berikut ini menunjukkan distribusi proporsi gambaran
penderita epilepsi di Bagian Neurologi RSUP. H. Adam Malik. Mulai bulan
Juli 2008 sehingga Juli 2010, terdapat 110 pasien epilepsi berobat ke Bagian
Neurologi RSUP. H. Adam Malik.






Universitas Sumatera Utara
xxxv
Tabel 5.1. Frekuensi Penderita Epilepsi Berdasarkan Umur
Kelompok Umur n (%)
<10 tahun 19 17,2
10-19 tahun 26 23,6
20-29 tahun 30 27,3
30-39 tahun 18 16,4
40-49 tahun 7 6,4
>50 tahun 10 9,1
Total 110 100,0

Dari tabel 5.1. dapat dilihat bahwa kelompok usia yang tertinggi
penderita epilepsi adalah 20- 29 tahun yaitu sebanyak 30 orang (27,3 %)
diikuti dengan kelompok umur 10 - 19 tahun yaitu sebanyak 26 orang ( 23,6
%), < 10 tahun sebanyak 19 orang ( 17,2 %), 30 39 18 orang (16,4 %) dan
> 50 tahun yaitu 10 orang (9,1 %). Kelompok usia yang paling rendah adalah
kelompok usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 7 orang (6,4 %).

Tabel 5.2. Frekuensi Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin n (%)
Perempuan 58 52,7
Lelaki 52 47,3
Total 110 100,0
`
Dari tabel 5.2. dapat terlihat bahwa proporsi tertinggi penderita
epilepsi dijumpai pada kelompok perempuan yaitu sebanyak 58 orang kasus
(52.7%) sedangkan laki-laki dijumpai sebanyak kasus (47.3%).




Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Penderita Epilepsi Berdasarkan Tipe Epilepsi
Universitas Sumatera Utara
xxxvi
Tipe Epilepsi n (%)
Umum 82 74,5
Parsial 28 25,5
Total 110 100,0

Tabel 5.3. menunjukkan tipe epilepsi yang mempunyai frekuensi
tertinggi adalah tipe epilepsi umum yaitu sebanyak 82 orang kasus (74.5 %)
diikuti tipe epilepsi yang parsial sebanyak 28 orang kasus (25.5 %).

Tabel 5.4. Frekuensi Penderita Epilepsi Berdasarkan Tipe Gelombang Pada
Encephalography (EEG)
Gelombang n (%)
Beta 3 2,7
Lambat 10 9,1
Tajam 63 57,3
Tajam + Paku 8 7,3
Lambat + Tajam 8 7,3
Normal 18 16,4
Total 110 100,0

Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa penderita epilepsi yang
mempunyai frekuensi yang tertinggi berdasarkan jenis gelombang pada
gambaran encephalography (EEG) adalah gelombang tajam yaitu sebanyak
63 orang (57,3 %), diikuti dengan tidak terklasifikasi yaitu 18 orang (16,4
orang), dan tajam + paku dan juga lambat + tajam yaitu sebanyak 8 orang
(7,3 %). Gelombang yang mempunyai proporsi yang terendah adalah
gelombang beta yaitu 3 orang (2,7 %).



Universitas Sumatera Utara
xxxvii
Tabel 5.5. Frekuensi Tipe Epilepsi Berdasarkan Tipe Gelombang Tambahan
Pada Gambaran Encephalography (EEG) Pada Penderita Epilepsi.
Gelombang Umum Parsial
n (%) n (%)
Beta 1 1,2 2 7,1
Lambat 6 7,3 4 14,2
Tajam 46 56,0 17 60,7
Tajam + Paku 7 8,5 1 3,5
Lambat + Tajam 8 9,8 0 0,0
Normal 14 17,0 4 14,2
Total 82 100,0 28 100,0

Dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa tipe gelombang tambahan pada
encephalography (EEG) penderita epilepsi umum yang mempunyai
frekuensi yang tertinggi adalah gelombang tajam yaitu sebanyak 46 orang
(55,4 %), diikuti dengan tidak terklasifikasi yaitu 14 orang (17,0%), lambat
dan tajam yaitu sebanyak 8 orang (9,6%), tajam + paku yaitu 7 orang (8,4%),
dan lambat 6 orang (7,3%).Gelombang yang mempunyai proporsi yang
terendah adalah gelombang beta yaitu 1 orang (1,2 %). Tipe gelombang
tambahan pada encephalography (EEG) penderita epilepsi parsial yang
mempunyai frekuensi yang tertinggi adalah gelombang tajam yaitu sebanyak
17 orang (63,0 %), diikuti dengan yang lambat yaitu 4 orang (14,8%), tidak
terklasifikasi yaitu 4 orang (14,2%) dan beta yaitu 2 orang (7,4%).
Gelombang yang mempunyai frekuensi yang terendah adalah gelombang
lambat dan tajam yaitu 0 orang (0,0 %).





