Anda di halaman 1dari 4

Nama: SHUCI RACHMAWATI

NIM: 111211131023

TATA CARA SHOLAT BERJAMAAH


1. MENGHADAP KABAH
1. Apabila anda wahai Muslim ingin menunaikan shalat, menghadaplah ke Kabah (qiblat)
dimanapun anda berada, baik shalat fardlu maupun shalat sunnah, sebab ini termasuk diantara
rukun-rukun shalat, dimana shalat tidak sah tanpa rukun ini.
2. Ketentuan menghadap qiblat ini tidak menjadi keharusan lagi bagi seorang yang sedang
berperang pada pelaksanaan shalat khauf saat perang berkecamuk dahsyat.
* Dan tidak menjadi keharusan lagi bagi orang yang tidak sanggup seperti orang yang sakit
atau orang yang dalam perahu, kendaraan atau pesawat bila ia khawatir luputnya waktu.
* Juga tidak menjadi keharusan lagi bagi orang yang shalat sunnah atau witir sedang ia
menunggangi hewan atau kendaraan lainnya. Tapi dianjurkan kepadanya jika hal ini
memungkinkan supaya menghadap ke qiblat pada saat takbiratul ikhram, kemudian setelah
itu menghadap ke arah manapun kendaraannya menghadap.
3. Wajib bagi yang melihat Kabah untuk menghadap langsung ke porosnya, bagi yang tidak
melihatnya maka ia menghadap ke arah Kabah.

2. BERDIRI
Wajib bagi yang melakukan shalat untuk berdiri, dan ini adalah rukun, kecuali bagi :
* Orang yang shalat khauf saat perang berkecamuk dengan hebat, maka dibolehkan baginya shalat di
atas kendaraannya.
* Orang yang sakit yang tidak mampu berdiri, maka boleh baginya shalat sambil duduk dan bila tidak
mampu diperkenankan sambil berbaring.
* Orang yang shalat nafilah (sunnah) dibolehkan shalat di atas kendaraan atau sambil duduk jika dia
mau, adapun ruku dan sujudnya cukup dengan isyarat kepalanya, demikian pula orang yang sakit,
dan ia menjadikan sujudnya lebih rendah dari rukunya.
Tidak boleh bagi orang yang shalat sambil duduk meletakkan sesuatu yang agak tinggi dihadapannya
sebagai tempat sujud. Akan tetapi cukup menjadikan sujudnya lebih rendah dari rukunya -seperti
yang kami sebutkan tadi- apabila ia tidak mampu meletakkan dahinya secara langsung ke bumi
(lantai).

3. KEWAJIBAN SHALAT MENGHADAP PEMBATAS (SUTROH) DAN MENDEKAT


KEPADANYA
Wajib shalat menghadap tabir pembatas, dan tiada bedanya baik di masjid maupun selain masjid, di
masjid yang besar atau yang kecil, berdasarkan kepada keumuman sabda Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam.
Artinya : Janganlah shalat melainkan menghadap pembatas, dan jangan biarkan seseorang lewat di
hadapanmu, apabila ia enggan maka perangilah karena sesungguhnya ia bersama pendampingnya.
(Maksudnya syaitan).
Wajib mendekat ke pembatas karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan hal itu.
Jarak antara tempat sujud Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dengan tembok yang dihadapinya
seukuran tempat lewat domba. maka barang siapa yang mengamalkan hal itu berarti ia telah
mengamalkan batas ukuran yang diwajibkan.

4. TAKBIR
Kemudian memulai shalat dengan membaca. Allahu Akbar (Artinya : Allah Maha Besar). Takbir ini
merupakan rukun, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Pembuka Shalat adalah bersuci, pengharamannya adalah takbir, sedangkan penghalalannya
adalah salam.
Tidak boleh mengeraskan suara saat takbir di semua shalat, kecuali jika menjadi imam.
Boleh bagi muadzin menyampaikan (memperdengarkan) takbir imam kepada jamaah jika keadaan
menghendaki, seperti jika imam sakit, suaranya lemah atau karena banyaknya orang yang shalat.
Mamum tidak boleh takbir kecuali jika imam telah selesai takbir.

5. BACAAN
Wajib bagi mamum membaca Al-Fatihah di belakang imam yang membaca sirr (tidak terdengar)
atau saat imam membaca keras tapi mamum tidak mendengar bacaan imam, demikian pula
mamum membaca Al-Fatihah bila imam berhenti sebentar untuk memberi kesempatan bagi
mamum yang membacanya. Meskipun kami menganggap bahwa berhentinya imam di tempat ini
tidak tsabit dari sunnah. Dan dilanjutkan surat pendek.

6. Selanjutnya sama seperti tata cara sholat munfarid


7.

BERDOA SEBELUM SALAM

Kemudian berdoa untuk dirinya dengan doa yang nampak baginya dari doa-doa tsabit
dalam kitab dan sunnah, dan doa ini sangat banyak dan baik. Apabila dia tidak menghafal satupun
dari doa-doa tersebut maka diperbolehkan berdoa dengan apa yang mudah baginya dan bermanfaat
bagi agama dan dunianya.

