Anda di halaman 1dari 64

RESPON TANAMAN SELEDRI ( Apium graveolus L )

TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA MACAM PUPUK DAUN PADA


TIGA JENIS TANAH


Di ajukan sebagai bahan proposal
dalam rangka penyusunan skripsi


OLEH

Nama : Laila
NPM : 30690A4027
Jurusan : Pendidikan Biologi












SEKOLAH TINGGI DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) BANJARMASIN
2013
PENGARUH BOKASI DARI FERMENTASI DAUN MENGGUNAKAN
PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN SAWI


Di ajukan sebagai bahan proposal
dalam rangka penyusunan skripsi


OLEH

Nama : Laila
NPM : 30690A4027
Jurusan : Pendidikan Biologi













SEKOLAH TINGGI DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) BANJARMASIN
2013
RESPON TANAMAN SELEDRI ( Apium graveolus L )
TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA MACAM PUPUK DAUN PADA
TIGA JENIS TANAH


OLEH

Nama : Laila
NPM : 30690A4027
Jurusan : Pendidikan Biologi



Disetujui oleh pembimbing untuk melakukan penelitian
Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Pada Tanggal ..2013



Pembimbing I Pembimbing II


Drs.Lagiono,MP Yulianti Hidayah,Sp.M.Pd
NIP. 132 058 917 NIK. 060 204 072


Mengetahui :
Ketua Jurusan / program Studi Pendidikan Biologi



Syahbudin,S.Pd
NIK. 070 204 075


A. JUDUL : RESPON TANAMAN SELEDRI ( Apium graveolus L )
TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA MACAM
PUPUK DAUN PADA TIGA JENIS TANAH

B. Latar belakang
Seledri (Apium graveolus L) adalah tanaman sayuran bumbu
berbentuk rumput yang berasal dari benua Amerika yang digunakan
sebagai bumbu penyedap makanan dan bersifat obat yang mujarab
menurunkan tekanan darah tinggi, mengobati kerontokan rambut,
mengatasi sukar tidur, meperlancar buang air seni dan menguatkan urat
syarat (Soewito,1991).
Pada dasarnya prospek seledri sangat cerah, baik di pasaran dalam
negeri (domestik) maupun luar negeri sebagai komoditas ekspor, namun
pembudidayaan seledri di Indonesia pada umumnya masih dalam skala
kecil yang dilakukan sebagai sambilan (sampingan). Beberapa bukti
tentang budidaya seledri di Indonesia yang belum dikelola secara
komersial dan diantaranya dapat merujuk pada data dari Badan Pusat
Statistik (BPS) tentang hasil survey pertanian tanaman sayuran di
Indonesia pada tahun 2008, ternyata belum ditemukan data luas panen dan
produksi seledri secara nasional. Demikian pula dalam program penelitian
dan pengembangan hortikultura di Indonesia pada Pusat Penelitian dan
pengembangan (Puslitbang). Hortikultura sampai 2003/2004, ternyata
tanaman seledri belum mendapatkan prioritas penelitian, baik sebagai
komoditas utama, potensial maupun introduksi (Sutrisna, Sastraatmadja
dan Ishaq, 2005).
Di Kalimantan Selatan, tanah-tanah marginal untuk pengembangan
lahan pertanian didominasi oleh tanah gambut, tanah berpasir dan tanah
Podsolik Merah Kuning, dimana tanah-tanah tersebut berpotensi untuk
dikembangkan sebagai media tanam, namun didalam pelaksanaannnya
mempunyai kendala diantaranya tingkat kesuburan yang rendah dan
minimnya unsur hara yang tersedia.
Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kendala tidak
tersedianya unsur hara, baik makro maupun mikro pada berbagai jenis
tanah yang kurang subur adalah dengan pemberian pupuk. Pemberian
pupuk atau unsur hara ini selain diberikan lewat tanah dapat pula diberikan
lewat daun. Menurut Lingga dan Marsono (2001), kelebihan utama dari
pupuk daun, yaitu penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibanding
pupuk yang diberikan lewat akar.
Saat ini banyak produk pupuk daun dengan berbagai merk dagang
dengan komposisi hara makro dan mikro yang bervariasi. Namun, secara
umum unsur hara yang dominan dalam pupuk daun adalah hara makro
dengan tambahan beberapa unsur mikro. Menurut Sutedjo (1999), apabila
tanaman sayuran daun seperti bayam, seledri atau selada maka pupuk daun
yang digunakan harus berkadar N tinggi. Beberapa contoh pupuk daun
yang berkadar N tinggi dengan kadar P dan K yang bervariasi banyak
ditemukan di pasaran, seperti Growmore 32-10-10 (32 % N, 10 % P dan
10 % K), Hyponex 25-5-10 (25 % N, 5 % P dan 10 % K) atau Mamigro
25-6-6 (25 % N, 6 % P dan 6 % K).
Beragamnya komposisi unsur-unsur yang dikandung pupuk daun
yang dijual di pasaran tersebut, hal ini memerlukan suatu kajian yang
ilmiah untuk mengaplikasikannya pada tanaman karena masing-masing
tanaman punya tanggapan (respon) yang berbeda kebutuhannya terhadap
pupuk (unsur hara). Bertolak dari hal tersebut kiranya perlu dilakukan
penelitian tentang respon tanaman seledri terhadap pemberian beberapa
macam pupuk daun pada tiga jenis tanah.


BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan dirumah plastik di Jalan Karanggan No. 34,
Kelurahan Bukit Pinang, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya.
Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober hingga Desember 2010.
Bahan-bahan yang digunakan adalah benih seledri, pupuk daun
(Growmore, Hyponex dan Mamigro), air pengencer, tanah gambut, tanah
podsolik merah kuning, tanah berpasir, pupuk kandang kotoran ayam,
kapur dolomit dan pestisida (Furadan 3G dan Benlate 20 EC).
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain meteran,
timbangan, cangkul, parang, gergaji, palu, plastik, kasa, kajang, ayakan,
bak persemaian, polybag, handsprayer, neraca analitik, penggaris, alat tulis
dan alat-alat tulis yang dianggap perlu.
Penelitian ini meggunakan Rancangan Acal Lengkap (RAL) yang disusun secara
faktorial, dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah pemberian pupuk
daun (P) yang terdiri dari 4 macam yaitu
0
= tanpa diberi pupuk daun, D
1
=
pemberian pupuk daun Growmore, D
2
= pemberian pupuk daun Hyponex dan
D
3
= pemberian pupuk daun Mamigro.Faktor kedua adalah jenis tanah (T)
yang terdiri dari 3 jenis, yaitu :T
1
= Tanah Gambut, T
2
= Tanah Berpasir,T
3
=
Tanah podsolik Merah Kuning.Variabel yang diamati meliputi : Tinggi tanaman
(cm) ; Jumlah daun (helai) ;
bobot segar tanaman (g/tanaman) ;.Bobot kering tanaman (g/tanaman) ; Rasio
Tajuk-Akar atau Shoot and Root Ratio (S/R).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Interakasi antara pupuk daun dan jenis tanah berpengaruh tidak nyata
pada semua variabel pengamatan, hal ini diduga karena kedua perlakuan memiliki
peranan yang sama di dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
sedeldri. Menurut Hanafiah (1995), tidak terjadinya pengaruh interaksi dua faktor
perlakuan karena kedua faktor tidak mampu bersinergi (bekerjasama) sehingga
mekanisme kerjanya berbeda atau salah satu faktor tidak berperan secara optimal
atau bahkan bersifat antagonis, yaitu saling menekan pengaruh masing-masing.
Walaupun tidak terjadi pengaruh interaksi pada kedua perlakuan, namun masing-
masing perlakukuan faktor tunggal memberikan pengaruh nyata dalam
m,eningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman seledri.
Pengaruh Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Tanaman dan Hasil
Tanaman Seledri
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk daun menunjukkan respon
yang positif dan berpengaruh nyata didalam meningkat pertumbuhan dan hasil
tanaman seledri serta ratio tajuk-akar (pengamatan terakhir). Pemberian pupuk
daun Growmore (32-10-10) cenderung menunjukkan perlakuan yang terbaik
dibanding perlakuan lainnya. Daun merupakan variabel utama yang menentukan
kemampuan tanaman untuk berfotosintesis, jadi secara keseluruhan pertumbuhan
tanaman seledri dapat dipacu lebih baik dengan pemberian pupuk daun Growmore
(32-10-10).
Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman , Jumlah Daun, Bobot Segar, Bobot Kering
dan Ratio Tajuk-Akar Tanaman Seledri Pengaruh Perlakuan Beberapa Macam
Pupuk Daun
Perlakuan
Pupuk Daun
Tinggi Tanaman Jumlah Daun
14 HST 21 HST 28 HST 14 HST 21 HST 28 HST
Kontrol (D0) 3.94
ab
5.22
a
7.44
a
2.22
a
3.67
a
5.89
a

Growmore(D1) 8.11
c
10.78
b
14.06
b
3.67
b
6.00
b
11.11
b

Hyponex (D2) 3.50
a
3.72
a
7.69
b
2.39
a
4.11
a
6.22
a

Mamigro (D3) 6.78
bc
9.33
b
12.11
a
2.56
a
4.22
a
6.67
a


Bobot Segar
Tanaman (g)
Bobot Kering
Tanaman (g)
Rasio Tajuk-Akar
Kontrol (D1) 0.88
p
0.030
p
4.34
p