Universitas Sumatera Utara
xxxviii
Tabel 5.6. Frekuensi Penderita Epilepsi Berdasarkan Lokasi Gelombang
Tambahan Pada Gambaran Encephalography (EEG) Penderita Epilepsi
Lokasi n (%)
Seluruh lapangan 65 59,1
Oksipital 12 10,9
Tempo-parietal-
oksipital
5 4,6
Fronto sentral 4 3,6
Tidak dinyatakan 24 21,8
Total 110 100,0

Tabel 5.6 menunjukkan penderita epilepsi yang mempunyai frekuensi
tertinggi berdasarkan lokasi gelombang tambahan adalah pada seluruh
lapangan yaitu 65 orang (59,1%), diikuti oleh tidak terklasifikasi 24 orang
(21,4%), oksipital yaitu 12 orang (10,9%), temporo-parietal-oksipital yaitu
sebanyak 4 orang (3,6%). Frekuensi yang terendah ada pada fronto sentral
yaitu 4 orang (3,6%).

Tabel 5.7. Frekuensi Tipe Epilepsi Berdasarkan Lokasi Gelombang Tambahan
Pada Gambaran Encephalography (EEG) Penderita Epilepsi
Lokasi Umum Parsial
n (%) n (%)
Seluruh lapangan 53 64,6 12 42,9
Oksipital 9 10,9 3 10,7
Temporo-parietal-
oksipital
3 3,6 2 7,1
Fronto sentral 2 2,4 2 7,1
Tidak terklasifikasi 15 18,3 9 32.1
Total 82 100,0 28 100,0

Universitas Sumatera Utara
xxxix
Tabel 5.7. menunjukkan pada penderita epilepsi umum, lokasi yang
mempunyai frekuensi tertinggi adalah pada seluruh lapangan yaitu 53 orang
(76,8%), diikuti oleh oksipital yaitu 9 orang (13,0%), dan temporo-parietal-
oksipital yaitu 3 orang (4,4%). Proporsi yang terendah ada pada frontosentral
dan tidak terklasifikasi yaitu 15 orang (18,3%).
Pada penderita epilepsi parsial, lokasi yang mempunyai frekuensi
tertinggi adalah pada seluruh lapangan yaitu 12 orang (57,1%), diikuti oleh
oksipital yaitu 3 orang (14,3%). Proporsi yang terendah ada pada temporo-
parietal-oksipital, fronto sentral dan tidak terklasifikasi yaitu 9 orang
(32,1%).

Tabel 5.8. Frekuensi Gelombang Abnormal pada Epilepsi Berdasarkan
Kelompok Umur Penderita
Kelompok Umur N (%)
<10 tahun 16 17,4
10-19 tahun 24 26,1
20-29 tahun 25 27,2
30-39 tahun 15 16,3
40-49 tahun 5 5,4
>50 tahun 9 9,8
Total 92 100,0

Tabel 5.8. menunjukkan bahwa pada penderita yang menderita
epilepsi dengan gelombang abnormal, kelompok umur yang paling banyak
terdiri dari 20 hingga 29 tahun dengan 25 orang (27,2%) diikuti 10 hingga 19
tahun dengan 24 orang (26,1%) , <10 tahun dengan 16 orang (17,4%) 30
hingga 39 tahun adalah 15 orang (16,3%), >50 tahun dengan 9 orang (9,8%) .
Kelompok umur yang paling sedikit adalah penderita berumur 40 hingga 49
yaitu 5 orang (5,4%).

Universitas Sumatera Utara
xl
Tabel 5.9. Frekuensi Gelombang Normal Pada Epilepsi Berdasarkan
Kelompok Umur Penderita
Kelompok Umur N (%)
<10 tahun 3 16,6
10-19 tahun 2 11,1
20-29 tahun 5 27,7
30-39 tahun 3 16,6
40-49 tahun 2 22,2
>50 tahun 1 5,5
Total 18 100,0

Pada Tabel 5.9. dapat dilihat bahwa penderita yang berumur antara 20
hingga 29 merupakan kelompok paling banyak pada epilepsi dengan
gelombang normal yaitu sebanyak 5 orang (27,7%). Kelompok di atas umur
>50 tahun paling sedikit dengan seorang sahaja (5,5%).