8. SALAM DAN MACAM-MACAMNYA


Memberi salam ke arah kanan sampai terlihat putih pipinya yang kanan, hal ini adalah rukun.
Dan ke arah kiri sampai terlihat putih pipinya yang kiri meskipun pada shalat jenazah.
Imam mengeraskan suaranya ketika salam kecuali pada shalat jenazah.
Macam-macam cara salam.
* Pertama mengucapkan
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuhu ke arah kanan dan mengucapkan
Assalamualaikum warahmatullah ke arah kiri.
* Kedua : Seperti di atas tanpa (Wabarakatuh).
* Ketiga mengucapkan
Assalamualaikum warahmatullahi ke arah kanan dan Assalamualaikum ke arah kiri.
* Keempat : Memberi salam dengan satu kali ke depan dengan sedikit miring ke arah kanan.

JIKA DATANG TELAT BERJAMAAH


Jika Datang Telat Berjamaah, adab yang dituntunkan Nabi Muhammad saw. adalah, kita
datang ke masjid untuk berjamaah dengan suasana hati tenang dan tidak tergesa-gesa. Shalat
pun diharuskan untuk dilaksanakan secara tumaninah, tenang, las-lasan (bhs Jawa).

Manakala shalat jamaah sudah didi-rikan, orang yang datang belakangan hendaknya juga
tidak buru-buru, tidak perlu tergesa-gesa sedemikian rupa sehingga galau. Orang yang
datang terlambat itu (disebut masbuq), berusaha bergabung dengan shalat jamaah yang
sedang berlangsung dan tidak mendirikan shalat sendiri. Terlebih lagi kalau dia hanya
sendirian. Untuk keadaan seperti ini sunnah Nabi menuntunkan sebagai berikut: Pertamatama, dia (si masbuq) melakukan takbiratul ihram lebih dulu, lalu takbir untuk mengikuti
gerakan yang paling mungkin dia ikuti. Kalau dia mendapati imam sudah sujud, maka dia
langsung mengikuti imam untuk sujud pendeknya dia mengikuti imam dalam keadaan
imam sedang melakukan gerakan shalat apapun. Kalau misalnya saat dia bergabung imam
sudah dalam keadaan tahiyat akhir (sehingga tinggal menunaikan salam) maka dia langsung
duduk bersimpuh untuk mengikuti melakukan tahiyat akhir. Namun ketika imam mengucap
salam, dia tidak mengikuti mengucap salam, melainkan bangkit berdiri dan menggenapkan
kekurangan jumlah rakaatnya. Jika dia bergabung tadi masih sempat mengikuti ruku, maka
dia dihitung sudah mengikuti 1 (satu) rakaat. Tapi kalau dia bergabung tepat saat imam
mengucap samiallahu liman hamidah, maka itu belum dihitung satu rakaat. Jadi dia
menggenapkan kekurangannya.

Keutaman Sholat Berjamaah


Shalat jamaah sangat tinggi nilainya dan sangat besar pahalanya. Dalam sebuah hadist
Rasulullah s.a.w. bersabda "Shalat Jamaah lebih utama dua puluh tujuh kali dibanding shalat
sendiri" (H.R. Bukhari Muslim dll.). Dalam riwayat lain dikatakan lebih utama dua puluh
lima kali dibanding shalat fardlu. Dalam sebuah hadist juga Rasulullah bersabda "Karuniailah
mereka yang berjalan dalam kegelapan menuju masjid dengan sinar yang sempurna di hari
kiamat" (H.R. Abu Dawud & Trimidzi). Dalam riwayat Utsman Rasulullah s.a.w. bersabda
"Barang siapa shalat Isya' dengan berjamaah, maka ia seperti mendirikan shalat selama
setengah malam, barangsiapa shalat Subuh berjamaah, maka ia laksana shalat semalam
suntuk" (H.R. Muslim dll.) Hukum shalat Jamaah menurut mazhab Syafi'i : Fardlu kifayah,
yaitu apabila tidak ada seorang pun yang mendirikan jamaah dalam satu kampung, maka
seluruh kampung mendapatakn dosa. Mazhab Hanbali bahkan mengatakan shalat jamaah
adalah fardlu ain, wajib bagi setiap muslim, karena kuat dan banyaknya dalil yang
memerintahkan shalat jamaah. Mazhab Hanafi dan Maliki mengatakan shalat jamaah selain
shalat jum'ah hukumnya sunnah mu'akkadah. Memang, utamanya shalat fardlu dilakukan
secara berjamaah di masjid. Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda "Wahai umatku,
shalatlah di rumah-rumah kalian, karena yang paling utama shalat seseorang adalah di
rumahnya, kecuali shalat fardlu" (H.R. Bukhari Muslim). Mereka yang menemukan
takbiratul ihram bersama imam dalam shalat fardlu sangat besar pahalanya, seperti dalam
sebuah hadist dikatakan "Barang siapa mendirikan shalat selama 40 hari dengan berjamaah,
dengan mendapatkan takbiratul ihram bersama imam, maka ia akan dibebaskan dari dua
perkara, yaitu dari neraka dan dari kemunafikan" (H.R. Tirmidzi). Semakin banyak jumlah
peserta jamaah, semakin utama pula pahala jamaah, sebagaimana sebuah hadist menjelaskan
"Shalat seseorang bersama seorang lebih utama dari shalat sendiri, dan shalat bersama dua

orang lebih utama dari shalat bersama seorang, semakin banyak mereka berjamaah semakin
dicintai Allah" (H.R. Ahmad, Abu Dawud).

Anda mungkin juga menyukai