Growmore (D2) 1.26
q
0.074
r
5.94
q

Hyponex (D3) 0.97
p
0.035
p
4.52
p

Mamigro (D4) 1.13
q
0.045
pq
5.22
pq

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-
masing kolom, umur dan variabel yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
BNJ pada taraf 5 %.
Pada saat pertumbuhan tanaman, seperti halnya pertambahan tinggi tanaman dan
jumlah daun seledri tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan
ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup dan berimbang. Pemberian
pupuk daun Growmore dengan kandungan unsur hara N, P dan K yang lebih
tinggi dibandingkan pupuk daun lainnya, yaitu 32% (N), 10% (P), dan 10% (K)
tampaknya dapat memacu pertumbuhan tanaman seledri yang lebih baik, karena
pada saat pertumbuhan tanaman unsur N, P dan K diperlukan dalam jumlah yang
lebih banyak dan berimbang.
Peran utama unsur N, P dan K bagi pertumbuhan tanaman sesuai
pernyataan Lingga dan Marsono (2001), bahwa unsur nitrogen (N) sangat penting
untuk pertumbuhan vegetatif tanaman karena dapat merangsang pertumbuhan
secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Menurut Laegreid et al
(1999, dalam Hindersah dan Simarmata, 2004), ketersediaan unsur nitrogen
adalah penting pada saat pertumbuhan tanaman, karena nitrogen berperan dalam
seluruh proses biokimia tanaman. Sedangkan fosfor (P) menurut Rosmarkam dan
Yuwono (2002) berperan untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, berperan
dalam fotosintesis dan respirasi sehingga sangat penting untuk pertumbuhan
tanaman keseluruhan, selain itu berperan penting memperbaiki sistem perakaran
tanaman. Adapun kalium (K) menurut Sarief (1989) merupakan salah satu unsur
hara yang sangat berperan dalam memacu pertumbuhan tinggi tanaman. Apabila
tanaman mengalami kekurangan unsur kalium, maka tanaman akan tumbuh lebih
pendek, sehingga tanaman menjadi kerdil dan mudah rebah.
Dari unsur hara yang ada di perlukan tanaman, nitrogen (N) adalah unsur yang
paling utama menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman seledri, apalagi bagian
ekonomis tanaman seledri yang di panen adalah bagian batang dan daun.
Tersedianya unsur nitrogen yang lebih besar yang terkandung dari pupuk daun
Growmore (32%) dibanding pupuk Hyponex (25%) dan Mamigro (25%), diduga
berperan langsung memacu peningkatan pertumbuhan daun. Hal ini sesuai
pernyataan Lakitan (1996), bahwa pada saat pertumbuhan daun, diketahui tidak
semua unsur hara diperlukan dan berperan langsung terhadap pembentukan daun.
Unsur hara yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
daun adalah nitrogen.
Pertambahan jumlah daun pada akhirnya akan berakibat meningkatnya luas daun
secara keseluruhan, hal ini berarti kemampuan tanaman melakukan fotosintesis
meningkat, sehingga hasil fotosintesis (fotosintat) yang tersedia juga akan
meningkat dan dialokasikan kebagian tanaman yang bernilai ekonomis
(Goldworthy dan Fisher, 1996). Selain itu pertambahan jumlah daun juga akan
berakibat langsung terhadap biomassa secara keseluruhan, hal ini diperlihatkan
dengan meningkatnya bobot basah dan kering yang lebih tinggi. Dari Tabel 1 juga
dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk daun juga berpengaruh sangat nyata terhadap
bobot segar, bobot kering dan rasio tajuk- akar tanaman seledri. Pemberian pupuk
daun Growmore (32-10-10) lebih baik dibanding jenis pupuk daun lainnya dalam
meningkatkan hasil panen (bobot segar) tanaman seledri dan berbanding lurus
dengan bobot keringnya. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk daun Growmore
mengandung unsur hara makro dan mikro yang lebih tinggi sehingga mampu
menyediakan kebutuhan bagi pertumbuhan tanaman dan pada akhirnya
meningkatkan hasil tanaman. Selain kandungan unsur hara makro seperti N, P,
dan K yang lebih tinggi, kandungan unsur hara mikro yang terkandung dari pupuk
daun Growmore juga lebih tinggi dibanding Hyponex dan Mamigro.
Tersedianya hara makro dan mikro yang lebih baik dari pupuk daun Growmore
akan dapat mendukung pertumbuhan yang lebih baik, dan pada akhirnya hasil
tanaman juga lebih baik. Menurut Sitompul dan Guritno (1995), hasil tanaman
sangat ditentukan oleh produksi biomassa pada saat masa pertumbuhan tanaman
dan pembagian biomassa pada bagian yang dipanen. Produksi biomassa tersebut
mengakibatkan pertambahan berat dapat pula diikuti dengan pertambahan ukuran
tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Kondisi ini menurut Gardner dkk.. (1991)
sangat dimungkinkan apabila pada saat pertumbuhan tanaman, unsur hara dan
faktor pendukung lainnya tersedia dan tidak menjadi faktor pembatas bagi
pertumbuhan dan pembagian hasil fotosintesis (fotosintat) ke organ hasil berjalan
dengan baik.
Demikian pula rasio tajuk-akar sangat dipengaruhi oleh tersedianya nitrogen.
Menurut Loomis (1953, dalam Gardner dkk.. 1991), tersedianya unsur N dan air
yang banyak akan dapat menggalakkan pertumbuhan ujung (tajuk). Hasil
penelitian Murata (1969 dalam Gardner dkk. 1991) menunjukkan bahwa rasio
tajuk-akar tanaman padi meningkat secara nyata akibat diberi nitrogen yang lebih
banyak. Meningkatnya rasio tajuk-akar juga akan berakibat langsung terhadap
peningkatan bagian ekonomis dari tanaman seledri yang dipanen.
Secara keseluruhan hasil panen tanaman seledri dari penelitian yang telah
dilaksanakan masih di bawah standar normal, yaitu 1 g/tanaman. Apabila
dibandingkan dengan hasil penelitian Paishal (2005), bahwa penggunaan pupuk
daun dapat menghasilkan bobot segar seledri mencapai 12,67 g/tanaman.
Rendahnya hasil tanaman seledri dari penelitian ini, diduga karena rendahnya
intensitas cahaya yang diterima tanaman akibat atap naungan yang dibuat terlalu
rapat sehingga ini akan berpengaruh terhadap kemampuan tanaman berfotosintesis
sehingga hasilnya rendah. Penelitian yang sama dari Paishal (2005),
menunjukkan bahwa aplikasi naungan berpengaruh nyata menghambat
pertumbuhan vegetatif tanaman, yaitu pada tinggi tanaman, jumlah daun, diameter
batang, dan jumlah rumpun. Perlakuan naungan juga menurunkan hasil produksi
tanaman seledri, yaitu pada jumlah tanaman yang hidup, bobot akar, bobot yang
dapat dipasarkan per panel dan bobot yang dapat dipasarkan per tanaman.
Tanaman tanpa naungan memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih baik
dibandingkan tanaman dengan aplikasi naungan.
Pengaruh Jenis tanah Terhadap pertumbuhan Tanaman dan Hasil Tanaman
Seledri
Penggunaan jenis berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap variabel
pertumbuhan maupun hasil tanaman seledri, yakni pada jumlah daun, bobot segar,
bobot kering dan rasio tajuk-akar. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa penggunaan
tanah tanah gambut lebih baik dibandingkan jenis tanah lainnya (tanah PMK dan
tanah berpasir) dalam meningkatkan pertumbuhan maupun hasil tanaman seledri.
Hal ini di duga terkait dengan kandungan unsur hara atau sifat kimia tanah dari ke
tiga jenis tanah tersebut berbeda sehingga tanaman merespon berbeda pula.
Berdasarkan hasil analisis beberapa sifat kimia tanah dari ketiga jenis ini (Tabel
3), memperlihatkan adanya perbedaan. Tanah gambut walaupun pH nya lebih
rendah dibandingkan 2 jenis tanah lainnya, namun kandungan N total, P total dan
K totalnya lebih tinggi yaitu 0,83%, 217,88 ppm dan 1,28 ppm dibandingkan
PMK yaitu 0,11%, 103,16 ppm dan 1,27 ppm dan tanah berpasir yaitu 0,25%,
120,99 ppm dan 0,83 ppm.
Tersedianya N, P dan K yang lebih tinggi pada tanah gambut menjadikan tanah ini
mampu mendukung pertumbuhan tanaman seledri lebih baik dibandingkan pada
tanah berpasir maupun tanah PMK. Khusus unsur N dan P pada tanah gambut
kandungannya jauh lebih tinggi melebihi pada tanah berpasir dan tanah PMK, ini
karena pada tanah gambut unsur N dan P bersumber dari bahan organik, berbeda
dengan tanah berpasir dan PMK yang merupakan tanah mineral dengan
kandungan bahan organik yang rendah (kurang 20%). Menurut Stevenson (1982,
dalam Salampak, 1993) bahwa nitrogen dan fosfor yang tinggi pada tanah gambut
bersumber dari bahan organik yang tinggi, sedangkan menurut Buckman dan
Brady (1982) dan Sarief (1989) pada tanah berpasir dan PMK bahan organiknya
rendah sehingga kandungan unsur N dan P pada tanah inipun jadi rendah.
Tersedianya unsur N, P dan K yang lebih tinggi pada tanah gambut ini yang
menyebabkan pertumbuhan tanaman seledri lebih baik, hal ini diperlihatkan
dengan pertumbuhan daun (jumlah daun) yang lebih baik pula. Unsur hara yang
paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun adalah
nitrogen. Sutedjo dan Kartasapoetra (1991) menambahkan bahwa fungsi N antara
lain untuk meningkatkan pertumbuhan daun. Daun tanaman akan menjadi banyak
dan lebar dan warna yang lebih hijau. Selain N unsur P juga sangat dibutuhkan
daun dalam kegiatan fosforilasi fotosintesis pada daun. Sesuai pernyataan
Rosmarkam dan Yuwono (2002) bahwa fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan
karena berhubungan dengan senyawa energi sel (ATP) yang dibentuk pertama kali
pada saat fosforilasi pada proses fotosintesis daun. Unsur fosfor (P) sangat
berperan penting dalam kegiatan ini. Sedangkan unsur K terlibat dalam
mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata pada daun, sehingga daun
dapat mereduksi CO
2
yang di perlukan dalam kegiatan fotosintesis.
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman , Jumlah Daun, Bobot Segar, Bobot Kering
dan Ratio Tajuk-Akar Tanaman Seledri Pengaruh Perlakuan Jenis Tanah
Perlakuan
Jenis Tanah (T)
Tinggi Tanaman Jumlah Daun
14 HST 21 HST 28 HST 14 HST 21 HST 28 HST
Gambut(T1) 3.94
ab
5.22
a
7.44
a
2.22
a
3.67
a
5.89
a