5.2. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pada 110 penderita epilepsi yang datang
berobat ke RSUP H. Adam Malik pada periode Juli 2008 hingga juli 2010.
Gambar 5.1. menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak dijumpai, yaitu
sebesar 58 orang (52,7%) dibandingkan laki-laki yaitu 52 orang (47,3%)
dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 1,11:1. Hasil ini tidak
sesuai dengan sumber lain yang mengatakan bahwa epilepsi ini sering
ditemukan pada laki-laki daripada perempuan (Jallop, Smadja, Cabre, Le dan
Bazin, 1999) dan (Mac et al, 2007). Menurut Mac et al, lebih banyak lagi
pada lelaki tetapi perbedaannya adalah sedikit. Ini mungkin karena
perbedaan suku sampel, atau terjadi keterbatasan kepada satu rumah sakit.
Kelompok umur yang tertinggi adalah 20-29 tahun yaitu 30 orang
(27,3 %). Ini sesuai dengan sumber yang mengatakan pada negara yang
berkembang, kelompok yang tertinggi menderita daripada epilepsi adalah
dewasa muda. Ini berbeda sekali dengan negara yang sudah berkembang
Universitas Sumatera Utara
xli
dimana onsetnya adalah semasa beberapa bulan pertama hidup atau
kelompok usia lanjut (Banerjee dan Hauser, 2005). Menurut Mac et al.,
terdapat penelitian yang dilakukan di Shanghai yang mengatakan bahwa
kelompok umur tertinggi untuk epilepsi adalah dalam bentuk bimodal
dimana antara 10 30 tahun dan > 60 tahun.
Didapati jenis epilepsi yang lebih banyak adalah yang jenis umum
yaitu 82 orang (74,6%) dibandingkan parsial yaitu 28 orang (25,5%). Hasil
ini sesuai dengan penelitian Mac et al yang mengatakan epilepsi yang jenis
umum lebih banyak ditemukan daripada parsial yaitu pada penelitian tersebut
69% adalah pada umum dan 31% adalah pada parsial.
Gelombang yang sering ada pada penderita epilepsi adalah
gelombang tajam. Hasil ini sesuai sumber lain yang mengatakan gelombang
tajam yang lebih banyak pada pasien epilepsi (Li dan Cramer, 2006). Pada
penelitian ini didapati sebanyak 68 daripada 100 penderita epilepsi
mempunyai gambaran gelombang tajam pada encephalography (EEG).
Gelombang yang sering terjadi pada kedua umum dan parsial adalah
gelombang tajam. Ini sesuai dengan sumber yang mengatakan epilepsi umum
dan parsial sering diikuti oleh gelombang tajam (Nelson, 2007).
Kebanyak gelombang yang timbul pada encephalography (EEG)
adalah pada seluruh lapangan. Ini adalah kerana lebih banyak proporsi
epilepsi jenis umum yang terjadi pada penelitian ini. Pada epilepsi umum,
kareristiknya adalah gelombang akan timbul pada seluruh lapangan ( Guyton,
2008) , ( Nelson, 2007) dan (Shih, 2008).
Epilepsi parsial sering menunjukkan gelombang abnormal pada
seluruh lapangan. Ini tidak sesuai dengan sumber yang mengatakan bahwa
epilepsi parsial sering timbulnya kelainan pada bagian temporal otak dan
diikuti oleh kelainan pada Lobus Frontalis (Shih, 2008). Ini mungkin kerana
penyebaran gelombang dari satu lokasi ke lokasi yang lain yang dinama
sebagai Secondary generalised tonic-clonic epilepsy ( Shih, 2008) dan
(Nelson, 2007). Pada epilepsi umum, lokasi gelombang yang paling banyak
ada di seluruh lapangan yaitu 53 orang (77,0%). Ini sesuai dengan sumber
Universitas Sumatera Utara
xlii
yang mengatakan bahwa epilepsi umum akan menunjukkan gelombang yang
abnormal pada seluruh lapangan (Shih, 2008), (Nelson, 2007) dan (Guyton,
2008).
Prognosa penderita epilepsi tergantung pada gambaran
encephalography (EEG). Suatu studi yang dilakukan Shinnar et al. telah
menemui bahawa electroencephalography (EEG) adalah suatu alat yang
penting dalam prediksi jika pasien epilepsi ini akan kambuh (Tan, 1989).
Pada penelitian ini dijumpai sebanyak 18 (16,4%) orang penderita epilepsi
mempunyai gambaran encephalography (EEG) yang normal. Kebanyakkan
penderita epilepsi tersebut dibawah kelompok umur 20-29 tahun yaitu
sebanyak 5 orang (27,7%). Frekuensi penderita epilepsi dengan gambaran
encephalography (EEG) yang abnormal adalah sebanyak 92 orang (83,6%)
dimana kelompok umur yang terbanyak adalah juga pada kelompok umur 20
- 29 tahun yaitu sebanyak 25 orang (27,2%). Maksud gelombang abnormal
disini adalah termasuk adalah gelombang tajam, tajam dan paku, tajam dan
lambat, dan lambat pada gambaran encephalography (EEG). Dinyatakan
pada jurnal oleh Nair et al. , jika gambaran encephalography (EEG) adalah
normal prognosa adalah lebih bagus daripada gambaran encephalography
(EEG) yang mempunyai gelombang yang abnormal. Kejadian kekambuhan
dalam waktu 2 tahun pada penderita dengan gambaran encephalography
(EEG) yang normal adalah 27% dan pada pasien dengan gambaran
encephalography (EEG) dengan gelombang abnormal adalah 58%. Tetapi
tidak dapat disimpulkan lagi bahwa kelompok umur yang mempunyai lebih
banyak gelombang abnormal adalah kelompok umur yang mempunyai
prognosa yang lebih jelek. Terdapat faktor lain yang mempengaruhi
prognosa. Bukan it saja, mungkin karena lebih banyak lagi kelompok umur
20-29 tahun yang terdapat pada penelitian ini, jadi ini akan menjadi bias dan
tidak dapat digunakan untuk menyimpulkan kelompok umur yang lebih
berisiko untuk relaps atau kambuh kembali.


