Nama: Shuci Rachmawati NIM: 111211131023
Nama: Shuci Rachmawati NIM: 111211131023
NIM: 111211131023
2. BERDIRI
Wajib bagi yang melakukan shalat untuk berdiri, dan ini adalah rukun, kecuali bagi :
* Orang yang shalat khauf saat perang berkecamuk dengan hebat, maka dibolehkan baginya shalat di
atas kendaraannya.
* Orang yang sakit yang tidak mampu berdiri, maka boleh baginya shalat sambil duduk dan bila tidak
mampu diperkenankan sambil berbaring.
* Orang yang shalat nafilah (sunnah) dibolehkan shalat di atas kendaraan atau sambil duduk jika dia
mau, adapun ruku dan sujudnya cukup dengan isyarat kepalanya, demikian pula orang yang sakit,
dan ia menjadikan sujudnya lebih rendah dari rukunya.
Tidak boleh bagi orang yang shalat sambil duduk meletakkan sesuatu yang agak tinggi dihadapannya
sebagai tempat sujud. Akan tetapi cukup menjadikan sujudnya lebih rendah dari rukunya -seperti
yang kami sebutkan tadi- apabila ia tidak mampu meletakkan dahinya secara langsung ke bumi
(lantai).
4. TAKBIR
Kemudian memulai shalat dengan membaca. Allahu Akbar (Artinya : Allah Maha Besar). Takbir ini
merupakan rukun, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Pembuka Shalat adalah bersuci, pengharamannya adalah takbir, sedangkan penghalalannya
adalah salam.
Tidak boleh mengeraskan suara saat takbir di semua shalat, kecuali jika menjadi imam.
Boleh bagi muadzin menyampaikan (memperdengarkan) takbir imam kepada jamaah jika keadaan
menghendaki, seperti jika imam sakit, suaranya lemah atau karena banyaknya orang yang shalat.
Mamum tidak boleh takbir kecuali jika imam telah selesai takbir.
5. BACAAN
Wajib bagi mamum membaca Al-Fatihah di belakang imam yang membaca sirr (tidak terdengar)
atau saat imam membaca keras tapi mamum tidak mendengar bacaan imam, demikian pula
mamum membaca Al-Fatihah bila imam berhenti sebentar untuk memberi kesempatan bagi
mamum yang membacanya. Meskipun kami menganggap bahwa berhentinya imam di tempat ini
tidak tsabit dari sunnah. Dan dilanjutkan surat pendek.
Kemudian berdoa untuk dirinya dengan doa yang nampak baginya dari doa-doa tsabit
dalam kitab dan sunnah, dan doa ini sangat banyak dan baik. Apabila dia tidak menghafal satupun
dari doa-doa tersebut maka diperbolehkan berdoa dengan apa yang mudah baginya dan bermanfaat
bagi agama dan dunianya.
Manakala shalat jamaah sudah didi-rikan, orang yang datang belakangan hendaknya juga
tidak buru-buru, tidak perlu tergesa-gesa sedemikian rupa sehingga galau. Orang yang
datang terlambat itu (disebut masbuq), berusaha bergabung dengan shalat jamaah yang
sedang berlangsung dan tidak mendirikan shalat sendiri. Terlebih lagi kalau dia hanya
sendirian. Untuk keadaan seperti ini sunnah Nabi menuntunkan sebagai berikut: Pertamatama, dia (si masbuq) melakukan takbiratul ihram lebih dulu, lalu takbir untuk mengikuti
gerakan yang paling mungkin dia ikuti. Kalau dia mendapati imam sudah sujud, maka dia
langsung mengikuti imam untuk sujud pendeknya dia mengikuti imam dalam keadaan
imam sedang melakukan gerakan shalat apapun. Kalau misalnya saat dia bergabung imam
sudah dalam keadaan tahiyat akhir (sehingga tinggal menunaikan salam) maka dia langsung
duduk bersimpuh untuk mengikuti melakukan tahiyat akhir. Namun ketika imam mengucap
salam, dia tidak mengikuti mengucap salam, melainkan bangkit berdiri dan menggenapkan
kekurangan jumlah rakaatnya. Jika dia bergabung tadi masih sempat mengikuti ruku, maka
dia dihitung sudah mengikuti 1 (satu) rakaat. Tapi kalau dia bergabung tepat saat imam
mengucap samiallahu liman hamidah, maka itu belum dihitung satu rakaat. Jadi dia
menggenapkan kekurangannya.
orang lebih utama dari shalat bersama seorang, semakin banyak mereka berjamaah semakin
dicintai Allah" (H.R. Ahmad, Abu Dawud).