Berpasir(T2) 8.11
c
10.78
b
14.06
b
3.67
b
6.00
b
11.11
b

PMK (T3) 3.50
a
3.72
a
7.69
b
2.39
a
4.11
a
6.22
a


Bobot Segar
Tanaman (g)
Bobot Kering
Tanaman (g)
Rasio Tajuk-Akar
Gambut (T1) 0.88
p
0.030
p
4.34
p

Berpasi (T2) 1.26
q
0.074
r
5.94
q

PMK(T3) 0.97
p
0.035
p
4.52
p

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-
masing kolom, umur dan variabel yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
BNJ pada taraf 5 %.
Berdasarkan fakta yang dijelaskan di atas, menunjukkan bahwa tersedianya unsur
N, P dan K penting sekali untuk meningkatkan pertumbuhan daun dan aktivitas
fotosintesis yang tinggi. Aktivitas fotosintesis yang tinggi menjamin tersedianya
fotosintat yang lebih banyak dan ini diperlukan untuk meningkatkan bobot segar
dan bobot kering (biomassa) tanaman seledri yang lebih baik. Peningkatan
biomassa tanaman ini erupakan akibat dari adanya pembentukan dan pertambahan
organ- organ tanaman seperti akar, batang dan daun selama masa tertentu dari
pertumbuhan tanaman. Sesuai pernyataan Sitompul dan Guritno (1995) bahwa
tanaman selama masa hidupnya atau selamamasa tertentu membentuk biomassa
yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Produksi biomassa
tersebut akan mengakibatkan pertambahan bobot yang diikuti dengan
pertambahan ukuran lainnya secara kuantitatif. Produksi biomassa selama masa
vegetatif yang lebih baik, umumnya akan menentukan hasil tanaman. Apalagi
komponen hasil tanaman (bagian ekonomis) dari tanaman seledri adalah bagian
vegetatif yaitu berupa batang dan daun.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Interaksi pemberian pupuk daun dengan tiga jenis tanah berpengaruh tidak
nyata pada semua variabel pertumbuhan dan hasil tanaman yang diamati
2. Respon pertumbuhan dan hasil tanaman seledri yang lebih baik ditunjukkan
pada pemberian pupuk daun Growmore (32-10-10) dibandingkan perlakuan
lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya tinggi tanaman, jumlah daun,
hasil bobot segar, bobot kering dan ratio tajuk-akar tanaman seledri.
3. Respon pertumbuhan dan hasil tanaman seledri pada tanah gambut lebih baik
dibandingkan pada tanah berpasir dan tanah PMK.

Saran
1. Untuk pertumbuhan dan hasil tanaman seledri yang lebih baik disarankan
untuk menanam pada tanah gambut dan memberikan pupuk daun Growmore
(32-10-10).
2. Disarankan pula untuk penelitian lanjutan :
a. agar memperhatikan atap naungan tidak terlalu mengurangi intensitas matahari
yang diterima tanaman seledri sehingga tanaman dapat etiolasi.
b. memperhatikan ukuran polybag (tidak terlalu kecil) yang digunakan sebagai
tempat media tanam, minimal ukuran polybagnya untuk volume tanah 5 kg.
Tabel 3. Data hasil analisis tanah
No.
Parameter yang
dinalisis
Tanah Gambut Tanah PMK Tanah Alluvial
1. pH H
2
O (1:2,5) 4,86 6,26 7,05
2. N-Total (%) 0,83 0,11 0,25
3. P-Total (ppm) 217,88 103,16 120,99
4. K-Total (ppm) 1,28 1,27 0,83
Sumber : Data dianalisis di UPT Laboratorium Dasar dan Analitik (Nopember
2010)
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pertanahan Nasional Kalimantan Tengah, 2006, Kalimtan Tengah Dalam
Angka 2006, Bidang Geografis. Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah
Palangka Raya.
Buckman, D.H dan Brandy,H, 1982, Ilmu Tanah, Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Terjemahan. UI Press. Jakarta.
Goldssworthy, P.R. dan N.M. Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(Terjemahan : Tosari). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hanafiah, K.A. 1995. Rancangan Percobaan. Rajawali Pers. Jakarta.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja
Grafindo Persada.
Lingga, P dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Paishal, R. 2005. Pengaruh Naungan Dan Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan
Dan Produksi Tanaman Seledri (Apium Graveolens L) Dengan Teknologi
Hidroponik Sistem Terapung. http://repository.ipb.ac.id. 10 Februari 2011.
Rosmarkam, A dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta.
Salampak, 1993, Studi Asam Fenol Tanah Gambut Pedalaman Dari Bereng
Bengkel pada Keadaaan Anaerob. Thesis.Program Pascasarjana. Bogor.
Sarief, E.S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.
Bandung.
Sitompul,S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis pertumbuhan tanaman. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Soewito. 1991. Bercocok Tanam Seledri. Titik Terang. Jakarta.
Sutedjo, M.,M. 1999. Pupuk dan cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Sutrisna, N., S. Sastraatmadja dan I. Ishaq. 2005. Kajian Sisten Penanaman
Tumpangsari Kentang dan Seledri di Lahan Dataran Tinggi Rancabali, Kabupaten
Bandung. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Tekhnologi Pertanian Vol.
8. No. 1, Maret 2005 : 78-87.
Tinggalkan Sebuah Komentar























LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBINGAN
JUDUL
MENINGKATKAN PENGUSAHAAN KONSEP SISTEM KOORDINASI
MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) PADA SISWA KELAS XI IPA 1
SMA NEGERI 1 MARABAHAN
Nama : Laila
NPM : 30609A4027




Dosen Pembimbing


Dra. Hj. Rezky Nefiantiwahap, M. Si
NIP. 19651015 1992032 004














A. JUDUL : MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM
KOORDINASI MANUSIA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TAME
GAMES TOURNAMENT) PADA SISWA KELAS XI
IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN
B. Latar belakang
Pembelajaran biologi di SMA bukan hanya diarahkan pada penguasaan
materi pembelajaran, tetapi pelajaran ini memberikan pengalaman pada
siswa untuk memiliki kemampuan dalam berpikir ilmiah melalui
keterampila proses. Hal ini seperti digariskan dalam standar isi, bahwa
biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman
belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses ini
meliputi keterampilan mengamati, mengaju hipotesis, menggunakan alat
dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan
keamanan dan keselamtan kerja, mengajukan pertannyaan,
menggolongkandan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil
temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi factual
yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah
sehari-hari (Sanjaya, 2011:153)
Biologi adalah ilmu alam tentang mahluk hidup atau kajian saintifik
tentang kehidupan. pada dasarnya pembelajaran biologi berupaya untuk
membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan
memahami konsep ataupun fakta secara mendalam. Selain itu, pembelajaran
biologi seharusnya dapat menampung kesenangan dan kepuasan intelektual
siswa dalam usahanypembelajaran biologi untuk menggali berbagai konsep.
Dengan demikian dapat tercapai pembelajaran biologi yang efektif. Agar
tercapai pembelajaran biologi yang efektif, maka harus diperhatikan
beberapa prinsip yaitu : 1) Student Centered Learning (pembelajaran
berpusat pada siswa), 2) Learning by Doing (Belajar dengan melakukan
sesuatu), 3) Joyful Learning (Pembelajaran yang menyenangkan), 4)
Meaningful Learning (Pembelajaran bermakna) dan The Daily Life Problem
Solving (Pemecahan masalah sehari-hari)
(http://Zaifbio.wordpress.com/2011). Tujuan biologi itu sendiri adalah (1)
membentuk sikap positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengungkapkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (2)
memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat
bekerjasama dengan orang lain (3) mengembangkan kemampuan berpikir
analisis, induktif dan dedukatif dengan menggunakan konsep dan prinsip
biologi, (4) mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan
saling keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan
pengetahuan , keterampila dan sikap percaya diri dan meningkatkan
kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan
(Suwarno: 2007).
Pada kurikulum KTSP di SMA dengan Standar Kompetensi:
menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelamin
dan/atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada saling
temas. Kompotensi Dasar; menjelaskan keterkaitan struktur fungsi, dan
proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada system regulasi
manusia (saraf, endokrin, dan pengindraan) serta Indikator: mampu
menjelaskan penyusunan system saraf manusia, mampu menjelaskan fungsi
setiap bagian penyusunan saraf. Diharapkan siswa dapat menjelaskan
keterkaitan antara struktur dan fungsi, proses serta kelainan/penyakit yang
dapat terjadi pada system regulasi manusia (saraf, endokrin, dan
pengindraan).
Standar kompetensi: menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan
proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada system regulasi
manusia (saraf, endokrin, dan pengindraan). Maka diharapkan guru sebagai
pendidik, pembimbing dan fasilator dapat menerapkan pembelajaran yang
efektif, kreatif, dan menyenangkan dan guru harus bisa menggunakan sarana
dan prasarana yang ada atau dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran
yang berlangsung. Bagi siswa harus bisa melaksanakan pembelajaran bukan
hanya mendapkan pembelajaran saja, tetapi bisa mencari sumber-sumber
pembelajaran sesuai dengan konsep. Sarana di sekolah dapat menunjang
pembelajaran dengan menyediakan sarana dan prasarana sesuai dengan
konsepyang diajarkan.
Penelitin Tindakan Kelas (PTK) di SMA 1 Marabahan berawal dari
berbagai masalah dalam pembelajaran biologi khusunya pada konsep
system koordinasi manusia yang dipelajari siswa kelas XI IPA 1. Hal ini
disebabkan karena banyaknya materi yang dibahas dengan keterbatasan
waktu yang tersedia. Pembelajaran masih bersifat tradisonal seperti proses
pembelajaran masih berorientas metode pada guru, model pembelajaran
kurang bervariasi, menggunakan metode ceramah dan mencatat serta
pengalaman siswa kurang, motivasi belajar siswa rendah siswa cenderung
pasif dan kurang berkonsentrasi ketika proses pembelajaran berlangsung.
Sehingga hasil ulangan harian yang diperoleh siswa secara individual masih
di bawah ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah yakni 75%,
sedangkan klasikal yang diperoleh siswa 65%. Padahal ketuntasan klasikal
yang ditetapkan sekolah 85%. Interaksi dan komunikasi antara siswa
tentang materi pembelajaran yang berlangsung kurang terlihat (siswa tidak
aktif) dan siswa menganggap pembelajran biologi sebagai pembelajaran
yang membosankan. Hal ini menyebabkan munculnya kesulitan belajar
dalam menguasai konsep system koordinasi manusia.
Guru yang propesonal seharusnya mampu untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut. Banyak model pembelajaran yang dapat dipilih untuk
meningkatkan kreativitas maupun tanggung jawab siswa. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan adalah kooperatif tipe TGT (Tame
Games Tournament), aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang
dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan peserta didik
dapat belajar rileks, disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama,
persaingan sehat, keterlibatan siswa dalam belajar (Chotimah, 2007:269).
TGT adalah salah satu tipe pembelajaraan kooperatif yang menempatkan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang
yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda
(Rusman, 2010:224). Untuk meningkatkan pengusaan dan hasil belajar
melalui strategi (Tame Games Tournament), TGT pada siswa kelas XI IPA
1 SMA Negeri 1 Marabahan. Diharapkan dengan strategi yang tepat dapat
menjadi perbaikan pembelajran yang lebih baik memfokuskan pada
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Berdasarkan penelitian Wini Fitriani, Suprih Widodo (2011) yaitu
penerapan pembelajaran kooperati tipe (Tame Games Tournament) TGT
dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa sekolah dasar
penelitian tindakan kelas pada pokok bahasan pengukuran volume kelas V
SDN Jl. Pelabuhan Kecamatan Subang . berdasarkan hasil tes dan observasi
yang dilaksanakan dalam tindakan siklus diperoleh data yang menunjukkan
adanya hasil belajar dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT
dalam meningkatkan penalaran matematika terlihat dari nilai rata-rata post
tes siswa diperoleh pada siklus I 65, 38 pada siklus II 73,64 dan pada siklus
III 79,94. Dapat terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dari tiap
siklus, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika
siswa Sekolah Dasar.
Dengan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul Meningkatkan Penguasaan Konsep Sistem Koordinasi
Manusia Melalui Metode Pembelajaraan Kooperatif Tipe TGT (Tame
Games Tournament) Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Marabahan
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep system
koordinasi manusia melalui pembelajaran kooperatifip tipe TGT (Tame
Games Tournament) Kelas XI IPA 1 SMA N 1 Marabahan?
2. Bagaimana meningkatkan aktivitas siswa pada konsep system koordinasi
melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Tame Games
Tournament) Kelas XI IPA 1 SMAN 1 Marabahan?
3. Bagaimana meningkatkan aktivitas siswa kelas XI IPA 1 SMAN 1
Marabahan pada proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Tame Games Tournament) pada
konsep system koordinasi manusia?
4. Bagaimana aktivitas guru Kelas XI IPA 1 SMAN 1 Marabahan terhadap
pelaksanaan
5. model pembelajaran kooperatif TGT (Tame Games Tournament) pada
konsep system koordinasi manusia?
6. Bagaimana respon siswa kelas XI 1 IPA SMAN 1 Marabahan terhadap
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Tame Games Tournament) pada konsep system koordinasi manusia ?
D. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan maslah di atas maka permasalahan diberikan
batasan sebagai berikut:
1. Hasil belajar didapat dari nilai prestest dan post test, LKS, dengan
membandingkan siklus I dan siklus II
2. Aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatit tipe TGT (Tame Games Tournament)
pada konsep koordinasi manusia dengan membandingkan siklus I dan
siklus II.
3. Respon siswa di ukur diperoleh dari hasil angket sesudah pembelajaran
berakhir.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah penelitian maka
tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI 1 IPA 1 SMAN 1
Marabahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Tame Games Tournament) pada konsep system koordinasi
manusia
2. Untuk meningkatkan aktivitas siswa kelas XI IPA 1 SMAN 1 Marabahan
terhadap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Tame
Games Tournament) pada konsep system koordinasi manusia.
3. Untuk mengetahui aktivitas guru kelas XI IPA 1 SMAN 1 Marabahan
dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif TGT(Tame Games Tournament) terhadap pembelajaran
konsep koordinasi manusia
4. Mengetaui respon siswa kelas XI IPA 1 SMAN 1 Marabahan terhadap
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Tame Games Tournament) pada
konsep system koordinasi manusia.
F. Tujuan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:


a. Manfaat Bagi Siswa
Membantu siswa kelas XI IPA 1 SMAN 1 Marabahan dalam mengatasi
kesulitan belajar pada konsep system koordinasi manusia
b. Manfaat Bagi Guru
Membantu guru memperbaiki proses belajar agar lebih baik pada konsep
system koordinasi manusia melalui srategi pembelajaraan kooperatif tipe
TGT (Tame Games Tournament).
c. Manfaat Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan pikiran bagi sekolah dalam rangka peningkatan
prestasi belajar siswa dan perbaikan proses belajar mengajar secara
bertahap dan berkelanjutan.
G. Kajian Pustaka
1. Teori-teori Konstruktivisme
Teori konstruktivusme didasari ole hide-ide Piaget, Bruner, Vygotsky
dan lain-lain. Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu
sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi
pengetahuaannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak
sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna;
sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses
pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna,
pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan
(Herdian:2010).
Beberapa ahli konstruktivisme yang terkemuka berpendapat bahwa
pembelajaran yang bermakna itu bermula dengan pengetahuan atau
pengalaman setiap murid. Setiap murid mempunyai peranan dalam
menentukan apa yang akan mereka pelajari penekanan diberikan kepada
murid dengan peluang untuk membentuk kemahiran dan pengetahuan
dimana mereka menghasilkan segi perbincangan, murib bersama-sama
menghubungkan dan mengakitkan pengalaman lampau mereka dengan
kegunaan masa depan. Murib bukan hanya dibekalkan dengan fakta-fakta
saja, sebaliknya penekanan diberikan kepada proses berpikir dan
kemahiran berkomunikasi. Selepas satu segi perbincangan, murid
bersama-sama menentukan perkara penting yang harus dipelajari dan
tujuan mempelajarinya dalam paradigm konstruktivisme, murid
mengganggap peran guru sebagai salah satu sumber pengetahuan dan
bukan sebagai seorang yang tabu segala-galanya . meraka mengganggap
pengetahuan sebagai sesuatu yang boleh disesuaikan dan boleh berubah.
Mereka juga sadar bahwa mereka bertanggung jawab terhadap diri
sendiri untuk menggunakan berbagai cara dalam menyelesaikan masalah.
Dalam arti lain, guru berperan sebagai seorang fasilitator dan
pembimbing. Guru bertanggung jawab membimbing dan membantu
murid mempelajari sesuatu pelajaran dengan bermakna. Guru tidak boleh
belajar untuk murid tetapi membina murid yang membina
pemahamannya sendiri (http//republicguru.blokspot.com/2010/06).
2. Hakikat Belajar dan Mengajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku berbakat pengalaman dan
latihan, artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik
menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi
segenap aspek organism atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti
mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar
mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam
cakupan tanggung jawab guru. (Djamarah, Aswan Zain, 2010:11).
Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamnnya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah
yang diorganisasi. Lingkungan diatur serta diawasi agar kegiatan belajar
terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pengawasan itu turut
menentukan lingkungan itu membantu kegiatan belajar. Lingkungan
belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang
para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman, dan kepuasan serta
mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu factor yang mendukung
kondisi belajar di dalam suatu kelas adalah job description proses belajar
mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang
dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa (Djamarah, Aswan Zain,
2010:29).
Menurut Djamarah (2008:15-16) jika hakikat belajar adalah
perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang
dimasukkan ke dalam cirri-ciri belajar yaitu:
1. Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini berarti individu yang beljar akan menyadari terjadinya perubahan
itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya
suatu perubahan dalam dirinya.
2. Berubah dalam belajar bersifat fungsional
Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan
berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar
berikutnya.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positik dan aktif
Makin banyak usaha belajar itu dilakukan, maka banyak dan makin
baik perubahan yang diperoleh.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau
permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar
akan bersifat menetap.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau tearah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan
yang akan dicapai.
6. Perubahan mencangkup aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses
belajar melalui perubahan keseluruhan tingkah laku.
4. Mengajar
Teori mengajar menurut Alvin W. Howard yaitu mengajar adalah
suatu aktivitas ubtuk mencoba menolong, membing seseoranguntuk
mendapatkan, mengubah dan mengembangkan Skill, attitude, ideals
(cita-cita), appreciations (penghargaan), dan knowledge. Dalam
pengertian ini guru harus berusaha membawa perubahan tingkah laku
siswanya. Teor mengajar menurut Waini Rasyidin yaitu mengajar yang
dipentingkan ialahadanya partisipasi dan siswa satu sama lain. Guru
merupakan coordinator, yang melakukan aktivitas dalam interaksi
sedemikian rupa, sehingga siswa menyusun dan mengatur situasi belajar
dan bukan menentukan proses belajar (Slameto, 2010:32-34).
Cirri-ciri belajar mengajar adalah sebagai suatu proses pengaturan,
kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari cirri-ciri tertentu, yang
menurut Edi Suriadi dalam Djamarah, Aswan Zin (2010:39-41) sebagai
berikut:
1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni membentuk anak didik dalam
suatu pekerjaan tertentu, inilah yang dimaksud kegiatan belajar
mengajar itu sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik
sebagai pusat perhatian.
2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan suatu penggarapan materi
yang khusus. Materi harus sudah didesain dengan disiapkan sebelum
berlangsung kegiatan belajar mengajar.
4. Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa
anak didik meupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar.
5. Dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan disiplin. Disiplin dalam
belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang
diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh
pihak guru maupun anak didik dengan sadar.
7. Ada batas waktu.
8. Evaluasi guru lakukan untukmengetahui tercapainya tidaknya tujuan
pengajaran yang ditentukan
5. Kegiatan Belajar Mengajar
Menurut Gagne dan Briggs (1979) dalam sejarah Djamarah
(2010:325) pembelajaran adalah suatau system yang bertujuan untuk
membantu proses belajar mengajar anak didik, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi
dan mendukung terjadinya proses belajar anak didik yang bersifat
internal. Ada lima prinsip yang menjadi landasan pengertian tersebut,
yaitu 1) pembelajaran sebagai usaha untuk mendapatkan perubahan, 2)
hasil pembelajaran dalam untuk membentuk perilaku secara keseluruhan,
3) pembelajaran merupakan suatu proses, 4) ada tujuan yang ingin
dicapai, 5) pembelajaran merupakan beentuk pengalaman karena
dilaksanakan dalam lingkungan dan situasi yang nyata.
6. Strategi Pembelajaran
Kata strategi bila dihubungkan dengan kata pembelajaran akan
memiliki makna yang lebih khusus. Strategi pembelajaran dipahami
sebagai strategi untuk membelajarkan anak didik dan guru yang
membelajarkannya dengan memanfaatkan segala sesuatuuntuk
mempermudah proses belajar anak didik. Secara umum Kozna dalam
Djamarah (2010:325) berpendapat bahwa strategi pembelajaran adalah
setiap kegiatan yang dipilih dan dapat memberikan fasilitas dan bantuan
kepada anak didik dalam menuju tercapinya tujuan pembelajaran
tertentu.
7. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Pembelajaraan kooperatif adalah system kerja atau belajar kelompok
yang terstruktur. Menurut Johson Tjofinson (1993) dalam Djamarah
(2010:356) yang termasuk dalam struktur ini, ada lima unsure pokok
yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi
personal, keahlian berkerja sama, dan proses kelompok. Dalam strategi
Pembelajaran kooperatif, siswa diarahkan untuk bisa juga bekerja,
mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara individu.
Model pembelajaran kooperatif ini tidak hanya unggul dalam
membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat
berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerjasama,
dan membantu teman. Dalam pembelajaran ini siswa terlibat aktif pada
proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap
kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dan memotivasi
siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Model pembelajaran
kooperatif ini banyak digunakan guru sebagai pendidik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan
(http//www.infoppsilabus.com/2012/03).
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsure
penting dalam SPK, yaitu 1). Adanya peserta dalam kelompok, 2) adanya
aturan kelompok, 3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan
4) adanya tujuan yang harus dicapai (Sanjaya, 2008:241).
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
berkerjasama dengan sesame perserta dalam tugas-tugas terstruktur.
Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara kelompok,
pembelajaran kooperatif lebih sekedar belajar kelompok karena dalam
belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat
kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka
dan hubungan yang bersifat interpendensi efektif diantara anggota
kelompok (Chotimah dkk, 2007:2).
Menurut Sanjaya (2008:244-246) karakteristik pembelajaran
kooperatif diantaranya:
1. Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Semua anggota tim
(anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Untuk itu kreteria keberhasilan pembelajaran
ditentukan oleh keberhasilan tim.

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana pada umunya. Manajemen mempunyai empat fungsi
pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi
pelaksanaana, dan fungsi control. demkian juga dengan
pembelajaraan kooperatif.
3. Kemauan untuk berkerjasama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu
ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif.
4. Keterampilan bekerjasama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikan melalui
aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam keterampilan bekerja
sama dengan demkian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup
berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.
Menurut Sanjaya (2006) dalam Chotimah dkk (2007:3-4) terdapat
beberapa kelebihan penggunaan strategi pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Melalui SPK peserta didik terlalu menggantungkan kepada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari peserta
didik yang alain.
2. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau
gagasan dengan kata secara verbal dan membandingkannya dengan
ide-ide orang lain
3. SPK dapat membantu peserta didik untuk respect terhadap orang lain
dan menyadari segala keterbatasan serta menerima segala perbedaan.
4. SPK dapat membantu memperdayakan setiap peserta didik untuk
bertanggung jawab dalam belajar.
5. SPK merupakan strategi yang cukup memadai untuk meningkatkan
prestasi akademik.
6. Melalui SPK dapat dikembangkan kemampuan peserta didik untuk
menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
7. SPK dapat meningkatkan kemampuan peserta didik menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata/riil.
8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi
dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
Strategi pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran seperti pendapat Ibrahim, dkk
(2000) dalam Djamarah (2010:359:360) yaitu sebagai berikut:
1. Pembelajaran kooperatif tidak hanya meliputi berbagai macam tujuan
social, tetapi juga unuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-
tugas akademik.
2. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, kelas
social, kemampuan, maupun ketidak mampuan. Pembelajaran
kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berlatar
belangkan dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama
lain atas tugas-tugas bersama.
3. Pembelajaran kooperatif bertujuan mengajarkan kepada siswa
keterampilan kerja sama dan kolaborasi.
8. Kegiatan umum tetang strategi pembelajaran TGT (Tame Game
Turnament).
Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah salah satu tipe atau
strategi pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada, perbedaan status,
melibatkan peran peserta didik sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsure permainan, dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan
permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif strategi TGT
memungkinkan peserta didik dapat belajar rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan
keterlibatan siswa. (Chotimah, 2007:269)
TGT adalah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 oranga
yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang
berbeda (Rusman, 2010:224).
Menurut Doantara Yasa (2008) dalam penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh, yaitu:
1. Mengajara (teach)
Mempersiapkan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan,
tugas, kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan
motivasi.

2. Belajar kelompok (team study)
Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 samapi 6 orang
dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang
berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, tujuan
pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan LKS.
Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah
bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada
anggota yang salah dalam menjawab.
3. Permainan (game tournament)
Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing
kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk
mengetahui apakah semua angggota kelompok telah menguasai
materi dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan
dengan materi didiskusikan dalam kelompok.
KELOMPOK A KELOMPOK D



Meja
Tour nament 1
Meja
Tour nament 2
Meja
Tour nament 3
Meja
Tour nament 4








KELOMPOK B KELOMPOK C
Sumber : slavin dalam Chotimah (2007:270)
4. Pengahargaan kelompok
Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rata-rata poin
yang diperoleh kelompok pertamainan. Lembar penghargaan di cetak
dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada
tim yang memenuhi katagori rata-rata poin.
A-1 A-2 A-3 A-4
Tinggi Rata-rata Rata 2 Rendah
D-1 D-2 D-3 D-4
Tinggi Rata-rata Rata 2 Rendah
A-1 A-2 A-3 A-4
Tinggi Rata-rata Rata 2 Rendah
D-1 D-2 D-3 D-4
Tinggi Rata-rata Rata 2 Rendah
Table. Kriteria Penghhargaan Kelompok
Kriteria (Rerata Kelolmpok) Predikat
30 sampai 39 Tim krang baik
40 sampai 44 Tim Baik
45 sampai 49 Tim Baik Sekali
50 keatas Tim Istimewah
Tabel. Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga permainan
Permaianan dengan Poin Bila Jumlah
Kartu Yang Diperoleh
Top scorer 60
Middle scorer 40
Low scorer 20
(Sumber: Slavin, 1995:90) dalam Doantara Yasa (2008)
9. Langkah-langkah strategi pembelajaran tipe TGT (Team Games
Turnament) http://matematika-ipa.com/model-pembelajaran-tgt
1. Kelompok (Team)
Membentuk kelompok yang terdiri 4 sampai 5 orang siswa yang
anggotanya heterogen.
Memberitahukan siswa tentang tugas yang harus dikerjakn oleh
anggota kelompok.
2. Presentasi kelas (Class Presentation)
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
Menghibau siswa bahwa materi yang disampaikan akan berguna
pada saat game dan menentukan skor kelompok
Menyampaikan/presentasikan materi di dalam kelas
3. Permainan (Games)
Memberikan game pada bentuk pertanyaan-pertanyaan yang
dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari
penyajian materi
Memberikan game dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dalam
bentuk kartu indek
Memberikan dan mengumpulkan skor kepada siswa yang
menjawab benar
5. Kompetensi (Tournament)
Membagi siswa ke dalam beberapa meja tournament. Tiga siswa
tertinggi prestasinya pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja
II, dan seterusnya.
Mengkoordinasi jalannya turnamen dengan prosedur pelaksanaan
yaitu:
- Meminta wakil kelompok mengocok kartu penentu masing-
masing anggota mengambilnya. Kemudian disepakati peserta
didik yang mengambil kartu no 4 berperan sebagai reader 1,
kartu 3 berperan sebagai penantang 1, nomor 2 sebagai
penantang 2, dan nomor 1 sebagai reader 2. Peran ini berpindah
searah jarum jam pada setiap pengambilan kartu soal.
- Tugas peserta didik yang sebagai reader 1 adalah mengocok
kartu dan mengambil satu kartu soal kemudian
membacakannya
- Tugas penantang satu adalah menantang jawaban reader 1
- Tugas penantang 2 adalah menantang jawaban reader 1, apabila
dianggab salah
- Tugas reader 2 adalah mengambil kartu jawaban yang berisi
kunci jawaban dan membacakan kunci jawaban yang benar .
selanjutnya reader 2 mengisi format penilaian dengan member
skor pada temannya yang menjawab benar
6. Penghargaan ( Team recognize )
Mengumumkan hasil penilaian dari pengumulan skor tournament
Memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah
dilakukan oleh individu maupun oleh kelompok
9. Penelitian yang relevan
a. Upaya peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas VIII A SMP Negeri
Marabahan pada konsep system dalam kehidupan tumbuhan dengan
menggunakan pembelajaran koorperatif Team Games Tournament
( TGT ) ( Sudiharyati Tri, 2011 ). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP
Negeri Marabahan pada konep sistem dalam kehidupan Tumbuhan
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament ( TGT ). Hal ini terlihat dari presentase ketuntasan belajar
dari 50% ( 12 orang dari 24 orang ) pada siklus I menjadi 95,83% ( 23
0rang dari 24 orang ) pada siklus II. Terjadi penurunan aktivitas
ketidakterlibatan siswa dalam pembelajaran dari 5,73% pada siklus I
menjadi 1,04% pada siklus II, sedangkan dari observasi terstuktur
terhadap aktivitas siswa dapat dinyatakan bahwa strategi pembelajaran
dengan menerapkan model kooperatif tipe TGT tentang konsep Sistem
Dalam Kehidupan Tumbuhan dinyatakan berhasil dengan baik karena
sebagian besar siswa bersikap aktif. Keterampilan guru bila dinilai
dari tahapan-tahapan mengajar dapat dikualifikasikan berhasil baik
yang ditunjukkan dengan peningkatan keterampilan guru pada yang
pada pertemuan I siklus I masih belum mengaitkan pembelajaran
dengan pengetahuan awal siswa juga belum mempersiapkan materi
secara baik, sementara pada siklus II pertemuan II terlihat ada
peningkatan dengan memperoleh skor rata 4,1. Sementara dalam
pengelolaan kelas menunjukkan sikap terbuka dan aktif dari hasil
observasi sitematis.
b. Peningkata pemahaman siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Mataraman
kecamatan Mataraman pada konseb saling ketergantungan dalam
ekosistem dengan pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament ( TGT ) ( Ariyani Erna. 2010 ). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman siswa kelas VII
A SMP Negeri Mataram pada konsep saling ketergantungan dalam
ekosistem subkonsep konponen ekosistem. Ketuntasan awal pada saat
pres tes hanya 32% meningkat menjadi 64% pada saat pos tes. Pada
siklus II terjadi peningkatan pemahaman siswa kelas VII A SMPN 1
Mataraman konsep saling ketergantungan pada ekosistem sub konsep
Makhluk hidup langka di Indonesia. Ketuntansan klasikal pada pre tes
sebesar 42,30% meningkat menjadi 92,30% pada pos tes. Observasi
pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
( TGT ) dilaksanakan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya
peningkatan nilai rata-rata dari 3,31 pada siklus I, meningkat menjadi
4 pada siklus II terjadi penurunan aktivitas ketidakterlibatan siswa
pada pembelajaran dari 5,5% pada siklus I, menjadi 2,4% pada siklus
II. Dari hasil angket diketahui bahwa siswa member respon yang
positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament ( TGT ).
c. Berdasarkan penelitian Wini Fitriani, Suprih Widodo ( 2011) yaitu
penerapan pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
( TGT ) dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematika
siswa sekolah dasar penelitian tindakan kelas pada pokok bahasan
pengukuran volume di kelas V SDN Jl. Palabuhan kecamatan Subang
Kabupat. Berdasarkan hasil tes dan observasi yang dilaksakan dalam
tiga siklus diperoleh data yang menunjukkan adanya hasil belajar
dengan baik menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam
meningkatkan penalaran matematika terlihat dari nilai rata-rata post
test siswa diperoleh pada siklus I 65,38, pada siklus II 73,64, dan pada
siklus III 79,94. Dapat terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata
siswa dari tiap siklus, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan kemampuan
penalaran matematika siswa sekolah Dasar.
10. Materi Sistem Reproduksi Manusia
Kurikulum SMP Tahun 2006 dikenal dengan kurikulam Tingkat
Satuan Pendidikan ( KTSP ). Materi tentang sistem koordinasi manusia
yang terdapat pada kelas XI IPA 1 semester 2 diantaranya :
Standar kompetensi : Menjelaskan struktur dan fungsi organ
gerak manusia dan hewan tertentu, kelainan
/ penyakit yang mungkin terjadi serta
implikasinya pada saling temas.
Kompetensi dasar : Menjelaskan keterkaitan Struksur, fungsi
dan pada system regulasi manusia saraf,
endokrin.
Indikator :
1. Menjelaskan struktur dan fungsi neuron
2. Menyebutkan 3 neorun berdasarkan fungsinya
3. Menyebutkan sususnan pada system syaraf pusat pda manusia
4. Menyebutkan bagian-bagian otak
5. Menyebutkan fungsi sum-sum tulang belakang
6. Menyebutkan susuna saraf tepi
7. Menjelaskan mekanisme jalannya implus saraf
8. Menjelaskan jalur perjalanan gerak biasa ( gerak sadar ) dan gerak
reflek
9. Menyebutkan gangguan pada system saraf
10. Menyebutkan jenis obat yang dapat mempengaruhi kerja system
saraf
11. Menjelaskan lapisan bola mata
12. Menyebutkan bagian fungsi bola mata
13. Menjelaskan mekanisme kerja indra penglihatan ( mata )
14. Menyebutkan gangguan pada mata
15. Menyebutkan bagian dari indra pendengaran ( telinga )
16. Menyebutkan fungsi bagian luar indra pendengaran
17. Menyebutkan reseptor pada kulit
18. Menjelaskan mekanisme kerjaindra pembau (hidung)
19. Menyebutkan papilla lidah
20. Menjelaskan mekanisme kerja indra pengecap (libah)
H. Metode Penilitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan rancangan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah suatu pendekatan untuk
meningkatkan pendidikan dengan menggunakan perubahan kea rah
perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran (Arikunto,
20007:105)
Penelitian tindakan kelas atau PTK (classroom Action Research)
memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan
mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik, artinya
pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan sadar
mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan
masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui
tindakan bermakna yang diperhitungkan dalam memecahkan masalah
atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati
pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
Diimplementasikan dengan benar, artinya sesuai dengan kaidah-kaidah
PTK. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya
belajar(learning culture) dikalangan guru (Kuandar, 2008:41).
Menurut Sanjaya (2011:26) PTK dapat diartikan sebagai proses
pengkajiana masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri
dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara
melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta
mengalanilisis setiap pengaruh dari perlakuaan tersebut. Sedangkan
tujuan utama PYK adalah peningkatan kualitas proses dan hasil belajar.
Sebagai suatu penelitian tindakan kelas, PTK mampu mengenali
adanya kesulitan dalam proses belajar mengajar, baik dari segi
guru/pengajar, peserta didik, mampu interaksi komponen-komponen
pembelajaran (bahan ajar, media, pendekatan, metode, strategi, seting
kelas, penilaian) sehingga dapat mencari solusi yang tepat sesuai dengan
situasi dan kondisi real tersebut. Dengan demikian lebih menjajikan
dampak langsung para pendidik untuk memperoleh teori yang dibangun
sendiri, bukan yang diberikan oleh pihak lain atau sebagai the theorizing
practitioner (Saminanto, 2010:2).
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari 2
kali pertemuan. Diharapkan dalam 2 siklus pembelajaran, kemampuan
siswa kelas XI IPA 1SMAN1 Marabahan dalam menyelesaikan soal-soal
konsep system koordinasi pada manusia.
Menurut Kemmis dan Me Teggart dalam Suharsimi Arikunto
(2007:16). Ada empat tahapan penting dalam penelitian tidakan, yaitu 1)
perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan (Obserbasi), dan 4) refleksi.
a. Rencana Tindakan (Planning)
1. Mengkaji silabus mata pelajaran biologi kelas XI IPA 1 SMAN 1
Marabahan.
2. Membuat instrument penelitian berupa: pre tes dan pos tes,
format observasi aktivitas siswa dan guru, serta angket.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pelaksanaan diraencanakan 2 siklus, dimana masing-masing siklus
terdiri dari dua kali pertemuan.
c. Pengamatan (Observasi)
Observasi dilakukan unuk mengumpulkan data, dan evaluasi untuk
melihat keberhasilan yang dilakukan.
d. Refleksi (reflecting)
Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksanaan
sudah selesai melakukan tindakan.





Gambar 1. Rancana Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Teggart

2


.














2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA1 SMAN 1 Marabahan
kabupaten Barito Kuala tahun pembelajaran 2011/2012. Waktu
penelitian mulai Mei 2012 dengan juli 2012.
3. Faktor yang diteliti
Factor yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
a. Faktor siswa
ACT &Observe
1
REFLECT
REFLECT
ACT &Observe
4
ACT &Observe
4
6

9


R P

E L

V A
R P

E L

V A
Hasil belajar siswa kelas XI IPA1 SMAN 1 Marabahan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (team
games Tournament)
Aktivitas siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (team games Tournament)
Respons siswa terhadap pembelajaran dengan menggunalan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (team games
Tournament).
b. Faktor guru
Aktivitas guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (team games Tournament).
4. Skenario Kegiatan
Penelitian ini dirancang 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari
2 kali pertemuan (4 x 45 menit). Siklus I melakukan kegiatan
pembelajaran tentang konsep system koordinasi manusia dengan
pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) dengan 4
pemain setiap tournament.
Prosedur penelitian ini meliputi 4 tahap yaitu: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan (observasi), dan (4) refleksi (Arijunto,
2007:16).
Pada dasarnya desain penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas. Oleh sebab itu, langkah-langkah penelitian ini dilakukan dengan
berikut:
1. Proses pelaksanaan siklus 1
a. Perencanaan
dalam tahap perencanaan dibuat pembelajaran konsep
system koordinasi manusia. Membuat scenario pembelajaran,
menyiapkan kartu-kartu soal, menyiapkan kartu jawaban soal,
menyusun LKPD untuk kegiatan diskusi, menyiapkan lembar
observasi, mempersiapkan alat mengajar yang diperlukan,
mendesain alat evakuali.
b. Pelaksanaan Tindakan
a) Tahap pelaksanaan siklus I pertemuan I
1) Guru memberikan apersipsi dan motivasi yang berkaitan
dengan pokok bahasan yaitu konsep system koordinasi
manusia dengan pokok bahasan sel saraf ( neuron ) dan
susunan saraf pusat
2) Guru memberikan soal pretes siklus 1 kepada siswa
tentang konsep system koordinasi manusia dengan pokok
bahasan sel saraf ( neuron ) dan susuna manusia yang
meliputi struktur neuron dan fungsinya dan susunan
system saraf pusat
3) Membentuk kelompok yang terdiri 4 sampai 5 orang
siswa yang anggotanya heterogen dan member tahukan
siswa tentang tugas yang harus dikerjakan oleh anggota
kelompok
4) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai menghibau siswa bahwa materi yang
disampaikan akan berguna pada saat game dan
menentukan skor kelompok
5) Menyampaikan / mempresentasikan materi pelajaran di
dalam kelas
6) Guru membagikan LKPD tentang pokok bahasan system
koordinasi manusia pokok bahasan sel saraf ( neuron )
dan susunan sytem saraf kepada setiap kelompok dan
meminta kelompok menjawabnya
7) Memberikan game dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
dalam kartu indek yang berisi 20 soal dan 20 jawaban
8) Membagi siswa kedalam meja tournament, 4 siswa
tertinggi prestasinya di meja 1, 4 siswa rata-rata pada
meja 2, dan seterusnya
- Mengkoordinasi jalannya tournament dengan
prosedur pelaksaan yaitu: meminta wakil kelompok
mengocok kartu penentu masing-masing anggota
mengambilnya. Kemuudian disepakati peserta didik
yang mengambil kartu no 4 berperan sebagai reader 1,
kartu 3 beperan sebagai penantang 1, nomor 2 sebagai
penantang 2, dan nomor 1 sebagai reader 2. Peran ini
berpindah searah jarum jam pada setiap pengambilan
kartu soal.
- Tugas peserta didik yang sebagai reader 1 adalah
mengocok kartu dan mengambil salah satu kartu soal
dan membacakannya
- Tugas penantang 1 adalah menantang jawaban reader
1
- Tugasn penantang 2 adalah menantang jawaban
reader 1, apabila diangap salah
- Tugas reader 2 adalah mengambil kartu jawaban yang
berisi kunci jawaban dan membacakan kunci jawaban
yang benar. Selanjutnya reader 2 mengisit format
penilaian dengan member skor pada temannya yang
menjawab benar
9) Mengumumkan hasil penilaian dari pengumpullan skor
tournament dan memberikan penghargaan terhadap
usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu atau
kelompok
10) Gruru bersama siswa menyimpulkan pelajaran
11) Melakukan evaluasi dengan memberikan post tes siklus
c . Observasi ( pengamatan )
Tahap observasi dilakukan menggukana lembar observasi
yang telah dibuat. Guru biologi sebagai pengajar, peneliti
sebagai observer guru dan 3 orang rekan peneliti sebagai
observer siswa.
Dilaksanakannya observasi adalah untuk memperoleh data
hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti
pembelajaran.
Peneliti ini yang bertindak sebagai pengamat adlah sebagai
berikut:
1. Hj. Agustina Iriani, S.Pd : Guru pengajar
2. Dra. Asmawati : Observer Guru
3. Nurhayati, S.Pd : Observer Siswa
4. Laila : Observer Siswa
5. Alvia Indriyati : Obsever siswa
d. Refleksi ( Reflection )
Kegiatan pada tahap ini adalah melakukan evaluasi terhadap
proses pembelajaran pada siklus 1 pertemuan 1, dijadikan
bahan pertimbangan, pengembangan, dan perbaikan untuk
pembelajaran siklus 1 pertemuan 2.
b) Tahap pelaksanaan siklus 1 pertemuan 2
1) Guru memberikan apersipsi dan motivasi yang berkaitan
dengan pokok bahasan susunan saraf tepi, mekanisme
kerja implus dan gangguan system saraf
2) Guru memberikan soal pretes siklus 1 kepada siswa
tentang konsep system koordinasi manusia dengan pokok
bahasan sel saraf ( neuron ) dan susunan saraf manusia
yang meliputi struktur neuron dan fungsinya dan
susunan system saraf pusat
3) Membentuk kelompok yang terdiri 4 sampai 5 orang
siswa yang anggotanya heterogen dan member tahukan
siswa tentang tugas yang harus dikerjakan oleh anggota
kelompok
4) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai menghibau siswa bahwa materi yang
disampaikan akan berguna pada saat game dan
menentukan skor kelompok
5) Menyampaikan / mempresentasikan materi pelajaran di
dalam kelas
6) Guru membagikan LKPD tentang pokok bahasan system
koordinasi manusia pokok bahasan sel saraf ( neuron )
dan susunan sytem saraf kepada setiap kelompok dan
meminta kelompok menjawabnya
7) Memberikan game dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
dalam kartu indek yang berisi 20 soal dan 20 jawaban
8) Membagi siswa kedalam meja tournament, 4 siswa
tertinggi prestasinya di meja 1, 4 siswa rata-rata pada
meja 2, dan seterusnya
- Mengkoordinasi jalannya tournament dengan
prosedur pelaksaan yaitu: meminta wakil kelompok
mengocok kartu penentu masing-masing anggota
mengambilnya. Kemuudian disepakati peserta didik
yang mengambil kartu no 4 berperan sebagai reader 1,
kartu 3 beperan sebagai penantang 1, nomor 2 sebagai
penantang 2, dan nomor 1 sebagai reader 2. Peran ini
berpindah searah jarum jam pada setiap pengambilan
kartu soal.
- Tugas peserta didik yang sebagai reader 1 adalah
mengocok kartu dan mengambil salah satu kartu soal
dan membacakannya
- Tugas penantang 1 adalah menantang jawaban reader
1
- Tugas penantang 2 adalah menantang jawaban reader
1, apabila diangap salah
- Tugas reader 2 adalah mengambil kartu jawaban yang
berisi kunci jawaban dan membacakan kunci jawaban
yang benar. Selanjutnya reader 2 mengisit format
penilaian dengan member skor pada temannya yang
menjawab benar
9) Mengumumkan hasil penilaian dari pengumpullan skor
tournament dan memberikan penghargaan terhadap
usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu atau
kelompok
10) Gruru bersama siswa menyimpulkan pelajaran
11) Melakukan evaluasi dengan memberikan post tes
siklus II


c . Observasi ( pengamatan )
Tahap observasi dilakukan menggukana lembar observasi
yang telah dibuat. Guru biologi sebagai pengajar, peneliti
sebagai observer guru dan 2 orang rekan peneliti sebagai
observer siswa.
Dilaksanakannya observasi adalah untuk memperoleh data
hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti
pembelajaran.
Peneliti ini yang bertindak sebagai pengamat adlah sebagai
berikut:
6. Hj. Agustina Iriani, S.Pd : Guru pengajar
7. Dra. Asmawati : Observer Guru
8. Nurhayati, S.Pd : Observer Siswa
9. Ekasusanti : Observer Siswa
10. Harina Supriyati : Obsever siswa
d. Refleksi ( Reflection )
Kegiatan pada tahap ini adalah melakukan evaluasi terhadap
proses pembelajaran pada siklus 1 pertemuan 1, dijadikan
bahan pertimbangan, pengembangan, dan perbaikan untuk
pembelajaran siklus II
2. Pelaksanaan siklus II
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan dibuat pembelajaran konsep
system koordinasi manusia. Membuat skenario pembelajaran,
menyiapkan kartu-kartu soal, menyiapkan kartu jawaban soal,
menyusun LKPD untuk kegiatan diskusi, menyiapkan lembar
observasi, mempersiapkan alat mengajar yang diperlukan,
mendesain alat evakuali.
b. Pelaksanaan Tindakan
a) Tahap pelaksanaan siklus II pertemuan I
1) Guru memberikan apersipsi dan motivasi yang berkaitan
dengan pokok bahasan yaitu konsep system koordinasi
manusia dengan pokok bahasan indra yang meliputi
bagian-bagian mata,mekanisme kerja indra mata, dan
gangguan pada mata
2) Guru memberikan soal pretes siklus 1 kepada siswa
tentang konsep system koordinasi manusia dengan pokok
bahasan sel saraf ( neuron ) dan susuna manusia yang
meliputi struktur neuron dan fungsinya dan susunan
system saraf pusat
3) Membentuk kelompok yang terdiri 4 sampai 5 orang
siswa yang anggotanya heterogen dan member tahukan
siswa tentang tugas yang harus dikerjakan oleh anggota
kelompok
4) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai menghibau siswa bahwa materi yang
disampaikan akan berguna pada saat game dan
menentukan skor kelompok
5) Menyampaikan / mempresentasikan materi pelajaran di
dalam kelas
6) Guru membagikan LKPD tentang pokok bahasan system
koordinasi manusia pokok bahasan sel saraf ( neuron )
dan susunan sytem saraf kepada setiap kelompok dan
meminta kelompok menjawabnya
7) Memberikan game dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
dalam kartu indek yang berisi 20 soal dan 20 jawaban
8) Membagi siswa kedalam meja tournament, 4 siswa
tertinggi prestasinya di meja 1, 4 siswa rata-rata pada
meja 2, dan seterusnya
- Mengkoordinasi jalannya tournament dengan
prosedur pelaksaan yaitu: Meminta wakil kelompok
mengocok kartu penentu masing-masing anggota
mengambilnya. Kemuudian disepakati peserta didik
yang mengambil kartu no 4 berperan sebagai reader 1,
kartu 3 beperan sebagai penantang 1, nomor 2 sebagai
penantang 2, dan nomor 1 sebagai reader 2. Peran ini
berpindah searah jarum jam pada setiap pengambilan
kartu soal.
- Tugas peserta didik yang sebagai reader 1 adalah
mengocok kartu dan mengambil salah satu kartu soal
dan membacakannya
- Tugas penantang 1 adalah menantang jawaban reader
1
- Tugasn penantang 2 adalah menantang jawaban
reader 1, apabila diangap salah
- Tugas reader 2 adalah mengambil kartu jawaban yang
berisi kunci jawaban dan membacakan kunci jawaban
yang benar. Selanjutnya reader 2 mengisit format
penilaian dengan member skor pada temannya yang
menjawab benar
9) Mengumumkan hasil penilaian dari pengumpullan skor
tournament dan memberikan penghargaan terhadap
usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu atau
kelompok
10) Gruru bersama siswa menyimpulkan pelajaran
11) Melakukan evaluasi dengan memberikan post tes siklus
c . Observasi ( pengamatan )
Tahap observasi dilakukan menggukana lembar observasi
yang telah dibuat. Guru biologi sebagai pengajar, peneliti
sebagai observer guru dan 2 orang rekan peneliti sebagai
observer siswa.
Dilaksanakannya observasi adalah untuk memperoleh data
hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti
pembelajaran.
Penelitian ini yang bertindak sebagai pengamat adlah
sebagai berikut:
1. Hj. Agustina Iriani, S.Pd : Guru pengajar
2. Dra. Asmawati : Observer Guru
3. Nurhayati, S.Pd : Observer Siswa
4. Ekasusanti : Observer Siswa
5. Harina Supriyati : Obsever siswa
d. Refleksi ( Reflection )
Refleksi akan dilakukan untuk ,merevisi hasil yang
diperoleh pada tahap observasi dalam kelas dianalisis
sehingga dapat merefleksi dengan melihat data hasil
pengamatandapat . Kekurangan pada siklus I diharapkan
dapat tertutupi pada siklus II
b). Tahap pelaksanaan siklus II pertemuan 2
1) Guru memberikan apersipsi dan motivasi yang berkaitan
dengan pokok bahasan system indra yang meliputi indra
pendengaran, indra penciuman, indra peraba ( kulit ), dan
indra perasa ( lidah )
2) Guru memberikan soal pretes siklus 1 kepada siswa
tentang konsep system koordinasi manusia dengan pokok
bahasan bahasan system indra yang meliputi indra
pendengaran, indra penciuman, indra peraba ( kulit ), dan
indra perasa ( lidah )
3) Membentuk kelompok yang terdiri 4 sampai 5 orang
siswa yang anggotanya heterogen dan memberitahukan
siswa tentang tugas yang harus dikerjakan oleh anggota
kelompok
4) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai menghibau siswa bahwa materi yang
disampaikan akan berguna pada saat game dan
menentukan skor kelompok
5) Menyampaikan / mempresentasikan materi pelajaran di
dalam kelas
6) Guru membagikan LKPD tentang pokok bahasan system
koordinasi manusia pokok bahasan sel saraf ( neuron )
dan susunan sytem saraf kepada setiap kelompok dan
meminta kelompok menjawabnya
7) Memberikan game dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
dalam kartu indek yang berisi 20 soal dan 20 jawaban
8) Membagi siswa kedalam meja tournament, 4 siswa
tertinggi prestasinya di meja 1, 4 siswa rata-rata pada
meja 2, dan seterusnya
- Mengkoordinasi jalannya tournament dengan
prosedur pelaksaan yaitu: meminta wakil kelompok
mengocok kartu penentu masing-masing anggota
mengambilnya. Kemuudian disepakati peserta didik
yang mengambil kartu no 4 berperan sebagai reader 1,
kartu 3 beperan sebagai penantang 1, nomor 2 sebagai
penantang 2, dan nomor 1 sebagai reader 2. Peran ini
berpindah searah jarum jam pada setiap pengambilan
kartu soal.
- Tugas peserta didik yang sebagai reader 1 adalah
mengocok kartu dan mengambil salah satu kartu soal
dan membacakannya
- Tugas penantang 1 adalah menantang jawaban reader
1
- Tugas penantang 2 adalah menantang jawaban reader
1, apabila diangap salah
- Tugas reader 2 adalah mengambil kartu jawaban yang
berisi kunci jawaban dan membacakan kunci jawaban
yang benar. Selanjutnya reader 2 mengisit format
penilaian dengan member skor pada temannya yang
menjawab benar
9) Mengumumkan hasil penilaian dari pengumpullan skor
tournament dan memberikan penghargaan terhadap
usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu atau
kelompok
10) Gruru bersama siswa menyimpulkan pelajaran
11) Melakukan evaluasi dengan memberikan post tes
siklus II
c . Observasi ( pengamatan )
Tahap observasi dilakukan menggukana lembar observasi
yang telah dibuat. Guru biologi sebagai pengajar, peneliti
sebagai observer guru dan 2 orang rekan peneliti sebagai
observer siswa.
Dilaksanakannya observasi adalah untuk memperoleh data
hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti
pembelajaran.
Peneliti ini yang bertindak sebagai pengamat adlah sebagai
berikut:
1. Hj. Agustina Iriani, S.Pd : Guru pengajar
2. Dra. Asmawati : Observer Guru
3. Nurhayati, S.Pd : Observer Siswa
4. Ekasusanti : Observer Siswa
5. Harina Supriyati : Obsever siswa
d. Refleksi ( Reflection )
Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan ini dianalisis
sehingga merefleksi dengan melihat data hasil pengamatan.
Kekurangan pada siklus I diharapkan dapat tertutupi pada siklus II,
sehingga masalah yang ingin di atasi pada siklus II dapat tercapai
dan hasil penelitian dapat memuaskan. Hal ini berarti bahwa
pembelajaran kooperatif tipe TGT ( Tames Games Tournament )
telah berhasil
5. Pengembangan Instrumen Penelitian
Langkah-langkah penyusunan instrument penelitian sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan rambu-rambu
KTSP.
2. Menyusun instrument LKPD sesuai konsep system koordinasi
manusia
3. Membuat kisi-kisi soal sesuai dengan konsep masing-masing siklus
dan membuat kartu-kartu soal yang akan dibagikan pada masing-
masing kelompok
4. Menyusun draf soal berdasarkan tujuan pembelajaran khusus dan
kisi-kisi yang dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman
pemberi skor.
5. Melakukan revisi instrument layak untuk digunakan.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tekhnik observasi yang secara langsung dilakukan oleh
peneliti, yang dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
1) Menggunakan tes, yaitu untuk mengetahui peningkatan
pemahaman siswa tentang konsep yang diajarkan dan juga
merupakan rangkaian kegiatan dalam pembelajaran kooperatif tipe
TGT ( Tames Games Tournament ).
2) Menggunakan angket, yaitu untuk mengetahui bagaimana respon
siswa tentang pmbelajaran model kooperatif tipe TGT ( Tames
Games Tournament ).
3) Menggunakan dokumentasi, yaitu untuk mengetahui situasi atau
gambaran pembelajaran model kooperatif tipe TGT ( Tames
Games Tournament ) yang terjadi di kelas.
4) Catatan lapangan digunakan untuk memperoleh data secara
obyektif mengenai ata kuanhal-hal yang terjadi selama
pembelajaran berlangsung.
7. Analisis Data
Data yang diperoleh berupa data kuntitatif dan kualitatif. Analisis
data kualitatif digunakan untuk menganalisis respon siswa yang
didapat dari observasi dan penyebaran angket. Data kuantitatif yang
berupa hasil belajar dianalisa presentase, yakni dengan menghitung
presentase ketuntasan klasikal dan ketuntasan individual dengan
rumus sebagai berikut:
Ketuntasan Individual =


X 100 %
Ketuntasan Klasikal =


x 100 %
Setiawati ( 2000 ) dalam Nur Khayati ( 2011 )
8. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian ini sebagai berikut:
1. Tercapainya ketuntasan klasikal 85% dan ketuntasan individual
minimal 75.
2. Aktivitas siswa, pembelajaran berpusat pada siswa dan
mendominasi proses pembelajaran .
3. Aktivitas guru, mengurangi dominasi dalam proses pembelajaran
4. Respon siswa yang tinggi terhadap penerapan pembelajaran
kooperatif tipe TGT ( Team Game Tournament )
Kriteria respon siswa:
Presentase Kriteria
75% - 100% Sangat tinggi
50% - 74,99% Tinggi
25% - 49,99% Sedang
0% - 24,99% Rendah
Sumber ( Acep Yoni : 2010 )
Cara menghitung presentase respon adalah sebagai berikut:
Presentase =


X 100 %









I. Jadwal Pelaksanan

Kegiatan
Bulan
April Mei Juni Juli
Persiapan
- Pembuatan Proposal
- Pembuatan instrument penelitian
- Pembuatan alat evaluasi Pelaksanaan
- Pelaksanaan Siklus I
- Pelaksanaan Siklus II
Pembuatan Laporan
- Pengelolaan Data
- Pengetikan
- Sidang Skripsi
- Perbaikan Laporan
- Pengumpulan Laporan









DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Shuarjono dan Supardi, 2007. Penelitian Tindakkan Kelas. Jakarta
Bumi Aksara.
Ariyani, Ema. 2010. Peningkatan Pemahaman Siswa Kelas VII A SMP negeri
Mataram Kecamatan Mataram pada Konsep Saling Ketergantungan Dalam
Ekosistim Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament
(TGT). Skripsi, STKIP-PGRI Banjarmasin.
Chotimah dan Yuyun. 2007. Strategi Pembelajaran Untuk Penelitian Tindakan
Kelas, Bandung: Surya Pena Gemilang
Djamarah, Syaiful, Bahri 2008.Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful, Bahri, 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukasi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syiful, Bahri dan Aswan, Zain. 2010 Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta:Rineka Cipta
Doantara Yasa. 2008. http//ipotes.wordpress.com/2008/05/11/pembelajaran
kooperatif-tipe-team-games-tournament-tgt/.Univesitas Pendidikan
Indonesia. Diakses minggu 01 April 2012 jam 12.30.
Herdian. 2010. http//herdy07.wordspress.com/2010/05/27/teor-belajar-
konstruktivisme.Diakses Minggu 18-03-2012 jam12.00
Http//republic guru. Blokspot.com/2010/06/teor- konstruktivisme-sebagai
pendukung.html.Diaksea Minggu 18-03-2012 jam12.00
Http//zabio.wordspress.com/2011/12/02/ pembelajaran-biologi-di-sma. Diaksea
minggu 25-03-2012 jam 16.00
Http//Matematika-ipa.com/model-pembelajaran-tgt-model-teams-games-
tournament-permain-dalam-tgt-komponen-dalam-tgt.Diakses kamis 29-03-
2012 jam 16.30
Khayati, Nur.2011. Meningkatkan penguasaan konsep struktur dan fungsi organ
manusia dan hewan tertentu melalui strategi belajar benar salah berantai
siswa kelas XI IPA 2 SMA 1 Marabahan. Skripsi, STKIP-PGRI
Banjarmasin
Kuandar.2011. Langkah mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai pengembangan
profesi guru. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
Mulyasa.E. 2009. Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Rumusan. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Propesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya, Wina 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta Kencana Prenada Media
Sanjaya, Wina 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Saminanto, 2010. Ayo Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rasail
Media Group
Slametotian, 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang dipengaruhinya. Jakarta:rineka
Cipta
Sudiharyati, Tri. 2011. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII
A SMP Negeri 3 Marabahan Pada Konsep Sistem Dalam Kehidupan
tumbuhan dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Teams Games
Tournament (TGT). Skripsi STKIP-PGRI Banjarmasin.
Suwarno. 2009. Panduan Pembelajaran Biologi untuk SMA & MA. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Yoni, Acep, dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Famili

Anda mungkin juga menyukai