Universitas Sumatera Utara
xliii
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada penderita epilepsi mulai
Juli 2008 Juli 2010 didapatkan 110 orang penderita, dapat diambil
kesimpulan seperti berikut:
1. Frekuensi penderita epilepsi menurut kelompok umur yang tertinggi
terdapat pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 30 orang
(27,3%) manakala terendah pada kelompok umur 40-49 tahun
sebanyak 7 penderita (6,4%). Penderita epilepsi paling banyak
dijumpai pada jenis kelamin perempuan sebanyak 58 penderita
(52,7%) dengan perbandingan laki-laki dengan perempuan adalah
1,11 : 1.
2. Distribusi frekuensi penderita epilepsi berdasarkan jenis epilepsi
terbanyak adalah epilepsi jenis umum sebanyak 82 orang (74,5%).
3. Distribusi frekuensi penderita epilepsi berdasarkan tipe gelombang
tambahan pada gambaran encephalography (EEG) pada penderita
epilepsi adalah gelombang tajam yaitu 63 penderita yaitu (57,3%)
4. Distribusi frekuensi gelombang pada kedua umum dan parsial adalah
gelombang tajam yaitu pada umum sebanyak 46 orang (56%) dan
pada parsial yaitu sebanyak 17 orang (60,7%).
5. Distribusi frekuensi penderita epilepsi berdasarkan lokasi timbulnya
gelombang pada encephalography yang paling tinggi adalah pada
seluruh lapangan yaitu 65 orang (59,0%)
6. Distribusi frekuensi penderita epilepsi umum berdasarikan lokasi
timbulnya gelombang pada encephalography (EEG) adalah di seluruh
lapangan yaitu 53 penderita ( 64,6%).
7. Distribusi frekuensi penderita epilepsi parsial berdasarikan lokasi
timbulnya gelombang pada encephalography (EEG) adalah di seluruh
lapangan yaitu 12 penderita (42,9 %).
Universitas Sumatera Utara
xliv
8. Distribusi kelompok umur penderita epilepsi dengan gelombang yang
abnormal yang tertinggi adalah 20-29 tahun yaitu 18 orang (16,4%).
9. Distribusi kelompok umur penderita epilepsi dengan gelombang yang
normal adalah pada kelompok umur 20-29 tahun yaitu 5 orang
(27,7%).

6.2 Saran
6.2.1 Untuk RSUP. H. Adam Malik, harap data rekam medis perlu
dilengkapkan dan dirapikan sehingga informasi yang ingin digali
dapat dibaca dengan lebih mudah, lebih sistematik dan sempurna,
misalnya yang berhubungan dengan klasifikasi epilepsi dan biodata
penderita. Banyak pada rekam medis pasien dimana tulisan dokter
tidak dapat dibaca sehingga untuk mendapat informasi daripada
rekam medis adalah sulit atau banyak rekam medis pasien tidak dapat
digunakan kerana tidak dapat digali informasinya. Banyak rekam
medis yang tidak diikuti dengan suku pasien.
6.2.2 Penelitian lanjutan yang berkaitan epidemiologi di Indonesia penyakit
epilepsi harus dilakukan supaya penanganan terhadap penyakit ini
lebih bagus sehingga pasien mempunyai prognosa yang lebih baik.
6.2.3 Penelitian lanjutan mengenai gambaran electroencephagraphy (EEG)
harus dilakukan juga dimana lebih banyak sampel lagi pada tipe
epilepsi yang berbeda.






DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai